10 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Manusia Lanjut Usia a. Pengertian Lanjut Usia Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Nugroho, 2006:11). Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Usia dimana manusia banyak mengalami kemunduran baik dari segi fisik, kesehatan, dan keberfungsian dalam hubungan sosial. Periode ini dimulai dari usia 60 tahun dimana usia ini adalah usia pembatas antara periode madya dengan periode lansia. Setelah memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda, seperti tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, tulang semakin rapuh dan terjadi penurunan kekuatan otot, hal ini ditandai dengan mengendorya otot-otot yang ada pada beberapa bagian tubuh. Para lansia cenderung lebih cepat lelah dan perlu waktu yang lama untuk memulihkannya kembali. Penurunan pada kecepatan gerak pun juga terjadi ini terlihat dari banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk menanggapi atau bereaksi dalam suatu rangsang gerak dan akan semakin menurun pada usia diatas 60 tahun. Pada usia ini para lansia akan lambat dalam mempelajari suatu hal yang baru sehingga hasil dari belajar itu pun cenderung kurang memuaskan. Lansia cenderung canggung, kagok, dan kaku sehingga sering kali mereka menjatuhkan barang yang mereka pegang. Ini terjadi disebabkan akan adanya kerusan pada sistem motor mereka yang sudah menua. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial yang selanjutnya dapat
107
Embed
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. 1. - abstrak.ta.uns.ac.id · 10 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Manusia Lanjut Usia a. Pengertian Lanjut Usia Usia lanjut
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Manusia Lanjut Usia
a. Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4)
UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun
(Nugroho, 2006:11). Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari
proses penuaan. Usia dimana manusia banyak mengalami kemunduran
baik dari segi fisik, kesehatan, dan keberfungsian dalam hubungan sosial.
Periode ini dimulai dari usia 60 tahun dimana usia ini adalah usia
pembatas antara periode madya dengan periode lansia. Setelah memasuki
masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang
bersifat patologis berganda, seperti tenaga berkurang, energi menurun,
kulit makin keriput, tulang semakin rapuh dan terjadi penurunan
kekuatan otot, hal ini ditandai dengan mengendorya otot-otot yang ada
pada beberapa bagian tubuh. Para lansia cenderung lebih cepat lelah dan
perlu waktu yang lama untuk memulihkannya kembali. Penurunan pada
kecepatan gerak pun juga terjadi ini terlihat dari banyaknya waktu yang
dibutuhkan untuk menanggapi atau bereaksi dalam suatu rangsang gerak
dan akan semakin menurun pada usia diatas 60 tahun. Pada usia ini para
lansia akan lambat dalam mempelajari suatu hal yang baru sehingga hasil
dari belajar itu pun cenderung kurang memuaskan. Lansia cenderung
canggung, kagok, dan kaku sehingga sering kali mereka menjatuhkan
barang yang mereka pegang. Ini terjadi disebabkan akan adanya kerusan
pada sistem motor mereka yang sudah menua. Secara umum kondisi fisik
seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan
secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau
kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial yang selanjutnya dapat
11
menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Di dalam
kehidupan lansia agar tetap dapat menjaga kondisi fisik yang sehat maka
perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi
psikologis maupun sosial. Seorang lansia harus mampu mengatur cara
hidupnya dengan baik, seperti makan, tidur, istirahat dan beraktivitas
secara seimbang. Tahap memasuki usia tua ini akan dialami oleh semua
orang dan tidak mungkin bisa dihindari, tetapi kondisi fisik dan
psikologis lansia sangat berbeda dari satu lansia dengan lansia lainnya
antara kekuatan tubuh yang mulai berkurang dan daya penyesuaian diri.
Perubahan ini akan berpengaruh terhadap seluruh aspek dalam hidup
termasuk kesehatan. Oleh karena itu kesehatan para lansia perlu
mendapatkan perhatian khusus agar terpeliharanya kemampuan fisik.
Umumnya lansia memiliki keinginan untuk lebih diperhatikan
dan dimengerti serta kehadirannya tidak membebani orang lain. Para
lansia merasa bahagia jika benar-benar dihargai, dicintai dan diinginkan
kehadirannya. Mereka amat sensitif terhadap reaksi orang lain yang
bersifat penolakan, penghinaan atau rasa kasihan yang tidak pada
tempatnya dan tidak ingin tergantung kepada orang lain. Penurunan
mental akan berjalan vertikal bersama dengan adanya penurunan dari
fisik seseorang, salah satunya adalah adalah penurunan fungsi alat indra
dan hormon. Selain dari diri lansia hal lain yang mempengaruhi mental
adalah lingkungan, pada orang yang melakukan latihan atau pekerjaan
yang membutuhkan kemampuan intelaktual penurunan atau perubahan
mental akan lebih lambat dibandingkan dengan orang-orang yang
menganggur. Salah satu cara untuk menghambat penuaan dibutuhkan
olahraga yaitu dengan melakukan gerakan atau latihan fisik. Seseorang
bukannya tidak mau bergerak karena tua, tapi menjadi tua karena tidak
mau bergerak. Para lansia memiliki sikap yang berbeda-beda dalam
menghadapi kehidupannnya dimasa tua namun secara umum dapat
dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima
dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam sedangkan yang kedua
12
lansia dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya masa
tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada.
b. Teori Penuaan
Seseorang yang tengah menghadapi atau menjalani periode ini
seringkali timbul perasaan penyesalan dan keingianan untuk kembali
pada periode sebelumnya yakni kembali dan hidup pada masa yang lebih
menyenangkan dan penuh dengan manfaat. Meski keinginan untuk
kembali kepada masa yang lalu itu kuat tidaklah mungkin seseorang akan
dapat kembali pada masa tersebut. Untuk itu setiap orang harus
menyiapkan diri sedari dini agar nantinya ketika berada pada masa ini
hidup lebih menyenangkan dan menberi manfaat.
Aging process atau proses menua adalah suatu keadaan yang
terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua sepanjang hidup yang
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua adalah merupakan proses alamiah
yang berarti sesorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu
neonatus, todler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia, tahap
berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila,
2013:6). Proses penuaan adalah suatu proses natural dan kadang-kadang
tidak tampak menyolok. Proses menua pada manusia merupakan suatu
peristiwa alamiah yang tak terhindarkan. Pada awal kehidupan manusia,
perubahan dari satu tahap ke tahap lain bersifat evolusional menuju tahap
kesempurnaan baik emosional maupun fungsional organ-organ tubuh.
Sebaliknya, pada kehidupan lanjut usia justru terjadi kemunduran sesuai
dengan hukum alam. Perubahan atau kemunduran tersebut dikenal
dengan istilah menua atau proses penuaan. Proses penuaan, secara umum
dipahami sebagai proses pembelahan sel yang merupakan faktor
endogenik dan tak bisa dihentikan. Sel manusia terbatas umurnya,
setelah membelah 50-100 kali kemudian berhenti. Sel pun menjadi tua
sehingga membuat seseorang mengalami kemunduran secara fisik dan
mental, akan tetapi tidak semua sistem akan mengalami kemunduran
13
pada waktu yang sama. Kebanyakan proses penuaan dimulai sekitar
umur 30 tahun. Para ahli yang mengadakan studi tentang proses aging
berpendapat bahwa sangat penting untuk membedakan secara hati-hati
antara normal aging dan pathological aging Craig (1987:26). Teori-teori
aging atau penuaan sudah banyak dikemukakan antara lain sebagai
berikut:
1) Teori Jam Genetik
Menurut Hay Ick tahun 1965 secara genetik sudah
terpogram bahwa material di dalam inti sel dikatakan bagaikan
memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis. Teori ini
didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu
memiliki harapan hidup yang tertentu pula. Manusia yang
memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel-
selnya diperkirakan hanya mampu membelah sekitar 50 kali
sesudah itu akan mengalami deteriorasi (Padila, 2013:7).
2) Teori Cross-Linkage (Rantai Silang)
Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara
susunan molekular lama kelamaan akan meningkat kekakuannya.
Hal ini disebabkan sel-sel yang sudah tua dan reaksi kimianya
menyebabkan jaringan yang sangat kuat (Padila, 2013:7-8).
3) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan
kerusakan dan kemunduran secara fisik (Padila, 2013:8)
4) Teori Genetik
Menurut teori ini menua telah terpogram secara genetik
untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul atau
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi (Padila,
2013:8).
14
5) Teori Imunologi
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus dimana terdapat jaringan tubuh yang tidak dapat
tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah. Sistem imun menjadi kurang efektif dalam
mempertahankan diri, regulasi dan responsibilitas (Padila,
2013:8).
6) Teori Stres Adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha
dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai (Nugroho,
2002:17).
7) Teori Wear and Tear
Menurut teori ini bahwa akumulasi sampah metabolik
dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi
molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh (Stanley,
2002:12-13).
c. Ciri-Ciri Masa Tua
Sama dengan usia-usia sebelumnya yang ada dalam rentang
kehidupan, lansia juga ditandai dengan adanya perubahan fisik dan
psikologis tertentu. Karena hal itulah yang membedakan dan menentukan
seseorang masuk pada periode yang sesuai dengannya (Hurlock,
1980:380).
1) Usia lanjut merupakan periode kemunduran (senescence)
Setiap orang pasti mengalami perubahan yang bersifat
evaluatif artinya setiap orang pasti mengalami perubahan yang
membawa pada kedewasaan dan keberfungsian. Akan tetapi
apabila telah memasuki lansia perubahan yang terjadi tidak lagi
bersifat evaluatif lagi sebab sesuai dengan hukum kodrat manusia
yang pada umumnya yang disebut dengan “menua”, penuaan
15
inilah yang menyebabkan menurunnya fisik, mental dan
keberfungsiannya. Kemunduran fisik dan mental akan terjadi
secara perlahan dan bertahap, penurunan ini biasa disebut dengan
“ senescence” yakni masa proses menjadi tua. Dengan demikian
seseorang yang berada atau memasuki usia ini memiliki sifat
yang kurang perhatian, keterasingan, dan eksentrik sehingga
penyesuaian dirinya pun semakin buruk. Penurunan fungsi fisik
dan mental ini terjadi ketika seseorang telah memasuki usia 50
tahun atau mungkin tidak terjadi sama sekali sebab orang tersebut
meninggal sebelum memasuki usia pemunduran. Kemunduran
pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki
motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang
kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2) Lansia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena
sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang
jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti lansia
lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada
mendengarkan pendapat orang lain. Status kelompok minoritas
ini terjadi sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh keadaan klise
yang tidak menyenangkan tentang mereka. Kelompok lansia
disebut sebagai warga negara kelas dua yang hidup dengan status
bertahan dan mempunyai efek penting terhadap pribadi dan
penyesuaian sosial. Lansia sering menjadi korban suatu keadaan
karena suatu penyakit yang menjadikan mereka sering keluar
masuk rumah sakit. Hal ini mengakibatkan reaksi yang tidak
simpatik terhadap keadaan mereka dan cenderung diabaikan.
16
3) Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan akan selalu terjadi untuk itu perlu adanya
penyesuaian diri dalam menghadapi segala perubahan yang
terjadi. Salah satu perubahan yang terjadi adalah perubahan peran
dimana seseorang akan menghadapi peran yang berbeda-beda
sesuai dengan umur dan kedudukannya dimasyarakat. Perubahan
peran terjadi salah satu sebabnya adalah lansia mulai mengalami
kemundurun dalam segala hal. Perubahan peran akan dapat
teratasi dengan baik jika seseorang menghadapinya atas kemauan
sendiri bukan karena tekanan. Hal ini mengakibatkan
pengurangan jumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh lansia
dan karenanya perlu mengubah peran yang masih dilakukan atas
dasar kelompok sosial. Tetapi pada kenyataanya pengurangan dan
perubahan peran banyak terjadi karena tekanan sosial. Sikap
sosial yang tidak menyenangkan bagi lansia seperti pujian yang
mereka hasilkan dihubungkan dengan peran lansia dan bukan
dengan keberhasilan mereka. Perasaaan tidak berguna dan tidak
diperlukan lagi bagi orang yang berusia lanjut menumbuhkan rasa
rendah diri dan kemarahan yaitu perasaan yang tidak menunjang
proses penyesuaian sosial sehingga menjadi hal yang sulit untuk
mempertahankan identitas positif seseorang jika tiang-tiang yang
diperlukan untuk identitas peran seseorang telah hilang.
4) Penyesuaian diri yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuatnya
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Perilaku
yang buruk ini juga dapat disebabkan oleh adanya perasaan tidak
berguna dan tidak diinginkan oleh orang yang ada disekitarnya
sehingga berkembanglah sikap rendah diri dan pemarah. Hal
yang juga dapat disebabkan karena lansia merasa semakin
hilangnya status mereka dalam kegiatan sosial atau pekerjaan.
Lansia secra tidak proporsional menjadi subyek bagi masalah
emosional dan mental yang berat. Insiden psikopatologi timbul
17
sering dengan bertambahnya usia. Gangguan fungsional keadaan
depresi dan paranoid terus bertambah sama seperti penyakit otak
setelah berusia 60 tahun.
5) Adanya keingianan untuk menjadi muda kembali
Status minoritas (keterasingan sosial) yang dialami oleh
para lansia menyebabkan munculnya keinginan untuk kembali
menjadi muda, sehingga pada usia ini sering kali kita temukan
akan adanya beberapa lansia yang menggunakan obat baik
tradisional maupun kimia untuk membuat mereka tetap awet
muda. Padahal obat-obatan yang digunakan juga dapat
mengakibatkan kerusakan sel dalam tubuh atau dapat
memunculkan penyakit yang tidak diinginkan. Selain itu
bagaimanapun seserorang berusaha untk menjadi muda kembali
tidaklah mungkin terlaksana sebab itu sudah merupakan hukum
alam yang pasti dilalui oleh seseorang.
d. Karakteristik Masa Tua
Menurut Aiken (1989:494) terdapat berbagai karakteristik lansia
yang bersifat positif. Beberapa di antaranya adalah:
1) Fungsi sebagai seseorang yang dituakan
Hal ini sesuai dengan nilai-nilai sosial budaya Indonesia,
bahwa orang yang telah berusia lanjut akan dijadikan penasehat
bagi anak-anak ataupun cucu-cucunya karena dianggap lebih
banyak pengalaman atau lebih bijaksana. Peran lansia merupakan
sebuah rangkaian konsep yang berkaitan dengan apa yang dapat
dilakukan oleh individu di dalam masyarakat sehingga dapat
menghasilkan suatu perubahan sikap. Peran lansia dalam sosial
masyarakat yang terganggu akan mengakibatkan sikap sosial
yang kadang tidak menyenangkan bagi lansia. Perasaan tidak
berguna bagi lansia menumbuhkan perasaan rendah diri dan
kemarahan yaitu suatu perasaan yang tidak menunjang proses
penyesuaian sosial seseorang.
18
2) Kelekatan dengan objek-objek yang dikenal
Lansia cenderung mulai lupa terhadap kelakatan obyek-
obyek yang dikenalnya, hal ini dinilai dalam hal daya ingat
jangka panjang dan jangka pendek. Lansia yang mengalami
gangguan daya ingat jangka pendek biasanya tidak dapat
mengingat hal-hal yang baru saja dilalui seperti diminta
mengingat kembali dan menceritakan kegiatan apa saja yang baru
saja dilalui. Daya ingat jangka panjang dapat diketahui dengan
menanyakan tempat dan tanggal lahir dan hari pernikahannya.
3) Perasaan tentang siklus kehidupan
Tahapan siklus kehidupan manusia mulai dari bayi,
kanak-kanak, remaja, dewasa muda, dewasa tua, dan lanjut usia.
Begitu juga dengan usia lanjut yang berkaitan dengan tahapan
rentang kehidupan yang terbagi dalam dua tahap yaitu tahap usia
lanjut dini dan usia lanjut tersebut, dengan bertambahnya usia
seseorang perubahan fisik tentu saja tak dapat dihindari dan tidak
jarang mendatangkan beberapa perubahan yang berdampak
secara psikologis. Perasaan kesepian, tidak berguna, putus asa
dan tidak berdaya adalah gejala depresi. Kesepian biasanya
dialami oleh seorang lanjut usia pada saat meninggalnya
pasangan hidup atau teman dekat terutama bila dirinya sendiri
saat juga mengalami penurunan status kesehatan misalnya
menderita berbagai penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau
gangguan sensorik terutama gangguan pendengaran. Pada
penderita kesepian peran dari organisasi sosial sangat berarti
karena bertindak menghibur dan memberikan motivasi untuk
lebih meningkatkan peran sosial penderita disamping
memberikan bantuan pengerjaan- pekerjaan dirumah bila
memang terdapat disabilitas penderita dalam hal-hal tersebut.
19
4) Kreativitas
Umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia
mengalami penurunan fungsi kognitif yang berkaitan dengan
proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian dan perhatian.
Penurunan fungsi ini mengakibatkan penurunan tingkat
kreativitas. Tetapi hal tersebut tidak menghambat para lansia
untuk tetap bekerja. Pekerja lansia telah memiliki banyak
pengalaman walaupun cenderung bekerja dengan gerak yang
lamban daripada pekerja muda yang kurang berpengalaman.
Kelebihan ini dapat menutupi kelemahan mereka dalam bekerja.
Pertambahan beban masalah yang berhubungan dengan
kehidupan pribadinya juga berkurang daripada pekerja muda
yang keinginannya biasanya lebih dipusatkan pada cinta keluarga,
sementara bagi lansia yang terpenting adalah rasa aman untuk
bekerja dan tidak dikejar-kejar waktu sehingga dapat bekerja
dengan tenang. Lanjut usia yang bekerja seperti dijelaskan di atas
umumnya lebih stabil dan tenang sehingga tidak resah dan tidak
mudah kecewa dengan pekerjaannya. Perlu diakui bahwa volume
pekerjaan mereka mungkin juga lebih sedikit daripada volume
kerja orang muda namun secara kualitas mungkin lebih baik dan
dapat dijadikan andalan. Mereka lebih sedikit melakukan
kekeliruan, hal ini sebagian disebabkan karena cara membuat
keputusan lebih baik dan sebagian lagi karena cara kerja mereka
lebih pasti dan hati-hati walaupun lebih lambat lambat.
5) Konsep diri dan penerimaan diri
Di dalam psikologi perkembangan dikenal dengan istilah
konsep usia. Istilah konsep usia itu diantaranya adalah usia
kronologis yang menggambarkan rentang usia yang dialami oleh
individu. Dengan kata lain, usia kronologis adalah usia yang
diukur mulai dari tahun kelahiran sampai dengan tahun dilakukan
pengukuran. Selain itu dikenal juga istilah usia psikologis, yaitu
usia yang ditunjukkan pada kemampuan adaptif individu terhadap
20
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dibandingkan
dengan usia kronologisnya. Seorang individu dapat saja secara
kronologis sudah memasuki periode perkembangan dewasa,
tetapi secara psikologis masih belum matang. Artinya tidak ada
korelasi yang positif antara bertambahnya usai dengan bertambah
dewasanya pola pikir, perilaku, dan emosi individu. Hal ini
mengakibatkan bagi sebagian individu tetap munculnya perilaku
kekanan-kanaan ketika sudah dewasa. Individu lansia yang dapat
menerima perubahan-perubahan berkaitan dengan proses penuaan
akan gembira dalam menjalani kehidupan masa tuanya. Hal ini
disebabkan individu dengan penerimaan diri memiliki toleransi
terhadap frustasi atau kejadian-kejadian yang menjengkelkan dan
toleransi terhadap kelemahan-kelemahan dirinya tanpa harus
menjadi sedih atau marah. Dalam hal ini lansia yang matang
adalah lansia yang mampu menghadapi kenyataan bahwa dirinya
sudah tidak muda lagi dan banyak hal yang berubah berkaitan
dengan proses penuaan dimana individu yang matang terbuka
terhadap pengalaman, tidak berpura-pura, dan percaya pada
kapasitas dirinya untuk mengorganisasikan dan
menginterpretasikan bahan pengalamannya (Endang, 2002:78-
79).
e. Perubahan Lanjut Usia
Memasuki masa tua terjadi berbagai macam perubahan.
Perubahan- perubahan yang terjadi bersifat kompleks dan mengalami
penurunan. Menurut Fowler (2003:43), perubahan karakteristik penuaan
terbagi terbagi menjadi 3 yaitu:
1) Fase subklinik (usia 25-35 tahun)
Kebanyakan hormon mulai menurun seperti testosteron,
growth hormone (GH), dan estrogen. Pembentukan radikal bebas
yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh,
seperti diet yang buruk, stress, polusi, paparan berlebihan radiasi
21
ultraviolet dari matahari. Kerusakan ini biasanya tidak tampak
dari luar. Individu akan tampak dan merasa “normal” tanpa tanda
dan gejala dari aging atau penyakit. Bahkan pada umunya rentang
usia ini dianggap usia muda dan normal.
2) Fase transisi (usia 35-45tahun)
Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25%,
kehilangan massa otot yang mengakibatkan kehilangan kekuatan
dan energi serta komposisi lemak tubuh yang meninggi. Keadaan
ini menyebabkan resistensi insulin, meningkatnya resiko penyakit
jantung, pembuluh darah, dan obesitas. Pada tahap ini mulai
muncul gejala klinis, seperti penurunan ketajaman penglihatan,
pendengaran, rambut putih mulai tumbuh, elastisitas dan
pigmentasi kulit menurun, dorongan seksual dan menurun.
Tergantung dari gaya hidup, radikal bebas merusak sel dengan
cepat sehingga individu mulai merasa tampak tua. Radikal bebas
mulai mepengaruhi ekspresi gen yang menjadi penyebab dari
banyak penyakit aging termasuk kanker, arthritis, kehilangan
daya ingat, penyakit arteri koronaria dan diabetes.
3) Fase klinik (usia 45 tahun keatas)
Orang mengalami penurunan hormon yang berlanjut,
termasuk DHEA (dehydroepiandrosterone), melatonin, GH
(growth hormone), testosteron, estrogen, dan hormon tiroid.
Terdapat juga kehilangan kemampuan penyerapan nutrisi,
vitamin, dan mineral sehingga terjadi penurunan densitas tulang,
kehilangan massa otot sekitar 1 kilogram setiap 3 tahun,
peningkatan lemak tubuh dan berat badan. Di antara usia 40
tahun dan 70 tahun, seorang pria kemungkinan dapat kehilangan
20 pon ototnya, yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
membakar 800-1.000 kalori perhari. Penyakit kronis menjadi
sangat terlihat, akibat sistem organ yang mengalami kegagalan.
Ketidakmampuan menjadi faktor utama menikmati “tahun emas”
dan seringkali adanya ketidakmampuan untuk melakukan
22
aktivitas sederhana dalam kehidupan sehari-harinya. Prevalensi
penyakit kronis akan meningkat secara dramatik sebagai akibat
peningkatan usia.
Sedangkan menurut Ismayadi (2004:1-3) perubahan-perubahan
yang dialami lansia antara lain sebagai beriikut :
1) Perubahan-Perubahan Fisik
a) Sistem Muskuloskeletal
Umumnya seseorang yang mulai tua akan berefek
pada menurunnya aktivitas. Penurunan aktivitas akan
menyebabkan kelemahan serta atropi dan mengakibatkan
kesulitan untuk mempertahankan serta menyelesaikan
suatu aktivitas. Selain itu, berbagai kondisi medis yang
lebih prevalen disaat usia lanjut cenderung akan
menghambat aktivitas rutin pada individu tersebut.
Penurunan massa otot ini lebih disebabkan oleh atropi.
Namun demikian kehilangan dari serabut otot juga
dijumpai. Perubahan ini akan menyebabkan laju
metabolik basal dan laju konsumsi oksigen maksimal
berkurang. Otot menjadi lebih mudah lelah dan kecepatan
kontraksi akan melambat. Selain dijumpai penurunan
massa otot, juga dijumpai berkurangnya rasio otot dengan
jaringan lemak. Pada usia lanjut dijumpai proses
kehilangan massa tulang dan kandungan kalsium tubuh,
serta perlambatan remodelling dari tulang. Massa tulang
akan mencapai puncak pada pertengahan usia 20 tahun (di
bawah usia 30 tahun). Penurunan massa tulang lebih
dipercepat pada wanita paska menopause. Proses
penurunan massa tulang ini sebagian disebabkan oleh
usia, disuse, dan menurunnya produksi hormon.
Berhentinya produksi estrogen oleh kandung telur akan
mempengaruhi keseimbangan metabolisme zat kapur
(kalsium) dalam tulang. Setelah menopause, akan makin
23
banyak kalsium yang dibuang daripada yang disimpan.
Hal ini secara berangsur akan menyebabkan tulang
menjadi semakin keropos. Proses pengeroposan tulang ini
disebut osteoporosis. Tulang-tulang menjadi rapuh dan
mudah retak. Osteoporosis merupakan penyakit tulang
kerangka. Aktivitas tubuh dapat memperlambat proses
kehilangan massa tulang bahkan mengembalikannya
secara temporer. Tetapi tidak terdapat bukti nyata bahwa
aktivitas yang intensif dapat mencegah secara sempurna
kehilangan massa tulang tersebut, dengan demikian
latihan yang teratur hanya dapat memperlambat laju
kehilangan massa tulang.
b) Sel
Lebih sedikit jumlahnya dan terganggunya
mekanisme perbaikan sel. Berkurangnya cairan dalam
tubuh dan berkurangnya cairan intraselular. Menurunnya
proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, hati dan
jumlah sel di otak menurun.
c) Sistem Respirasi
Lansia mengalami perubahan pada sistem respirasi
meliputi : 1) dinding dada, tulang-tulang mengalami
osteoporosis, rawan mengalami osifikasi sehingga terjadi
perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut epigastrik
relatif mengecil dan volume rongga dada mengecil, 2)
otot-otot pernapasan musuculus interkostal dan aksesori
mengalami kelemahan akibat atrofi, 3) saluran napas,
akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis
bronkus dan aveoli menyebabkan lumen bronkus
mengecil. Cincin rawan bronkus mengalami pengapuran,
4) struktur jaringan parenkim paru, bronkiolus, duktus
alveoris dan alveolus membesar secara progresip, terjadi
emfisema senilis. Struktur kolagen dan elastin dinding
24
saluran napas perifer kualitasnya berkurang sehingga
menyebabkan elastisitas jaringan parenkim paru
berkurang. Penurunan elastisitas jaringan parenkim paru
pada usia lanjut dapat karena menurunnya tegangan
permukaan akibat pengurangan daerah permukaan
alveolus. Perubahan anatomi tersebut menyebabkan
gangguan fisiologi pernapasan sebagai berikut: 1) gerak
pernapasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada,
maupun volume rongga dada akan merubah mekanika
pernafasan menjadi dangkal, timbul gangguan sesak
napas, lebih-lebih apabila terdapat deformitas rangka dada
akibat penuaan, 2) distribusi gas, perubahan struktur
anatomik saluran napas akan menimbulkan penumpukan
udara dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan
pendistribusian gangguan udara napas dalam cabang
bronkus, 3) volume dan kapasitas paru menurun hal ini
disebabkan karena beberapa faktor seperti kelemahan otot
napas, elastisitas jaringan parenkim paru menurun,
resistensi saluaran napas (menurun sedikit). Secara umum
dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi pengurangan
ventilasi paru. Gangguan transport gas: pada usia lanjut
terjadi penurunan PaO2 secara bertahap, penyebabnya
terutama disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan
O2 oleh darah dari alveoli (difusi) dan transport O2 ke
jaringan berkurang, terutama terjadi pada saat melakukan
olahraga. Penurunan pengambilan O2 maksimal
disebabkan antara lain karena berbagi perubahan pada
jaringan paru yang menghambat difusi gas, dan
berkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnyan curah
jantung.
25
d) Gangguan perubahan ventilasi paru
Usia lanjut terjadi gangguan pengaturan ventilasi
paru, akibat adanya penurunan kepekaan kemoreseptor
perifer, kemoreseptor sentral atupun pusat-pusat
pernafasan di medulla oblongata dan pons terhadap
rangsangan berupa penurunan PaO2, peninggian PaCO2,
Perubahan pH darah arteri dan sebagainya.
e) Sistem Kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun dengan
bertambahnya usia. Disertai dengan bertambahnya kaliber
aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya perubahan pada
dinding media aorta dan bukan merupakan akibat dari
perubahan intima karena aterosklerosis. Perubahan aorta
ini menjadi sebab apa yang disebut isolated aortic
incompetence dan terdengarnya bising pada apex cordis.
Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil
(atrofi) seperti organ tubuh lain, tetapi malahan terjadi
hipertropi. Pada umur 30-90 tahun massa jantung
bertambah (± 1gram/tahun pada laki-laki dan ± 1,5
gram/tahun pada wanita). Pada daun dan cincin katup
aorta perubahan utama terdiri dari berkurangnya jumlah
inti sel dari jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan
lipid, degenerasi kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa
katup tersebut. Daun katup menjadi kaku, perubahan ini
menyebabkan terdengarnya bising sistolik ejeksi pada
usia lanjut. Ukuran katup jantung tampak bertambah.
Pada orang muda katup antrioventrikular lebih luas dari
katup semilunar. Dengan bertambahnya usia terdapat
penambahan circumferensi katup, katup aorta paling cepat
sehingga pada usia lanjut menyamai katup mitral, juga
menyebabkan penebalan katup mitral dan
aorta. Perubahan ini disebabkan degenerasi jaringan
26
kalogen, pengecilan ukuran, penimbunan lemak dan
kalsifikasi. Kalsifikasi sering terjadi pada anulus katup
mitral yang sering ditemukan pada wanita. Perubahan
pada katup aorta terjadi pada daun atau cincin katup.
Katup menjadi kaku dan terdengar bising sistolik ejeksi.
f) Perubahan-Perubahan Mental
Beberapa hal yang menyebapkan adanya
perbedaan sikap seseorang dalam mengahadapi masa
tuanya diantaranya adalah sifat bawaan, sosial ekonomi,
latar belakang pendidikan, pola hidup kesehatan, kondisi
psikologis dan yang lebih utama lagi yakni perbedaan
jenis kelamin seseorang. Perempuan cenderung lebih
sensitif dengan segala hal yang berhubungan dengan
mentalitas dibandingkan dengan laki-laki yang cenderung
bersikap biasa saja, salah satu penyebabnya adalah
perempuan tidak merasa cantik lagi dan merasa terpuruk
karena tidak ada yang memperhatikanya lagi. Penuaan
fisik akan terjadi lebih cepat dibandingkan dengan
penuaan mentalnya tetapi terkadang juga dapat terjadi
sebaliknya sebab orang tersebut banyak memikirkan
proses penuaannya dan membiarkan saja mentalnya
mengalami penuaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan mental, antara lain perubahan fisik, kesehatan,
keturunan dan lingkungan. Penyesuaian diri lanjut usia
pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan dimensi
emosionalnya dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan
keterampilan emosi yang berkembang baik berarti
kemungkinan besar akan bahagia dan berhasil dalam
kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong
produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat
menghimpun kendali tertentu atas kehidupanya akan
27
mengalami pertarungan batin yang merampas kebahagian
dan produktifitas mereka.
g) Perubahan-Perubahan Psikososial
Penurunan aspek sosial karena pensiun dari suatu
pekerjaan, dan mengalami perubahan gaya hidup.
Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia
dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua namun
dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya karena
pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan,
kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.
Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa
persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan
kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri setelah masa
itu datang. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun
lebih tergantung dari model kepribadiannya. Sehingga
dari dalam diri mereka munculnya rasa tersisih dan tidak
dibutuhkan lagi adalah perasaan yang tidak enak yang
harus dihadapi lansia. Sebagian orang tidak siap
menghadapi dan menyikapi masa tua sehingga
menyebabkan para lansia kurang dapat menyesuaikan diri
dan memecahkan masalah yang dihadapi. Masing-masing
sikap tersebut mempunyai dampak bagi individu baik
positif maupun negatif. Dampak positif lebih
menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan
mengganggu kesejahteraan hidup lansia.
f. Kelompok Umur Lansia
Kelompok umur pada lansia disebut sebagai usia kronologis yang
memiliki arti berapa tahun kehidupan yang telah dilalui seseorang sejak
dilahirkan (Indriana, 2012:3). Sedangkan menurut Gallahue (1998:13)
klasifikasi kronologis usia adalah sebagai berikut :
28
Tabel 2.1 Klasifikasi Kronologis Umur Manusia (Gallahue, 1998:13)
No Periode Perkiraan usia rata-rata
1 Pranatal
Zygote
Embrio
Fetal (Janin)
Pembuahan hingga lahir ke dunia:
Pembuahan-1minggu
2 minggu-8minggu
8 minggu-lahir
2 Bayi
Neonatal
Bayi awal
Bayi akhir
Lahir hingga usia 24 bulan
Lahir-1bulan
1bulan-12bulan
12bulan-24bulan
3 Kanak-kanak
Anak baru belajar berjalan
Masa kanak-kanak awal
Masa kanak-kanak akhir
2 tahun hingga 10 tahun
24 bulan-36bulan
3 tahun-5tahun
6 tahun-10 tahun
4 Remaja
Ramaja awal
Ramaja akhir
10 tahun hingga 20 tahun
10 tahun-12 tahun (wanita)
11 tahun-13 tahun (pria)
12 tahun-20tahun (wanita)
14 tahun-20tahun (pria)
5 Dewasa awal
Baru memasuki masa
dewaasa
Masa kematangan
20 tahun hingga 40 tahun
20 tahun-30tahun
30 tahun-40tahun
6 Dewasa pertengahan
Masa transisi dalam hidup
Setengah baya
40 tahun hingga 60tahun
40 tahun-45tahun
45 tahun-60tahun
7 Lanjut usia
Awal memasuki lanjut usia
Lanjut usia tahap menengah
Lanjut usia tahap akhir
60 tahun ke atas
60 tahun-70tahun
70 tahun-80tahun
80 tahun ke atas
Disamping usia kronologis juga terdapat beberapa konsep usia yang
dapat diinterpretasikan antara lain sebagai berikut :
1) Usia Biologis
Memberikan taksiran dari posisi individu saat ini
sehubungan dengan potensi jangka hidupnya. Usia biologis ini
dilihat dari bagaimana kondisi biologis seseorang, fungsi-fungsi
berbagai sistem organnya, dibandingkan dengan orang lain pada
umur kronologis yang sama.
29
2) Usia Psikologis
Menunjukkan kapasitas adaptif individu dibandingkan
dengan orang lain pada umur kronologis yang sama. Kemampuan
belajar, intelegensi, ingatan, emosi, motivasi dan sebagainya
dapat diukur untuk memprediksi sejauh mana seseorang mampu
menyesuaikan diri terhadap perubahan.
3) Usia Fungsional
Mengukur tingkat kemampuan individu untuk berfungsi
di dalam masyarakat, dibandingkan dengan orang lain pada umur
kronologis yang sama. Apakah masih mampu untuk mandiri atau
melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu sehingga berguna bagi
masyarakat.
4) Usia Sosial
Menunjukkan sejauh mana seseorang dapat berpartisipasi
sosial, melakukan peran-peran sosial, dibandingkan dengan
anggota masyarakat lainnya pada usia kronologis yang sama.
5) Usia Subyektif
Usia subyektif adalah usia seseorang berdasarkan
perasaan subyektifnya, apakah lebih muda ataukah lebih tua dari
usia kronologisnya.
2. Kemampuan Fisik pada Lanjut Usia
a. Komponen- Komponen Kemampuan Fisik
Seiring dengan penambahan usia dan adanya proses penuaan
maka kemampuan fisik akan mengalami penurunan oleh karena itu
kesehatan dan kesejahteraan para lanjut usia perlu diperhatikan.
Kemampuan fisik sangat dibutuhkan dalam mendukung kegiatan
keseharian, jika hal tersebut mengalami penurunan mengakibatkan
gangguan fungsi organ, resiko jatuh yang bertambah dan mempengaruhi
produktifitas serta memperbesar biaya perawatan kesehatan. Menurut
Sugiyanto (1993:221) kemampuan fisik adalah kemampuan
memfungsikan organ-organ tubuh dalam melakukan aktivitas fisik.
30
Kemampuan fisik sangat penting untuk mendukung mengembangkan
aktifitas psikomotor. Gerakan yang terampil dapat dilakukan apabila
kemampuan fisiknya memadai. Kemampuan fisik meliputi beberapa
kategori yaitu :
1) Ketahanan
Ketahanan, yaitu kemampuan tubuh untuk memenuhi
kebutuhan penggunaan oksigen sehingga memungkinkan
melanjutkan melakukan aktivitas fisik termasuk kemampuan
untuk membuang bertambahnya konsentrasi asam laktat.
Ketahanan meliputi 2 macam yaitu:
a) Ketahanan muskular, yaitu kemampuan otot atau
sekelompok otot untuk bertahan melakukan aktivitas
dalam jangka waktu lama.
b) Daya tahan jantung dan paru yaitu kapasitas untuk
meneruskan aktivitas fisik dalam waktu lama, yang
memerlukan interaksi yang efisien antara aliran darah,
kerja jantung, dan paru-paru. Pada lanjut usia komponen
ini sangat penting diperhatikan mengingat banyaknya
penyakit degeneratif mengenai sistem tersebut.
2) Kekuatan
Kekuatan yaitu kemampuan menggunakan koordinasi otot
untuk melawan beban atau hambatan. Menurut Bouchard
(1974:74) kekuatan otot adalah kualitas yang memungkinkan
pengembangan tegangan otot dalam kontraksi yang maksimal
atau kemampuan menggunakan daya tegang untuk melawan
beban dan hambatan. Kekuatan ditentukan oleh volume otot dan
kualitas kontrol pada otot yang bersangkutan. Menurut Wahjoedi
(2000:59) kekuatan otot adalah tenaga, gaya atau tegangan yang
dapat dihasilakan oleh sekelompok otot pada suatu kontraksi
dengan beban maksimal. Sejalan dengan itu, Fox dalam Jumadin
(1999:8) juga mengemukakan pendapatnya bahwa kekuatan otot
31
adalah suatu daya tegangan satu otot atau sekelompok yang dapat
dicapai suatu usaha maksimal.
3) Fleksibilitas
Menurut Annarino (1980:62-63) fleksibilitas adalah
kualitas yang memungkinkan suatu segmen tubuh bergerak
dengan luas rentangan sendi semaksimal mungkin. Fleksibilitas
ditentukan oleh mobilitas sendi dan elastisitas otot-otot antagonis.
Menurut pendapat Harsono (1988:163) bahwa fleksibiltas adalah
kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi.
Fleksibilitas juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot,
ligamen dan tendon. Sedangkan Sajoto (1988:58) berpendapat
bahwa fleksibilitas adalah keefektifan seseorang dalam
menyesuaikan dirinya untuk melakukan segala aktivitas tubuh
dengan penguluran seluas-luasnya terutama otot-otot, ligamen-
ligamen di sekitar persendian. Selain itu Wahjoedi (2000:60)
mengatakan bahwa fleksibilitas adalah kemampuan tubuh untuk
melakukan gerakan melalui ruang gerak sendi atau ruang gerak
tubuh secara maksimal.
4) Kelincahan
Kelincahan yaitu kemampuan bergerak dengan cepat yang
meliputi komponen perubahan arah yang cepat, berhenti dengan
cepat, waktu reaksi respon yang singkat serta deksteritas. Sajoto
(1988:58) menyatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan
seseorang dalam melakukan gerakan berkesinambungan dalam
bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya. Wahjoedi
(2000:61) berpendapat bahwa kelincahan adalah kemampuan
tubuh mengubah arah secepatnya tanpa ada gangguan
keseimbangan atau kehilangan keseimbangan. Sedangkan
Harsono (1988:67) menyatakan bahwa kelincahan adalah
kombinasi dari kekuatan, kecepatan, ketepatan, keseimbangan,
fleksibilitas dan koordinasi neuromuscular.
32
5) Keseimbangan
Keseimbangan merupakan proses mempertahankan
proyeksi pusat gravitasi jatuh pada landasan penopang, dimana
hasil seluruh gaya yang bekerja menjadi nol, yang merupakan
proses kompleks yang melibatkan penangkapan dan koordinasi
dari asupan sensoris, perencanaan gerakan, dan pemunculan
gerakan (Pudjiastuti, 2003:45).
Di dalam diri lansia kemampuan fisik yang paling vital dan
membutuhkan penanganan yang lebih yaitu kemampuan fisik pada
komponen keseimbangan, fleksibilitas dan ketahanan kardiorespirasi.
b. Fleksibilitas
Fleksibilitas menurut Annarino (1980:62-63) adalah kualitas
yang memungkinkan suatu segmen tubuh bergerak dengan luas