Top Banner
12 BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remaja 1. Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yaitu “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. 1 Dalam Kamus Filsafat dan Psikologi, “remaja” adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. 2 Menurut Mahdiah, “Remaja” adalah pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang menuju kedewasaan. Sedangkan menurut Islam, “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja putri yang dinyatakan mukallaf adalah yang sudah baligh, yaitu yang sudah haidh. 3 “The advent of puberty in girls is generally dated at the first menstruation”. 4 (Datangnya masa remaja pada gadis atau anak perempuan biasanya ditandai dengan haidh yang pertama). Sedangkan untuk anak laki-laki, balighnya yaitu apabila telah mimpi dan ketika suaranya sudah berubah. Remaja dalam Islam diharapkan menjadi dasar yang kuat bagi bangkitnya umat, seperti yang diucapkan oleh Mustafa Al-Gulayaini (Pengarang Mesir) sebagai berikut : 1 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo, (Jakarta : Erlangga, 1999), hlm. 206. 2 Sudarsono, Kamus Filsafat Dan Psikologi, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1993), hlm. 223. 3 Mahdiah, Remaja, Da’wah Islam dan Perjuangan, (Jakarta : Kalam Mulia, 1993) , hlm. 11. 4 James F. Adams, Understanding Adolescence : Current Developments In Adolescent Psychology, (Boston : Allyn and Bacon, Inc., t.t.), hlm. 461.
21

BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

Mar 03, 2019

Download

Documents

doanhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

12

BAB II

KEBERAGAMAAN REMAJA

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere

(kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yaitu “tumbuh” atau

“tumbuh menjadi dewasa”.1 Dalam Kamus Filsafat dan Psikologi,

“remaja” adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi

semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa

dewasa.2

Menurut Mahdiah, “Remaja” adalah pribadi yang sedang tumbuh

dan berkembang menuju kedewasaan. Sedangkan menurut Islam,

“Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf.

Remaja putri yang dinyatakan mukallaf adalah yang sudah baligh, yaitu

yang sudah haidh.3

“The advent of puberty in girls is generally dated at the first

menstruation”.4 (Datangnya masa remaja pada gadis atau anak perempuan

biasanya ditandai dengan haidh yang pertama). Sedangkan untuk anak

laki-laki, balighnya yaitu apabila telah mimpi dan ketika suaranya sudah

berubah.

Remaja dalam Islam diharapkan menjadi dasar yang kuat bagi

bangkitnya umat, seperti yang diucapkan oleh Mustafa Al-Gulayaini

(Pengarang Mesir) sebagai berikut :

1 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan, terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo, (Jakarta : Erlangga, 1999), hlm. 206. 2 Sudarsono, Kamus Filsafat Dan Psikologi, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1993), hlm. 223. 3 Mahdiah, Remaja, Da’wah Islam dan Perjuangan, (Jakarta : Kalam Mulia, 1993) , hlm.

11. 4James F. Adams, Understanding Adolescence : Current Developments In Adolescent

Psychology, (Boston : Allyn and Bacon, Inc., t.t.), hlm. 461.

Page 2: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

13

فاذا تعودوا االخالق . ان هوالء االطفال سيكونون فى المستقبل رجاال

آانوا , وحصلوا من العلوم ما ینفعون به وطنهم, الصالحة التى تعلي شانهم

5 .اساسا مكينا لنهضة االمة

Sesungguhnya anak-anak di zaman yang akan datang akan menjadi para pemuda. Maka apabila mereka membiasakan akhlak yang baik yang dapat memuliakan tingkah laku mereka, dan mereka menghasilkan ilmu yang bermanfaat untuk negara mereka, maka mereka akan menjadi dasar yang kuat bagi bangkitnya umat.

Dari beberapa definisi tentang remaja di atas, maka yang disebut

remaja adalah seseorang yang sedang tumbuh dan berkembang menjadi

dewasa.

2. Batas Usia Remaja

Jika kita berbicara tentang remaja, sering kali timbul pertanyaan,

pada usia berapakah seseorang dikatakan remaja ?. Sebenarnya sampai

sekarang belum ada kata sepakat antara para ahli ilmu pengetahuan

tentang batas usia bagi remaja, karena hal itu bergantung kepada keadaan

masyarakat di mana remaja itu hidup, dan bergantung pula dari mana

remaja itu ditinjau.

Dalam buku “Psikologi Perkembangan” disebutkan bahwa awal

masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16 tahun, dan

akhir masa remaja bermula dari usia 16 tahun atau 17 tahun sampai 18

tahun.6

Dalam bidang “agama”, para ahli jiwa menganggap bahwa

kemantapan beragama biasanya tidak terjadi sebelum umur 24 tahun,

maka dari itu batas usia remaja diperpanjang sampai umur 24 tahun.7

Western societies today recognize a phase of development called adolescence which begins with puberty at about twelve or thirteen years of age and continues until adulthood. The end of adolescence

5Mustafa Al-Gulayaini, ‘Idatunnasyiin, (Beirut : Al-Maktabah Al-‘Asriyah Littaba’ah

wannasyri, 1953), hlm. 184. 6 Elizabeth B. Hurlock, op.cit., hlm. 206. 7 Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral Di Indonesia , (Jakarta : Bulan Bintang,

1976), Cet.3, hlm. 108-109.

Page 3: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

14

is not easily pinpointed because it is determined by a combination of physical, cognitive, emotional, culture and legal factors.8

“Masyarakat barat saat ini mengenal sebuah fase perkembangan

yang disebut adolesen yang mana diawali dengan masa remaja kira-kira

umur 12 – 13 tahun dan berlanjut hingga dewasa. Akhir dari masa

adolesen tidak mudah ditentukan karena itu ditentukan oleh kombinasi

dari fisik, kognitif, emosional, budaya dan faktor-faktor yang lain”.

Untuk masyarakat Indonesia, pedoman umum mengenai batas usia

remaja yang biasa digunakan adalah usia 11 – 24 tahun dan belum

menikah, dengan pertimbangan - pertimbangan sebagai berikut :

a. Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-tanda seksual

sekunder mulai nampak (kriteria fisik).

b. Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil

balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak

lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).

c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan

perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity,

menurut Erik Erikson), tercapainya fase genital dari perkembangan

psikoseksual (menurut Freud) dan tercapainya puncak perkembangan

kognitif (Piaget) maupun moral (Kohlberg), (kriteria psikologik).

d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yakni untuk memberi

peluang bagi mereka yang sampai batas tersebut masih

menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak-hak

penuh sebagai orang dewasa.9

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang

dapat dikatakan remaja tergantung dari berbagai kepentingan dan

ketentuan yang berlaku.10

8 Edward P. Sarafino and James W. Strong, Child And Adolescent Development, (United States Of America : Scott, Foresman and Company, 1980), hlm. 461.

9 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994), Cet.3, hlm. 14.

10 Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), hlm 38.

Page 4: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

15

3. Ciri-ciri Masa Remaja

Masa Remaja merupakan masa peralihan yang ditempuh oleh

seseorang dari kanak-kanak menjadi dewasa, atau dapat dikatakan bahwa

masa remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai

masa dewasa.11 Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama

rentang kehidupan, maka masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang

membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri

tersebut adalah sebagai berikut :12

a. Masa remaja adalah masa yang penting.

Dikatakan periode yang penting karena terjadi pertumbuhan

phisik dan perkembangan mental secara cepat.

b. Masa remaja adalah masa transisi atau periode peralihan.

Maksudnya adalah periode perpindahan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa. Perilaku kanak-kanaknya masih ada, perilaku

dewasanya sudah mulai muncul. Bukan kanak-kanak lagi tetapi belum

bisa disebut dewasa (terlalu kecil untuk disebut dewasa dan terlalu

besar untuk disebut kanak-kanak). Pada usia ini sering terjadi keraguan

dalam peran yang dilakukan.

c. Masa remaja adalah masa perubahan atau usia perubahan (periode

perubahan).

Periode ini cukup banyak terjadi perubahan-perubahan. Ada

lima perubahan yang terjadi dalam masa remaja, yaitu :

1) Perubahan tingkat emosionalitas. Pada masa ini tingkat

emosionalitas cukup tinggi.

2) Cepatnya perubahan kemasakan seks.

3) Perubahan badan, perubahan minat, perubahan-perubahan peranan

sosial, memunculkan problem-problem baru yang perlu

dipecahkan.

11 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang , 1970), hlm. 86. 12 Elizabeth B. Hurlock, op.cit., hlm. 207-209.

Page 5: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

16

4) Terjadi perubahan nilai. Misalnya semula kuantitas (popularitas

atau kenalan yang banyak) dianggap jauh lebih penting kemudian

berubah bahwa kualitas (sahabat intim) jauh lebih penting. Apa

yang dianggap penting ketika kanak-kanak maka berubah menjadi

tidak penting lagi ketika masa remaja.

5) Berubah menjadi ambivalen. Remaja ingin bebas tetapi takut

bertanggung jawab, ia ingin tergantung pada orang lain tetapi juga

ingin mandiri.

d. Masa remaja adalah masa bermasalah atau usia bermasalah atau

periode bermasalah.

Masalah-masalah tersebut muncul akibat adanya perubahan-

perubahan phisik, perubahan sexual maupun perubahan psikis.

e. Masa remaja adalah periode mencari identitas.

Masih kanak-kanakkah ia ?, sudah dewasakah ia ?, lebih

penting mana status simbol individual (seperti pakaian, mobil,

menampakkan materi individual) atau identitas kelompok ?. Kadang-

kadang terjadi krisis identitas (masalah identitas diri).

f. Masa remaja adalah usia yang ditakuti.

Usia remaja kadang-kadang dihubungkan dengan perilaku yang

distruktif (merusak), perilaku anti sosial dan hal-hal lain yang negatif.

g. Masa remaja adalah masa ambang dewasa.

Di samping berpakaian seperti orang dewasa maka remaja juga

berperilaku yang dikaitkan dengan status simbol dewasa misalnya

melakukan hubungan sex, merokok, minum alkohol, penggunaan obat.

B. Keberagamaan

1. Pengertian Keberagamaan

“Keberagamaan” dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti

perihal beragama.13 Menurut Quraish Shihab, beragama berarti

mengadakan hubungan dengan sesuatu yang Adi kudrati, hubungan

13 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2003), hlm. 12.

Page 6: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

17

makhluk dengan Khaliknya. Hal ini mewujud dalam sikap batinnya serta

tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap

kesehariannya.14

Dengan demikian “Keberagamaan” merupakan perihal pengadaan

hubungan atau perwujudan hubungan dengan sesuatu yang Adi kudrati,

yaitu hubungan makhluk dengan Khaliknya yang terwujud dalam sikap

batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula

dalam sikap kesehariannya.

2. Dimensi-dimensi Keberagamaan

Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi

kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya yang berkaitan

dengan aktivitas (ibadah) yang tampak dan dapat dilihat mata saja, tetapi

juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu

keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi.

Dengan demikian, agama adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak.15

Menurut R. Stark & Glock, ada lima dimensi keberagamaan, yaitu

dimensi keyakinan, praktik agama, pengalaman, pengetahuan dan

konsekuensi-konsekuensi.

a. Dimensi Keyakinan

Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan di mana orang

religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan

mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut.16

Dalam Islam, dimensi keyakinan menunjuk pada seberapa

tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran yang

bersifat fundamental dan dogmatik.17 Dimensi ini menyangkut

14 M. Quraisy Shihab, Membumikan Alqur’an : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung : Mizan, 1994), hlm. 210. 15 Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 1994), hlm. 76. 16 R. Stark dan C.Y.Glock, “Dimensi-dimensi Keberagamaan”, dalam Roland Robertson

(ed.), Agama : Dalam Analisa Dan Interpretasi Sosiologis, terj. Achmad Fedyani Saifuddin, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cet.4, hlm. 295.

17 Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, op.cit., hlm. 80.

Page 7: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

18

keyakinan tentang Allah, para malaikat, nabi dan rasul, kitab-kitab

Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar.18

b. Dimensi Praktik Agama

Dimensi praktik agama mencakup perilaku pemujaan, ketaatan,

dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen

terhadap agama yang dianutnya. 19

Dalam Islam, dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat

kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual

sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh agamanya. Dimensi

peribadatan ini menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji,

membaca Al-Qur’an, do’a, zikir dan sebagainya.20

c. Dimensi Pengalaman

Dimensi pengalaman atau penghayatan menunjuk seberapa

jauh tingkat manusia dalam merasakan dan mengalami perasaan-

perasaan dan pengalaman-pengalaman religius. Dalam Islam, dimensi

ini terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, khusuk

ketika melaksanakan shalat atau berdo’a, perasaan sabar ketika

mendapat cobaan dari Allah, tergetar ketika mendengar adzan atau

ayat-ayat Al-Qur’an, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan

dari Allah.21

Salah satu pengalaman agama adalah perasaan sabar ketika

mendapat ujian dari Allah. Dalam kitab “Ihya ‘Ulumuddin” di jelaskan

sebagai berikut :

الصبر عبارة عن ثبات باعث الدین فى مقابلة باعث الشهوةف“Maka sabar itu adalah ibarat dari tetapnya penggerak agama menghadapi penggerak nafsu-syahwat”.22

18 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998

), hlm.201. 19 R. Stark dan C.Y.Glock, op.cit., hlm. 296. 20 Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, loc.cit. 21 Ibid., hlm. 82. 22 Imam Al-Gazali, Ihya ‘Ulumiddin, (t.tp. : Daru Ikhyail Kutubi Al-‘Arabiyyah, t.t.), hlm.

62.

Page 8: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

19

d. Dimensi Pengetahuan Agama

Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang

beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan

mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-

tradisi.23 Dalam Islam, dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat

pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran

agamanya, seperti : pengetahuan tentang isi al-qur’an, pokok-pokok

ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Islam dan rukun

iman), hukum-hukum Islam dan sebagainya.24

e. Dimensi Konsekuensi-konsekuensi (Dimensi Pengamalan Agama).

Dimensi Pengamalan Agama mengacu pada identifikasi akibat-

akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan

seseorang dari hari ke hari.25

Dimensi pengamalan menunjuk pada seberapa tingkatan

muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu

bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan

manusia lain. Dalam Islam, dimensi ini meliputi perilaku suka

menolong, bekerjasama, berlaku jujur, tidak mencuri, tidak menipu,

tidak berjudi, tidak meminum minuman yang memabukkan, mematuhi

norma-norma Islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup

sukses menurut ukuran Islam dan sebagainya.26

Menurut Dr. Jamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso dalam

Psikologi Islami, ada tiga dimensi keberagamaan dalam Islam, yaitu :

aqidah, syari’ah dan akhlak. 27

a. Aqidah

Aqidah diartikan sebagai iman atau kepercayaan, dan

sumbernya yang asasi adalah al-qur’an. Aqidah merupakan kerangka

23 R.Stark & C.Y.Glock., op.cit., hlm. 297. 24 Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, op.cit., hlm. 81. 25 R.Stark & C.Y.Glock., loc.cit. 26Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, loc.cit. 27 Ibid.

Page 9: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

20

dasar yang pertama dalam agama Islam yang meliputi Arkanul Iman,

yaitu : iman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah,

rasul-rasul Allah, hari akhir dan iman kepada qadha dan qadar.28

b. Syari’ah

“Syari’ah” berasal dari bahasa arab dari kata syari’, secara

harfiah berarti jalan yang lurus yang dilalui oleh setiap muslim.

Menurut Idris Asy-Syafi’i (Imam Syafi’i), “syari’ah” adalah peraturan-

peraturan lahir yang bersumber dari wahyu mengenai tingkah laku

manusia.29 Al-Qur’an dan sunnah rasul di samping merupakan sumber

pokok ajaran Islam, juga merupakan sumber hukum dan perundang-

undangan Islam.30

Dalam doktrin Islam, syari’ah terdiri dari Mu’amalah dan

Ibadah. “Mu’amalah” merupakan sistem-sistem sosial dalam Islam,

seperti : hukum, pendidikan, politik, ekonomi, keluarga, sosial,

budaya, filsafat dan sebagainya.31 Sedangkan “ibadah” merupakan cara

mendekatkan diri kepada Allah dengan mematuhi perintah-perintah-

Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, serta beramal menurut yang

dibenarkan oleh Allah SWT.32

Ibadah biasanya berkisar pada rukun Islam, yaitu syahadatain,

sholat, zakat, puasa dan haji.

1) Syahadatain

Syahadatain merupakan syarat mutlak yang menandai

seseorang itu beragama Islam. Kesaksian tersebut amat penting

untuk membedakan apakah seseorang itu beragama Islam atau

bukan. Syahadatain juga merupakan perjanjian (faktum) yang

dibuat manusia yang mengucapkan dengan Allah dengan

28 Nazaruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1973), Cet.1, hlm. 153. 29 M. Daud Ali, op.cit., hlm. 235. 30 T.A. Lathief Rousydiy, Agama Dalam Kehidupan Manusia, (Medan : Rimbow, 1986),

Cet.1, hlm. 129. 31 Fakrur Rozi, “Pengajaran Ibadah”, dalam Chabib Thoha et.al. (eds.), Metodologi

Pengajaran Agama, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar dengan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1999), Cet.1, hlm. 169.

32 T.A. Lathief Rousydiy, op.cit., hlm. 128.

Page 10: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

21

konsekuensi akan mengikuti ketetapan-ketetapan Allah yang

terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah.33

2) Sholat

Sholat merupakan rukun Islam yang kedua, dalam kitab

Fathul Qorib dijelaskan bahwa sholat secara istilah adalah :

بشرائط بالتسليم بالتكبير مختتمة اقوال وافعال مفتتحة

34 مخصوصةSegala perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan memperhatikan syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu.

Bagi orang yang dapat menjalankan sholat dengan khusu’,

artinya menghayati serta mengerti apa yang diucapkan akan

banyak memperoleh banyak manfaat, antara lain ketenangan hati,

perasaan aman dan terlindung, serta berperilaku saleh dan

menjauhkan dari perbuatan keji dan mungkar.

3) Zakat

Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga. Kewajiban

membayar zakat merupakan konsep Islam dalam mengentaskan

kemiskinan, solidaritas dan kepedulian sosial. Dengan demikian

kesenjangan dan kecemburuan sosial dapat dicegah.

4) Puasa

Rukun Islam yang keempat adalah puasa selama bulan

ramadhan. Orang yang benar-benar beriman serta menjalankan

ibadah puasa dengan sungguh-sungguh akan memperoleh

hikmahnya, yaitu kemampuan/kekuatan untuk menahan dan

mengendalikan diri terhadap godaan dunia, meningkatkan

kesehatan fisik, psikologik, serta meningkatkan kepekaan sosial.

33 Dadang Hawari, Al-Qur’an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta :

PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), hlm. 78 34 Al-Alamah Asy-syaih Muhammad bin Qosim Al-Gazi, Fathul Qarib, (Semarang :

Pustaka Al-Alawiyyah, t.t.), hlm. 11.

Page 11: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

22

5) Haji

Menunaikan haji bagi orang Islam menjadi wajib

hukumnya bagi mereka yang mampu, sekali seumur hidupnya. Haji

merupakan konferensi internasional, manusia dari seluruh dunia

berkumpul saling bersilaturrahmi, tidak ada perbedaan ras,

semuanya makhluk Allah.35

c. Akhlak

“Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari Khuluqun, خلق

yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau

tabiat. “Akhlak Islam” adalah akhlak yang berdasarkan ajaran Islam,

yaitu Al-Qur’an dan al-hadits.36

Dalam Islam, akhlak mencakup beberapa aspek, yaitu :

1) Akhlak terhadap Allah

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan

kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.

2) Akhlak terhadap sesama manusia

Dalam Al-Qur’an petunjuk mengenai akhlak terhadap

sesama manusia bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan

hal-hal negatif seperti menyakiti badan, akan tetapi juga larangan

menyakiti hati.

3) Akhlak terhadap lingkungan

Lingkungan di sini adalah sesuatu yang berada di sekitar

manusia, baik binatang, tumbuhhan maupun benda tak bernyawa.

Akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan diantaranya

adalah pengayoman, pemeliharaan serta pembimbingan agar setiap

makhluk mencapai tujuan penciptaannya.37

35 Dadang Hawari, 0p.cit., hlm. 77-95. 36 Djasuri, “Pengajaran Akhlak” dalam Chabib Thoha et.al. (eds.), Metodologi Pengajaran

Agama, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar dengan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1999), Cet.1, hlm. 109-118.

37 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung : Mizan, 1996), hlm. 261-270.

Page 12: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

23

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan

Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi

keberagamaan seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Faktor internal atau faktor yang berasal dari diri seseorang

terdiri dari pengalaman pribadi dan pengaruh emosi.38

1) Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi merupakan setiap peristiwa yang

dialami seseorang dalam kehidupannya, baik melalui penglihatan,

pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya sejak lahir.39

Sebelum seseorang mengenal berbagai lingkungan dalam

hidupnya, telah banyak pengalaman yang diterimanya dalam

keluarga. Oleh karena itu, kepribadian anak tergantung kepada

pengalamannya dalam keluarga, termasuk sikap mereka terhadap

agama, ketekunan menjalankan nilai-nilai agama dalam

hidupnya.40 Pengalaman pribadi dalam hal ini adalah pengalaman

keagamaan.

Pengalaman keagamaan yang dilalui seseorang di masa

kecilnya akan sangat mempengaruhi sikapnya terhadap agama

(keberagamaannya) di masa remaja.41

Pengalaman keagamaan dapat mempengaruhi

keberagamaan remaja, karena kebanyakan remaja percaya kepada

Tuhan dan menjalankan ajaran agama karena sejak kecil telah

melihat orang-orang terdekat dalam hidupnya, baik orang tua,

saudara, teman, maupun masyarakat di sekitarnya rajin beribadah,

sehingga mereka akan ikut percaya dan melaksanakan ibadah serta

38 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta : Bulan Bintang,

1982), hlm. 114. 39 Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, op.cit., hlm. 87 40 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta : Bulan Bintang, 1982), hlm. 11 41 Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, op.cit., hlm 81.

Page 13: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

24

ajaran-ajaran agama untuk mengikuti suasana lingkungan di mana

remaja tersebut hidup.

Pengalaman keagamaan juga sangat diperlukan bagi

pembentukan jiwa agama remaja. Semua pengalaman keagamaan

yang dialalui seseorang sejak lahirnya merupakan pendidikan

agama yang diterimanya secara tidak langsung, baik melalui

penglihatan, pendengaran maupun perlakuan yang diterimanya.

Seorang anak yang sering menyaksikan orang tuanya beribadah,

maka hal tersebut merupakan pengalaman yang akan menjadi

bagian dari pribadinya, serta akan masuklah unsur agama dalam

pembinaan pribadinya.

Apabila dalam usia remaja, seorang remaja menghadapi

peristiwa-peristiwa atau hal yang menggoncangkan jiwanya,

bahkan menyebabkan jauh dari Tuhan dan agamanya, maka remaja

tersebut akan meneliti kembali pengalaman-pengalaman

keagamaannya pada waktu kecil, sehingga kesadaran beragamanya

akan timbul dan menjadi bersemangat dalam menjalankan

aktivitas-aktivitas tanpa ragu-ragu, bahkan anti agama. 42

Dari uraian tersebut, dapat simpulkan bahwa pengalaman

keagamaan dapat mempengaruhi keberagamaan seseorang, karena

selain diperlukan dalam pembentukan jiwa agama, juga dapat

menimbulkan kembali kesadaran dan semangat beragama

seseorang apabila mengalami kegoncangan jiwa yang

menyebabkan jauh dari Tuhan maupun agama.

2) Pengaruh Emosi

Emosi merupakan luapan perasaan yang berkembang dan

surut dalam waktu singkat, seperti kegembiraan, kesedihan,

keharuan, kecintaan dan keberanian.43 Emosi dapat mempengaruhi

keberagamaan remaja, karena masa remaja merupakan masa tidak

42 Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, op.cit., hlm. 87. 43 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga, op.cit., hlm. 228.

Page 14: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

25

stabilnya emosi, di mana perasaan sering tidak tenteram, sehingga

keyakinan dan pandangannya terhadap Tuhan dan agama akan

berubah-ubah sesuai dengan kondisi emosi pada waktu tertentu.44

Kebutuhan remaja terhadap Tuhan dan agama kadang-

kadang tidak terasa, apabila jiwa mereka dalam keadaan aman,

tenteram. Akan tetapi sebaliknya, Tuhan dan agama sangat

dibutuhkan apabila dalam keadaan gelisah, karena menghadapi

bahaya yang mengancam, takut mengalami kegagalan, dan

mungkin juga karena merasa berdosa. Dalam hal ini remaja merasa

bahwa sholat, membaca Al-Qur’an dan kegiatan agama lainnya

dapat mengurangi kesedihan, ketakutan dan rasa penyesalan.45

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal berupa faktor di luar dari individu, yaitu

pengaruh lingkungan yang diterima.46 Lingkungan yang dimaksud

adalah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

1) Lingkungan Keluarga

Anak-anak sejak masa bayi hingga usia sekolah memiliki

lingkungan tunggal yaitu keluarga yang merupakan lapangan

pendidikan yang pertama, dan pendidiknya adalah kedua orang

tua.47

Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam

kehidupan anak. Cara hidup mereka merupakan unsur pendidikan

yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk dalam

pribadi anak yang sedang tumbuh.48

44 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, op.cit., hlm. 80-81. 45 Ibid., hlm. 82. 46 Jalaluddin dan RamaYulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Kalam Mulia, 1998),

Cet.4, hlm. 132. 47 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 201. 48 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, op.cit., hlm. 56.

Page 15: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

26

Ali Fikry menekankan bahwa heriditas (keturunan) bapak

ibu sangat menentukan keberagamaan anak.49 Hal tersebut sesuai

dengan hadits rasulullah saw.

عن , عن همام, اخبرنا معمر, اخبرنا عبد الرزاق, حدثني اسحاق

ما من : قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : ابى هریرة قال

. .…فابواه یهودانه وینصرانه, مولود اال یولد على الفطرة

50) رواه البخاري. (الحدیث

Telah menceritakan kepadaku Ishaq, telah mengabarkan pada kami Abdur Razak, telah mengabarkan kepada kami Ma’mar, dari Hamam, dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah saw. bersabda : Tidak ada sesuatu yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani….. Al-Hadits. (HR. Bukhori)

Lingkungan keluarga dapat mempengaruhi keberagamaan

seseorang, karena keluarga merupakan lapangan pendidikan yang

pertama, di mana pendidiknya adalah kedua orang tuanya.

Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi

pembentukan jiwa keagamaan (pendidikan keagamaan).51 Yang

dimaksud pendidikan agama dalam keluarga adalah bukan hanya

pemberian pelajaran agama kepada anak, akan tetapi juga

pembinaan jiwa agama pada anak sejak lahir, dengan kata lain

pembinaan pribadi anak, sehingga segala tingkah lakunya dalam

hidup sesuai dengan ajaran agama.52

Pendidikan agama dalam keluarga dapat dilakukan melalui

kebiasaan dan pengalaman hidup yang ditanamkan sejak lahir oleh

orang tua dengan jalan memberi contoh (keteladanan), misalnya

49 Jalaluddin dan RamaYulis, op.cit., hlm. 73. 50 Al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ismail, Al-Bukhori, Soheh Bukhori, (Beirut :

Dar Al-Kutub Al-‘ilmiyah, 1992), hlm. 269. 51 Jalaluddin, op.cit., hlm. 204. 52 Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, op.cit., hlm. 87.

Page 16: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

27

orang tua selalu melaksanakan sholat, puasa dan ibadah lainnya,

serta mengajak anak untuk meneladani sikap tersebut.53

Pendidikan agama dalam keluarga yang diberikan sejak

kecil sangat diperlukan, karena dalam usia meningkat remaja,

seorang anak mengalami perasaan dan kecenderungan yang

kadang-kadang menggelisahkannya, karena bertentangan dengan

nilai moral yang terdapat dalam masyarakat, maka dalam keadaan

seperti itu, seorang anak memerlukan suatu kekuatan luar untuk

menolong dirinya dalam mengatasi kesulitan tersebut.

Di sinilah keuntungan anak yang telah mendapat didikan

agama, seseorang yang sejak kecil telah tertanam jiwa agama dan

kebiasaan hidup sesuai dengan aturan agama akan sanggup

menjaga dirinya dari rongrongan usia remaja, yang goncang itu dan

akan menjadikan Tuhan sebagai penolongnya. Akan tetapi bagi

anak yang belum mengenal Tuhan dan agama, mungkin

kegoncangan jiwa yang dialami akan diselesaikan dengan cara

mengganggu ketenteraman orang lain dan melakukan hal-hal yang

terlarang dalam agama.54

Apabila seorang remaja yang meskipun sudah mendapat

pendidikan agama sejak kecil dan sudah berusaha dengan keras

untuk bertahan, serta sudah mencoba melawan segala dorongan

yang bertentangan dengan nilai moral yang dianut oleh

masyarakat, akan tetapi tetap dapat dikalahkan oleh dorongan dan

bujukan dari luar, maka hal tersebut tidak akan berlangsung lama,

karena benteng keimanan yang ditanamkan sejak kecil, sehingga

setelah dikalahkan oleh dorongan yang salah, akan timbul sesudah

itu rasa berdosa dan penyesalan serta akan berusaha memohon

53 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, op.cit., hlm. 83. 54 Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, op.cit., hlm. 88.

Page 17: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

28

ampun dan mencoba lebih tekun beribadah agar tidak terkalahkan

sekali lagi.55

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberagamaan

remaja tergantung dari pendidikan agama yang diterimanya sejak

kecil, dalam hal ini oleh orang tua mereka melalui contoh atau

keteladanan dan pembiasaan.

2) Lingkungan Sekolah

Sekolah sebagai kelembagaan pendidikan adalah pelanjut

dari pendidikan keluarga.56 Pendidikan agama di sekolah bukanlah

pendidikan yang diberikan tiap-tiap guru, tetapi segala peraturan

yang berlaku di sekolah dan seluruh suasana dan tindakan yang

tercermin dalam tindakan semua staf pendidikan, pegawai dan alat

yang dipakai.57

Pendidikan agama yang diberikan di lembaga pendidikan

sangat mempengaruhi keberagamaan seseorang, karena

pengetahuan tentang ajaran agama Islam berfungsi sebagai

stimulus terhadap perkembangan jiwa keagamaannya.58

Oleh karena itu, pendidikan yang diberikan oleh guru

hendaknya sesuai dengan perkembangan jiwa anak, dengan cara

yang membawa kepada berkembangnya kecintaan anak kepada

Tuhan dan keinginan untuk menggunakan agama dalam setiap

liku-liku hidupnya. Di samping itu hendaknya kepribadian, sikap,

dan caranya menghadapai setiap masalah, harus mencerminkan

ajaran agama yang dianutnya, sehingga anak itu terdorong untuk

meneladaninya di samping mencintai pelajaran yang

diberikannya.59

55 Ibid., hlm. 115. 56 Jalaluddin, op.cit., hlm. 205. 57 Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, op.cit., hlm. 90. 58 Ibnu Hadjar, “Pendekatan Keberagamaan Dalam Pemilihan Metode Pengajaran Agama

Islam”, dalam Chabib Thoha et.al. (eds.), Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar dengan IAIN Walisongo Semarang, 1999), Cet.1, hlm. 17.

59 Loc.cit.

Page 18: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

29

Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa sekolah,

dalam hal ini pendidikan agama yang diberikan di sekolah akan

mempengaruhi keberagamaan seseorang.

3) Lingkungan Masyarakat

Setelah pembinaan jiwa agama dimulai di rumah dan

dilanjutkan di sekolah, harus diteruskan dan dikembangkan dalam

masyarakat. Masyarakat adalah lingkungan ketiga setelah keluarga

dan sekolah yang mempengaruhi keberagamaan seseorang, karena

lingkungan masyarakat yang agamis akan menciptakan jiwa

keagamaan atau memperkuat keagamaan seseorang, sedangkan

lingkungan masyarakat non agamis akan dapat menghilangkan

jiwa keagamaan dalam dirinya.60

Dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadinya banyak

terpengaruh oleh lingkungan teman-temannya.61 Hal itu karena

Remaja merupakan golongan masyarakat yang sangat

memperhatikan status sosial dari teman-teman sebayanya. Remaja

akan sedih, apabila dalam kehidupannya tidak mendapat tempat

atau kurang diperdulikan oleh teman-temannya, sehingga

mendorong mereka untuk meniru apa yang dipakai, dibuat dan

dilakukan oleh teman-temannya.

Begitu juga dengan keberagamaan remaja, dalam

menjalankan aktivitas-aktivitas agama, biasanya remaja sangat

dipengaruhi oleh teman-temannya. Misalnya remaja ikut dalam

kelompok yang tidak sholat atau tidak perduli akan ajaran agama,

akan bersedia mengorbankan sebagian dari keyakinannya, demi

mengikuti kebiasaan teman-teman sebayanya. 62

Bagi remaja, teman akrab sangat penting, yaitu yang dapat

memupuk pribadinya, serta mengurangi ketegangan batinnya, hal

tersebut karena mereka sama-sama sedang mengalami

60 Jalaluddin,op.cit., hlm. 209. 61 Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, op.cit., hlm. 90. 62 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, op.cit., hlm. 88.

Page 19: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

30

kegoncangan dan mudah mengidentifikasikan dari satu sama lain.

Sedang terhadap orang tua dan guru kadang-kadang menentang,

merasa jauh dan antipati.63

Adanya anak dari keluarga baik-baik, yang tadinya suka

mengaji, belajar agama dan patuh kepada orang tua, menjadi

pemalas, nakal dan keras kepala, hal tersebut tidak lain karena

teman akrab dan pergaulan yang salah. Akan tetapi sebaliknya,

seorang anak dari keluarga yang kurang memperhatikan agama,

akan berubah menjadi anak yang baik, taat kepada ajaran agama

karena berteman atau bergaul dengan orang yang baik-baik dan taat

pada ajaran agama. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya teman

bergaul bagi remaja karena dapat mempengaruhi kepribadian dan

keberagamaannya.64

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh

masyarakat terhadap keberagamaan seseorang sangat tergantung

dari

seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung norma-norma

keagamaan itu sendiri.

4. Sikap Remaja Terhadap Agama

Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan jiwa,

masa berada dalam peralihan yang menghubungkan masa kanak-kanak

yang penuh kebergantungan, dengan masa dewasa yang matang dan

berdiri sendiri. Dalam kondisi jiwa yang demikian, agama mempunyai

peranan penting dalam kehidupan remaja.65 Sikap remaja terhadap agama,

sangat ditentukan oleh pengalaman keagamaan yang dilaluinya sejak kecil.

Prof. Dr. Zakiyah Daradjat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama

menjelaskan bahwa sikap remaja terhadap agama adalah sebagai berikut :

63 Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, op.cit., hlm. 112. 64 Ibid., hlm. 91. 65 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, op.cit., hlm. 89.

Page 20: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

31

a. Percaya turut-turutan

Kebanyakan sikap remaja terhadap Tuhan dan agama, hanya

mengikuti apa yang dialaminya dalam keluarga dan lingkungannya.

Dia tidak perlu meninjau kembali caranya beragama.66 Percaya turut-

turutan ini banyak terjadi pada masa remaja pertama (umur 13-16

tahun). Sesudah itu biasanya berkembang kepada cara yang lebih kritis

dan lebih sadar.

b. Percaya dengan kesadaran

Kesadaran agama atau semangat agama pada remaja itu mulai

dengan cenderungnya remaja kepada meninjau dan meneliti kembali

caranya beragama di masa kecil. Kepercayaan tanpa pengertian yang

diterima waktu kecil serta patuh dan tunduk kepada ajaran tanpa

komentar atau alasan tidak memuaskan lagi. Biasanya hal itu tidak

terjadi sebelum umur 17 atau 18 tahun.

c. Sikap Ambevalensi terhadap agama

Ambivalence (bimbang) yang dimaksud adalah bahwa remaja

di satu sisi ingin tetap dalam kepercayaannya, akan tetapi di lain pihak

timbul pertanyaan-pertanyaan di sekitar agama yang tidak terjawab

olehnya. Kebimbangan beragama biasanya terjadi antara umur 17-20

tahun.

d. Tidak percaya kepada Tuhan

Salah satu perkembangan yang mungkin terjadi pada akhir

masa remaja adalah mengingkari wujud Tuhan dan menggantinya

dengan keyakinan lain. Ketidakpercayaan yang sungguh-sungguh itu

tidak terjadi sebelum umur 20 tahun. 67

Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, remaja

menduduki tahap progresif. Sejalan dengan perkembangan jasmani dan

rohaninya, maka agama pada remaja turut dipengaruhi oleh perkembangan

itu. Perkembangan agama pada remaja ditandai oleh beberapa faktor

66 Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, op.cit., hlm. 81. 67 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, op.cit., hlm. 111-122.

Page 21: BAB II KEBERAGAMAAN REMAJA A. Remajalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · “Remaja” adalah anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja

32

perkembangan rohani dan jasmaninya, yaitu pertumbuhan pikiran dan

mental, perkembangan perasaan, pertimbangan sosial, perkembangan

moral, sikap dan minat serta konflik dan keraguan.

Kemampuan dasar untuk beragama seseorang intinya terletak pada

keimanan, dan para ahli psikologi menganggapnya sebagai suatu naluri.

Naluri ini dapat dikembangkan melalui pendidikan atau pengajaran.

Demikian halnya dengan remaja, kemampuan beragama pada remaja dapat

dikembangkan melalui pendidikan atau bimbingan agama yang diberikan

sejak mereka kecil. Sehingga dapat dikatakan bahwa “Keberagamaan

remaja” merupakan proses kelanjutan dari pengaruh pendidikan yang

diterima pada kanak-kanak.

Potensi keberagamaan dalam pribadi remaja yang dikembangkan

melalui pendidikan atau bimbingan agama merupakan tenaga pengontrol,

tenaga motivatif untuk bertingkah laku positif, yang mampu mengerem

nafsu negatif, serta bagi mereka yang terlibat kenakalan, nilai-nilai agama

dalam pribadinya sanggup mendorongnya untuk kembali kepada

kebenaran. 68

68 M. Arifin, op.cit., hlm. 215-218.