Top Banner

of 11

[Bab II] Karakteristik Gunung Sumbing

Oct 08, 2015

Download

Documents

Gunung Sumbing , Jawa Tengah , Vulkanologi , Geologi ,
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IIANALISIS DAN PEMBAHASAN

2.1 Posisi GeografisGunung Sumbing terletak 723' LS dan 11003'30" BT. Terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Gunung Sumbing berada pada empat kabupaten yaitu Kabupaten Temanggung disebelah timurlaut, Kabupaten Magelang disebelah tenggara, dan Kabupaten Wonosobo disebelah barat. Gunung Sumbing memiliki ketinggian 3371mdpl dengan kaki Gunung Sumbing sebelah baratlaut berbatasan langsung dengan Gunung Sindoro.

Gambar 2.1 Posisi Geografis Gunung Sumbing yang diamati dari citra Google Earth

2.2 Sejarah Pembentukan Gunung Sumbing Akibat letak Indonesia dengan batas lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik menghasilkan interaksi yang mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan tektonik paling aktif. Posisi Pulau Jawa tempat Gunung Sumbing berada pada zona penujaman (zona subduksi) yang mengakibatkan terbentuknya aktivitas volkanisme yang cukup intens di Pulau Jawa. Akibatnya terbentuknya 4 jalur magmatisme di Pulau Jawa yang membentuk formasi batuan beku atau vulkanik. Keempat jalur magmatisme tersebut adalah:1. Jalur Volkanisme Eosen hingga Miosen tengah, terlihat pada Zona Pegunungan Selatan2. Jalur volkanisme Miosen Atas hingga Pliosen. Terletak di sebelah utara Pegunungan Selatan yang berupa intrusi lava dan batuan beku3. Jalur volkanisme Kuarter Busur Samudera yang terdiri dari deretan gunung api aktif di Pulau Jawa4. Jalur volkanisme Kuarter Busur Belakang, jalur ini ditempati sejumlah gunung api berumur Kuarter yang terletak di belakang busur volkanik aktif saat ini(Soeria Atmadja, 1991, dalam Nuraini dan Sofyan, 2010) Gunung Sumbing Lawu Merapi Sindoro Slamet merupakan kelompok jalur volkanisme Kuarter Busur Samudra. Ada dua jalur rangkaian gunung api, jalur utama yang terletak ditengah Pulau Jawa dan jalur belakang busur. Gunung Sumbing merupakan gunung yang terletak pada jalur utama.

Gambar 2.2 Peta pesebaran zona utama dan topografi gunung api Pulau Jawa terutama pada Jawa bagian tengah (http://rovicky.files.wordpress.com , 2009)

2.3 Morfologi Gunung Sumbing Gunung Sumbing memiliki bentuk kerucut sehingga disebut gunung api dengan tipe stratovulkano. Pada bagian kawah terlihat mulut kawah telah hancur pada arah timur laut, sehingga nampak seolah sobek, maka disebut Gunung Sumbing, karena nampak seperti bibir yang terkoyak. Secara morfologi Gunung Sumbing dapat dibedakan menjadi dua satuan morfologi yaitu morfologi lereng dan morfologi puncak. Morfologi lereng terletak pada ketinggian 1400 sampai dengan 3000 mdpl yang terdiri dari lereng bagian landau dan lereng yang curam. Lereng bagian landai memiliki satuan litologi yang tersusun atas batuan yang didominasi piroklastik seperti lapilli, tuf, tuf pasiran, sampai tuff halus berbatu apung. Bagian lereng yang terjal memiliki kemiringan lereng 25-30 tersusun atas litologi lava (lava flow) yang membentuk punggungan-punggungan bukit. Selain itu pada bagian lereng terdapat morfologi kerucut parasit Petarangan pada kaki gunung sebelah utara dengan ketinggian 1292mdpl dan kerucut parasit Namu pada lereng bagian tenggara yang memiliki ketinggian1033mdpl.Morfologi puncak Gunung Sumbing memiliki ketinggian 3200-3371mdpl. Kawah Gunung Sumbing memiliki diameter 800m dengan kedalaman 100-150m. Kawah berbentuk tapal kuda membuka ke arah timurlaut. Kubah lava yang terdapat pada bagian kawah memiliki dimensi 450m dengan tinggi membujur menuruni lereng sebelah timurlaut dengan litologi yang tersusun dari andesit hornblende. Bibir kawah yang berupa tinggian (pematang) terdiri dari hipersten augit hornblende, serta terlihat beberapa struktur kekar pada beberapa bagiannya.

Gambar 2.3 Citra satelit dari Google Earth yang menunjukkan kawah Gunung Sumbing yang membuka kea rah timurlaut, mengindikasikan chanel tempat mengalirnya lava pada erupsi yang pernah terjadi

Gambar 2.4 Peta Kawah Gunung Sumbing nampak kubah lava/dome pada peta (Arsip Direktorat Vulkanologi PVMBG, 2011)

Gambar 2.5 Puncak Gunung Sumbing. Nampak tinggian bibir kawah dan kubah lava pada bagian tengah kawah. Aktivitas magmatik terlihat dari manifestasi solfatara dan gas belerang menyengat yang keluar dari bagian berwarna putih. ( sumber : Google Earth Photos)

2.4 Tipe Magma Gunung Sumbing Gunung api yang terdapat pada jalur utama atas batuan volkanik dengan tipe toleitik, kalk alkali dan kalk alkali kaya potassium (Nuraini dan Sofyan, 2010).Gunung Sumbing sendiri memiliki jeis batuan dengan kandungan K2O yang rendah atau bertipe toleitik. Hal ini mengindikasikan bahwa magma bawah gunung api di Gunung Sumbing dan gunung api pada jalur utama berasal dari mantel bumi yang tercermin dari subduksi di bagian selatan Jawa. Oleh karena itu, Gunung Sumbing memiliki komposisi magma dengan tipe intermidiet cenderung asam sebagai hasil tumbukan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia. Tipe lava yang dihasilkan adalah lava andesitic dan dasitik.

Gambar 2.6 Model pembentukan magma toleitik yang menjadi karakteristik gunung api pada busur vulkanik (sumber : http://www.le.ac.uk/ )2.5 Sejarah Erupsi Gunung Sumbing Berdasarkan komposisi magmanya yang cenderung asam, Gunung Sumbing memiliki karakteristik erupsi bertipe magmatik strombolian. Ciri khas letusan strombolian adalah fragmen lava yang dilemparkan bersamaan dengan awan erupsi yang berwarna putih karena sedikit mengandung debu. Erupsi ini dipicu adanya tekanan yang sangat kuat dari dapur magma sehingga menghasilkan letusan yang bersifat eksplosif. Letusan yang tercatan sepanjang sejarah adalah pada tahun 1730 dan hingga kini tidak menunjukkan adanya indikasi akan melakukan erupsi kembali. Letusan 1730 terjadi di kawah puncak, dengan terbentuknya kubah lava dengan aliran ke arah bibir kawah terendah (Junghun, 1853 dan Traverne,1926)Bukti satu-satunya adalah ditemukannya endapan kuarter yang tersebar di Kabupaten Sleman dan wilayah Jawa Tengah berupa breksi andesit dan juga tuf. Hingga saat ini aktivitas volkanik pada Gunung Sumbing tidak berhenti begitu saja, aktivitas solfatara yang mengeluarkan gas-gas belerang dengan bau menyengat masih terjadi pada puncak Sumbing. Gas-gas ini menghasilkan endapan sulfur yang berwarna kekuningan. Aktivitas solfatara terkuat terjadi pada tahun 1977. Suhu yang tercatat adalah 125C dengan solfatara bertekanan kuat menghasilkan suara tiupan yang keras (blazer) dan mata air panas dengan suhu 87C.

Gambar 2.7 Letusan tipe strombolian yang terjadi pada Gunung Etna sebagai ilustrasi yang terjadi pada Gunung Sumbing. Tipe erupsi stromboli di cirikan oleh adanya magma yang sangat cair, yang semakin ke arah permukaan sering dijumpai letusan pendek yang disertai dengan ledakan (sumber: http://fast.swide.com/)

2.6 Upaya Penanggulangan Bencana Gunung Sumbing Salah satu upaya untuk menanggulangi bahaya letusan Gunung Sumbing adalah dibuatnya pos pengamatan Gunung Sumbing. Pos pengamatan ini tidak hanya menjadi pengamatan Gunung Sumbing namun juga menjadi pos pengamatan unung Sindoro mengingat letaknya yang berdekatan. Pos pengamatan ini terletak d Desa Gentingsari, Kec. Parakan, Kab. Temanggung, Jawa Tengah.

Gambar 2.7 Sosialisasi yang dilakukan petugas PVMBG pasca meningkatnya Gunung Sindoro di Pos pengamatan Gunung Sumbing-Sindoro.

Suatu gunung api dapat diketahui karakteristik dan ciri-ciri erupsinya dari produk yang dihasilkannya. Meskipun sepanjang sejarah Gunung Sumbing tidak pernah meletus hingga terjadi bencana besar, namun kita harus waspada terhadap segala kemungkinan yang ada. Suatu api yang sudah lama tidak meletus biasanya akan dahsyat letusannya bila terjadi dan kemungkinan awan panas tidak bisa untuk dianggap remeh (Kusumadinata, 1980, dalam Jurnal Direktorat Vulkanologi). Oleh karena itu dapat dibuat peta kawasan rawan bencana guna mitigasi dan penanggulangan korban jiwa apabila sewaktu-waktu gunung meletusPeta kawasan rawan bencana terbagi menjadi Daerah Bahaya dan Daerah Bencana. Pembagian daerah ini berdasarkan bentukan morfologi dan topografi, aktivitas dan karakteristik gunung api, dan pesebaran letusan masa lalu yang dapat dilihat dari endapan piroklastik sekitar gunung.

1. Daerah Bahaya Daerah bahaya merupakan daerah yang sangat rawan terkena bahaya letusan berupa luncuran awan panas, lelehan lava, lontaran material piroklastik sepert bom dan blok, hujan pasir dan abu. Daerah ini memiliki radius 5km dari kawah aktiftanpa memperhitungkan arah tiupan angin pada saat terjadi letusan. Pada Gunung Sumbing daerah paling bahaya adalah daerah arah timurlaut tempat bukaan kawah . Daerah ini meliputi K. Kedu, K. Parang, K Gondang yang memiliki jumlah jiwa 23.500 itupun pada sensus penduduk tahun 1989. Karena itu penduduk harus segera diungsikan bila ada tanda-tanda terjadi letusan.

2. Daerah WaspadaDaerah waspada merupakan daerah diluar daerah bahaya yang masih terpengaruh bahaya lontaran lapilli, hujan pasir dan abu yang berbentuk lingkaran diluar daerah bahaya dengan radius 8km dar kawah aktif. Penduduk pada daerah ini lebih padat dari daerah bahaya, yaitu berkisar 71.500 pada tahun 1989. Selain bahaya lontaran material letusan, pada daerah ini penduduk diharapkan waspada bila terjadi hujan pasca letusan karena beberapa sungau yang berhulu dari daerah puncak kemungkinan besar kan dilalui oleh lahar hujan.

Daerah diluar kedua daerah tersebut merupakan daerah aman, namun perlu diperhatikan bahwa daerah tersebut tidak berarti tidak terjangkau oleh material letusan sama sekali. Sehingga kewasadaan dan kesigapan dalam mitigasi wajib diperlukan sebelum atau setelah letusan terjadi.

Gambar 2.8 Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Sumbing (Arsip Direktorat Vulkanologi PVMBG)

2.7 Pemanfaatan Gunung Sumbing Sebagaimana pada umumnya kawasan daerah gunung berapi umumnya memiliki kondisi tanah yang subur dengan komposisi yang memungkinkan tumbuhan untuk tumbuh secara maksimal. Kondisi seperti itu pula yang dimanfaatkan penduduk kawasan lereng Gunung Sumbing. Kawasan Jawa Tengah hingga kini dikenal dengan komoditi pertaian berupa tanaman tambakau yang memiliki kualitas terbaik di Indonesia. Termasuk kawasan Kabupaten Temanggung dan sekitarnya yang berada di lereng Sumbing. Sepanjang lereng Gunung Sumbing-Sindoro pemandangan hijau daun lebar dari tanaman tembakau menghampar indah.

Gambar 2.9 Petani Bakau pada sedang memanen hasil daun tembakau yang telah menguning, siap untuk dikeringkan menjadi tembakau kualitas terbaik, nampak Sumbing menjulang perkasa sebagai latar. ( sumber: http://3.bp.blogspot.com/ )

Gambar 2.10 Tembakau kualitas super pada lereng sumbing (sumber :http://arumsekartaji.files.wordpress.com/ )

Selain potensi dalam bidang pertanian Gunung Sumbing memiliki keindahan puncak yang memukau. Panorama puncak-puncak gunung yang berada di sekitar menjadi daya tarik tertuntu bagi para pendaki Sumbing. Gunung Merapi, Slamet, Dieng, dan Sindoro nampak seperti sekumpulan penjaga yang mengelilingi Gunung Sumbing. Kenampakan samudra diatas awan mengganjar setiap pendaki dengan kepuasan yang tak bisa diungkapkan kata-kata. Pendakian Gunung Sumbing yang memiliki ketinggian 3371mdpl dimulai dari basecamp pendakian yang berada pada jalan antara Kab. Wonosobo-Magelang. Potensi inilah seharusnya senantiasa dikembangkan menjadi lebih baik dan bertanggung jawab yang nantinya akan meningkatkan potensi pariwisata daerah dan mendayagunakan masyarakat sekitar Gunung Sumbing. Gambar 2.11 Puncak Gunung Sumbing 3371 yang diabadikan oleh para pendaki. Tinggian menjulang yang dihiasi kubah lava menjadikan keelokan Sumbing tidak terlupa (sumber: http://lupajalanpulang.files.wordpress.com/ )

Gambar 2.12 Mengabadikan momen pendakian pada puncak Gunung Sumbing (sumber: https://ajustabrata.files.wordpress.com )

12