5 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori Teknik merupakan penentu keberhasilan dalam menguasai permainan tenis dengan benar sehingga dapat menghindari kesalahan-kesalahan cara memukul bola dalam permainan tenis. Pada permainan tenis ada tiga jenis pukulan yang harus dikuasai Loman (2008: 46-47) menyatatak bahwa “dalam olahraga tenis ada tiga jenis pukulan yakni: groundstroke, volley, dan overhead stroke”. 1. Hakikat Permainan Tenis Tenis lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang populer dan banyak digemari oleh kalangan masyarakat menengah ke atas. Permainan tenis lapangan dapat dilakukan dan dinikmati oleh berbagai usia dan jenis kelamin. Teknik pukulan bola adalah dasar yang harus dimiliki oleh pemain tenis. Pukulan- pukulan dalam permainan tenis digolongkan menjadi tiga, yaitu: Ground stroke, Volleys, dan Overhead Stroke (Yudoprasetio, 1981: 43). Pukulan groundstroke dapat dibedakan lagi menjadi beberapa antara lain: Forehand Drive, Drop Shot, Backhand Drive, Half Volley, (Scharff, 1981: 24). Salah satu pukulan drive yang paling mudah dipelajari dan sering dilakukan oleh petenis adalah forehand drive (Mottram, 1996: 37; Brown, 1996: 31). Hal ini karena dengan pukulan pola forehand pemain relatif mudah untuk mengembalikan bola karena kondisi raket bebas dari tubuh. Forehand merupakan pukulan yang ayunannya dari belakang badan menuju depan dan bagian depan raket atau telapak tangan kita berhadapan dengan bola. Pukulan forehand selalu digunakan sebagai senjata utama pemain tenis dan pukulan forehand lebih keras dibandingkan dengan pukulan backhand, selain itu setengah dari seluruh pukulan tenis lapangan adalah forehand (Brown, 2007: 31; Handoyo, 2002: 20). Tidak menutup kemungkinan pukulan forehand drive lebih dominan digunakan dalam permainan maupun pertandingan tenis.
41
Embed
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori · 5 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori Teknik merupakan penentu keberhasilan dalam menguasai permainan tenis dengan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
Teknik merupakan penentu keberhasilan dalam menguasai permainan tenis
dengan benar sehingga dapat menghindari kesalahan-kesalahan cara memukul bola
dalam permainan tenis. Pada permainan tenis ada tiga jenis pukulan yang harus
dikuasai Loman (2008: 46-47) menyatatak bahwa “dalam olahraga tenis ada tiga jenis
pukulan yakni: groundstroke, volley, dan overhead stroke”.
1. Hakikat Permainan Tenis
Tenis lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang populer dan
banyak digemari oleh kalangan masyarakat menengah ke atas. Permainan tenis
lapangan dapat dilakukan dan dinikmati oleh berbagai usia dan jenis kelamin.
Teknik pukulan bola adalah dasar yang harus dimiliki oleh pemain tenis. Pukulan-
pukulan dalam permainan tenis digolongkan menjadi tiga, yaitu: Ground stroke,
Volleys, dan Overhead Stroke (Yudoprasetio, 1981: 43). Pukulan groundstroke
dapat dibedakan lagi menjadi beberapa antara lain: Forehand Drive, Drop Shot,
Backhand Drive, Half Volley, (Scharff, 1981: 24).
Salah satu pukulan drive yang paling mudah dipelajari dan sering dilakukan
oleh petenis adalah forehand drive (Mottram, 1996: 37; Brown, 1996: 31). Hal ini
karena dengan pukulan pola forehand pemain relatif mudah untuk mengembalikan
bola karena kondisi raket bebas dari tubuh. Forehand merupakan pukulan yang
ayunannya dari belakang badan menuju depan dan bagian depan raket atau telapak
tangan kita berhadapan dengan bola. Pukulan forehand selalu digunakan sebagai
senjata utama pemain tenis dan pukulan forehand lebih keras dibandingkan dengan
pukulan backhand, selain itu setengah dari seluruh pukulan tenis lapangan adalah
forehand (Brown, 2007: 31; Handoyo, 2002: 20). Tidak menutup kemungkinan
pukulan forehand drive lebih dominan digunakan dalam permainan maupun
pertandingan tenis.
6
1) Teknik Permainan Tenis Lapangan
Teknik merupakan penentu keberhasilan dalam menguasai permainan
tenis dengan benar sehingga dapat menghindari kesalahan-kesalahan cara
memukul bola dalam permainan tenis. Pada permainan tenis ada tiga jenis
pukulan yang harus dikuasai Loman (2008: 46-47) menyatakan bahwa dalam
olahraga tenis ada tiga jenis pukulan yakni: groundstroke, volley,dan overhead
stroke. Dari ketiga jenis pukulan tersebut di dalamnya ada pukulan-pukulan
yang termasuk groundstroke, volley, dan overhead stroke. Ketiga jenis pukulan
(ground stroke, volley, dan overhead stroke) merupakan tiga perempat yang
menjadi dasar untuk mencapai nilai kemenangan. Seorang petenis akan bermain
baik jika dia menguasai teknik yang baik.
a. Pengertian Forehand Drive
Forehand drive adalah mengembalikan bola pada sisi badan sebelah
raket (sebelah kanan pada orang normal dan sebelah kiri pada orang yang
kidal), setelah bola memantul sekali (Yudoprasetio, 1981: 59; Scharff, 1981:
24). Pukulan forehand drive adalah pukulan yang paling penting bagi
seorang petenis (Scharff, 1981: 24). Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa forehand drive adalah suatu pukulan dalam permainan
tenis lapangan yang dilakukan dalam swing atau ayunan kesamping kanan
secara penuh, kemudian dengan raket diayunkan ke samping badan lalu
diayunkan ke depan untuk memukul bola secara datar di atas net setelah bola
memantul sekali di lapangan.
2) Macam-Macam Pegangan Raket
Sejak tenis mulai diperkenalkan kepada umum, cara-cara pemain
memegang raketnya diperhatikan dan akhirnya diketahui, bahwa garis besarnya
ada tiga cara memegang raket, yakni cara memegang di Amerika bagian timur
(eastern grip), cara memegang di Amerika bagian barat (western grip), dan cara
memegang di Eropa (continental grip) (Loman, 2008: 22-23; Scharff 1981: 24).
Dalam penelitian ini pegangan yang digunakan untuk melakukan pukulan
7
forehand drive adalah Pegangan eastern (Eastern Grip), sebab pegangan
tersebut mempunyai keuntungan yaitu dapat dengan mudah melakukan pukulan
forehand, karena dalam permainan tenis pegangan inilah yang paling mudah
digunakan.
a. Cara Melakukan Teknik Pegangan Eastern
Cara melakukan teknik pegangan Eastern untuk pukulan forehand
sangat dianjurkan bagi para pemula. Hal ini cocok untuk pukulan tinggi,
setinggi pinggang atau pukulan-pukulan rendah (Scharff,1981: 24). Eastern
grip diperoleh dengan memegang leher (throat) dari raket dengan tangan kiri
dan merentangkannya ke depan badan dengan pangkal gagang ke jurusan
anda. Permukaan raket harus membentuk sudut siku-siku dengan tanah.
Peganglah raket dengan tangan kanan, sehingga ruas belakang dari ibu jari
berada dibagian atas dari raket. Ini berarti, bahwa letak telunjuk dan ibu jari
berada pada bagian atas dari bidang rata dari gagang. Ibu jari membalut
gagang, sedangkan jari-jari lain berada pada gagang. Telapak tangan harus
dekat pada bidang yang rata dari gagang itu. Seumpama kita berjabat tangan
dengan raket itu. Orang yang kidal seperti demikian juga, hanya raket
dipegang dengan tangan kanan, sedangkan gagangnya digenggam dengan
tangan kiri (Scharff, 1981: 24).
Gambar 2.1. Pegangan Eastern dilihat dari Samping (Scharff, 1981: 25).
8
Gambar 2.2.Pegangan Eastern dilihat dari Atas (Scharff, 1981: 25).
3) Macam Pukulan Forehand Drive
Tiga jenis forehand drive berkenaan dengan spin atau putaran: a)
Forehand flat-drive, b) Forehand topspin-drive, c) Forehand sliced-drive
(Katilli, 1948: 40).
a. Forehand Flat-Drive
Forehand Flat-Drive adalah pukulan forehand drive pada bola yang
mengandung sedikit top spin atau back spin. Bola yang dipukul dengan
teknik forehand flat drive, melayang dengan lurus, cepat serta tajam seolah-
olah rata dengan tanah. Cara melakukan forehand flat drive adalah ayunkan
raket lurus ke belakang, kemudian ke muka atau kearah bola tanpa membuat
lengkung yang berarti. Kaki kiri ke depan dan bahu miring kejaring, mata
mengawasi kearah bola dapat dilihat pada gambar 2.3 (Katilli, 1948: 40).
9
Gambar 2.3. Forehand Flat- Drive (Katilli, 1948: 40).
b. Forehand Topspin-Drive
Pelaksanaan teknik forehand topspin-drive ini bola dipukul ke atas
raketnya mengenai bola dibawah garis tengahnya sehingga akan
menghasilkan putaran bola kedepan (overspin). Kelebihan bola dipukul
dengan menggunakan dengan teknik forehand topspin-drive ini adalah hasil
bola yang dipukul lebih condong untuk jatuh ke tanah lebih cepat dari bola
tanpa spin. Oleh karena itu, maka forehand topspin–drive merupakan
“passing shot” yaitu pukulan yang dapat melewati penyerang jaring. Hal ini
disebabkan karena cepatnya bola menukik ke bawah akan mengakibatkan
lawan yang akan melakukan volli terhadap bola terpaksa memukul bola yang
rendah dan vollinya akan naik keatas (Katilli, 1948: 42).
Permukan raket terhadap bola betul-betul menghasilkan putaran ke
depan (overspin), maka forward swing harus dilakukan dari bawah ke atas
terhadap bola. Oleh karena itu, raket memukul bola harus dari tinggi bola
(ball level), yaitu titik pantulan tertinggi dari bola setelah memukul di
lapangan. Backswing bisa dilakukan tinggi, tetapi dalam hal ini pemain harus
10
membiasakan diri dengan swing melingkar sehingga raket akan berada di
bawah tinggi bola tepat sebelum kontak dengan bola. Permukaan raket bisa
terbuka membentuk sudut 45ᵒ atau tegak lurus terhadap tanah (lapangan),
akan tetapi kalau permukaan raket terlalu tertutup bola akan terlalu pendek
jatuhnya atau menyentuh net. Kalau permukaan raket terlalu terbuka, pemain
harus menggunakan ayunan raket untuk menghasilkan topspin yang
berlebihan untuk menjaga agar bola masuk dalam lapangan dapat dilihat
pada gambar 2.4.
Gambar 2.4. Forehand Topspin-Drive (Katilli, 1948: 44).
c. Forehand Sliced-Drive
Forehand slice-drive ini senar raket menggesek bola dari tengahnya
kebawah. Backswing pada forehand sliced-drive lebih tinggi dari pada
backswing pada forehand topspin-drive atau forehand flat-drive. Permukaan
raket terbuka, dalam posisi ini raket diayunkan kemuka pada forward swing
dan memukul bola ke bawah pada belakang bawahnya. Gerak raket ini
mengakibatkan putaran ke belakang dan menyebabkan bola mengambang di
udara lebih lama dari pada forehand topspin flat-drive. Karena bola
melayang di udara lebih lama atau lambat, maka pukulan forehand sliced-
11
drive mudah divolli oleh lawan. Oleh sebab itu, kalau lawan sudah tertarik
ke kanan, ke kiri atau dia tidak menduganya, pukulan forehand sliced-drive
kurang membawa hasil passing shot (Katilli, 1948: 46).
4) Teknik Pukulan Forehand Drive dilihat dari Biomekanika
Teknik pukulan forehand drive yang baik diperlukan teknik-teknik
pukulan yang benar. Menurut Scharff (1981: 29) forehand taraf pemulan dibagi
atas lima bagian : 1) Cara berdiri, 2) Ayunan kebelakang, 3) Ayunan depan, 4)
Saat pukulan, dan 5) Gerakan lanjutan. Setiap tahap sama pentingnya untuk
memperoleh pukulan yang keras dan berirama. Pukulan dari awal sampai akhir
harus lancar dan merupakan koordinasi dari gerak kaki, gerak badan, dan gerak
lengan, disebut koordinasi karena sulit untuk memukul tanpa gerak kaki yang
baik, sedangkan pukulan yang dilakukan dengan lengan saja akan kekurangan
tenaga dan kekuatan yang sebenarnya. Untuk lebih jelasnya, maka akan
diuraikan kelima hal tersebut di atas sebagai berikut:
a. Posisi Siap (Ready Position)
Sebelum mampu mengeksekusi pukulan forehand yang pertama
harus mampu bergerak dari posisi siap. Beberapa cara untuk melakukan
pukulan forehand. Pada saat ini hanya sekilas penampilan akan diambil pada
bagaimana ketika bergerak keluar dari posisi siap ke posisi sikap menghadap
samping untuk mengeksekusi pukulan forehand (Yessis, 2000: 25).
Dalam posisi siap posisi badan menghadap ke depan dengan kedua
kaki di buka selebar bahu, tungkai sedikit ditekuk, badan condong ke depan
sekitar 20°-30°, sikap ini bertujuan untuk siap bergerak ke segala arah
dengan berat badan merata pada kedua kaki untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 2.5 (Yessis, 2000: 25).
12
Gambar 2.5. Posisi Siap (Ready Position) (Yessis, 2000:25).
Untuk perpindah dari sikap siap menghadap depan ke posisi
menghadap samping saat bola dipukul yang harus terlebih dahulu menggeser
adalah kaki kiri ke depan dengan berat badan berada di kaki kanan yang
berada di belakang.
b. Ayunan ke Belakang (Backswing)
Ayunan ke belakang merupakan faktor kunci dari keberhasilan dalam
tenis, banyak pemain tenis amatir menghabiskan banyak waktu dan usaha
penyempurnaan mekanika pukulan tenis mereka berharap untuk membuat
lebih akurat, konsistensi, dan kekuatan dalam ayunan. Untuk mencapai
tujuan tersebut secara efektif aspek independen teknik perlu ditangani,
termasuk membentuk pegangan raket yang benar, waktu menembak,
posisibiomekanika tubuh dan ayunan lanjutan (Philip Kelly and Noel E.
O’Connor: nd).
Masuk ke posisi sikap tertutup dari posisi siap dijelaskan dalam
gambaran umum dari forehand diperlukan seluruh tubuh berubah ke posisi
menghadap samping. Ketika melakukan posisi menghadap samping diikuti
juga mulai backswing. Lihat bingkai 2-5 untuk pukulan penuh pada gambar
13
2.6 dapat melihat bagaimana raket dibawa kebelakang tubuh masuk ke rotasi
untuk mencapai sikap tertutup (Yessis, 2000:41).
Gambar 2.6. Ayunan ke Belakang (Backswing), Yessis, 2000: 41).
Ketika mengubah tubuh berat badan harus bergeser ke kaki kanan
(belakang). Untuk memperoleh kekuatan yang lebih besar gerakan yang
harus dilakukan adalah memposisikan pinggang kanan tepat di atas kaki
kanan diakhir ayunan ke belakang (backswing). Ini berarti bahwa semua
berat badan di kaki belakang (kanan) dan berada dalam posisi yang baik
untuk memindahkan berat badan ke kaki depan (kiri) untuk memulai
pukulan (Yessis, 2000: 41-42). Lihat pada gambar 2.7 dan 2.8 bagaimana
penempatan pinggang yang baik (bingkai 5 dan 8 untuk ayunan penuh).
14
Gambar 2.7. Bagaimana Pinggang Telah Bergeser dari Kaki Belakang
ke Kaki Depan (Yessis, 2000: 42).
Gambar 2.8. Penempatan Pinggang Yang Baik
(Yessis, 2000: 42).
15
Pergerakan pinggang berputar ke belakang dan berat badan
menggeser ke kaki belakang juga membawa pergerakan lengan dengan raket
ke belakang dalam gerakan bersama yang dikenal sebagai bahu abduksi
horisontal dapat dilihat pada gambar 2.8 (Yessis, 2000: 42). Pada dasarnya
lengan bergerak tegak lurus dengan tubuh dari depan ke belakang. Otot-otot
yang terlibat dalam aksi ini termasuk deltoid posterior, teres minor, dan
infraspinatus. Mereka bertanggung jawab untuk membawa lengan bergerak
ke belakang, sementara trapezius tengah dan otot-otot rhomboid menarik
skapula di arah tulang belakang untuk memindahkan sendi bahu ke
belakang. Tindakan scapula ini memungkinkan untuk berbagai macam
gerakan lengan ke belakang (Yessis, 2000: 42-43).
Tindakan ini terjadi karena menempatkan pectoralis deltoid utama,
anterior otot-otot dada dan masing-masing bahu depan pada peregangan, ini
adalah otot-otot yang akan menarik lengan ke depan ketika kontraksi secara
konsentris. Pada peregangan otot-otot akan berkontraksi dengan kekuatan
yang lebih besar atau bahkan eksplosif jika digerakan dengan kecepatan
yang cukup (Yessis, 2000: 43).
c. Saat Perkenaan Raket Dengan Bola (Impact) Untuk Sikap Tertutup
Saat lengan bergerak ke belakang dan mendekati posisi akhir untuk
memulai pergeseran berat badan ke depan dan melangkah menuju bola.
Pergeseran berat badan ke depan harus terjadi pada dasarnya melalui
gerakan panggul ke depan melalui kontraksi gluteus medius dan minimus di
sendi pinggang kanan dapat dilihat pada gambar 2.9 (Yessis, 2000: 43).
16
Gambar 2.9. Saat Perkenaan Raket dengan Bola (Impact)
Sikap Tertutup (Yessis, 2000: 43).
Sebagaimana pinggang bergerak maju bersama dengan tubuh, selain
itu melangkah maju dengan kaki kiri menuju bola. Jika langkah ini tidak
diambil maka setidaknya berat badan telah bergeser ke depan untuk
menciptakan lebih banyak kekuatan (Yessis, 2000: 43). Dalam gambar 2.10
dapat dilihat bagaimana pinggang telah jauh bergerak maju.
Gambar 2.10. Bagaimana Pinggang Telah Jauh Bergerak Maju
(Yessis, 2000: 44).
17
Gerakan maju dari kaki kiri dimungkinkan oleh kontraksi konsentris
otot pinggang, dan abduktor disendi pinggang kiri (gluteus medius dan
minimus). Hal ini menduga dengan melangkah maju ke samping ke arah
target (bola). Jika melangkah ke samping juga akan melibatkan sendi otot
pinggang fleksor. Dengan abduktor sendi pinggang memutar berperan
penting tidak hanya dalam tindakan pergeseran berat badan tetapi dalam
semua gerakan kaki di sisi lapangan. Setelah melangkah keluar dan ke depan
(kaki kiri) kaki ditempatkan di lapangan sebagian besar berat badan
kemudian bergeser ke kaki depan.
d. Saat Perkenaan Raket Dengan Bola (Impact) Sikap Terbuka
pukulan forehand sikap terbuka pada dasarnya adalah sama dengan
sikap tertutu hanya saja tidak ada pergeseran berat ke depan, tidak ada rotasi
pinggang. Hal ini menghemat waktu jika bola dipukul kembali dengan
begitu cepat, sehingga tidak memungkin lagi untuk masuk ke sikap tertutup.
Namun sikap terbuka tidak mendapatkan kekuatan dan akurasi dengan tetap,
karena pukulan tanpa beberapa tindakan penting yang menghasilkan
kekuatan terutama pergeseran berat badan dan rotasi sendi pinggang (Yessis,
2000: 53).
Pada gambar 2.11 dan 2.12 pemain memiliki sikap terbuka dan
sebagai mana bola mendekat dan mereka mulai backswing dengan cara
hanya memutar bahu ke belakang dalam rangka untuk mendapatkan rotasi
bahu penuh guna mengambil putar. Posisi kaki kanan ke samping sehingga
mampu berputar tidak hanya bahu tapi juga pinggang ke belakang. Hal ini
hampir sama dengan apa yang terjadi di sikap tertutup, tapi hal ini tanpa
pergeseran berat untuk memulai membangun kekuatan dan mengatasi rotasi.
Ketika mengubah kaki kanan berat badan juga bergeser ke kaki kanan
sehingga ini menjadi sumbu rotasi yang memungkinkan kaki kiri menjadi
tidak tertimbang. Lengan tidak dibawa jauh ke belakang seperti sikap
tertutup, akan tetapi sangat dekat dengan badan (Yessis, 2000: 54).
18
Gambar 2.11. Memutar Bahu ke Belakang, (Yessis, 2000: 54)
Gambar 2.12. Memutar Bahu ke Belakang (Yessis, 2000: 54).
Pemain dengan sikap terbuka hanya mengandalkan rotasi bahu
bersama-sama dengan ayunan lengan untuk menghasilkan gaya ke depan.
Sebagian besar gaya lengan ini seperti dapat dilihat pada gambar 2.13 dan
gambar 2.14, dimana terdapat lengan di depan bahu (Yessis, 2000: 53).
19
Seluruh lengan dan raket lebih maju ke depan dari pada bahu yang belum
mencapai posisi depan. Jadi bahu tidak mungkin memberikan banyak
kekuatan dalam pukulan. Untuk melakukan hal ini harus mendahului
tindakan lengan dan diakhiri dengan menghadap depan pada saat posisi
pergerakan lengan berlangsung. Sebaliknya pemain menggunakan lengan
utama dan lengannya menarik sekitar bahu dapat dilihat pada gambar 2.13
dan 2.14 terutama pada bingkai 7 dan 10.
Gambar 2.13. Pemain Mengandalkan Rotasi Bahu
(Yessis, 2000: 55)
20
Gambar 2.14. Pemain Mengandalkan Rotasi Bahu
(Yessis, 2000: 55)
Dalam kedua pemain melihat bahwa sebagai mana lengan dan raket
akan dibawa melalui lintasan kontak antara raket dengan bola. Pergelangan
tangan tetap santai untuk memastikan posisi muka raket tegak lurus pada
saat yang tepat untuk kontak (impact) dapat dilihat pada gambar 2.13
bingkai 9 dan gambar 2.14 bingkai 11. Tindakan pergelangan tangan
kemudian mengambil dengan beberapa fleksi dalam tindak lanjut (Yessis,
2000: 56).
Pada saat yang tepat dari kontak, dada berada dalam posisi
menghadap ke depan seperti halnya pinggang. Kebanyakan orang melihat ini
pada saat kontak dan meyakinkan bahwa pemain tidak pernah berputar dan
hanya tetap dalam posisi terbuka sambil memukul. Tapi sebagai mana
adanya untuk melihat ada 90° penuh dalam rotasi ini dan sikap terbuka
lainnya untuk menciptakan gaya yang dibutuhkan untuk memukul bola
dengan kekuatan yang cukup (Yessis, 2000:56).
e. Ayunan Lanjutan (Follow Through)
Setelah kontak, lengan dan raket terus bergerak maju disekitar tubuh
untuk membantu menghilangkan gaya. Setelah lengan, rotasi bahu
21
mengambil alih kemudia diikuti oleh rotasi pinggang dan langkah maju atau
geser ke depan dengan kaki belakang (kaki kanan) untuk mengambil
kembali posisi siap (ready position). Selain itu lengan membungkuk di siku
untuk memperpendek radius rotasi dan untuk menghilangkan gaya dapat
dilihat pada gambar 2.15 ini tidak tergantung seberapa kuat ayunan dan jenis
pukulan yang dijalankan yaitu topspin atau flat. Semakin besar kekuatan
yang dihasilkan, maka semakin lama ayunan lanjutannya. Meskipun bola
sudah dalam perjalanan dan tidak dapat mengubah jalur bola tindak lanjut
masih memainkan peran penting (Yessis, 2000:52).
Gambar 2.15. Menekuk Siku Selama Ayunan Lanjutan
(Follow Through), (Yessis, 2000: 52)
2. Latihan
Latihan adalah proses yang sintematis dari pada berlatih atau bekerja secara
berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaan
(Harsono, 1982: 27). Setiap pelaksanaan gerak teknik dalam cabang olahraga
memerlukan keterampilan yang baik. Keterampilan merupakan kemampuan seseorang
22
dalam mempergunakan pengetahuannya secara efektif untuk menampilkan gerak.
Keterampilan yang didemonstrasikan dalam penampilan merupakan pertanda dari
segala sesuatu yang telah dipelajari (Singer, 1980: 29). Untuk dapat menguasai
keterampilan, khususnya teknik forehand drive diperlukan suatu proses latihan yang
didukung oleh pengalaman gerak-gerak yang dimiliki sebelumnya. Tanpa adanya
proses latihan serta pengalaman, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam
mempraktekkan satu keterampilan gerak dikarenakan belum mempunyai gambaran
gerak atau rencana pelaksanaan gerak. Untuk itu latihan keterampilan gerak harus
dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan.
Agar mendapatkan hasil latihan yang efektif dan efisien, maka dalam proses
latihan perlu disertai dengan bimbingan dan evaluasi terhadap kesalahan yang
dilakukan serta diberitahukan cara-cara melakukan gerakan dengan benar. Dengan
demikian siswa selalu dalam keadaan terkontrol sehingga mengetahui apa dan
bagaimana seharusnya satu keterampilan gerak yang harus dilakukan. Andaikan terjadi
kesalahan gerak tidak segera dibetulkan akan tersimpan dalam memori siswa latih
suatu gerak yang salah. Hal ini merugikansiswa karena menghambat penguasaan
keterampilan gerak yang benar.
Belajar adalah bagian dari pengalaman dan sebagai fungsi dari perkembangan