Top Banner
16 BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian Relevan 2.1.1 Kajian Teori Variabel Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Noehi Nasution (Wahab, 2015:242), menyimpulkan bahwa belajar adalah arti luas yang dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkat baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara suatu hal. Menurut Skinner (Wahab, 2015:242) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif (a process of progressive behavior adaption). Kemudian, menurut Hintzman (Wahab, 2015:242) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme. (Wahab, 2015:242). Menurut Slameto (Hadis, 2006:60), mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungannya. Moeslichatoen (Hadis, 2006:60),
71

BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

16

BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian Relevan

2.1.1 Kajian Teori Variabel Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Noehi Nasution (Wahab, 2015:242), menyimpulkan bahwa belajar adalah arti

luas yang dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau

berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan

syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkat baru itu bukan disebabkan oleh

adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara suatu hal.

Menurut Skinner (Wahab, 2015:242) berpendapat bahwa belajar adalah suatu

proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif (a

process of progressive behavior adaption). Kemudian, menurut Hintzman (Wahab,

2015:242) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri

organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat

mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Dalam pandangan Hintzman,

perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar

apabila mempengaruhi organisme. (Wahab, 2015:242).

Menurut Slameto (Hadis, 2006:60), mengemukakan bahwa belajar ialah suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi individu dengan lingkungannya. Moeslichatoen (Hadis, 2006:60),

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

17

mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses yang membuat

terjadinya proses belajar dan perubahan itu sendiri dihasilkan dari usaha dalam proses

belajar.

Kemudian, menurut Wittig (Syah, 2014:89), didefinisikan belajar sebagai: any

relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a

result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam

segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil

pengalaman. Kemudian, menurut R. Gagne dalam Susanto (2013:1) belajar dapat

didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya

sebagai akibat pengalaman. Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk

memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

Menurut Burton dalam Susanto (2013:3), Belajar dapat diartikan sebagai

perubahan tingkah laku pada diri individu berkata adanya interaksi antara individu

dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih

mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara menurut E.R Hilgard

(Susanto, 2013:3), Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku dan hal ini diperoleh

latihan (pengalaman). Hilgard menegaskan bahwa belajar merupakan proses mencari

ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembiasaan, pengalaman, dan

sebagainya.

Adapun pengertian belajar menurut W.S Winkel (Susanto, 2013:4) adalah

suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara suatuseseorang

dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif, konstan, dan

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

18

berbekas. Menurut H.C Witherington (dalam Isnania dan Budi, 2015:186)

berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian yang ditandai

dengan pola sambutan baru yang dapat berupa suatu pengertian.

Dalam proses pembelajaran, baik formal, nonformal, maupun informal, teori

pembelajaran memiliki peran yang penting. Teori Pembelajaran akan menentukan

bagaimana proses belajar itu terjadi, terdapat tiga teori yang dipandang dalam

psikologi oleh para ahli pendidikan yaitu teori Behavioristik, Kognitif, dan

Humanistik. (Wahab, 2015:36).

a. Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku

yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Teori ini memandang individu

hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Sehingga

dengan kata lain behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan

perasaan individu dalam suatu belajar (Soemanto dalam Wahab, 2015:37). Adapun

ciri-ciri dari teori belajar behavioristik yaitu:

a) Mementingkat faktor lingkungan

b) Menekankan pada faktor bagian

c) Menekankan pada tingkah laku yang tampak dengan mempergunakan metode

objektif

d) Sifatnya mekanis

e) Mementingkan masa lalu. (Budiningsih dalam Wahab, 2015:37).

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

19

Dapat dikatakan, bahwa teori behavioristik ini memandang bahwa belajar

merupakan perubahan tingkah laku, yang bisa diamati, diukur dan dinilai secara

konkret, karena adanya interaksi antara stimulus dan respons. (Wahab, 2015:37).

b. Teori Belajar Kognitif

Dalam teori ini, belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam

otak manusia (Soemanto, Wahab. 2015:48). Sedangkan pengolahan oleh otak

manusia sendiri dimulai dengan pengamatan (penglihatan) atas informasi yang berada

dalam lingkungan manusia, penyimpanan (baik untuk jangka waktu pendek maupun

panjang), penyimpanan/pengkodean penyalinan terhadap informasi-informasi yang

tersimpan, dan setelah membentuk pengertian, kemudian dikeluarkan kembali oleh

pembelajar. Adapun prinsip-prinsip belajar teori kognitif yaitu:

a) Gambaran perseptual sesuai dengan masalah yang dipertunjukkan kepda siswa

adalah kondisi belajar yang penting

b) Organisasi pengetahuan harus merupakan sesuatu yang mendasar bagi guru atau

perencana pendidikan

c) Belajar dengan pemahaman (Understanding) adalah lebih permanen (menetap)

dan lebih memungkinkan untuk ditransferkan, dibandingkan dengan rate

learning atau belajar dengan formula.

d) Umpan balik kognitif mempertunjukkan pengetahuan yang benar dan tepat dan

mengoreksi kesalahan belajar.

e) Penetapan tujuan (Goal setting) penting sebagai motivasi belajar.

f) Berpikir divergen menuju ke ditemukannya pemecahan masalah atau terciptanya

produk yang bernilai dan menyenangkan (Wahab, 2015:49).

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

20

c. Teori belajar Humanistik

Menurut Assegaf (dalam Qodir, 2017:192), teori humanistik berasumsi bahwa

teori belajar apapun baik dan dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk

memanusiakan manusia yaitu pencapaian aktualisasi diri, serta realisasi diri orang

belajar secara optimal. Arbayah (dalam Qodir, 2017:193) menjelaskan pembelajaran

humanistik memandang siswa sebagai subjek yang bebas untuk menentukan arah

hidupnya. Siswa diarahkan untuk dapat menentukan arah hidupnya. Siswa diarahkan

untuk dapat bertanggung jawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup

orang lain. Pada pembelajaran humanistik ini guru tidak bertindak sebagai guru yang

hanya memberikan asupan materi yang dibutuhkan siswa secara keseluruhan, namun

guru hanya berperan sebagai fasilitator dan parthner dialog.

Menurut Ngalim Purwanto (dalam Fathurrohman, 2017:9) ada beberapa elemen

penting yang mencirikan tentang belajar, antara lain:

1. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu

dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada

kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk

2. Belajar merupakana suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman, ddalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh

pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti

perubahan-perubahan yang terjadi pada seorang bayi.

3. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relative mantap, harus

merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Beberapa

lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

21

perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mugkin

berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun.

4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai

aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti: perubahan dalam pengertian,

pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun

sikap.

Sedangkan menurut Wahab (2015:19) ada beberapa perubahan tertentu yang

dimasukkan dalam ciri-ciri belajar, antara lain:

1. Perubahan yang terjadi secara sadar

Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-

kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya,

misalnya ia mengetahui bahwa pengetahuannya bertambah, percakapannya

bertambah, dan kebiasaannya bertambah. Jadi,dapat diketahui bahwa individu itu

mengetahui perubahannya dengan sadar.

2. Perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional

Suatu perubahan yang terjadi akan menimbulkan perubahan berikutnya dan akan

berguna bagi kehidupan ataupun belajar berikutnya. Dalam arti, perubahan ini

berlangsung terus-menerus sampai kecakapan individu itu menjadi lebih baik dan

sempurna.

3. Perubahan dalam belajar yang bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju

untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian,

semakin banyak usah belajar itu dilaksanakan makin banyak dan makin baik

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

22

perubahan yang diperoleh. Yang mana perubahan yang bersifat aktif itu perubahan

yang tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usah individu itu sendiri.

Dalam arti perubahan yang dilakukan individu itu sendiri untuk menjadi lebih baik.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja,

seperti berkeringat, keluar air mata, menangis dan sebagainya tidak dapat

digolongkan sebagai perubahan dalam belajar. Akan tetapi, perubahan dalam belajar

itu bersifat permanen.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

Ini berarti perubahan, tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang dicapai.

Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

Misalnya, seseorang ingin belajar mengetik, dalam arti seseorang tersebut melakukan

perbuatan bayar itu dengan senantiasa terarah sesuai dengan tingkah laku yang

ditetapkannya.

6. Anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tanpa ialah dalam

keterampilan naik sepeda itu, akan tetapi iya telah mengalami perubahan-

perubahan lainnya

Jadi, dapat dikatakan bahwa seseorang yang melakukan belajar pasti akan muncul

perubahan-perubahan setelah ia belajar dan dapat diketahui perubahan-perubahan

tersebut merupakan hasil belajar.

Menurut Wahab (2015:26), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seseorang

yaitu:

1. Faktor Internal

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

23

a. Faktor Fisiologis

a) Keadaan Tonus Jasmani

Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar

seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif

terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau

sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena

keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi proses belajar, maka perlu ada

usaha menjaga kesehatan jasmani.

b) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis

Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh

manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra

yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik

pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala

informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat

mengenal dunia luar.

b. Faktor Fisiologis

a) Kecerdasan Intelligensi siswa

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling Penting dalam proses

belajar siswa, karena itu menentukan kualitas. Semakin tinggi tingkat inteligensi

seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam

belajar.Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit

individu mencapai kesuksesan dalam belajar.

b) Motivasi

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

24

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan

belajar siswa. Motivasilah yang me dorong siswa ingin melakukan kegiatan

belajar. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan

keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.

c) Minat

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tiggi atau keinginan yang

besar terhadap sesuatu.Menurut Rebber dalam (Wahab, 2015:28), minat bukan

istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap

berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,

motivasi dan kebutuhan.

d) Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan

untuk mereksi atau merespon dengan cara yang relative terhadap objek, orang,

peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negative. Sikap siswa dalam

belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan

guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.

e) Bakat

Bakat didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang

untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian,

bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang

diperlukan dalam proses belajar mengajar seseorang. Apabila bakat seseorang

sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung

proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

25

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan Sosial

a) Lingkungan Sosial Masyarakat

Kondisi lingkungan sosial masyarakat tempat tinggal siswa akan

mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak

pengangguran, dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar

siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau

meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

b) Lingkungan Sosial Keluarga

Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan kelaurga,

sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,

semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan

antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak atau adik yang harmonis akan

membantu siswa melakukan aktivitas belajar yang baik.

c) Lingkungan Sosial Sekolah

Seperti guru, administrasi dan teman-teman sekolah dapat mempengaruhi

proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat

menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah.

b. Lingkungan non sosial

a) Lingkungan alamiah

Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang

tidak silau/kuat, atau tidak terlalh lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

26

Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak

mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.

b) Faktor instrumental

Yaitu perangkat belajar yang digolongkan dua macam. (1) Pertama, hardware

(perangkat keras), seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar,

lapangan olahraga, dan lain sebagainya. (2) Kedua, software (perangkat lunak).,

seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus,

dan lain sebagainya.

Menurut Mulyono dalam Moh. Zaiful dkk (2019:11), Hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak sekolah melalui kegiatan belajar dan mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Hasil belajar dapat ditentukan

apabila seseorang tersebut mempunyai tujuan dalam proses pembelajaran. Adapaun

menurut Oemar Hamalik (dalam Husna dan Fefri, 2014:88) yang menyatakan bahwa

hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku,

termasuk juga perbaikan perilaku.

Kemudian, menurut Dimyati dan Mudjiono (Moh. Zaiful dkk, 2019:12), Hasil

belajar adalah proses untuk melihat sejauh mana siswa dapat menguasai pembelajaran

setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar atau keberhasilannya yang dicapai

seorang peserta didik setelah mengikuti pelajaran yang ditandai dengan bentuk angka,

huruf atau simbol tertentu yang disepakati oleh pihak penyelenggara pendidikan.

Adapun menurut Nana Sudjana (dalam Isnania dan Budi, 2015:186) Hasil belajar

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

27

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya.

Hasil belajar yang hakekatnya merupakan perubahan tingkah laku siswa

sebagai hasil dari proses belajar yang efektif dengan mencakup sikap, pengetahuan,

dan keterampilan yang nantinya menjadi tolak ukur dalam menentukan prestasi

belajar siswa. (Moh. Zaiful dkk, 2019:13). Kemudian, menurut Suprijono (dalam

Thobroni, 2015:20) Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.

Menurut Nawawi (dalam Susanto, 2013:5) Hasil belajar dapat diartikan

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah

yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi

pelajaran tertentu. Adapun menurut Sudjana (dalam Husamah. Dkk, 018:19), Hasil

belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya. Gagne dan Briggs mengatakan kemampuan kemampuan yang dimiliki

siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar dapat diamati melalui penampilan siswa

atau learner’s performance (Husamah dkk, 2018:19).

Menurut Salim (dalam Husamah dkk, 2018:19), Hasil belajar sebagai sesuatu

yang diperoleh, didapatkan atau dikuasai setelah proses belajar biasanya ditunjukkan

dengan nilai atau skor. Adapun menurut Winkel (Purwanto, 2014:45) Hasil belajar

adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang

dikembangkan oleh Bloom, Simpson, dan Harrow mencakup aspek Kognitif, afektif,

psikomotorik (Winkel dalam Purwanto, 2014:45).

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

28

Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan

tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan

pendidikan melalui proses belajar mengajar. (Purwanto, 2014:47). Setiap proses

belajar mempengaruhi perubahan perilaku pada domain tertentu pada diri siswa,

tergantung perubahan yang diinginkan terjadi sesuai dengan tujuan pendidikan

(Purwanto, 2014:34).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalahkemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar yang

menghasilkan perubahan tingkah laku berupa pengetahuan, pemahaman keterampilan

dan sikap yang biasanya meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Jenis-jenis Hasil Belajar

Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi pemahaman

konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotorik),dan sikap siswa

(aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep

Menurut Bloom (dalam Susanto, 2013:6) pemahaman adalah kemampuan untuk

menyerap arti dari materi atau banyak dipelajari. Untuk mengukur hasil belajar siswa

yang berupa pemahaman konsep, suruh dapat melakukan evaluasi produk. Evaluasi

produk dapat dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan

maupun tertulis (Susanto, 2013:19).

2. Keterampilan proses

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

29

Menurut Usman dan Setiawati (dalam Susanto, 2013:9), keterampilan proses

merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental,

fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi

dalam diri individu siswa.

Menurut Indrawati (dalam Susanto, 2013:9) mengemukakan ada enam aspek

keterampilan proses yang meliputi: Observasi, klarifikasi, pengukuran,

mengkomunikasikan, memberikan penjelasan dan interprestasi terhadap suatu

pengamatandaan melakukan eksperimen.

3. Sikap

Menurut Sadirman (dalam Susanto, 2013:11), Sikap merupakan kecenderungan

untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola dan teknik tertentu terhadap

dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap

merujuk pada perbuatan, perilaku, dan tindakan seseorang.

Menurut Surya (dalam Husamah, dkk 2018:19), Hasil belajar akan tampak dalam

berbagai hal, diantaranya:

1. Kebiasaan, misalnya kita belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan

penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan

penggunaan bahasa secara baik dan benar.

2. Keterampilan, misalnya menulis dan berolahraga yang meskipun sifatnya

motorik, keterampilan keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti

dan kesadaran yang tinggi.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

30

3. Pengamatan, yaitu proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan

yang masuk melalui indera indra secara objektif sehingga siswa mampu

mencapai pengertian benar.

4. Berfikir assosiatif, yaitu berpikir dengan cara meng asosiasi kan sesuatu dengan

lainnya menggunakan dari ingat.

5. Berfikir rasional dan kritis, yaitu menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar

pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti β€œbagaimana” dan

β€œmengapa”.

6. Sikap, yaitu kecenderungan yang relatif menatap untuk bereaksi dengan cara

baik atau buruk terhadap orang atau bang tertentu sesuai dengan pengetahuan

dan keyakinan.

7. Inhibisi, yaitu menghindari hal yang mubazir

8. Apresiasi, yaitu menghargai karya karya yang bermutu.

9. Perilaku Afektif, yaitu perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut,

marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Wasliman dalam (Susanto, 2013:12). Faktor-faktor yang mempengaruhi

Hasil Belajar ada dua, yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang

mempengaruhi kemampuan belajar nya. Faktor internal ini juga meliputi kecerdasan,

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

31

minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta

kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor Eksternal

Yaitu faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi hasil belajar

seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa. keluarga yang morat marit keadaan ekonominya, pertengkaran

suami istri, perhatian orang tua yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan

sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar siswa.

Adapun menurut Dalyono (dalam Fetri dan Husnan, 2014:89) mengemukakan

faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar yaitu terdiri dari faktor

internaldan eksternal yang meliputi:

a) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri sendiri) meliputi:

1. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar, bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek

batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.

2. Intelegensi dan bakat

Seseorang yang memiliki intelegensinya baik pada umumnya mudah belajar

dan hasilnya pun cenderung baik, bakat, juga besar pengaruhnya dalam

menentukan keberhasilan belajar.

3. Minat dan motivasi

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

32

Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang

tinggi,sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang

rendah. Motivasi adalah daya penggerak bagi seseorang untuk melakukan suatu

pekerjaan. Motivasi berasal dari dalam diri hati seseorang, umumnya karena

kesadaran akan pentingnya sesuatu. Motivasi yang berasal dari luar (intrinsik)

yaitu dorongan yang datang dari luar diri lingkungan.Misalnya dari orang tua,

guru, teman-teman dan anggota masyarakat.Kuat lemahnya motivasi belajar

seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar.

4. Cara belajar

Cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Belajar

tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisikologis, dan ilmu kesehatan akan

memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

b) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi:

1. Keluarga

Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak

dalam belajar. tinggi rendahya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan,

cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya

kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak,

tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi

pencapaian hasil belajar anak.

2. Sekolah

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

33

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan

belajar, kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan

kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan,

jumlah murid perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua

ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar.

3. Masyarakat

Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri dari orang-orang

yang berpendidikan, teruama anak-anaknya moral, baik hal ini akan mendorong

anak lebih giat belajar, tetapi sebaliknya apabila tinggal di lingkungan banyak

anak-anak yang nakal, tidak bersekolah maupun penganguran, hal ini akan

mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga

motivasi belajar berkurang.

4. Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan, bangunan rumah suasana sekitar, keadaan lalu lintas,

iklim dan sebagainya, misalnya bangunan rumah penduduk sangat rapat, akan

mengangu belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa dalam keberhasilan

belajar faktor internal dan eksternal sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang

dalam belajar, baik dari faktor luar yaitu faktor kesehatan, bakat, minat dan motivasi

maupun cara belajar sangat mempengaruhi hasil belajar seseorang, maupun faktor

ekternal dari luar keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

34

Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor dari

dalam maupun dari siswa itu sendiri, apabila siswa mempunyai minat dan motivasi

untuk mencapai tujuan yang ingin di capai dalam proses belajar, dengan adanya

motivasi belajar, kesiapan menerima pelajaran maka akan memperkuat hasil

belajarnya. Sedangkan faktor dari luar bisa di pengaruhi oleh keluarga, lingkungan,

sarana dan prasarana di sekolah, faktor kesehatan, kreativitas guru mengajar dan

sumber-sumber belajar hal ini yang dapat mempengaruhi hasil belajar.

4. Indikator Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Thobroni, 2015:21), hasil belajar belajar mencakup tiga

ranah atau aspek, yaitu:

1. Domain Kognitif (Cognitive Domain) mencakup:

a. Knowledge (Pengetahuan, ingatan);

b. Comprehension (Pemahaman, menjelaskan,meringkas, contoh);

c. Application (Menerapkan);

d. Analysis (Menguraikan, menentukan hubungan);

e. Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru);

f. Evaluating (menilai).

2. Domain Afektif (Affective Domain) mencakup:

a. Receiving (sikap menerima);

b. Responding (memberikan respon);

c. Valuing (nilai);

d. Organization (organisasi);

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

35

e. Characterization (karakterisasi),

3. Ranah Psikomotor (Psychomotor Domain) mencakup:

a. Initiatory

b. Pre-routine

c. Routinizied

d. Keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Yang mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut

diatas diperlukan patokan-patokan atau indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa

seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari ranah tersebut.

Adapun menurut Djamarah dan Zain (dalam Susanto, 2013:3) menetapkan bahwa

hasil belajar telah tercapai apabila telah terpenuhi dua indikator, yaitu:

1. Daya Serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,

baik secara individual maupun kelompok.

2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/intruksional khusus telah

dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok.

Syah mengemukakan bahwa kunci pokok untuk memperoleh ukuran data atau

hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis

besar indikator (Penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis presentasi

yang hendak diungkapkan atau diukur (Wahab, 2015:242).

Kemudian, Syah mengemukakan bahwa urgensi pengetahuan dan pemahaman

yang mendalam mengenai jenis-jenis prestasi belajar atau indikator indikatornya

bahwa pemilihan dan penggunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat, reliabel dan

valid. (Wahab, 2015:245).

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

36

5. Pengukuran Hasil Belajar

Menurut Tardifet.al (Syah, 2013:216), ada dua macam pendekatan yang populer

dalam mengevaluasi atau menilai tingkat keberhasilan/prestasi belajar, yaitu:

a. Penilaian Acuan Norma (Norm-Referenced Assesment)

Dalam penilaian yang menggunakan pendekatan PAN (Penilaian Acuan Norma),

Prestasi belajar peserta didik diukur dengan cara membandingkan dengan prestasi

yang dicapai teman-teman sekelas atau sekelompok nya. Jadi, pemberian skor atau

nilai peserta didik tersebut merujuk pada hasil perbandingan antara skor-skor yang

diperoleh teman-teman sekelompoknya dengan skornya sendiri.

b. Penilaian acuan kriteria (Criterian-Referenced Asessment)

Penilaian pendekatan PAK (Penilaian Acuan Kriteria) merupakan proses

pengukuran prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian seorang siswa

dengan berbagai perilaku rana yang telah ditetapkan secara baik sebagai patokan

absolut. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikannya diperlukan adanya kriteria

mutlak yang merujuk pada tujuan pembelajaran umum dan khusus. Artinya, nilai atau

kelulusan seorang siswa bukan berdasarkan perbandingan dengan nilai yang dicapai

oleh rekan-rekan sekelompoknya melainkan ditentukan oleh penguasanya atas materi

pelajaran hingga batas yang sesuai dengan tujuan instruksional (Syah, 2013:221).

Hasil belajar dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dokumentasi nilai

raport mata pelajaran ekonomi semester genap kelas XI IPS SMA Negeri 13 kota

Jambi. Namun, hasil belajar yang digunakan pada penelitian ini difokuskan hanya

pada ranah kognitif (Pengetahuan) saja.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

37

2.1.2 Kajian Teori Variabel Dukungan Sosial (Social Support)

1. Pengertian Dukungan Sosial (Social Support)

Menurut King (2010:226) Dukungan sosial (Social Support)adalah informasi dan

umpan balik dari orang lain yang menunjukkan bahwa seseorang dicintai dan

diperhatikan, dihargai, dan dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan

kewajiban yang timbal balik. Hal ini sejalan dengan Taylor, Peppau, dan Sears

(dalam Sheilla dan Sri, 2018:17) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan

pertukaran interpersonal antara individu yang satu dengan individu lainnya.Lebih

lanjut, Taylor, Peppau dan Sears menjelaskan bahwa dukungan sosial merupakan

bentuk bantuan atau dorongan dari seorang individu pada individu lain, baik keluarga,

teman, maupun lingkungan sekitar membantu memenuhi kebutuhan individu lain

tersebut (Sheilla dan Sri, 2018: 17).

Menurut Cohen dan Wills (Moh. Hadi dan Suroso, 2014:184) mendefinisikan

dukungan sosial sebagai pertolongan dan dukungan yang diperoleh seseorang dari

interaksinya dengan orang lain. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa

terdapat orang-orang yang akan membantu Apabila terjadi suatu keadaan atau

peristiwa yang dipandang akan menimbulkan masalah dan bantuan tersebut dirasakan

dapat menaikkan perasaan positif serta mengangkat harga diri seseorang.

Menurut R.A Baron dan Bryne (Defi dan Inhastuti, 2016:49), mendefinisikan

dukungan sosial merupakan suatu bentuk kenyamanan fisik maupun psikologis yang

diberikan anggota keluarga ataupun sahabat dekat. Dukungan sosial dapat ditinjau

dari seberapa banyak adanya interaksi sosial yang dilakukan dalam menjalani suatu

hubungan yang berkaitan dengan sekitar.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

38

Menurut Santrock (dalam Pernanda, 2018:30) mengemukakan bahwa

dukungan sosial adalah sebuah informasi atau tanggapan dari pihak lain yang

disayangi dan dicintai yang menghargai dan menghormati dan mencakup suatu

hubungan komunikasi dan situasi yang saling bergantung. Hal ini temasuk salah satu

dukungan emosional, dukungan emosional yang diterima menjadi sebuah pesan bagi

individu bahwa individu tersebut disayangi. Menurut Sarafino (Smet, 2018:136)

Dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan akan

kepedulian, membantu orang menerima diri dari orang-orang atau kelompok-

kelompok yang lain.

Kemudian, menurut Albrecht dan Alderman (Isnaniah dan Budi, 2015:187)

mendefinisikan bahwa dukungan sosial adalah komunikasi verbal dan nonverbal

antara penerima dan pemberi yang dapat mengurangi ketidakpastian tentang situasi,

kondisi diri sendiri, orang lain atau hubungan, dan fungsinya untuk meningkatkan

persepsi pada kontrol pribadi dalam pengalaman hidup seseorang.Adapun menurut

Pierce (dalam Moh.Hadi & Suroso, 2014:187) Dukungan sosial sebagai sumber

emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang

disekitar individu untuk menghadai setiap permasalahan dan krisis yang terjadi

sehari-hari dalam kehidupan.

Menurut Carstensen (Defi dan Inhastuti, 2016:49) mengemukakan bahwa

dukungan sosial adalah salah satu proses psikologis yang dapat menjaga perilaku

sehat seseorang yang berbentuk sebagai kekuatan atau bentuk dukungan yang berasal

dari relasi terdekat di dalam kehidupannya. Sedangkan menurut Cohen dan Syme

(Defi dan Ishastuti, 2016:49) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah sumber-

Page 24: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

39

sumber yang disediakan orang lain terhadap individu yang dapat mempengaruhi

kesejahteraan psikologis individu bersangkutan. Dukungan sosial adalah perasaan

nyaman, diperhatikan, dihargai atau menerima pertolongan dari orang lain atau

kelompok lain.

Menurut Zervina dan Melly (2014:156) Dukungan sosial adalah persepsi

seseorang tentang dukungan yang ia terima baik dari keluarga, teman, dan orang lain

yang memiliki pengaruh dalam kehidupannya. Kemudian, menurut Rook dalam Fani

dan Latifah (2012:25) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu

fungsi dari ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial tersebut menggambarkan tingkat

kualitas umum dari hubungan interpersonal. Saat seseorang didukung oleh

lingkungan maka segalanya akan terasa lebih mudah.

Menurut Caplan (dalam Sukmawati, 2016:33), mendefinisikan dukungan

sosial sebagai suatu hubungan formal dan informal antara individu dengan kelompok,

di mana orang tersebut menerima dukungan emosional, kognitif dan materi untuk

menghadapi kondisi stress. Adapun menurut Fezer (Sukmawati, 2016:33), Sumber

dukungan sosial berasal dari keluarga sebagai lingkungan terdekat remaja, yaitu

orang tua dan dari sekolah seperti guru, teman sekelas dan teman sebaya sebagai

lingkungan kedua bagi mereka.

Menurut Johnson (dalam Siti dkk, 2019:80), dukungan sosial merupakan

keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk memberi bantuan, semangat,

penerimaan dan perhatian, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan hidup bagi

individu yang bersangkutan. Menurut Johnson & Johnson (Nobelina dan Alfi,

2011:20), Dukungan sosial berasal dari orang-orang penting yang dekat (significant

Page 25: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

40

others) bagi individu yang membutuhkan bantuan misalnya disekolah seperti guru

dan teman-temannya. Kemudian, Gotlieb (dalam Maslihah, 2017:107) menyatakan

ada dua macam hubungan dukungan sosial, yaitu: (1) Pertama, hubungan profesional

yakni bersumber dari orang-orang yang ahli di bidangnya, seperti konselor, psikiater,

psikolog, dokter, maupun pengacara. (2) Kedua, Hubungan non profesional, yakni

bersumber dari orang terdekat seperti teman dan keluarga.

Sarason (dalam Fani dan Latifah, 2012:25) berpendapat bahwa dukungan sosial

itu selalu mencakup dua hal yaitu:

a. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia, merupakan persepsi individu

terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan

bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas)

b. Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima, berkaitan dengan

persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan

kualitas)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah suatu

bentuk keberadaan serta dukungan dari lingkungan sosial seperti lingkungan

keluarga, teman, lingkungan sekolah yang dapat membuat penerima merasa dicintai,

diberi kenyamanan serta di perhatikan yang semua itu akan membuat timbulnya rasa

percaya dri dari individu yang menerimanya tersebut. Dalam penelitian ini sumber

dukungan sosial yang dimaksud adalah dukungan sosial yang bersumber dari

keluarga, teman sebaya serta guru .

Page 26: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

41

Menurut Zmet, Dahlem, Zimet dah Fahley (dalam skripsi Faradhiga (2015:25)

menggambarkan dukungan sosial sebagai diterimanya dukungan yang diberikan oleh

orang-orang terdekat individu yaitu:

1. Dukungan keluarga (Family Support), yaitu bantuan-bantuan yang diberikan oleh

keluarga terhadap individu seperti membantu dalam membuat keputusan maupun

kebutuhan secara emosional

2. Dukungan teman (Friend Support), yaitu bantuan-bantuan yang diberikan oleh

teman-teman individu seperti membantu dalam kegiatan sehari-hari maupun

bantuan dalam bentuk lainnya.

3. Dukungan orang yang istimewa (Significant other support), yaitu bantuan-

bantuan yang diberikan oleh seseorang yang berarti dalam kehidupan individu

seperti membuat individu merasa nyaman dan merasa dihargai.

Menurut Rock dan Dooley (dalam Abdulloh 2017:26), ada dua sumber dukungan

sosial yaitu:

a. Sumber Natural

Dukungan sosial yang natural yang diterima seseorang melalui interaksi sosial

dalam kehidupan secara spontan dengan orang-orang yang berada disekitarnya,

misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami dan kerabat), teman dekat atau relasi.

Dukungan sosial itu bersifat nonformal

b. Sumber Artifical

Dukungan sosial artifical adalah dukungan sosial yang dirancang dalam

kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui

berbagai macam sumbangan sosial.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

42

2. Jenis Dukungan Sosial

Dukungan sosial terdiri dari beberapa bentuk, menurut Sarafino (dalam Fani dan

Latifah, 2012:25-26) terdapat empat bentuk dukungan sosial, yaitu:

a. Dukungan emosional

Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap individu,

sehingga individu tersebut berasal nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini

meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan efeksi serta bersedia

mendengarkan keluh kesah orang lain.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan penilaian

positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain.

c. Dukungan instrumental

Bentuk dukungan ini berupa bantuan langsung, misalnya yang berupa bantuan

finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu.

d. Dukungan informasi

Dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa saran, pengarahan dan umpan

balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan.

Hal ini sejalan dengan House (Smet, 2018:136) terdapat empat jenis atau

dimensi dukungan sosial yaitu:

a. Dukungan emosional: mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian

terhadap orang yang bersangkutan (misalnya: umpan balik, penegasan).

Page 28: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

43

b. Dukungan penghargaan: yaitu terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan)

positif untuk orang tersebut, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan

atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang tersebut dengan orang

lain, misalnya orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadannya

(menambah penghargaan diri).

c. Dukungan instrumental: yaitu mencakup bantuan langsung seperti memberi

pinjaman uang kepada orang itu atau menolong dengan pekerjaan pada waktu

mengalami stress.

d. Dukungan informatif: mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-

saran atau umpan balik.

Sedangkan menurut Weiss (dalam Maslihah, 2011:106), membagi dukungan

sosial ke dalam enam bagian yang berasal dari hubungan dengan individu lain, yaitu:

guidance, reliable alliance, attachment, reassurance of worth, social integration, dan

opportunity to provide nurturance. Komponen-komponen itu sendiri dikelompokkan

ke dalam 2 bentuk, yaitu intrumental support dan emotional support.

a. Instrumental Support

a) Reliable alliance

Merupakan pengetahuan yang dimiliki individu bahwa ia dapat

mengandalkan bantuan yang nyata ketika dibutuhkan. Individu yang menerima

bantuan ini akan merasa tentang karena ia menyadari ada orang yang dapat

diandalkan untuk menolongnya bila ia menghadapi masalah dan kesulitan.

b) Guidance (bimbingan)

Page 29: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

44

Merupakan dukungan sosial berupa nasehat dan informasi dari sumber yang

dapat dipercaya. Dukungan ini juga dapat berupa pemberian feedback (umpan

balik) atau sesuatu yang telah dilakukan individu.

b. Emotional Support

a) Reassurance of Worth

Dukungan sosial ini berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap

kemampuan dan kualitas individu. Dukungan ini akan membuat individu merasa

dirinya diterima dan dihargai. Contoh dari dukungan ini misalnya memberikan

pujian kepada individu karena telah melakukan sesuatu dengan baik.

b) Attachment

Dukungan ini berupa pengekspresian dari kasih sayang dan cinta yang

diterima individu yang dapat memberikan rasa aman kepada individu yang

menerima. Kedekatan dan intimacy merupakan bentuk dari dukungan ini karena

kedekatan dan intimacy dapat memberikan rasa aman.

c) Social Integration

Cutrona (Maslihah, 2011:106) Dikatakan dukungan ini berbentuk kesamaan

minat dan perhatian serta rasa memiliki dalam suatu kelompok.

d) Opportunity to provide nurturance.

Dukungan ini berupa perasaan individu bahwa ia dibutuhkan oleh orang

lain.

Sedangkan menurut Cohen (dalam Abdullah, 2017:23) mendefinisikan jenis-

jenis dukugan sosial terbagi menjadi empat, yaitu:

a. Dukungan Nyata (Tangible Support)

Page 30: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

45

Merupakan bantuan yang nyata berupa tindakan atau bantuan fisik untuk

menyelesaikan tugas

b. Dukungan rasa memiliki (Belonging Support)

Yaitu menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu kelompok dan

rasa kebersamaan

c. Dukungan Penghargaan (Esteem Support)

Yaitu dukungan yang diberikan orang lain terhadap perasaan komponen atau

harga diri individu atau perasaan seseorang sebagai bagian dari sebuah kelompok

dimana para anggotanya memiliki dukungan yang berkaitan dengan esstem seseorang

d. Dukungan Penilaian (Appreciate Support)

Yaitu adanya bantuan berupa nasihat yang berkaitan dengan pemecahan suatu

masalah untuk mengurasi stress

Menurut Shaws et, al (dalam Zulva, 2017:31), terdapat aspek-aspek yang

saling berhubungan untuk menggambarkan dukungan sosial, yaitu:

a. Social Embeddedness

Aspek ni merujuk pada intensitas hubungan seseorang dengan keluarga atau

sahabatnya. Gore mengungkapkan bahwa kekuatan dari hubungan seseorang dengan

keluarga dan sahabatnya merupakan sebuah proses psikologi yang dapat menjaga

kesehatan individu ((dalam skripsi Zulva, 2017:31)

b. Enacted Support

Aspek ini merujuk pada intensitas hubungan individu dengan orang lain yang

mampu memberikan dukungan emosional, dukungan nyata dan dukungan informasi.

Menurut House (dalam Zulva, 2017:32) dukungan informasi meliputi pemberian

Page 31: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

46

informasi, nasihat dan umpan balik tentang apa yang seharusnya dilakukan seseorang,

informasi juga dapat membantu seseorang dalam melakukan coping pada masalahnya

c. Perceived Support

Aspek ini merujuk pada dukungan yang diberikan individu pada orang lain.

Dalam hal ini perlu diketahui bahwa tidak hanya keberadaan seseorang saja yang

dibutuhkan melainkan ketepatan seseorang dalam memberikan dukungan sosial.

Dukungan sosial yang dimaksud bukan hanya sekedar pemberian bantuan pada

individu yang membutuhkannya melainkan bagaimana individu tersebut memaknai

dukungan yang telah kita terima.

d. Provided Support

Aspek ini merujuk pada dukungan yang diberikan individu pada orang lain.

Yang mencakup dukungan emosional, dukungan informasi, dan dukungan nyata.

Selain menerima dukungan, penting bagi seseroang untuk memberik dukungan

kepada orang lain karena hal tersebut berhubungan dengan kesehatan dan

kesejahteraan seseorang itu sendiri.

3. Manfaat Dukungan Sosial

Menurut Taylor (King, 2010:226), Dukungan sosial memiliki tiga jenis manfaat,

yaitu:

1. Bantuan yang nyata

Keluarga atau teman dapat memberikan berbagai barang dan jasa dalam situasi

yang penuh stres. Misalnya:hadiah makanan seringkali diberikan setelah kematian

Page 32: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

47

dalam keluarga muncul, sehingga anggota keluarga yang berduka tidak akan

memasak saat itu ketika energi dan motivasi mereka sedang rendah.

2. Informasi

Individu yang memberikan dukungan juga dapat merekomendasikan tindakan dan

rencana spesifik untuk membantu seseorang dalam copingnya dengan berhasil.

Teman-teman dapat memberikan bahwa rekan kerja mereka kelebihan beban kerja

dan menganjurkan cara-cara bajunya untuk mengelola waktu lebih efisien atau men

delegasikan tugas lebih efektif.

3. Dukungan emosional

Dalam situasi penuh stres, individu seringkali menderita cara emosional dan dapat

mengembangkan depresi, kecemasan, dan kehilangan harga diri. Teman-teman dan

keluarga dapat menenangkan seseorang dapat berada di bawah stress bahwa ia adalah

orang yang berharga yang dicintai oleh orang lain. Mengetahui orang lain peduli

memungkinkan seseorang untuk mendekati stres dan mengatasinya dengan keyakinan

yang lebih besar.

Salah satu cara dimana orang-orang mendapatkan dukungan selama masa-

masa sulit adalah melalui berbagai sosial berpaling pada orang lain yang bertindak

sebagai pendengar yang baik atau memberikan nasihat. (King, 2010:227).

Menurut, Johnson & Johnson (dalam Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari,

2011: 20) menyatakan bahwa ada empat manfaat dukungan sosial, yaitu:

1. Meningkatkan produktivitas dalam pekerjaan;

2. Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan

memberikan rasa memiliki;

Page 33: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

48

3. Memperjelas identitas diri, menambah harga diri, dan mengurangi stress;

4. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik serta pengelolaan terhadap stress

& tekanan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dukungan sosial

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial adalah:

1. Pemberi dukungan sosial

Dukungan yang diterima melalui sumber yang sama akan lebih mempunyai arti

dari daripada yang berasal dari sumber yang berbeda-beda setiap saat. Hal ini

berkaitan dengan kesinambungan dukungan yang diberikan yang akan mempengaruhi

keakraban dan tingkat kepercayaan penerima dukungan. Seringkali pemberian

dukungan dipengaruhi oleh adanya normal, tugas dan keadilan. Dalam hal ini yang

dimaksud penulis pemberi dukungan sosial adalah keluarga/orang tua, guru, dan

teman bergaul.

2. Jenis dukungan

Jenis dukungan yang diterima akan mempunyai arti bila dukungan itu

bermanfaat dan sesuai dengan situasi yang dihadapi, seperti orang yang kekurangan

pengetahuan, dukungan informatif yang diberikan akan lebih bermanfaat bagi dirinya.

3. Penerima Dukungan

Karakteristik atau jari-jari penerima dukungan akan menentukan keefektifan

dukungan yang diperoleh. Karakteristik tersebut diantaranya kepribadian, kebiasaan,

dan peran sosial. Proses yang terjadi dalam pemberian dan penerimaan dukungan itu

dipengaruhi oleh kemampuan penerimaan dukungan untuk mencari dan

Page 34: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

49

mempertahankan dukungan yang diperoleh, dalam hal ini yang menjadi penerimaan

dukungan sosial adalah siswa.

4. Lamanya pemberi dukungan

Lama atau singkatnya pemberian dukungan tergantung pada kapasitasnya.

Kapasitas berkaitan dengan kemampuan dari pemberi dukungan untuk memberikan

dukungan yang ditawarkan selama suatu periode tertentu.

Adapun menurut Sarafino (dalam Abdulloh, 2017:24) setidaknya ada 3 faktor

yang menyebabkan seorang menerima dukungan yaitu:

a. Potensi penerima dukungan

Tidak mungkin seseorang memperoleh dukungan sosial seperti yang diharapkan

jika dia tidak sosial, tidak pernah menolong orang lain, dan tidak membiarkan orang

lain mengetahui bahwa dia sebenarnya memerlukan pertolongan. Beberapa orang

tidak perlu assertive untuk meminta bantuan orang lain, atau merasa bahwa mereka

seahrusnya tidak tergantung dan menyusahkan orang lain.

b. Potensi Penyedia Dukungan

Seseorang yang seharusnya menjadi penyedia dukungan bisa saja tidak

mempunyai sesuatu yang dibutuhkan orang lain, atau mungkin mengalami stress

sehingga tidak memikirkan orang lain, atau bisa saja tidak sadar akan kebutuhan

orang lain.

c. Komposisi dan Struktur jaringan sosial

Maksud dari jaringan sosial adalah hubungan yang dimiliki individu dengan

orang-orang dalam keluarga dan lingkungannya.Hubungan ini dapat bervariasi dalam

ukuran (jumlah orang yang sering berhubungan dengan individu), frekuensi

Page 35: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

50

hubungan (seberapa individu bertemu dengan orang-orang tersebut), komposisi

(apakah orang-orang tersebut keluarga, teman, rekan kerja, dan sebagainya), dan

kedekatan hubungan.

Sedangkan menurut Myers (Maslihah, 2017:107) mengemukakan bahwa

sedikitnya ada 3 faktor penting yang mendorong seseorang untuk memberikan

dukungan yang positif, diantaranya:

1. Empati, itu turut merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan mengantisipasi

emosi dan motivasi tingkah laku untuk mengurangi kesusahan dan meningkatkan

kesejahteraan orang lain.

2. Norma dan nilai sosial, yang berguna untuk membimbing individu untuk

menjalankan kewajiban dalam kehidupan.

3. Pertukaran sosial, yaitu hubungan timbal balik perilaku sosial antara cinta,

pelayanan dan informasi. Keseimbangan dalam pertukaran akan menghasilkan

kondisi hubungan interpersonal yang memuaskan. Pengalaman akan pertukaran

secara timbal balik ini membuat individu lebih percaya bahwa orang lain akan

menyediakannya.

Adapun menurut Stanley ( dikutip dalam Fredericksen, 2018:69) Faktor-faktor

yang mempengaruhi dukungan sosial adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisik

Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, dan papan. Apabila seseorang tidak

mencukup kebutuhan fisiknya, maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan

sosial

b. Kebutuhan sosial

Page 36: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

51

Dengan adanya aktualisasi diri yang baik, maka seseorang lebih kenal oleh

masyarakat daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di masyarakat.Orang

yang mempunyai aktualisasi diri yang baik cenderung selalu ingin mendapatkan

pengakuan didalam kehidupan masyarakat.

c. Kebutuhan Psikis

Kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religious, tidak

mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Jika orang tersebut sedang mengalami

masalah baik ringan maupun berat, maka orang tersebut akan cenderung mencari

dukungan sosial dari orang-orang sekitar sehingga dirinya merasa dihargai,

diperhatikan dan dicintai.

Selain dukungan sosial bermanfaat serta mempunyai pengaruh positif bagi

kehidupan seseorang, ternyata juga mempunyai efek yang kurang baik atau

berpengaruh negatif bagi penerima dukungan sosial itu sendiri. Namun, demikian

pada hakekatnya dukungan sosial memberi manfaat atau memiliki efek yang positif

bagi kebanyakan orang yang menerima adalah upaya mengatasi masalah yang

dimiliki.

Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa dukungan sosial yang diterima

individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pemberi dukungan sosial, jenis

dukungan sosial, penerima dukungan, dan lamanya pemberi dukungan.

5. Indikator Dukungan Sosial

Indikator Dukungan sosial pada penelitian ini mengacu kepada empat jenis

dukungan sosial menurut House (Smet, 2018:136) yaitu:

Page 37: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

52

1. Dukungan emosional: mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian

terhadap orang yang bersangkutan (misalnya: umpan balik, penegasan).

2. Dukungan penghargaan: yaitu terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan)

positif untuk orang tersebut, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan

atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang tersebut dengan orang

lain, misalnya orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadannya

(menambah penghargaan diri).

3. Dukungan instrumental: yaitu mencakup bantuan langsung seperti memberi

pinjaman uang kepada orang itu atau menolong dengan pekerjaan pada waktu

mengalami stress.

4. Dukungan informatif: mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-

saran atau umpan balik.

2.1.3 Kajian Teori Variabel Efikasi Diri (Self Efficacy)

1. Pengertian Efikasi Diri (Self Efficacy)

Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau Self

Knowledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini

disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut mempengaruhi individu dalam menentukan

tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, termasuk didalamnya

perkiraan berbagai kejadian yang akan dihadapi (Nur Ghufron dan Rini, 2010:7).

Lebih lanjut, menurut Bandura, Efikasi diri berkaitan dengan keyakinan seseorang

bahwa ia dapat mempergunakan kontrol pribadi pada motivasi perilaku dan

lingkungan sosialnya (Smet, 2018:191).

Page 38: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

53

Bandura (Nur Ghufron dan Rini, 2010:75) mengatakan bahwa efikasi diri

pada seseorang adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau

pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya

dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai

hasil yang diinginkan. Menurut dia, efikasi diri tidak berkaitan dengan kecakapan

yang dimiliki, tetapi berkaitan dengan keyakinan individu mengenai hal yang dapat

dilakukan dengan kecakapan yang ia miliki seberapa pun besarnya.

Lebih lanjut, Bandura menjelaskan Efikasi diri menekankan pada komponen

keyakinan diri yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi yang akan datang

yang mengandung kekaburan, tidak diramalkan, dan sering penuh dengan tekanan.

Efikasi diri berkombinasi dengan lingkungan, perilaku sebelumnya, dan variabel-

variabel persona lain, terutama harapan terhadap hasil untuk menghasilkan perilaku.

Efikasi diri akan mempengaruhi beberapa aspek dari kognisi dan perilaku seseorang.

(Nur Ghufron dan Rini, 2010:75).

Gist dan Mitchell mengatakan bahwa efikasi diri dapat membawa perilaku

yang berbeda diantara individu dengan kemampuan yang sama karena efikasi diri

memengaruhi pilihan, tujuan, pengatasan masalah, dan kegigihan dalam berusaha

(Nur Ghufron dan Rini, 2010:75). Baron dan Byrne (dalam Sandi, 2017:379)

mendefinisikan efikasi diri sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau

kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan dan membatasi

hambatan.

Schunk (dikutip dalam Prasetyo, 2016:183) mengatakan bahwa efikasi diri

juga mengacu pada pertimbangan tentang bagaimana individu dapat

Page 39: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

54

mengorganisasikan dan mengusahakan tindakan yang baik dalam situasi yang khusus.

Kemudian, menurut Sudrajat (Susanto, 2018:285) menjelaskan Efikasi diri merujuk

pada persepsi kognitif yang berisikan tentang kemampuan dalam mengatur dan

melaksanakan sejumlah tindakan suatu aktivitas yang diperlukan untuk

menyelesaikan tuntutan atau tugas-tugas tertentu sehingga berhasil.

Efikasi diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang yakin dan percaya

dirinya dapat berhasil melakukan sesuatu secara efektif. Dengan kata lain, Efikasi diri

dapat dimaknai sebagai keyakinan individu terhadap kompetensi dirinya untuk

mencapai hasil yang diinginkan (Susanto, 2018:284). Bandura (dalam Susanto,

2018:284) menjelaskan β€œSelf Efficacy beliefs are defined as beliefe in one capabilities

to organize and execute the course of action required to mange prosfective situations.

Jadi, Efikasi diri menurut Bandura dimaknai sebagai keyakinan dalam suatu

kemampuan untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang perlukan untuk

mengelola situasi yang akan datang.

Lebih lanjut, Bandura mengatakan bahwa β€œSelf efficacy refers to people’s

judgement of their own capabilities to organizeand an execute course of action

required to attain designated types of performance”. Jadi, Efikasi diri mengacu pada

penilaian individu terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk mengatur dan

menjalankan rencana tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang

diharapkan. Jadi, pada intinya Bandura menjelaskan bahwa Efikasi diri adalah

keyakinan diri yang dimiliki oleh individu terhadap potensial yang dimiliki dirinya.

(Susanto, 2018:284).

Page 40: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

55

Menurut Rusnawati (dalam Susanto, 2018:285) mendefinisikan Efikasi diri

sebagai keyakinan atau kepercayaan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya

dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang ia hadapi, sehingga mampu

mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan menurut

Setiadi (dalam Susanto, 2018:285) Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan

seseorang terhadap kemampuannya untuk melakukan sesuatu atau hal-hal yang

berbeda di bawah kondisi tertentu.

Menurut Nurodin (2019:100) mengungkapkan bahwa Efikasi adalah penilaian

diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa

atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan di persyaratkan. Efikasi ini berbeda

dengan aspirasi (cita-cita) menggambarkan sesuatu yang ideal sebenarnya (dapat

dicapai), sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri.

Perubahan tingkah laku, dalam sistem Bandura kuncinya adalah perubahan

ekspektasi efikasi (Efikasi Diri). Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat

diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi

empat sumber, yakni: Pengalaman menguasai suatu prestasi (Performance

Accomplishment), pengalaman Perumpamaan (Vicarious Experience), persuasi sosial

(Social Persuation) dan pembangkitan emosi (Emotional Physiologicalstates)

(Nurodin, 2019:100)

Kemudian, Pajares (Sandi, 2017:377) menyatakan bahwa Efikasi diri

merupakan sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang

yang bersangkutan tidak selalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa

bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas

Page 41: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

56

perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat

menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta

mengenal kelebihan dan kekurangannya.

Efikasi diri yang tinggi ditandai dengan memiliki komitmen yang kuat dalam

mencapai tujuan, selalu mempertahankan dan meningkatkan usahanya dalam

menghadapi kesulitan, mampu dengan cepat mengembalikan rasa keberhasilan

setelah mengalami kegagalan, selalu berpersepsi dirinya mampu mengontrol dan

menghadapi hambatan yang dialami. Efikasi diri yang tinggi akan menghasilkan

prestasi yang tinggi, mengurangi stres, dan terhindar dari depresi. Efikasi diri

merupakan hasil dari sebuah proses kompleks yang melibatkan proses persuasi diri

yang bergantung pada pengolahan kognitif, pengalaman pribadi, sosial, dan

fisiologis. (Susanto, 2018:289).

Individu yang memiliki efikasi diri yang rendah, akan memperhatikan suatu

kondisi lebih sulit dari kenyataan yang sebenarnya, sehingga akan cenderung

mengalami stress, depresi, dan tidak mampu menemukan cara-cara yang terbaik

untuk membersihkan masalah yang dialami. Sebaliknya, individu yang memiliki

efikasi diri yang tinggi akan membantu menciptakan perasaan yang tenang dalam

menghadapi tugas akademik maupun kondisi yang sulit. Sehingga, pada akhirnya

efikasi diri merupakan penentu dan prediktor yang kuat terhadap tingkat prestasi yang

akan dicapai oleh individu (Susanto, 2018:285).

Adapun menurut Frett (Sumardjono dan Yustinus, 2014:97) menyatakan

efikasi diri merupakan kepercayaan seseorang tentang peluang sukses menyelesaikan

suatu tugas spesifik. Sumber efikasidiri ini berasal dari perilaku model yang

Page 42: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

57

diteladaninya, pengalaman sebelumnya, bujukan dari guru, orang tua serta penilaian

individu sendiri terhadap kondisi fisik dan emosionalitasnya.

Kemudian, Sumardjono dan Yustinus (2014:99) mengungkapkan Efikasi diri

adalah pertimbangan individu mengenai efektivitasnya dalam menangani situasi

tertentu serta memainkan peran utama dalam menetapkan perilakunya. Efikasi diri

yang rendah di hubungannya dengan rasa depresi atau tertekan, cemas, dan rasa tak

berdaya. Sedangkan, Efikasi diri yang tinggi berkenaan dengan percaya diri, cara

pandang positif dan mantap diri/sedikit sekali sikap ragu-ragu. (Sumardjono dan

Yustinus, 2014:99).

Menurut Judge dkk (Nur Ghufron dan Rini, 2010:76).,menganggap bahwa

efikasi diri ini adalah indikator positif dari core self-evaluation untuk melakukan

evaluasi diri yang berguna untuk memahami diri Efikasi diri merupakan salah satu

aspek pengetahuan tentang diri atau self-knowledge yang paling berpengaruh dalam

kehidupan manusia sehari-hari karena efikasi diri yang dimiliki ikut memengaruhi

individu dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu

tujuan, termasuk didalamnya perkiraan terhadap tantangan yang akan dihadapi. (Nur

Ghufron dan Rini, 2010:77).

Menurut Baroon dan Greenberg (Prasetyo, 2016:183) menjelaskan bahwa

individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan menunjukkan antusiasme dan

kepercayaan diri yang kuat. Efikasi diri akan menentukan jenis perilaku pengatasan

seberapa keras usaha yang dilakukan untuk mengatasi persoalan atau menyeleksi

tugas dan berapa lama ia akan mampu berhadapan dengan hambatan-hambatan yang

tidak diinginkan.

Page 43: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

58

Salanova et al. (dalam Yetursance dkk, 2016:153) membuktikan hipotesis

bahwa semakin tinggi efikasi diri dalam pengaturan pembelajaran akan meningkatkan

performa dalam bidang akademik. Lebih lanjut dikatakan bahwa efikasi diri dapat

menimbulkan efek yang beragam dalam berbagai setting prestasi, efikasi dapat

memengaruhi pilihan terhadap aktivitas. Bandura mengatakan bahwa orang

memperoleh informasi tentang efikasi diri mereka dalam sebuah bidang kemampuan

dari praktik mereka dalam bidang tersebut, pengamatan-pengamatan terhadap model-

model, bentuk-bentuk persuasi sosial. Bandura mengatakan bahwa Praktik atau

tindakan aktual memberikan informasi yang paling valid untuk menilai efikasi diri

(Yetursance dkk, 2016:154).

Bandura (dalam Mike, 2017:27), mengatakan Efikasi diri berkembang sejak

ndividu bayi hingga melalui masa lanjut usia. Tahapan efikasi diri pada masa bayi

yaitu usaha melatih pengaruh lingkungan fisik dan sosial .Efikasi diri pada masa bayi

hingga usia anak dipusatkan pada oranng tua yang dipengaruhi oleh anggota keluarga

yang lain seperti saudara kandung, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya. Lebih

lanjut, Bandura mengatakan pada masa dewasa efikasi diri dikembangkan sebagai

penyesuaian pada masalah perkawinan dan peningkatan karir. Pada masa lanjut usia,

efikasi diri sulit dibentuk karena terjadi penurunan mental dan fisik (dalam Skripsi

Mike, 2017:27).

Efikasi diri merupakan unsur kepribadian yang berkembang melalui

pengamatan-pengamatan individu terhadap akibat-akibat tindakannya dalam situasi

tertentu (Nur Ghurfon dan Rini, 2010:77). Perpsepsi seseorang mengenai dirinya

dibentuk selama hidupnya melalui reward dan punishment dari orang-orang

Page 44: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

59

sekitarnya. Unsur penguat tersebut lama-kelamaan dihayati sehingga terbentuk

pengertian dan keyakinan mengenai kemampuan diri. (Nur Ghurfon dan Rini,

2010:77).

Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa Efikasi diri (Self

Efficacy) adalah suatu keyakinan yang positif dalam diri individu yang dapat

berfungsi untuk menyelesaikan tugas danmenghadapi berbagai situasi yang

menantang serta hambatan-hambatan yang dihadapinya.

2. Dimensi-dimensi Efikasi diri

Menurut Bandura (Nur Ghufron dan Rini, 2010:80), Efikasi diri tiap individu

akan berbeda antara satu individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga dimensi,

berikut ini adalah tiga dimensi tersebut:

a. Dimensi Tingkat (Level)

Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas karena individu merasa

mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas yang

disusun menurut tingkat kesulitannya, maka efikasi diri individu mungkin akan

terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang atau bahkan meliputi tugas-tugas yang

paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi

tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat.

Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang akan dicoba

atau dihindari. Individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya

dan menghindari tingkah laku yang berada diluar batas kemampuan yang

dirasakannya.

Page 45: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

60

b. Dimensi Kekuatan (Strength)

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan

individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah digoyahkan oleh

pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang

mantap terdorong individu tetap bertahan dalam usahanya. Meskipun mungkin

ditemukan pengalaman yang kurang menunjang. Dimensi Kekuatan (Strength)

biasanya berkaitang langsung dengan dimensi level, yaitu makin tinggi taraf kesulitan

tugas, makin lemah keyakinan yag dirasakan untuk menyelesaikannya.

c. Dimensi Generalisasi (Generality)

Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu

merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap

kemampuan dirinya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau

pada serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi.

Adapun menurut Susanto (2018:285) sedikitnya ada tiga dimensi yang

membedakan Efikasi diri individu, yaitu:

a. Magnitude atau level, yaitu tingkat kesulitan tugas akademik yang diyakini oleh

individu dapat diselesaikan sebagai hasil persepsi tentang kompetensi diri.

b. Generally, yaitu kekuasaan tingkat penguasaan atau pencapaian individu terhadap

penyelesaian peserta didik.

c. Strength, yaitu tingkat kekuatan atau kelemahan keyakinan individu terhadap

kompetensi yang dipersepsikannya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi efikasi diri meliputi dimensi

level (level), dimensi kekuatan (strength), dan dimensi generalisasi (Generality).

Page 46: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

61

Menurut Widyaninggar (2014:98) berbagai hal yang dapat dengan mudah diamati

dari seorang anak yang memiliki efikasi diri yang tinggi adalah dengan:

a. Memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi dari teman-temannya

b. Memperlajari materi yang belum dipelajari tanpa diperintah oleh guru

c. Memiliki keingintahuan yang tinggi

d. Tiddak malu untuk bertanya

e. Memiliki banyak cara untuk menyelesaikan suatu masalah atau soal

Sedangkan menurut Fida (2017:34) mengatakan orang yang memiliki efikasi diri

yang tinggi mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dari orang-orang yang

memilliki efikasi diri rendah. Ciri-ciri individu dengan efikasi diri tinggi yaitu:

a. Individu merasa yakin akan berhasil (mampu)

b. Kinerja tinggi dalam mengerjakan tugas (hasil cepat di dapat)

c. Gigih sampai tujuan tercapai

d. Memikul tanggung jawab secara pribadi dan mengingginkan hasil dari

kemampuan yang optimal (mandiri)

e. Mampumengontrol stres dan kecemasan (tidak tertekan.

f. Mengaggap tugas sebagai pekerjaan yang menarik

g. Kreatif dan inovatif (bertindak aktif).

Sebaliknya, individu yang memiliki efikasi diri yang rendah memiliki ciri-ciri

yang berlawanan sdengan individu yang memiliki efikasi diri tinggi. Ciri-ciri individu

yang memiliki efikasi diri rendah:

a. Individu merasa tidak yakin akan berhasil (tidak mampu)

b. Kinerja lemah dalam mengerjakan tugas (hasil lama didapat)

Page 47: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

62

c. Tidak mempunyai kegigihan dalam menciptakan tujuan.

d. Kurang memiliki tanggung jawab secara pribadi dan kurang menginginkan hasil

dari kemampuan optimalnya tergantung pada orang lain.

e. Kurang mampu mengontrol stres dan kecemasan (mudah tertekan).

f. Menganggap tugas sebagai pekerjaan yang tidak menarik (beban).

g. Tidak kreatif dan inovatif (pasif). (Fida, 2017:35)

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa efikasi diri siswa yang tinggi dapat

meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal sehingga tercapainya tujuan

pendidikan yang diharapkan dan begitu juga sebaliknya.

3. Sumber- sumber Efikasi diri

Menurut Bandura (Susanto, 2018:286) keyakinan individu terhadap keberhasilan

dimensi dapat dikembangkan oleh empat faktor utama, yaitu pengalaman penguasaan,

pengalaman perumpamaan, persuasi sosial atau verbal, dan kondisi psikologis dan

emosional. Secara rinci keempat faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengalaman penguasaan (Mastery Experience)

Kesuksesan sebagai hasil dari pengalaman penguasaan akan membangun

kepercayaan yang kuat dalam keyakinan pribadi individu. Sebaliknya kegagalan akan

mengurangi rasa keyakinan (Sense of efficacy) individu. Dengan kata lain, semakin

sering individu mengalami keberhasilan, maka tingkat efikasi dirinya akan semakin

tinggi. Sebaliknya, semakin sering individu mengalami kegagalan maka semakin

rendah tingkat efikasi dirinya.

b. Pengalaman perumpamaan (Vicarious Experience)

Page 48: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

63

Pengaruh yang kedua dalam membentuk dan memperkuat efikasi diri individu

adalah pengalaman yang diperoleh melalui pengamatan terhadap model sosial.

Dengan mengamati pengalaman orang lain dalam mencapai kesuksesan, akan

memperkuat efikasi diri untuk mencapai hasil yang sama dengan hasil yang di

observasi akan melemahkan tingkat motivasi dan efikasi diri individu. Pengaruh

pemodelan akan memberikan standar sosial terhadap individu Dalam melakukan

penilaian terhadap kemampuan dirinya.

c. Persuasi sosial atau verbal (Social Persuation)

Persuasi sosial atau verbal dapat memperkuat efikasi diri dalam pencapaian

keberhasilan. Pendapat orang lain yang menganggap Individu memiliki kemampuan

dalam menyelesaikan suatu kegiatan Dengan sukses akan memperkuat efikasi diri

individu Dalam menghadapi berbagai masalah atau tantangan ketika melaksanakan

suatu kegiatan atau aktivitas. Sebaliknya, pendapat orang lain yang menganggap

individu tidak mampu akan melemahkan efikasi diri individu Dalam melaksanakan

aktivitas dengan baik.

d. Kondisi Psikologis dan Emosional (Physicological and Emotional States)

Individu menafsirkan reaksi stress dan ketegangan sebagai tanda kerentanan

terhadap kinerja yang buruk. Menurut Bandura (Susanto, 2018:288) kegiatan yang

melibatkan kekuatan dan stamina, individu cenderung menilai kelelahan fisik sebagai

kelemahan, suasana hati memengaruhi penilaian individu tentang kompetensi dirinya.

Pengembangan efikasi diri tidak hanya tergantung pada keadaan fisiologis dan

emosional individu, tetapi bagaimana individu menafsirkan kondisi fisiologis dan

emosional yang dihadapi. Peserta didik yang kurang yakin terhadap kemampuan

Page 49: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

64

dirinya akan secara salah menafsirkan kecemasan sebagai tanda ketidakmampuan.

Penafsiran tersebut akan mengakbatkan kegagalan dalam menyelesaikan tugas

akademik. Keadaan emosional peserta didik juga memengaruhi bagaimana peserta

didik menafsirkan pengalamannya. Cara untuk mengembangkan efikasi diri adalah

dengan meningkatkan kekuatan fisik, mengurangi stress dan kecenderungan

emosional negatif, serta kesalahan mempersepsikan suatu keadaan atau kondisi

(Susanto, 2018:288)

Menurut Corsini (dalam Wahdania, Ulfiani dan Sri, 2017:71) aspek-aspek

efikasi diri yaitu:

1. Kognitif

Kognitif adalah kemampuan individu untuk memikirkan cara-cara yang

digunakan dan dirancang tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan yang

diharapkan

2. Motivasi

Motivasi adalah kemampuan individu untuk memotivasi diri melalui pikirannya

untuk melakukan tindakan dan membuat keputusan serta mencapai tujuan yang

diharapkan.Motivasi tumbuh dari pemikiran yang optimis dari dalam diri individu

untuk mewujudkan tindakan yang diharapakan. Tiap-tiap individu berusaha

memotivasi dirinya dengan menetapkan keyakinan pada tindakan yang akan

dilakukan, memgantisipasi pikiran sebagai latihan untuk mencapai tujuan dan

merencakan tindakan yang akan dilakukan, dan merencakan tindakan yang akan

dilaksanakan.

3. Afektif

Page 50: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

65

Afektif adalah kemampuan individu untuk mengatasi perasaan emosi yang

ditimbulkan dari diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Afektif berperan

pada pengaturan diri individu terhadap pengaurh emosi.Afektif terjadi secara alami

dalam diri individu dan berperan dalam menentukan intensitas pengalaman

emosional.Afektif ditujukan dengan mengontrol kecemasan dan perasaan depresif

yang menghalangi pola pikir yang benar utuk mencapai tujuan.

4. Seleksi

Seleksi adalah kemampuan individu untuk melakukan pertimbangan secara

matang dan memilih perilaku dan lingkungannya. Individu akan menghindari

aktivitas dan situasi yang diyakini melebihi kemampuan yang mereka miliki, tetapi

mereka rasa mampu mengendalikannya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efikasi diri

Schunk dan Meece (Susanto, 2018:289) menjelaskan beberapa faktor yang

mempengaruhi tingkat akademik efikasi diri remaja antara lain: (1) Perubahan

perkembangan, (2) Sekolah, (3) Teman Sebaya, serta (4) Keluarga. Pengaruh yang

terkait dengan masing-masing konteks sosial dapat memiliki efek mendalam pada

keyakinan remaja tentang kemampuannya untuk berhasil baik di dalam maupun luar

sekolah. Keempat faktor tersebut sebagai berikut:

a. Perubahan perkembangan (Development Changes)

Perubahan kognitif, fisik dan sosial pada remaja memiliki implikasi penting bagi

remaja dalam mendeskripsikan kemampuan yang dimiliki. Perubahan pada masa

remaja menunjukkan sebagian kemampuan remaja menjadi meningkat untuk

kemampuan abstraksi kognitif, reflekstif, dan perbandingan sosial. Pada masa remaja,

Page 51: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

66

individu menjadi lebih terampil mengkoordinasikan informasi yang bertentangan

dengan harapan serta membentuk pandangan yang lebih stabil terhadap kemampuan

yang dimiliki. Kemampuan remaja itu sendiri sangat mempengaruhi efikasi diri yang

dimiliki.

b. Sekolah (Schooling)

Situasi serta kondisi sekolah akan membantu membentuk efikasi diri remaja.

Shunck dan Meece (2007:79) menjelaskan dengan kematangan kognitif, remaja lebih

mampu menginterprestasikan dan mengintegrasikan beberapa sumber informasi

mengenai kompetensi yang dimiliki, serta memiliki pandangan yang jauh lebih beda

dari kemampuannya.

Sekolah memiliki pengaruh potensial pada efikasi diri remaja termasuk

Bagaimana struktur pengajaran, kemudahan atau kesulitan belajar, umpan balik

tentang kinerja, persaingan, kegiatan penilaian, jumlah dan jenis perhatian guru dan

transisi sekolah.

Periode transisi di sekolah dapat menyebabkan perubahan dalam efikasi diri.

Transisi sekolah membawa banyak perubahan dalam hubungan guru dan kelompok

sebaya, kelas yang dapat mempengaruhi efikasi diri. Hal lain yang mempengaruhi

efikasi diri adalah sistem pembelajaran sekolah serta lingkungan sekolah yang

kondusif. Sistem pembelajaran yang tepat serta lingkungan sekolah yang kondusif

akan membantu peserta didik menetapkan tujuan pembelajarannya dan fokus pada

kegiatan belajar dan mengajar Sehingga peserta didik akan semakin yakin terhadap

kemampuan yang dimiliki.

c. Teman Sebaya (Peers)

Page 52: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

67

Pengaruh teman sebaya sangat kuat di kalangan remaja karena teman sebaya

memberikan kontribusi yang signifikan untuk proses sosialisasi remaja. Sebuah hasil

penelitian yang dilakukan Miller (2012) menunjukkan efikasi diri remaja sangat

dipengaruhi oleh teman sebaya. Pengamatan peserta didik terhadap kemampuan

teman sebayanya dalam menyelesaikan tugas dapat meningkatkan efikasi diri peserta

didik dan mengarahkan peserta didik untuk meyakini dirinya mampu menyelesaikan

tugas seperti teman sebayanya. Sebaliknya pada saat teman sebayanya tidak berhasil

menyelesaikan tugas, Efikasi diri peserta didik pun akan menurun. Remaja cenderung

memilih teman teman dan kelompok sebaya atau dasar kesamaan yang kemudian

akan meningkatkan pengaruh potensi permodelan.

d. Keluarga (Families)

Lingkungan keluarga akan memberikan pengaruh terhadap efikasi diri remaja.

Orang tua membangun kompetensi remaja Ketika memberikan lingkungan yang

menawarkan beberapa tantangan, dorongan untuk menetapkan aspirasi yang tinggi

namun realistis, memberikan peran model yang positif menyediakan dan mendukung

pengalaman penguasaan, dan mengajarkan bagaimana menghadapi kesulitan.

Faktor lingkungan keluarga lainnya yang mempengaruhi efikasi diri remaja

adalah latar belakang ekonomi keluarga. Remaja yang latar belakang keluarganya

termasuk kelas ekonomi bawah akan cenderung memiliki efikasi diri yang rendah,

karena dengan latar belakang ekonomi kelas bawah akan kurang mampu memenuhi

kebutuhan akademik, yaitu berbagai fasilitas belajar yang membantu menstimulasi

perkembangan kognitif remaja seperti komputer dan buku pelajaran.

Page 53: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

68

Pola asuh orang tua akan mempengaruhi perkembangan efikasi diri remaja.

Remaja dengan orang tua yang bersikap hangat, cepat tanggap ikut terlibat dalam

mendukung perkembangan akademik, akan meningkatkan efikasi diri remaja. Selain

itu, persepsi orang tua terhadap kemampuan yang dimiliki anak akan senantiasa

berpengaruh terhadap persepsi remaja tentang kompetensi yang dimilikinya.

Adapun menurut Bandura (dalam Mike, 2017:27) , faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi Efikasi diri pada diri individu antara lain:

a. Budaya

Budaya dapat mempengaruhi efikasi diri individu melalui nilai (values),

kepercayaan (believe), proses pengaturan diri (self regulatory process) yang berfungsi

sebagai sumber penilaian efikasi dri dan konsekuensi dari keyakinan akan efikasi diri.

b. Gender

Gender dapat mempengaruhi efikasi diri pada diri individu. Wanita memiliki

efikasi diri yang lebih tinggi dalam perannya di kehidupan sehari-hari. Wanita yang

memiliki peran sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir akan berpengaruh pada

tingkat efikasi diri yang tinggi dibandingkan pria yang bekerja.

c. Sifat dari tugas yang dihadapi

Kesulitan masalah yang dihadapi individu mempengaruhi penilaian terhadap

kemampuan dirinya. Individu yang dihadapkan pada permasalahan yang sulit akan

semakin rendah penilaian terhadap kemampuannya. Pada individu yang dihadapkan

masalah yang mudah akan semakin tinggi penilaian terhadap kemampuannya.

d. Insentif eksternal

Page 54: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

69

Insentif eksternal dapat memengaruhi efikasi diri individu. Insentif yang

diberikan orang lain yang merefleksikan keberhasilan seseorang

e. Status atau peran individu dalam lingkungan

Individu yang memiliki status dan peran yang tinggi akan mendapatkan derajat

control yang besar sehingga mempengaruhi efikasi diri yang tinggi. Individu dengan

status atau peran yang rendah akan memiliki derajt kontrol yang kecil sehingga

efikasi diri yang dimiliki juga rendah.

f. Informasi tentang kemampuan diri

Informasi yang didapatkan individu mempengaruhi efikasi diri dimana individu

akan memiliki efikasi diri tinggi jika mendapatkan informasi positif mengenai

kemampuan dirinya sedangkan, individu akan memiliki efikasi diri rendah jika

mendapatkan informasi negatif.

Menurut Bandura (dalam Widyaninggar, 2014:93), Efikasi diri adalah sumber

pengontrol tingkah laku adalah respirokal antara lingkungan, tingkah laku dan

pribadi. Efikasi merupakan variabel pribadi yang penting yang kalau digabung

dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi akan menjadi

penentu tingkah laku mendatang yang penting. Setiap individu mempunyai efikasi

diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda, tergantung kepada: 1) Kemampuan

yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu, 2) Kehadiran orang lain khususnya

saingan, 3) Keadaan fisiologis dan emosional.

Menurut Bandura (Moh. Hadi dan Suroso, 2014:187) karakteristik individu yang

memiliki efikasi diri yang tinggi adalah ketika individu tersebut merasa yakin bahwa

mereka mampu menangani secara efektif peristiwa dan situasi yang mereka hadapi,

Page 55: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

70

tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas, percaya pada kemampuan diri yang mereka

miliki, memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman dan suka mencari

situasi baru, menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan meningkatkan komitmen

yang kuat terhadap dirinya, menanamkan usaha yang kuat dalam apa yang

dilakukannya dan meningkatkan usaha saat menghadapi kegagalan, berfokus pada

tugas dan memikirkan strategi dalam menghadapi kesulitan, cepat memulihkan rasa

mampu setelah mengalami kegagalan, menghadapi stres atau ancaman dengan

keyakinan bahwa mereka mampu mengontrolnya.

5. Indikator Efikasi Diri (Self Efficacy)

Dalam Fida (2017:35) Indikator efikasi diri mengacu pada dimensi efikasi diri,

yaitu Maginitude/level, strength dan generality, dengan melihat dimensi ini maka

terdapat beberapa indikator dari efikasi diri yaitu:

1. Yakin dapat melakukan tugas tertentu; individu yakin dapat melakukan tugas

tertentu yang mana individu yakin dapat melakukan tugas tertentu yang mana

individu sendirilah yang menetapkan tugas (target) apa yang harus diselesaikan.

2. Yakin bahwa individu dapat berusaha keras, gigih dan tekun dalam rangka

menyelesaikan tugas degan kemampuannya.

3. Yakin dapat memotivasi diri untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas.

4. Yakin bahwa dirinya mampu bertahan (tidak tertekan) menghadapi hambatan

dan kesulitan yang muncul bangkit dari kegagalan.

5. Yakin dapat menyelesaikan permasalahan diberbagai situasi atau kondisi.

Page 56: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

71

6. Bertindak kreatif dan inovatif

Adapun menurut Mike (2017:32), indikator efikasi diri mengacu pada dimensi

efikasi diri yang terdiri beberapa indikator sebagai berikut:

1. Yakin dapat menyelesaikan tugas tertentu.

Individu yakin pada diri sendiri bahwa ia mampu menyelesaikan tugas tertentu

dengan menetapkan target yang harus diselesaikan.

2. Yakin dapat memotivasi diri untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas

Individu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk memilih dan melakukan

tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya.

3. Yakin dapat berusaha dengan keras, gigih dan tekun

Individu mau berusaha keras menyelesaikan tugas dengan menggunakan segala

daya yang dimiliki.

4. Yakin bahwa diri mampu bertahan menghadapi hambatan dan kesulitan

Individu mampu bertahan ketika menghadapi hambatan dan kesulitan yang

muncul serta dapat bangkit kembali ketika mengalami kegagalan

5. Yakin dapat menyelesaikan tugas yang memiliki range yang lebih luas ataupun

spesifik.

Individu yakin pada diri sendiri bahwa ia dapat menyelesaikan semua tugasnya

dengan baik dalam lingkup yang luas maupun spesifik.

Sedangkan menurut Dewi (dalam Moh. Hadi dan Suroso, 2014:187) indikator

efikasi diri (Self Efficacy) yaitu:

a. Memiliki kemampuan diri

Page 57: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

72

b. Memiliki keyakinan diri (kepercayaan diri)

c. Memiliki kemampuan diri dalam situasi yang berbeda.

Berdasarkan pendapat diatas, maka indikator efikasi diri pada penelitian ini

mengacu kepada dimensi efikasi diri menurut Bandura (dalam Nur Ghufron dan Rini,

2010:80) yaitu:

a. Tingkat kesulitan tugas akademik (Magnitude atau level) yaitu siswa yakin dapat

melakukan tugas tertentu meskipun tugas tersebut mempunyai tingkat

kesulitannya tinggi ataupun rendah.

b. Tingkat penguasaan atau pencapaian individu (Generally) yaitu Siswa dapat

menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk memilih dan melakukan tindakan

yang diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya. Dengan adanya motivasi dalam

dirinya, siswa tersebut akan gigih, tekut dan semakin kuat kepercayaan dirinya

dalam mengahadapi tugas yang akan dihadapinya.

c. Tingkat kekuatan atau kelemahan keyakinan individu (Strength) ,yaitu siswa

yakin bahwa dirinya mampu bertahan dalam menghadapi hambatan dan

kesulitan dan berusaha bangkit kembali dari kegagalan sebelumnya.

2.1.4 Hasil Penelitian Yang Relevan

1) Penelitian Siti dkk (2019) yang berjudul ”Pengaruh Motivasi Belajar dan

Dukungan Sosial Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 2 Kusambi”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Motivasi

belajar dan Dukungan Sosial berpengaruh positif terhadap hasil belajar. Hal ini

diketahui variabel motivasi belajar (X1) memiliki sig. = 0,004 <∝ = 0,05 atau

Page 58: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

73

π‘‡β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” = 2,986 > π‘‡π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ = 1,99 yang dipilih. Hal ini menunjukkan ditolaknya

hipotesis H0, artinya Ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap

hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kusambi Yang

menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 2 Kusambi

dapat dijelaskan oleh motivasi belajar sebesar 11,7%, sisanya sisanya sebesar

88,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kemudian, variabel dukungan sosial (X2) memiliki sig. = 0,013 < ∝ = 0,05 atau

π‘‡β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” = 2,558 > π‘‡π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ = 1,99 yang dipilih. Hal ini menunjukkan ditolaknya

hipotesis H0, artinya Ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial terhadap

hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kusambi yang

menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 2 Kusambi

dapat dijelaskan oleh dukungan sosial sebesar 8,9%, sisanya sisanya sebesar

91,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

2) Penelitian Supriyati (2014) yang berjudul β€œPengaruh Dukungan Sosial dan

Kecerdasan Emosional Pada Hasil Belajar Mata Diklat Produktif

Akuntansi Siswa SMK Sunan Drajat Lamongan”. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa pada Pengujian variabel dukungan sosial dan kecerdasan

emosional secara simultan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar , nilai

Fhitung sebesar 207,543 dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 5%.

Nilai R-Square yang dihasilkan sebesar 0,777 menyatakan bahwa hasil belajar

mata diklat produktif akuntansi (Y) dipengaruhi oleh dukungan sosial (X1) dan

kecerdasan emosional (X2) sebesar 77,7 % sedangkan 22,3%dipengaruhi oleh

Page 59: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

74

faktor – faktor lain selain variabel dukungan sosial dan kecerdasan emosional.

Lebih lanjut uji parsial menunjukkan nilai π‘‡β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” pada variabel dukungan sosial

(X1) sebesar 7,759 dengan tingkat signifikan kurang dari 5% yaitu 0,000. Hal ini

berarti variabel dukungan sosial (X1) secara parsial berpengaruh signifikan pada

hasil belajar mata diklat produktif akuntansi (Y). Besarnya pengaruh dukungan

sosial pada hasil belajar matadiklat produktif akuntansi adalah 33,64%. Nilai

π‘‡β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” pada variabel kecerdasan emosional (X2) sebesar 6,640 (π‘‡β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” 6,640

>π‘‡π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ 1,980) dengan tingkat signifikan kurangdari 5% yaitu 0,000. Hal ini

berarti variabel kecerdasan emosional (X2) secara parsial berpengaruh signifikan

pada hasil belajar mata diklat produktif akuntansi (Y). Besarnya pengaruh

kecerdasan emosional (X2) pada hasil belajar mata diklat produktif akuntansi

(Y) sebesar 27,04 %.

3) Penelitian dari Rahmatullah (2012) yang berjudul β€œHubungan Antara

Dukungan Sosial dengan Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran

Akidah Akhlak di MTs. Nurul Rahmat Bontolanra Kec. Galesong Utara

Kab. Takalar” dalam penelitian ini Ada hubungan positif sebesar 0,988 antara

dukungan sosial dengan prestasi belajar siswa, karena berada pada interval 0,80-

1,000. Hal ini berarti semakin baik dukungan sosial seseorang maka semakin

meningkat pulaprestasi belajar siswa. Apakah koefisien korelasi hasil

perhitungan tersebut signifikan (dapat digeneralisasikan) atau tidak, maka perlu

dibandingan kandengan r tabel dengan taraf kesalahan tertentu. (lihat tabel r

product moment). Bila taraf kesalahan ditetapkan 5% (taraf kepercayaan 95%)

Page 60: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

75

dan N = 28, maka harga r tabel = 0,374. Ternyata harga r hitung lebih besar

dariharga r tabel, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya ada

hubungan positif dan signifikan antara Dukungan Sosial dengan Prestasi Belajar

Siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs. Nurul Rahmat Bontolanra

Kec. Galesong Utara Kab. Takalar sebesar 0,988. Data dan koefisien yang

diperoleh dalam sampel tersebut dapat digeneralisasikan pada populasi di mana

sampel diambil atau data tersebut mencerminkan keadaan populasi.

4) Penelitian Nuraga Mohammad Aditya (2015) yang berjudul β€œHubungan

Dukungan Sosial Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X dan XI SMAN 1

Gedeg”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Pada penelitian tersebut

menunjukkan bahwa dukungan sosial tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap prestasi belajar. Karena P-value> 0,05. Hal ini menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan prestasi

belajar siswa SMAN 1 Gedeg Kelas X & X1. Nilai F sebesar 0,751 dengan

tingkat signifikansi 0,388 yang lebih dari nilai alpha (0,05), sehingga dapat

dikatakan bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan variabel dukungan

sosial terhadap prestasi belajar.

5) Penelitian Ika Heni Wahyuningsih (2018) yang berjudul β€œPengaruh Efikasi

diri, Motivasi Belajar, dan Lingkungan Sekolah terhadap Prestasi Belajar

siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X dan XI di SMA Negeri 6

Yogyakarta”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang

positif terhadap Efikasi Diri, Motivasi belajar, dan Lingkungan sekolah terhadap

Page 61: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

76

Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi Kelas X dan XI di SMA

Negeri 6 Yogyakarta. Adapun variabel Efikasi diri dalam penelitian ini hasil

analisis data menunjukkan bahwa T hitung sebesar 3,349, sedangkan nilai t tabel

untuk n=75 sebesar 1,99346. Dengan demikian, nilai π‘‡β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” lebih besar dari

π‘‡π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™(3,349>1,99346), sehingga terdapat pengaruh Efikasi diri terhadap prestasi

belajar siswa.

6) Penelitian Lasmita, Agus dan Lili (2018) yang berjudul β€œPengaruh Efikasi Diri

(Self Efficacy) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA

Negeri Se-Kota Bandung”. Hasil penelitian ini tersebut menunjukkan bahwa

adanya hubungan positif antara Efikasi Diri dengan Hasil Belajar Ekonomi siswa

kelas XI IPS SMA Negeri Se-Kota Bandung, Efikasi diri berpengaruh positif dan

signifikan terhadap hasil belajar siswa ekonomi sebesar 60,5%, sedangkan

sisanya 39,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam

penelitian yang diketahui Nilai π‘‡β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” sebesar 23,500> π‘‡π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ sebesar 1,9665

dengan df = 361 dan nilai signifikansi 0,05.

7) Penelitian Anggi Dkk. (2016) yang berjudul β€œPengaruh Budaya Membaca,

Pendidikan Karakter, dan Efikasi Diri Terhadap Hasil Belajar Pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 12 Padang”. Hasil Penelitian

tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara Budaya Membaca,

Pendidikan Karakter dan Efikasi Diri Terhadap Hasil Belajar Pada Mata

pelajaran Ekonomi kelas X SMA Negeri 12 Padang. Berdasarkan hasil

penelitian terdapat pengaruh antara budaya membaca (X1) terhadap hasil

Page 62: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

77

belajar (Y) dengan nilai koefisien regresi budaya membaca sebesar 0,512. Hal

ini berarti adanya pengaruh budaya membaca terhadap hasil belajar, apabila

nilai budaya membaca meningkat sebesar satu satuan maka hasil belajar akan

meningkat sebesar 0,512 dalam setiap satuannya dengan asumsi variabel lain

tidak mengalami perubahan atau konstan dan nilai π‘‡β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” sebesar 2,419 > π‘‡π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™

sebesar 1,960 sedangkan nilai signifikan 0,017 < 0,05, berarti Ha diterima dan

H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara

budaya membaca terhadap hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran

ekonomi di SMA N 12 Padang. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh

antara pendidikan karakter (X1) terhadap hasil belajar (Y) dengan nilai

koefisien regresi budaya membaca sebesar 0,846. Hal ini berarti adanya

pengaruh pendidikan karakter terhadap hasil belajar, apabila pendidikan

karakter meningkat sebesar satu satuan maka hasil belajar akan meningkat

sebesar 0,846 dalam setiap satuannya dengan asumsi variabel lain tidak

mengalami perubahan atau konstan dan nilai π‘‡β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” sebesar 3,423 > π‘‡π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™

sebesar 1,960 sedangkan nilai signifikan 0,001 < 0,05, berarti π»π‘Žditerima dan

𝐻0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara

pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran

ekonomi di SMA N 12 Padang. Dan Efikasi diri (X3) terhadap hasil belajar (Y)

dengan nilai koefisien regresi efikasi diri sebesar 0,520 Hal ini berarti adanya

pengaruh efikasi diri terhadap hasil belajar, apabila nilai efikasi diri meningkat

sebesar satu satuan maka hasil belajar akan meningkat sebesar 0,520 dalam

Page 63: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

78

setiap satuannya dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau

konstan dan nilai π‘‡β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” sebesar 3,290 > π‘‡π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ sebesar 1,960 sedangkan nilai

signifikan 0,001 < 0,05, berarti π»π‘Ž diterima dan 𝐻0 ditolak dengan demikian

dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara efikasi diri terhadap hasil

belajar siswa kelas X pada mata pelajaran ekonomi di SMA N 12 Padang.

8) Penelitian dari Wahdania, Ulfiani dan Sri (2017) yang berjudul β€œPengaruh

Efikasi Diri, Harga Diri dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Matematika

Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Bulupoddo Kab. Sinjai”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Dari hasil analisis data yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan (sig. < 0,05) antara

efikasi diri, harga diri dan motivasi terhadap hasil belajar matematika peserta

didik kelas X SMA Negeri 1 Bulupoddo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

efikasi diri, harga diri dan motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

hasil belajar matematika peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Bulupoddo. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama efikasi diri, harga diri

dan motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar matematika

peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Bulupoddo. Setelah melakukan analisis

terhadap data yang diperoleh pada penelitian ini, diperoleh bahwa efikasi diri

berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar matematika peserta didik

kelas X SMA Negeri 1 Bulupoddo dengan nilai signifikansi sebesar 0,034.

diperoleh bahwa harga diri berpengaruh secara siginifikan terhadap hasil belajar

peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Bulupoddo Kab. Sinjai dengan nilai

Page 64: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

79

signifikansi 0,001. Setelah melakukan analisis terhadap data yang diperoleh

pada penelitian ini, diperoleh bahwa harga diri berpengaruh secara signifikan

terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas X SMA Negeri 1

Bulupoddo Kab. Sinjai dengan nilai signifikansi 0,043 Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa secara bersama-sama efikasi diri, harga diri dan motivasi

berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar matematika peserta didik

kelas X SMA Negeri 1 Bulupoddo. Koefisien determinasi sebesar 74,8%

menunjukkan bahwa 74,8% hasil belajar matematika siswa dapat dijelaskan

oleh efikasi diri, harga diri dan motivasi peserta didik

9) Penelitian Ika Heni Wahyuningsih (2018) yang berjudul β€œPengaruh Efikasi

Diri, Motivasi Belajar dan Lingkungan Sekolah Terhadap Prestasi Belajar

Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X dan XI IIS SMA Negeri 6

Yogyakarta”. Hasil analisis dari penelitian ini bahwa: (1) Terdapat Pengaruh

efikasi diri terhadap prestasi belajar ekonomi hal ini menunjukkan dari analisis

data bahwa nilai t hitung sebesar 3,349 sedangkan nilai t tabel untuk n=75

sebesar 1,99346 dengan demikian dapat dikatakan t hitung lebih besar dari t

tabel (3,349 > 1,99346), (2) Tidak terdapatnya pengaruh motivasi belajar

terhadap prestasi belajar hal ini dikatahui analisis data menunjukkan bahwa t

hitung sebesar 1,150 sedangkan nilai t tabel untuk n=75 sebesar 1,993946. Hal

ini menunjukkan bahwa t hitung < t tabel atau 1,150 < 1,993946, (3) Terdapat

pengaruh Lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar, hal ini diketahui

analisis data menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel (4,038 >

1,99346), (4) Terdapat pengaruh Efikasi diri, motivasi belajar, dan lingkungan

Page 65: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

80

sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi, hal ini diketahui dari

analisis data menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel (7,658 >

2,73) dari analisis koefisien determinasi (R square) menujukkan bahwa ketiga

variabel mempunyai pengaruh sebesar 0,244 atau 24,4 %.

2.2 Kerangka Berpikir

1. Pengaruh dukungan sosial terhadap Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar yang memuaskan merupakan hal yang diinginkan oleh semua

siswa, siswa akan termotivasi akan hasil belajarnya jika ada hal-hal yang

mempengaruhinya diantaranya faktor dalam diri siswa dan faktor dari luar siswa.

Wasliman (dalam Susanto, 2013:12) mengemukakan Hasil belajar dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang meliputi faktor internal

antara lain: kecerdasan, minatdan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,

kebiasaan belajar,serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal

meliputi: lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Salah satu faktor eksternal

yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah dukungan sosial.

Menurut King (2010:226) Dukungan sosial (Social Support) adalah informasi

dan umpan balik dari orang lain yang menunjukkan bahwa seseorang dicintai dan

diperhatikan, dihargai, dan dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan

kewajiban yang timbal balik. Dukungan sosial didapat dari lingkungan sosial individu

tersebut seperti keluarga, teman sebaya maupun guru disekolah. Hal ini sesuai dengan

pendapat Fezer (Sukmawati, 2016:33), Sumber dukungan sosial berasal dari keluarga

Page 66: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

81

sebagai lingkungan terdekat remaja, yaitu orang tua dan dari sekolah seperti guru,

teman sekelas dan teman sebaya sebagai lingkungan kedua bagi mereka.

Berdasarkan paparan diatas, bahwa dukungan sosial merupakan suatu bentuk

keberadaan serta dukungan dari lingkungan sosial seperti lingkungan keluarga,

teman, lingkungan sekolah yang dapat membuat penerima merasa dicintai, diberi

kenyamanan serta di perhatikan yang semua itu akan membuat timbulnya rasa

percaya dri dari individu yang menerimanya tersebut. Dukungan sosial dapat dilihat

dari banyaknya kontak sosial yang terjadi atau ketika individu menjalin hubungan

dengan sumber-sumber yang ada dilingkungan.

Siswa membutuhkan tempat curahan dan dukungan dari orang terdekat seperti

orang tua, guru dan teman mengenai keluhan ataupun kebahagiaan yang dirasakan

siswa tersebut. Siswa yang mendapatkan dukungan sosial yang baik akan selalu

percaya diri dan terdorong terus untuk tekun belajar, dan meningkatkan keaktifan

dalam belajar dikelas karena mereka merasa ada yang menghargai, di hormati, dan

diperhatikan sehingga membuat siswa tersebut merasa nyaman dan akan

mempengaruhi hasil belajar. Begitupun sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial

yang didapat semakin rendah hasil belajar nya. Hal ini sesuai dengan Cohen dan

Suherman (dalam Sheilla dan Sri, 2018:23) dukungan sosial dapat bermanfaat dan

berefek secara positif bagi penerimanya.

Sedangkan siswa tidak atau kurang mendapat dukungan sosial yang baik seperti

mereka hanya tergerak untuk mau sekolah tetapi sulit untuk tekun belajar dan tidak

mampu mengelolah pengalaman dan belajar secara terus menerus, dan cenderung

menjadi siswa yang malas dan pasif dalam pembelajaran, serta kurang menjalin

Page 67: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

82

komunikasi dengan guru dan teman sebaya. Oleh sebab itu, untuk memperoleh hasil

yang baik seorang siswa harus mempunyai motivasi belajar dari dukungan sosial

sehingga akan mendorong ia untuk terus tekun belajar yang pada akhirnya mencapai

hasil belajar yang diharapkan.Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menduga

adanya pengaruh dukungan sosial terhadap hasil belajar siswa.

2. Pengaruh Efikasi Diri (Self Efficacy) terhadap Hasil Belajar Siswa.

Salah satu faktor dalam individu yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah

Efikasi diri. Bandura (Nur Ghufron dan Rini, 2010:75) mengatakan bahwa efikasi diri

pada seseorang adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau

pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya

dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai

hasil yang diinginkan. Efikasi diri dapat dimaknai sebagai keyakinan individu

terhadap kompetensi dirinya untuk mencapai hasil yang diinginkan (Susanto,

2018:284)

Adapun menurut Sudrajat (Susanto, 2018:285) menjelaskan Efikasi diri

merujuk pada persepsi kognitif yang berisikan tentang kemampuan dalam mengatur

dan melaksanakan sejumlah tindakan suatu aktivitas yang diperlukan untuk

menyelesaikan tuntutan atau tugas-tugas tertentu sehingga berhasil. Hal ini sejalan

dengan Nur Ghufron dan Rini, (2010:75)Efikasi diri akan mempengaruhi beberapa

aspek dari kognisi dan perilaku seseorang.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat di simpulkan bahwa Efikasi diri (Self

Efficacy) adalah suatu keyakinan yang positif dalam diri individu yang dapat

berfungsi untuk menyelesaikan tugas dan menghadapi berbagai situasi yang

Page 68: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

83

menantang serta hambatan-hambatan yang dihadapinya.Dalam hubungannya dengan

kegiatan belajar, Efikasi diri tentu dimungkinkan akan berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa. Hal ini telah di buktikan dalam penelitian Nobelina dan Alfi (2011:22)

bahwa Efikasi diri ini sangat menentukan seberapa besar keyakinan mengenai

kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk melakukan proses belajarnya

sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

Dengan adanya efikasi diri yang tinggi, siswa akan selalu optimis dan tidak

mudah menyerah dalam berbagai tugas yang sulit sepertimengerjakan tugas pelajaran

ekonomi dalam mengerjakan soal menggunakan rumus-rumus yang cukup sulit, akan

selau berusaha dan selalu yakin bahwa apa yang dilakukannya akan menciptakan

hasil yang positif dan hal tersebut dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Hal ini

sesuai dengan dengan pendapat Ormrod (2008:22) menyatakan bahwa orang dengan

Self efficacy yang tinggi cenderung lebih banyak belajar dan berprestasi daripada

mereka yang self efficacynya yang rendah.

Begitu juga sebaliknya, jika siswa mempunyai efikasi diri yang rendah, siswa

cenderung mudah menyerah dalam berbagai tugas yang sulit, selalu pesimis dalam

mengerjakan tugas yang diberikan guru, jika siswa terus-menerus mengalami masalah

tersebut ini akan mempengaruhi hasil belajarnya hal ini sejalan dengan pendapat

Nobelina dan Alfi (2011:20) Efikasi diri yang rendah akan sangat mempengaruhi

seseorang dalam menyelesaikan tugas nya untuk mencapai hasil tertentu.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi efikasi diri yang

dimiliki oleh siswa akan semakin tinggi pula hasil belajar ekonomi, begitu pula

Page 69: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

84

sebaliknya. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menduga adanya pengaruh Efikasi

Diri terhadap Hasil Belajar siswa

3. Pengaruh Dukungan Sosial dan Efikasi Diri terhadap Hasil Belajar

Menurut Wasliman (Susanto, 2013:12) yang menjelaskan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor

internal yang meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan

sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan Faktor internal

meliputi diantaranya lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Adapun variabel

efikasi diri tergolong dalam faktor internal dan variabel dukungan sosial tergolong

dalam faktor eksternal.

Untuk memperoleh hasil belajar yang baik sebaiknya antara dukungan sosial

dari lingkungan siswa dan efikasi diri siswa keduanya saling berjalan dengan baik

untuk mewujudkan hasil belajar yang memuaskan. Dengan demikian, siswa

mendapatkan tugas dari sekolah dan dukungan sosial dari lingkungan terdekat

mendukung untuk siswa dalam menyelesain tugas tersebut baik dari lingkungan

keluarga, guru, dan teman sebayanya. Selain itu, terdapat keyakinan dalam dirinya

untuk mampu mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas mata pelajaran ekonomi

yang harus dikerjakan. Alhasil, kedua faktor tersebut diketahui dimiliki dan dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa

Berdasarkan penjelasan pengaruh antara berbagai variabel tersebut, sehingga

kerangka berfikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Page 70: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

85

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian

Keterangan:

= Uji Parsial (Uji T)

= Uji Simultan (Uji F)

2.3 Hipotesis

Menurut Creswell (dalam Ismail, 2018:74), Hipotesis adalah Pernyataan

dalam penelitian kuantitatif di mana peneliti membuat dugaan atau prediksi tentang

hasil penelitian dari hubungan antar atribut dan sifat variabel. Berdasarkan masalah

yang diangkat oleh peneliti maka dalam hal ini peneliti mengangkat 3 hipotesis,

yaitu:

1. Ha = Terdapat Pengaruh yang positif Dukungan Sosial terhadap Hasil Belajar

Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 13 Kota Jambi

H0 = Tidak Terdapat Pengaruh positif Dukungan sosial terhadap Hasil Belajar

Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 13 Kota Jambi.

Dukungan Sosial

(X1)

Hasil Belajar

(Y)

Efikasi Diri

(X2)

Page 71: BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...

86

2. Ha= Terdapat Pengaruh positif terhadap Efikasi Diri terhadap Hasil Belajar

Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 13 Kota Jambi.

H0= Tidak Terdapat Pengaruh positif Efikasi diri terhadap Hasil Belajar Pada

Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 13 Kota Jambi

3. Ha = Terdapat Pengaruh yang positif Dukungan Sosial dan Efikasi Diri terhadap

Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri

13 Kota Jambi.

H0= Tidak Terdapat Pengaruh positif Dukungan sosial dan Efikasi Diri terhadap

Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri

13 Kota Jambi.