16 BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian Relevan 2.1.1 Kajian Teori Variabel Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Noehi Nasution (Wahab, 2015:242), menyimpulkan bahwa belajar adalah arti luas yang dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkat baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara suatu hal. Menurut Skinner (Wahab, 2015:242) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif (a process of progressive behavior adaption). Kemudian, menurut Hintzman (Wahab, 2015:242) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme. (Wahab, 2015:242). Menurut Slameto (Hadis, 2006:60), mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungannya. Moeslichatoen (Hadis, 2006:60),
71
Embed
BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
16
BAB II
KAJIAN TEORITIK
2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian Relevan
2.1.1 Kajian Teori Variabel Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Noehi Nasution (Wahab, 2015:242), menyimpulkan bahwa belajar adalah arti
luas yang dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau
berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan
syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkat baru itu bukan disebabkan oleh
adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara suatu hal.
Menurut Skinner (Wahab, 2015:242) berpendapat bahwa belajar adalah suatu
proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif (a
process of progressive behavior adaption). Kemudian, menurut Hintzman (Wahab,
2015:242) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Dalam pandangan Hintzman,
perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar
apabila mempengaruhi organisme. (Wahab, 2015:242).
Menurut Slameto (Hadis, 2006:60), mengemukakan bahwa belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi individu dengan lingkungannya. Moeslichatoen (Hadis, 2006:60),
17
mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses yang membuat
terjadinya proses belajar dan perubahan itu sendiri dihasilkan dari usaha dalam proses
belajar.
Kemudian, menurut Wittig (Syah, 2014:89), didefinisikan belajar sebagai: any
relatively permanent change in an organismβs behavioral repertoire that occurs as a
result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam
segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
pengalaman. Kemudian, menurut R. Gagne dalam Susanto (2013:1) belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman. Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
Menurut Burton dalam Susanto (2013:3), Belajar dapat diartikan sebagai
perubahan tingkah laku pada diri individu berkata adanya interaksi antara individu
dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih
mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara menurut E.R Hilgard
(Susanto, 2013:3), Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku dan hal ini diperoleh
latihan (pengalaman). Hilgard menegaskan bahwa belajar merupakan proses mencari
ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembiasaan, pengalaman, dan
sebagainya.
Adapun pengertian belajar menurut W.S Winkel (Susanto, 2013:4) adalah
suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara suatuseseorang
dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif, konstan, dan
18
berbekas. Menurut H.C Witherington (dalam Isnania dan Budi, 2015:186)
berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian yang ditandai
dengan pola sambutan baru yang dapat berupa suatu pengertian.
Dalam proses pembelajaran, baik formal, nonformal, maupun informal, teori
pembelajaran memiliki peran yang penting. Teori Pembelajaran akan menentukan
bagaimana proses belajar itu terjadi, terdapat tiga teori yang dipandang dalam
psikologi oleh para ahli pendidikan yaitu teori Behavioristik, Kognitif, dan
Humanistik. (Wahab, 2015:36).
a. Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku
yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Teori ini memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Sehingga
dengan kata lain behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan
perasaan individu dalam suatu belajar (Soemanto dalam Wahab, 2015:37). Adapun
ciri-ciri dari teori belajar behavioristik yaitu:
a) Mementingkat faktor lingkungan
b) Menekankan pada faktor bagian
c) Menekankan pada tingkah laku yang tampak dengan mempergunakan metode
objektif
d) Sifatnya mekanis
e) Mementingkan masa lalu. (Budiningsih dalam Wahab, 2015:37).
19
Dapat dikatakan, bahwa teori behavioristik ini memandang bahwa belajar
merupakan perubahan tingkah laku, yang bisa diamati, diukur dan dinilai secara
konkret, karena adanya interaksi antara stimulus dan respons. (Wahab, 2015:37).
b. Teori Belajar Kognitif
Dalam teori ini, belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam
otak manusia (Soemanto, Wahab. 2015:48). Sedangkan pengolahan oleh otak
manusia sendiri dimulai dengan pengamatan (penglihatan) atas informasi yang berada
dalam lingkungan manusia, penyimpanan (baik untuk jangka waktu pendek maupun
panjang), penyimpanan/pengkodean penyalinan terhadap informasi-informasi yang
tersimpan, dan setelah membentuk pengertian, kemudian dikeluarkan kembali oleh
pembelajar. Adapun prinsip-prinsip belajar teori kognitif yaitu:
a) Gambaran perseptual sesuai dengan masalah yang dipertunjukkan kepda siswa
adalah kondisi belajar yang penting
b) Organisasi pengetahuan harus merupakan sesuatu yang mendasar bagi guru atau
perencana pendidikan
c) Belajar dengan pemahaman (Understanding) adalah lebih permanen (menetap)
dan lebih memungkinkan untuk ditransferkan, dibandingkan dengan rate
learning atau belajar dengan formula.
d) Umpan balik kognitif mempertunjukkan pengetahuan yang benar dan tepat dan
mengoreksi kesalahan belajar.
e) Penetapan tujuan (Goal setting) penting sebagai motivasi belajar.
f) Berpikir divergen menuju ke ditemukannya pemecahan masalah atau terciptanya
produk yang bernilai dan menyenangkan (Wahab, 2015:49).
20
c. Teori belajar Humanistik
Menurut Assegaf (dalam Qodir, 2017:192), teori humanistik berasumsi bahwa
teori belajar apapun baik dan dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk
memanusiakan manusia yaitu pencapaian aktualisasi diri, serta realisasi diri orang
belajar secara optimal. Arbayah (dalam Qodir, 2017:193) menjelaskan pembelajaran
humanistik memandang siswa sebagai subjek yang bebas untuk menentukan arah
hidupnya. Siswa diarahkan untuk dapat menentukan arah hidupnya. Siswa diarahkan
untuk dapat bertanggung jawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup
orang lain. Pada pembelajaran humanistik ini guru tidak bertindak sebagai guru yang
hanya memberikan asupan materi yang dibutuhkan siswa secara keseluruhan, namun
guru hanya berperan sebagai fasilitator dan parthner dialog.
Menurut Ngalim Purwanto (dalam Fathurrohman, 2017:9) ada beberapa elemen
penting yang mencirikan tentang belajar, antara lain:
1. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu
dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada
kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk
2. Belajar merupakana suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, ddalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti
perubahan-perubahan yang terjadi pada seorang bayi.
3. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relative mantap, harus
merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Beberapa
lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi
21
perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mugkin
berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun.
4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai
aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti: perubahan dalam pengertian,
pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun
sikap.
Sedangkan menurut Wahab (2015:19) ada beberapa perubahan tertentu yang
dimasukkan dalam ciri-ciri belajar, antara lain:
1. Perubahan yang terjadi secara sadar
Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-
kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya,
misalnya ia mengetahui bahwa pengetahuannya bertambah, percakapannya
bertambah, dan kebiasaannya bertambah. Jadi,dapat diketahui bahwa individu itu
mengetahui perubahannya dengan sadar.
2. Perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional
Suatu perubahan yang terjadi akan menimbulkan perubahan berikutnya dan akan
berguna bagi kehidupan ataupun belajar berikutnya. Dalam arti, perubahan ini
berlangsung terus-menerus sampai kecakapan individu itu menjadi lebih baik dan
sempurna.
3. Perubahan dalam belajar yang bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju
untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian,
semakin banyak usah belajar itu dilaksanakan makin banyak dan makin baik
22
perubahan yang diperoleh. Yang mana perubahan yang bersifat aktif itu perubahan
yang tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usah individu itu sendiri.
Dalam arti perubahan yang dilakukan individu itu sendiri untuk menjadi lebih baik.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja,
seperti berkeringat, keluar air mata, menangis dan sebagainya tidak dapat
digolongkan sebagai perubahan dalam belajar. Akan tetapi, perubahan dalam belajar
itu bersifat permanen.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Ini berarti perubahan, tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang dicapai.
Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
Misalnya, seseorang ingin belajar mengetik, dalam arti seseorang tersebut melakukan
perbuatan bayar itu dengan senantiasa terarah sesuai dengan tingkah laku yang
ditetapkannya.
6. Anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tanpa ialah dalam
keterampilan naik sepeda itu, akan tetapi iya telah mengalami perubahan-
perubahan lainnya
Jadi, dapat dikatakan bahwa seseorang yang melakukan belajar pasti akan muncul
perubahan-perubahan setelah ia belajar dan dapat diketahui perubahan-perubahan
tersebut merupakan hasil belajar.
Menurut Wahab (2015:26), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seseorang
yaitu:
1. Faktor Internal
23
a. Faktor Fisiologis
a) Keadaan Tonus Jasmani
Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau
sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena
keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi proses belajar, maka perlu ada
usaha menjaga kesehatan jasmani.
b) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh
manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra
yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik
pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala
informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat
mengenal dunia luar.
b. Faktor Fisiologis
a) Kecerdasan Intelligensi siswa
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling Penting dalam proses
belajar siswa, karena itu menentukan kualitas. Semakin tinggi tingkat inteligensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar.Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit
individu mencapai kesuksesan dalam belajar.
b) Motivasi
24
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan
belajar siswa. Motivasilah yang me dorong siswa ingin melakukan kegiatan
belajar. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
c) Minat
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tiggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu.Menurut Rebber dalam (Wahab, 2015:28), minat bukan
istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap
berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,
motivasi dan kebutuhan.
d) Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan
untuk mereksi atau merespon dengan cara yang relative terhadap objek, orang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negative. Sikap siswa dalam
belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan
guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.
e) Bakat
Bakat didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian,
bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar seseorang. Apabila bakat seseorang
sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung
proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
25
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Sosial
a) Lingkungan Sosial Masyarakat
Kondisi lingkungan sosial masyarakat tempat tinggal siswa akan
mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran, dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar
siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
b) Lingkungan Sosial Keluarga
Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan kelaurga,
sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,
semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan
antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak atau adik yang harmonis akan
membantu siswa melakukan aktivitas belajar yang baik.
c) Lingkungan Sosial Sekolah
Seperti guru, administrasi dan teman-teman sekolah dapat mempengaruhi
proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat
menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah.
b. Lingkungan non sosial
a) Lingkungan alamiah
Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang
tidak silau/kuat, atau tidak terlalh lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.
26
Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b) Faktor instrumental
Yaitu perangkat belajar yang digolongkan dua macam. (1) Pertama, hardware
(perangkat keras), seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar,
lapangan olahraga, dan lain sebagainya. (2) Kedua, software (perangkat lunak).,
seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus,
dan lain sebagainya.
Menurut Mulyono dalam Moh. Zaiful dkk (2019:11), Hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak sekolah melalui kegiatan belajar dan mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Hasil belajar dapat ditentukan
apabila seseorang tersebut mempunyai tujuan dalam proses pembelajaran. Adapaun
menurut Oemar Hamalik (dalam Husna dan Fefri, 2014:88) yang menyatakan bahwa
hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku,
termasuk juga perbaikan perilaku.
Kemudian, menurut Dimyati dan Mudjiono (Moh. Zaiful dkk, 2019:12), Hasil
belajar adalah proses untuk melihat sejauh mana siswa dapat menguasai pembelajaran
setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar atau keberhasilannya yang dicapai
seorang peserta didik setelah mengikuti pelajaran yang ditandai dengan bentuk angka,
huruf atau simbol tertentu yang disepakati oleh pihak penyelenggara pendidikan.
Adapun menurut Nana Sudjana (dalam Isnania dan Budi, 2015:186) Hasil belajar
27
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.
Hasil belajar yang hakekatnya merupakan perubahan tingkah laku siswa
sebagai hasil dari proses belajar yang efektif dengan mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang nantinya menjadi tolak ukur dalam menentukan prestasi
belajar siswa. (Moh. Zaiful dkk, 2019:13). Kemudian, menurut Suprijono (dalam
Thobroni, 2015:20) Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.
Menurut Nawawi (dalam Susanto, 2013:5) Hasil belajar dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah
yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi
pelajaran tertentu. Adapun menurut Sudjana (dalam Husamah. Dkk, 018:19), Hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Gagne dan Briggs mengatakan kemampuan kemampuan yang dimiliki
siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar dapat diamati melalui penampilan siswa
atau learnerβs performance (Husamah dkk, 2018:19).
Menurut Salim (dalam Husamah dkk, 2018:19), Hasil belajar sebagai sesuatu
yang diperoleh, didapatkan atau dikuasai setelah proses belajar biasanya ditunjukkan
dengan nilai atau skor. Adapun menurut Winkel (Purwanto, 2014:45) Hasil belajar
adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang
dikembangkan oleh Bloom, Simpson, dan Harrow mencakup aspek Kognitif, afektif,
psikomotorik (Winkel dalam Purwanto, 2014:45).
28
Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan
tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan
pendidikan melalui proses belajar mengajar. (Purwanto, 2014:47). Setiap proses
belajar mempengaruhi perubahan perilaku pada domain tertentu pada diri siswa,
tergantung perubahan yang diinginkan terjadi sesuai dengan tujuan pendidikan
(Purwanto, 2014:34).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalahkemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar yang
menghasilkan perubahan tingkah laku berupa pengetahuan, pemahaman keterampilan
dan sikap yang biasanya meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Jenis-jenis Hasil Belajar
Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi pemahaman
konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotorik),dan sikap siswa
(aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemahaman konsep
Menurut Bloom (dalam Susanto, 2013:6) pemahaman adalah kemampuan untuk
menyerap arti dari materi atau banyak dipelajari. Untuk mengukur hasil belajar siswa
yang berupa pemahaman konsep, suruh dapat melakukan evaluasi produk. Evaluasi
produk dapat dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan
maupun tertulis (Susanto, 2013:19).
2. Keterampilan proses
29
Menurut Usman dan Setiawati (dalam Susanto, 2013:9), keterampilan proses
merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental,
fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi
dalam diri individu siswa.
Menurut Indrawati (dalam Susanto, 2013:9) mengemukakan ada enam aspek
keterampilan proses yang meliputi: Observasi, klarifikasi, pengukuran,
mengkomunikasikan, memberikan penjelasan dan interprestasi terhadap suatu
pengamatandaan melakukan eksperimen.
3. Sikap
Menurut Sadirman (dalam Susanto, 2013:11), Sikap merupakan kecenderungan
untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola dan teknik tertentu terhadap
dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap
merujuk pada perbuatan, perilaku, dan tindakan seseorang.
Menurut Surya (dalam Husamah, dkk 2018:19), Hasil belajar akan tampak dalam
berbagai hal, diantaranya:
1. Kebiasaan, misalnya kita belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan
penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan
penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2. Keterampilan, misalnya menulis dan berolahraga yang meskipun sifatnya
motorik, keterampilan keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti
dan kesadaran yang tinggi.
30
3. Pengamatan, yaitu proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan
yang masuk melalui indera indra secara objektif sehingga siswa mampu
mencapai pengertian benar.
4. Berfikir assosiatif, yaitu berpikir dengan cara meng asosiasi kan sesuatu dengan
lainnya menggunakan dari ingat.
5. Berfikir rasional dan kritis, yaitu menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar
pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti βbagaimanaβ dan
βmengapaβ.
6. Sikap, yaitu kecenderungan yang relatif menatap untuk bereaksi dengan cara
baik atau buruk terhadap orang atau bang tertentu sesuai dengan pengetahuan
dan keyakinan.
7. Inhibisi, yaitu menghindari hal yang mubazir
8. Apresiasi, yaitu menghargai karya karya yang bermutu.
9. Perilaku Afektif, yaitu perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut,
marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Wasliman dalam (Susanto, 2013:12). Faktor-faktor yang mempengaruhi
Hasil Belajar ada dua, yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang
mempengaruhi kemampuan belajar nya. Faktor internal ini juga meliputi kecerdasan,
31
minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta
kondisi fisik dan kesehatan.
b. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi hasil belajar
seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa. keluarga yang morat marit keadaan ekonominya, pertengkaran
suami istri, perhatian orang tua yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan
sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar siswa.
Adapun menurut Dalyono (dalam Fetri dan Husnan, 2014:89) mengemukakan
faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar yaitu terdiri dari faktor
internaldan eksternal yang meliputi:
a) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri sendiri) meliputi:
1. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap
kemampuan belajar, bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek
batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.
2. Intelegensi dan bakat
Seseorang yang memiliki intelegensinya baik pada umumnya mudah belajar
dan hasilnya pun cenderung baik, bakat, juga besar pengaruhnya dalam
menentukan keberhasilan belajar.
3. Minat dan motivasi
32
Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang
tinggi,sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang
rendah. Motivasi adalah daya penggerak bagi seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan. Motivasi berasal dari dalam diri hati seseorang, umumnya karena
kesadaran akan pentingnya sesuatu. Motivasi yang berasal dari luar (intrinsik)
yaitu dorongan yang datang dari luar diri lingkungan.Misalnya dari orang tua,
guru, teman-teman dan anggota masyarakat.Kuat lemahnya motivasi belajar
seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar.
4. Cara belajar
Cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Belajar
tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisikologis, dan ilmu kesehatan akan
memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
b) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi:
1. Keluarga
Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak
dalam belajar. tinggi rendahya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan,
cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya
kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak,
tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi
pencapaian hasil belajar anak.
2. Sekolah
33
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan
belajar, kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan
kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan,
jumlah murid perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua
ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar.
3. Masyarakat
Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri dari orang-orang
yang berpendidikan, teruama anak-anaknya moral, baik hal ini akan mendorong
anak lebih giat belajar, tetapi sebaliknya apabila tinggal di lingkungan banyak
anak-anak yang nakal, tidak bersekolah maupun penganguran, hal ini akan
mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga
motivasi belajar berkurang.
4. Lingkungan sekitar
Keadaan lingkungan, bangunan rumah suasana sekitar, keadaan lalu lintas,
iklim dan sebagainya, misalnya bangunan rumah penduduk sangat rapat, akan
mengangu belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa dalam keberhasilan
belajar faktor internal dan eksternal sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang
dalam belajar, baik dari faktor luar yaitu faktor kesehatan, bakat, minat dan motivasi
maupun cara belajar sangat mempengaruhi hasil belajar seseorang, maupun faktor
ekternal dari luar keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.
34
Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor dari
dalam maupun dari siswa itu sendiri, apabila siswa mempunyai minat dan motivasi
untuk mencapai tujuan yang ingin di capai dalam proses belajar, dengan adanya
motivasi belajar, kesiapan menerima pelajaran maka akan memperkuat hasil
belajarnya. Sedangkan faktor dari luar bisa di pengaruhi oleh keluarga, lingkungan,
sarana dan prasarana di sekolah, faktor kesehatan, kreativitas guru mengajar dan
sumber-sumber belajar hal ini yang dapat mempengaruhi hasil belajar.
4. Indikator Hasil Belajar
Menurut Bloom (dalam Thobroni, 2015:21), hasil belajar belajar mencakup tiga
ranah atau aspek, yaitu:
1. Domain Kognitif (Cognitive Domain) mencakup:
a. Knowledge (Pengetahuan, ingatan);
b. Comprehension (Pemahaman, menjelaskan,meringkas, contoh);
c. Application (Menerapkan);
d. Analysis (Menguraikan, menentukan hubungan);
e. Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru);