9 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Perancangan 1. Pengertian Perancangan. Pengertian Perancangan menurut Bin Ladjamudin (2005:39) dalam bukunya yang berjudul Analisis dan Desain Sistem, adalah sebagai berikut: “Tahapan perancangan (design) memiliki tujuan untuk mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik”. Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisis, menilai memperbaiki dan menyusun suatu sistem, baik sistem fisik maupun non fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada. Perancangan suatu alat termasuk dalam metode teknik, dengan demikian langkah-langkah pembuatan perancangan akan mengikuti metode teknik. Merris Asimov menerangkan bahwa perancangan teknik adalah suatu aktivitas dengan maksud tertentu menuju kearah tujuan dari pemenuhan kebutuhan manusia, terutama yang dapat diterima oleh faktor peradaban kita. Dari definisi tersebut terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam perancangan yaitu : a. Aktifitas dengan maksud tertentu, b. Sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia dan, c. Berdasarkan pada pertimbangan yang ada.
38
Embed
BAB II KAJIAN TEORI - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0710053_bab2.pdf · buku merupakan lembar kertas berjilid, ... Buku adalah mesin perubahan, ... pengungkapan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Perancangan
1. Pengertian Perancangan.
Pengertian Perancangan menurut Bin Ladjamudin (2005:39) dalam
bukunya yang berjudul Analisis dan Desain Sistem, adalah sebagai berikut:
“Tahapan perancangan (design) memiliki tujuan untuk mendesain sistem baru
yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang
diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik”. Perancangan adalah suatu
proses yang bertujuan untuk menganalisis, menilai memperbaiki dan menyusun
suatu sistem, baik sistem fisik maupun non fisik yang optimum untuk waktu yang
akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada. Perancangan suatu alat
termasuk dalam metode teknik, dengan demikian langkah-langkah pembuatan
perancangan akan mengikuti metode teknik. Merris Asimov menerangkan bahwa
perancangan teknik adalah suatu aktivitas dengan maksud tertentu menuju kearah
tujuan dari pemenuhan kebutuhan manusia, terutama yang dapat diterima oleh
faktor peradaban kita. Dari definisi tersebut terdapat tiga hal yang harus
diperhatikan dalam perancangan yaitu :
a. Aktifitas dengan maksud tertentu,
b. Sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia dan,
c. Berdasarkan pada pertimbangan yang ada.
10
Dalam membuat suatu perancangan produk atau alat, perlu mengetahui
karakteristik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan
adalah sebagai berikut :
a. Berorientasi pada tujuan
b. Variform, Suatu anggapan bahwa terdapat sekumpulan solusi yang
mungkin terbatas, tetapi harus dapat memilih salah satu ide yang diambil.
c. Pembatas. Dimana pembatas ini membatasi jumlah solusi pemecahan
diantaranya :
1) Hukum alam seperti ilmu fisika, ilmu kimia dan seterusnya.
2) Ekonomis; pembiayaan atau ongkos dalam meralisir rancangan yang
telah dibuat
3) Perimbangan manusia; sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia
dalam merancang dan memakainya.
4) Faktor-faktor legalisasi: mulai dari model, bentuk sampai hak cipta.
5) Fasilitas produksi: sarana dan prasarana yang dibtuhkan untuk
menciptakan rancangan yang telah dibuat.
6) Evolutif; berkembang terus/ mampu mengikuti perkembangan zaman.
7) Perbandingan nilai: membandingkan dengan tatanan nilai yang telah
ada.
Sedangkan karakteristik perancang merupakan karakteristik yang harus
dipunyai oleh seorang perancang antara lain:
a. Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasikan masalah.
11
b. Memiliki Imajinasi untuk meramalkan masalah yang mungkin akan
timbul.
c. Berdaya cipta.
d. Mempunyai kemampuan untuk menyederhanakan persoalan.
e. Mempunyai keahlian dalam bidang Desain, Kreatif atau Seni tergantung
dari jenis rancangan yang dibuat.
f. Dapat mengambil keputusan terbaik berdasarkan analisa dan prosedur
yang benar.
g. Mempunyai sifat yang terbuka (open minded) terhadap kritik dan saran
dari orang lain.
Proses perancangan yang merupakan tahapan umum teknik perancangan
dikenal dengan sebutan NIDA, yang merupakan kepanjangan dari Need, Idea,
Decision dan Action. Artinya tahap pertama seorang perancang menetapkan dan
mengidentifikasi kebutuhan (need). Sehubungan dengan alat atau produk yang
harus dirancang. Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan ide-ide (idea)
yang akan melahirkan berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan tadi
dilakukan suatu penilaian dan penganalisaan terhadap berbagai alternatif yang
ada, sehingga perancang akan dapat memutuskan (decision) suatu alternatif yang
terbaik. Dan pada akhirnya dilakukan suatu proses pembuatan (action).
Perancangan suatu peralatan kerja dengan berdasarkan data antropometri
pemakainya betujuan untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja, meningkatkan
performansi kerja dan meminimasi potensi kecelakaan kerja (Mustafa,Pulat,
Industrial ergonomics case studies, 1992)
12
Tahapan perancangan sistem kerja menyangkut work space design dengan
memperhatikan faktor antropometri secara umum ( Roebuck J, 1995) adalah:
a. Menentukan kebutuhan perancangan dan kebutuhannnya (establish
requirement).
b. Mendefinisikan dan mendeskripsikan populasi pemakai.
c. Pemilihan sampel yang akan diambil datanya.
d. Penentuan kebutuhan data.
Berdasarkan definisi-definisi maka penulis dapat mengambil simpulan
bahwa perancangan adalah suatu proses untuk membuat dan mendesain sistem
yang baru.
B. Tinjauan tentang Coffee-Table Book
1. Pengertian Buku, Sejarah, dan Peran Buku
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan bahwa,
buku merupakan lembar kertas berjilid, berisi karya tulis yang dikomposisikan
memiliki fungsi untuk memberikan informasi bagi orang yang membacanya.
Buku bacaan memiliki tujuan untuk menyajikan keseluruhan cerita secara
berurutan dengan kualitas yang maksimal, yang ditunjukkan dari aspek verbal dan
visualnya.
Pengertian buku dalam buku Layout Dasar dan Penerapannya karangan
Surianto Rustan, S.Sn menuliskan buku, berisi lembaran halaman yang cukup
banyak sehingga lebih tebal daripada booklet. Berbeda dengan booklet yang bisa
hanya dijilid dengan strapless atau juga tidak dijilid karena cuma terdiri dari
13
beberapa lembar, pada buku penjilidan yang baik merupakan keharusan agar
lembar-lembar kertasnya tidak tercerai-berai.
2. Sejarah Buku
Sejarah dunia perbukuan menurut Joko D. Muktiono, dalam bukunya Aku
Cinta Buku menyebutkan bahwa adanya buku telah dimulai sejak lama sebelum
Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada pertengahan
abad 15. Kedudukan buku menjadi tak tergoyahkan karena hubungannya erat
dengan agama. Suatu agama dapat mencapai pemeluknya tentunya dengan adanya
sebuah kitab dalam bentuk buku. Maka tidak heran apabila buku mendapatkan
kehormatan yang luar biasa sebagai dokumen yang berisi ajaran agaman dan buku
selanjutnya sering dianggap sebagai sumber kebenaran. Sejarah mencatat kesan
positif yang ditimbulkan oleh buku Books That Changed The World, seperti karya
Albert Einstein Secial Theory of Relativity yang telah mengubah pandangan
khalayak tentang ruang dan waktu, zat dan energi. Implikasi dari buku tersebut
telah menjungkirbalikkan anggapan lama dan menunjukkan arah baru dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Peran Buku
Pemanfaatan buku sebagai media informasi sudah sangat umum. Menurut
Surianto Rustan, S.Sn dalam buku Layout Dasar dan Penerapannya, menyatakan
bahwa fungsi buku adalah menyampaikan informasi, berupa cerita, sejarah,
oengetahuan, laporan, dan lain-lain. Buku dapat menampung banyak informasi
tergantung jumlah halaman yang dimilikinya.
14
Buku mempunyai peran yang tidak penting dalam mendorong
perkembangan sosial, budaya, teknologi, politik, dan ekonomi. Buku bacaan
tersebut bermanfaat untuk menumbuhkembangkan masyarakat yang semakin
cerdas, mengembangkan intelektualitasnya, juga kreatifitas serta membentuk pola
pikir dan budaya masyarakat. Namun, buku juga dapat menjadi tidak berguna
apabila berorientasi pada kepentingan pribadi dan tidak berorientasi kepada
kepentingan dan manfaatnya bagi masyarakat umum sehingga buku bacaan harus
memperhatikan segmennya, tujuan apa yang dikehendaki dan metode apa yang
dipergunakan serta apakah dengan metode tersebut segmen konsumennya dapat
menyerap dengan baik isi buku.
4. Buku Sebagai Wahana Pelestarian Budaya.
Mengutip pengantar redaksi Ar-Ruzz Media (Suwarno,2010) bahwa
peradaban manusia memang selalu sekelindan dengan perjalanan sejarah manusia.
Ia tidak akan terbina tanpa tradisi “budaya ilmu” yang meliputi tradisi kehidupan
perpustakaan, tulis menulis, dan buku. Dengan kata lain, peradaban sebuah bangsa
akan ditulis dengan tinta emas bila budaya ilmu tersebut mendapat prioritas utama
di dalamnya. Dari situlah muara peradaban terbentuk.
Sebagai entitas ilmu kebudayaan, eksistensi buku sangatlah penting. Buku
bukan sekedar karya kreasi manusia dalam menginterpretasikan peradaban dan
kebudayaan yang ada, tetapi juga mengusung peradaban baru. Bila kita hidup
tanpa buku, tentu sejarah diam, sastra bungkam, saint lumpuh dan seni
kebudayaan tenggelam. Buku adalah mesin perubahan, jendela dunia, “ mercusuar
yang dipancangkan di samudra waktu” (Barbara Tuchman)
15
Pada era perkembangan teknologi yang amat canggih dewasa ini pun ,
dimana kemajuan peradaban pikir juga semakin tinggi terdapat berbagai sarana
untuk mendokumentasikan informasi , namun tidak dapat kita pungkiri bahwa
buku merupakan dokumen paling sederhana dan paling familiar bagi masyarakat
dan mungkin salah satu sarana yang tidak dapat sepenuhnya tergantikan oleh
sarana penyimpan informasi yang lain.
Pada hakekatnya buku bukan hanya sekedar suatu benda berupa kumpulan
kertas tempat menitipkan hasil pemikiran, ide atau gagasan orang dalam karya
tulis/cetak lain, karya rekam atau sumber informasi elektronik yang tertata rapi di
atas rak-rak mati yang pasif, namun buku merupakan ruang yang dinamis, aktif,
hidup dan berdaya guna mengkonstruksi sikap budaya manusia dari masa ke
masa.
Buku dari masa ke masa memang tidak lepas dari perkembangan budaya
umat manusia, karena itu buku sangat erat kaitannya dengan kebudayaan dan
masyarakat, bahkan dapat dikatakan bahwa buku merupakan produk dari
kebudayaan itu sendiri dan keberadaannya untuk melayani masyarakat.
Buku sebagai wahana pelestarian budaya sejalan dengan penjelasan dalam
Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, bahwa keberadaan
buku tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya umat manusia. Buku
sebagai sistem pengelolaan rekaman gagasan, pemikiran , pengalaman dan
pengetahuan manusia, mempunyai fungsi utama melestarikan hasil budaya umat
manusia tersebut, khususnya yang berbentuk dokumen karya cetak dan karya
16
rekam. Kemudian melalui bukulah penyampaian gagasan, pemikiran, pengalaman
dan pengetahuan tersebut kepada generasi selanjutnya.
Oleh karena itu sudah sewajarnya buku ditempatkan sebagai institusi
budaya yaitu suatu media dimana seseorang berkunjung untuk mengembangkan
dan memelihara budayanya melalui kegiatan membaca , mengumpulkan informasi
dan mampu menulis atau menciptakan lagi sesuatu yang berguna untuk dirinya
maupun untuk meningkatkan pengetahuan orang lain.
Kegiatan membaca salah satunya tentu saja berhubungan dengan buku
yang merupakan rekaman hasil pemikiran manusia yang sampai saat ini masih
merupakan komponen yang paling dominan dalam koleksi perpustakaan.
Menurut Purwono, sejak dulu buku telah membuktikan fungsinya yang sangat
efektif sebagai wadah memori manusia dan pranata ilmu pengetahuan. Buku
merupakan wadah untuk menampilkan dan memelihara warisan budaya bangsa
dan juga alat ampuh untuk menyebarkan budidaya tersebut kepada masyarakat.
Selanjutnya Purwono juga menuliskan bahwa ditemukannya buku menjadi
langkah penting dalam perkembangan cara berfikir. Munculnya tradisi tulis
dengan media buku membuat sistem pewarisan ilmu pengetahuan berlangsung di
lingkungan masyarakat. Buku yang memungkinkan tulisan dalam komunitas besar
disatukan dan disimpan serta pengetahuan abstrak universal struktural dapat
berkembang. Buku adalah prasyarat untuk muncul dan berkembangnya ilmu
pengetahuan dalam semua dimensi.
Ada berbagai teori mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan. Ada yang
mengatakan bahasa itu merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi ada pula yang
17
mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda,
namun mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan.
Ada yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan,
sehingga segala hal yang ada dalam kebudayaan akan tercermin di dalam bahasa.
Sebaliknya, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi
kebudayaan dan cara berpikir manusia atau masyarakat penuturnya.
Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan Leonie
dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi,
hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif,
di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. Namun pendapat lain ada
yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang
koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, yang kedudukannya sama tinggi.
Masinambouw menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan
dua sistem yang melekat pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah sistem yang
mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu
sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.
Dengan demikian hubungan bahasa dan kebudayaan seperti anak kembar
siam, dua buah fenomena sangat erat sekali bagaikan dua sisi mata uang, sisi yang
satu sebagai sistem kebahasaan dan sisi yang lain sebagai sistem kebudayaan.
5. Buku sebagai CoffeeTable Book
Ada berbagai teori mengenai coffeetable book. Menurut Abdul Chaer dan
Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik, CoffeeTable Book adalah lembar kertas
berjilid, berisi karya tulis yang dikomposisikan memiliki fungsi untuk
18
memberikan informasi (dalam hal ini kebanyakan adalah sejarah atau
dokumentasi sebuah perjalanan budaya) bagi orang yang membacanya.
CoffeeTable book memiliki tujuan untuk menyajikan keseluruhan cerita/
kronologi/ sejarah suatu budaya secara berurutan dengan kualitas yang maksimal,
yang ditunjukkan dari aspek verbal dan visualnya.
Kedudukan coffeetable book menjadi tak tergoyahkan karena
hubungannya erat dengan pelestarian suatu budaya. Suatu sejarah budaya dapat
mencapai masyarakat tentunya dengan adanya sebuah sajian rekam dalam bentuk
buku. Maka tidak heran apabila coffeetable book mendapatkan kehormatan yang
luar biasa sebagai dokumen yang berisi sejarah budaya dan buku selanjutnya
sering dianggap sebagai saksi dan dokumenter budaya yang paling sederhana.
C. Tinjauan Tentang Tari
1. Pengertian Tari secara Umum.
Tari sering disebut juga “beksa”. Kata “beksa” berarti “ambeg” dan
“esa”. Kata tersebut mempunyai maksdu dan pengertian bahwa orang yang akan
menari haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu menyatu jiwanya dengan
pengungkapan wujud gerak yang luluh. Seni tari adalah ungkapan yang disalurkan
/ diekspresikan melalui gerak gerak organ tubuh yang ritmis, indah mengandung
kesusilaan dan selaras dengan gending iringannya.
Faktor esensial yang harus dikuasai atau dimiliki oleh seorang penari
sebagai pola dasar dan persyaratannya adalah kemampuan dan penguasaan jiwa.
19
Dari kedua bagian atau faktor yang mutlaj sebagai persyaratan yang harus
dikuasai oleh penari ini pada prinsipnya meliputi:
Wiraga, Wirama, Wirasa.
a. Wiraga
Wiraga sering disebut kemampuan peragaan merangkum di dalamnya
tentang kelenturan, penguasaan teknik gerak tari, dan penguasaan ruang serta
ungkapan gerak yang jelas dan bersih.
b. Wirama
Wirama adalah pengaturan tempo dan ritme yang penting dan erat
sekali hubungannya dengan irama. Irama yang timbul baik dari iringannya
ataupun irama yang langsung diatur oleh penari sendiri merupakan unsur
waktu yang benar-benar harus dipahami dan dikuasai oleh seorang penari.
Irama merupakan titik tolak atau landasan untuk bergerak. Setiap penari
dituntut dapat mengendalikan dan mengatur irama terutama tempo dan
ritmenya. Hal ini agar tarian yang sedang dibawakannya terlihat dan terasa
diamikanya, sehingga nilai-nilai yang terkandung pada tarian itu tetap utuh.
Selanjutnya penari yang mampu menguasai irama akan dapat memberikan
perspektif pada penonton serta menuntun pula untuk tetap menghayati dan
ikut merasakan setiap gerakan yang dilakukanny. Begitu pula sebaliknya
penari yang tidak baik adalah penari yang bergerak (menari) diluar irama tari
dan iringannya.
20
c. Wirasa
Wirasa adalah aspek yang bersifat rohanilah (kejiwaan) yang
memberikan dan mampu mendukung secara keseluruhan pada tarian yang
dibawakan. Di dalam wirasa atau penguasaan jiwa ini bagi penari yang baik,
wajib memiliki kemampuan daya peka yang tinggi, antara lain meliputi : daya
pikir, daya imajinasi, pemusatan pikiran, rasa mental atau laku yang disertai
adanya keseimbangan dan kesinambungan yang luluh dari berbagai unsur
atau elemen tari.
Karena tari adalah seni, maka walaupun substansi dasarnya adalah
gerak, tetapi gerak gerak didalam tari itu bukanlah gerak yang realistis,
melainkan gerak yang telah diberi bentuk ekspresif. Menurut Susanne
K.Langer dalam bukunya Problem of Art bentuk ekspresif itu, ialah bentuk
yang diungkapkan manusia untuk dinikmati dengan rasa. Gerak-gerak
ekspresif ialah gerak-gerak yang indah, yang bisa menggetarkan perasaan
manusia. Adapun gerak yang indah, ialah gerak yang distilir, yang
didalamnya mengandung ritme tertentu.
Sementara, Sumandiyo Hadi, dalam bukunya yang berjudul Sosiologi
Tari, menyebutkan bahwa “ Seni Tari” adalah ekpresi manusia yang bersifat
estetis , kehadirannya tidak bersifat independen. Dilihat secara tekstual, tari
dapat dipahami dari bentuk dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya
(analis bentuk atau penataan koreografinya) atau teknik penarinya (analisis
cara melakukan atau keterampilan). Sementara dilihat secara kontekstual
yang berhubungan dengan ilmu sosiologi maupun antropologi, tari adalah
21
bagian imanent dan integral dari dinamika sosio-kultural masyarakat (Hadi,
2005: 13)
Seni tari adalah ciptaan manusia berupa gerak-gerak ritmis yang indah.
Memang keindahan menjadi unsur pokok dalam membicarakan masalah seni,
bahkan seolah-olah mutlak musti harus ada dalam seni termasuk seni tari. Seperti
pernah disebutkan dalam definisi tari klasik jawa oleh Soerjodiningrat, dalam
bukunya Babad Lan Mekaring Joged Jawi yaitu “Ingkang kawastanan joged
inggih punika ebahing sadhaya sarandhuning badhan kasarengan ungeling