BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Remaja masjid Remaja masjid adalah nama sebuah organisasi remaja, khususnya remaja yang beragama Islam yang ada di lingkungan mesjid yang sadar akan dirinya untuk membangun desa. Organisasi ini tumbuh dan berkembang atas inisiatif dari para remaja di lingkungan mesjid yang ada pada setiap desa maupun kelurahan untuk menyalurkan aspirasi para remaja dalam kegiatan pembangunan khususnya pembangunan desa. Dalam Instruksi Dirjen Bimas Islam No. D/INT/188/78 tentang pembentukan remaja mesjid membangun desa bagian I, dikemukakan pengertian Remaja masjid adalah “perkumpulan remaja Islam yang cinta mesjid dan sadar akan dirinya untuk ikut serta membangun desa dalam arti kata yang seluas-luasnya. Secara organisatoris Remaja masjid adalah seksi remaja dalam struktur kepengurusan mesjid setempat yang bersifat otonom. Karena itu organisasi Remaja masjid bersifat lokal pada masing-masing mesjid di desa, tidak mempunyai jaringan secara vertikal ke atas maupun ke bawah. Gafur (2007 ;46-47) mendefinisikan bahwa: “Remaja masjid adalah golongan manusia berusia muda sebagai pengganti remaja masjid terdahulu, dalam hal ini golongan yang berusia 18 tahun sampai 30 tahun dan kadang- kadang sampai umur 40 tahun. Remaja masjid adalah komunitas masyarakat muda yang dekat dengan nilai religius. Sebagai kelompok masyarakat remaja maka kelompok ini sering 8
22
Embed
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Remaja masjideprints.ung.ac.id/5817/6/2012-1-86205-121409053-bab2... · Remaja masjid adalah nama sebuah organisasi remaja, khususnya remaja ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
KAJIAN TEORETIS
2.1 Hakikat Remaja masjid
Remaja masjid adalah nama sebuah organisasi remaja, khususnya remaja
yang beragama Islam yang ada di lingkungan mesjid yang sadar akan dirinya
untuk membangun desa. Organisasi ini tumbuh dan berkembang atas inisiatif dari
para remaja di lingkungan mesjid yang ada pada setiap desa maupun kelurahan
untuk menyalurkan aspirasi para remaja dalam kegiatan pembangunan khususnya
pembangunan desa. Dalam Instruksi Dirjen Bimas Islam No. D/INT/188/78
tentang pembentukan remaja mesjid membangun desa bagian I, dikemukakan
pengertian Remaja masjid adalah “perkumpulan remaja Islam yang cinta mesjid
dan sadar akan dirinya untuk ikut serta membangun desa dalam arti kata yang
seluas-luasnya.
Secara organisatoris Remaja masjid adalah seksi remaja dalam struktur
kepengurusan mesjid setempat yang bersifat otonom. Karena itu organisasi
Remaja masjid bersifat lokal pada masing-masing mesjid di desa, tidak
mempunyai jaringan secara vertikal ke atas maupun ke bawah.
Gafur (2007 ;46-47) mendefinisikan bahwa: “Remaja masjid adalah
golongan manusia berusia muda sebagai pengganti remaja masjid terdahulu,
dalam hal ini golongan yang berusia 18 tahun sampai 30 tahun dan kadang-
kadang sampai umur 40 tahun.
Remaja masjid adalah komunitas masyarakat muda yang dekat dengan
nilai religius. Sebagai kelompok masyarakat remaja maka kelompok ini sering 8
disebut sebagai kelompok masyarakat labil namun enerjik dan penuh potensi.
Sebagai komunitas masyarakat dalam status remaja masjid, remaja memiliki
kekhasan atau ciri khusus. Menurut Hurlock (dalam Mukhtar dan Samasta,
2003:9) bahwa istilah remaja (adolescence) mengandung pengertian tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Dengan demikian kelompok ini pada dasarnya dalam
proses pencarian jati diri untuk menjadi dewasa.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi
dengan masyarakat dewasa. Mereka tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-
orang yang lebih tua, tetapi cenderung merasa berada dalam tingkatan yang sama,
setidaknya dalam masalah hak. Sementara itu secara intelektual, remaja memiliki
perubahan yang mencolok, yaitu terjadinya transfortasi intelektual yang khas dari
cara berfikir remaja, dan ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam
hubungan sosial dengan orang dewasa.
Hurlock (dalam Anoraga dan Sayuti; 2005:9) bahwa masa remaja
memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan
sesudahnya. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: 1) masa yang penting;
walau semua periode dalam rentang penting, namun kadar kepentingannya
berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih penting daripada lainnya, yaitu
periode yang dilihat dari akibat langsung terhadap sikap dan perilaku serta akibat-
akibat jangka panjang lainnya. Periode yang penting lainnya adalah akibat fisik
dan akibat psikologis. Pada remaja kedua periode ini dianggap sama pentingnya,
2) masa peralihan pada masa remaja yang sedang berlangsung masa peralihan,
tidak berarti terputusnya hubungan dengan perubahan yang telah terjadi
sebelumnya, melainkan lebih baik sebagai sebuah peralihan dari satu tahap
perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah tercapai sebelumnya
akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.
Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dia harus
meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan, sering dengan itu
dia juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap yang sudah di tinggalkan.
Patut di sadari, bahwa apa yang telah terjadi akan meniggalkan bekasnya dan
akan mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru. Seperti di jelaskan oleh
Osterrieth dalam Hurlock, ”struktur psikis anak remaja sebagai ciri khas masa
remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak”. Perubahan fisik yang terjadi
selama tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan
mengakibatkan diadakannya penilaian kembali penyesuaian terhadap nilai-nilai
yang berlaku. 3) masa perubahan setiap tahap perubahan sikap dan perilaku
selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa
remaja apabila perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku.
Hurlock (dalam Mubyanto. Mangatas. 2008:12-13) mengemukakan bahwa
ada lima perubahan yang sama dan hampir bersifat universal, pada masa remaja
yaitu pertama, meningginya emosi. Intensitasnya tergantung pada tingkat
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi, karena perubahan emosi biasanya
terjadi lebih cepat selama masa awal periode akhir masa remaja. Kedua,
perubahan tubuh, minat dan peran yang di harapkan oleh kelompok sosial untuk
dipesankan, menimbulkan masalah baru. Bagi remajamuda, masalah baru yang
timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit di selesaikan di bandingkan
masalah yang di hadapi sebelumnya, Remaja akan tetap merasa dibebani masalah,
sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, perubahan
dalam bentuk fisik dan minat serta aturan-aturan kelompok sosial di mana mereka
telah mampu menciptakan masalah-masalah baru. Keempat, dengan berubahnya
minat pola perilaku, maka nilai-nilai juga beruba. Apa yang terjadi pada masa
kanak-kanak dianggap penting, sekarang telah hampir dewasa tidak penting lagi.
Misalnya, sebagian besar remaja tidak lagi menganggap bahwa banyaknya teman
merupakan petunjuk popularitas yang lebih penting daripada sifat-sifat yang
dikagumi dan dihargai oleh teman-teman sebayanya. Sekarang mereka mengerti
bahwa kualitas lebih penting daripada kualitas. Dan Kelima, sebagian besar
remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan
menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan
akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung
jawab tersebut.
Beragam ciri khas yang menjadi karakteristik remaja dalam
perkembangannya tersebut diharapkan tidak menjadi penghambat yang berarti
dalam mengaktualisasikan tugas dan perannya sebagai generasi harapan bangsa.
Oleh karenanya remaja masjid diharapkan menjadi pelopor utama dalam
pembangunan di desa.
Koentjaraningrat (2000:151) mengemukakan bahwa dalam masyarakat
Indonesia misalnya ada konsep golongan remaja masjid . Golongan sosial ini
terdiri dari manusia yang oleh pihak luar disatukan berdasarkan atas satu ciri,
yaitu “sifat muda. “Namun, kecuali ciri obyektif tersebut, golongan sosial ini
digambarkan oleh umum sebagai suatu golongan manusia yang penuh idealisme,
yang belum terikat oleh kewajiban-kewajiban hidup yang membebankan, dan
yang karena itu masih sanggup mengabdi dan berkorban kepada masyarakat, yang
masih penuh semangat dan vitalitas, yang mempunyai daya memperbarui serta
kreatifitas yang besar dan sebagainya.
Dari uraian di atas, remaja masjid pada hakikatnya dilambangkan
sekelompok orang dalam masyarakat yang masih berada pada periode usia muda
yang masih banyak mengalami perkembangan dalam masa hidupnya. Dengan
demikian remaja masjid yang menjadi sasaran penelitian ini dibatasi pada mereka
yang berumur 15-30 tahun yang diyakini pemikiran jernih dalam mewujudkan
kemampuan demi kelangsungan pembangunan bangsa
Dari pengertian Remaja masjid yang dikemukakan di atas, nampak bahwa
remaja yang tergabung dalam organisasi Remaja masjid adalah remaja Islam yang
cinta mesjid. Cinta mesjid disini mengandung makna selalu memakmurkan mesjid
atau selalu menghidupkan mesjid pada setiap suatu shalat. Di samping itu para
remaja yang tergabung dalam organisasi Remaja masjid menyadari tentang
kewajiban sebagai warga negara khususnya warga desa untuk ikut serta
membangun desa dalam arti luas, yakni menyangkut berbagai aspek kehidupan
masyarakat.karena itu dalam menunjang kegiatan pembangunan desa Remaja
masjid mempunyai tujuh kegiatan yang dikenal dengan “Sapta Bangun”. Jadi pada
pokoknya Remaja masjid berfungsi sebagai wadah remaja Islam taat terhadap
agamanya dan memiliki kesadaran untuk membangun lingkungannya. Dalam
melaksanakan kegiatannya organisasi ini harus bekerja sama dengan pengurus
Takmirul Mesjid dan pembinaan agama (P2A) setempat agar kegiatannya
terintegrasi dan dapat mencapai sasaran yang tepat.
Adapun yang menjadi tujuan dibentuknya Remaja masjid sesuai Instruksi
Direktorat Jenderal Dinas Islam dan Urusan Haji No. D/INT/188/78 bagian III
adalah: 1) tempat latihan remaja mempersiapkan diri sebagai seorang muslim
warga negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dalam rangka menyongsong
masa depan mengisi kemerdekaan Indonesia dengan berbagai kemampuan dan
keterampilan, 2) tempat mengabdikan diri untuk ikut serta secara aktif dalam
kegiatan pembangunan desa, sesuai dengan sasaran pembangunan Indonesia
secara keseluruhan dan dalam arti kata yang seluas-luasnya. (Dirjen Dinas Islam
dan Urusan Haji, 2008:1)
Sesuai dengan tujuan Remaja masjid seperti yang dikemukakan di atas,
jelas bahwa Remaja masjid adalah merupakan wadah pembinaan dan
pengembangan generasi muda Islam, sekaligus sebagai wadah peran mereka
dalam pembangunan desa adalah sangat tepat sebab untuk menggerakkan para
remaja untuk ikut serta aktif dalam pembangunan adalah lebih efektif bila
digerakkan melalui suatu wadah. Lagi pula rasa kebersamaan dan kegotong-
royongan dalam suatu organisasi akan lebih merangsang para remaja untuk ikut
serta aktif dalam berbagai kegiatan yang menunjang program-program
pembangunan.
Remaja masjid sebagai remaja masjid dalam merumuskan sasaran yang
hendak dicapai harus sejalan dengan sasaran pembinaan dan pengembangan
generasi muda pada umumnya. Dalam buku Dasar-Dasar Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda yang dihimpun oleh Drs. Fien Soebroto (2003:99)
dirumuskan sasaran pembinaan dan pengembangan generasi muda yang pokok-
pokoknya sebagai berikut: 1) Sasaran pembinaan kerohanian, kepribaian dan
kebudayaan, 2) Sasaran pembinaan jasmaniah, 3) Sasaran pembinaan dan
pengembangan intelek, 4) Sasaran pembinaan dan pengembangan kerja dan
profesi, 5) Sasaran pembinaan ideology, 6) Sasaran pembinaan dan
pengembangan patriotisme, 7) Sasaran pembinaan dan pengembangan
Kepemimpinan, 8) Ketujuh sasaran pembinaan dan pengembangan tersebut, tidak
mutlak menjadi sasaran yang hendak dicapai oleh setiap remaja masjid Dalam hal
ini remaja masjid dapat menjabarkan sasaran yang hendak dicapai dengan
menekankan pada aspek-aspek tertentu.
Adapun sasaran Remaja masjid sebagaimana dirumuskan pada bagian IV
Instruksi Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji adalah sebagai berikut: 1)
Tercapainya kondisi sikap mental, pengetahuan dan keterampilan, sikap sebagai
warga negara yang sadar dan bertanggung jawaban terhadap nusa dan bangsa,k 2)
Terwujudnya keterampilan individu remaja dalam bidang olahraga, kesehatan
jasmani, ketaatan beribadah kepada Allah SWT dan memasyarakatkan nilai-nilai
ajaran Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari yang bercirikan kasih sayang,
suka menolong yang lemah, menghindari kerusakan dan kemiskinan dan lain-
lainnya, 3) Membiasakan kehidupan berpancasila, seperti sikap mental dan prilaku
demokratis, berkeadilan sosial dan berorientasi pada masa depan yang lebih baik
dan 4) Membudayakan nilai-nilai keTuhananYang Maha Esa dimasyarakat,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalma permusyawaratan perwakilan dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa eksistensi remaja masjid pada
dasarnya merupakan perkumpulan pemuda masjid yang melakukan aktivitas
sosial dan ibadah di lingkungan suatu masjid. Dalam melakukan aktivitasnya pada
remaja masjid ini bertujuan untuk ibadah dan membantu mengoptimalkan
pencapaian kemaslahatan ummat.
2.2 Pengertian Peran
“Peran adalah istilah dalam ilmu manajemen. Meskipun demikian saat ini
istilah peran tidak lagi menjadi monopoli ilmu manajemen,a artinya istilah itu
menjadi milik umum dalam arti yang luas. Istilah peran sering kita jumpai dalam
surat kabar, majalah, pidato para pemimpin, bahkan dalam percakapan sehari-hari.
Syah, Muhibbin (2005:1) mengemukakan bahwa istilah peran diambil
dalam bahasa asing yang artinya mengikutsertakan pihak lain. Seorang pemimpin
akan lebih berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya bila mampu
meningkatkan peran bawahannya. Oleh karena itu, setiap pemimpin dalam bidang
apapun, mulai dari tingkat paling atas sampai tingkat yang paling bawah, harus
mampu meningkatkan peran bawahannya.
Secara harfiah, peran berarti "turut ikutserta dalam suatu kegiatan”,
“keikutsertaan atau peran serta dalam suatu kegiatan”, “peran serta aktif atau
proaktif dalam suatu kegiatan”. Peran dapat didefinisikan secara luas sebagai
"bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik