Page 1
9
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Pendekatan Saintifik
Permendikbud 81A Tahun 2013 menjelaskan bahwa pembelajaran
saintifik adalah pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta
didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
ditemukan.
Hosnan (2014: 31) menyatakan bahwa pendekatan saintifik adalah
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik
secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan.”
Ridwan (2015: 50) menyatakan bahwa pendekatan saintifik
berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada
9
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 2
10
umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau obsevasi yang dibutuhkan
untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada
umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui
pengamatan. Oleh sebab itu kegiatan percobaan dapat diganti dengan
kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber.
Hosnan (2014: 36) menyatakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1)
berpusat pada siswa; 2) melibatkan keterampilan proses; 3) melibatkan
proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan
intelek, khususnya keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa; dan 4) dapat
mengembangkan karakter siswa.
Sedangkan karakteristik pembelajaran di sekolah dasar dengan
menerapkan pendekatan saintifik menurut Direktorat Pembinaan Sekolah
Dasar (2016: 22) adalah sebagai berikut: 1) berpusat pada siswa; 2)
melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, prinsip
atau teori (mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/
mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan); 3) melibatkan proses-
proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual,
khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa; dan 4) dapat
mengembangkan karakter siswa (teliti, rasa ingin tahu, kerja keras, pantang
menyerah, komunikatif, dll.)
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Hosnan
(2014: 36) adalah: 1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 3
11
kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa; 2) untuk membentuk kemampuan
siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik; 3) terciptanya
kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan
suatu kebutuhan; 4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi; 5) untuk melatih
siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel
ilmiah; dan 6) untuk mengembangkan karakter siswa.
Tujuan pembelajaran di sekolah dasar yang menerapkan pendekatan
saintifik menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 22) adalah
sebagai berikut: 1) untuk meningkatkan kemampuan intelektual siswa,
khususnya kemampuan berpikir tinqkat tinggi; 2) untuk membentuk
kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematis; 3)
untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang mendorong minat dan
keinginan siswa bahwa belajar merupakan kebutuhan; 4) untuk melatih
keterampilan proses ilmiah siswa (mengamati, menanya, menalar,
mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan);
5) diperolehnya hasil belajar siswa yang tinggi; 6) untuk melatih siswa dalam
mengomunikasikan ide-idenya; dan 7) untuk mengembangkan karakter/sikap
ilmiah siswa (teliti, rasa ingin tahu, kerja keras, pantang menyerah,
komunikatif, dll.)
Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Hosnan
(2014: 37) adalah: 1) pembelajaran berpusat pada siswa; 2) pembelajaran
membentuk students self concept; 3) pembelajaran terhindar dari verbalisme;
4) pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 4
12
dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip; 5) pembelajaran
mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir siswa; 6)
pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan memotivasi mengajar
guru; 7) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan
dalam komunikasi; dan 8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum,
dan prinsip yang dikontruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
Beberapa prinsip pembelajaran di sekolah dasar yang menerapkan
pendekatan saintifik menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 22)
adalah: 1) pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa dalam mengamati,
menanya, menalar, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi dan
mengomunikasikan; 2) pembelajaran mengarah kepada penemuan dan
pengembangan pengetahuan oleh siswa dan terhindar dari verbalisme
(transfer pengetahuan); 3) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan
kemampuan berpikir siswa; 4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melatih kemampuan keterampilan proses ilmiah (mengamati, menanya,
menalar, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi dan
mengomunikasikan); dan 5) adanya proses validasi terhadap konsep, prinsip
atau teori yang dikonstruksisiswa baik melaluipenguatan oleh guru maupun
siswa.
Adapun sasaran pembelajaran yang tertuang dalam Lampiran
Permendikbud Nomor 65 (2013: 3), mencakup pengembangan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan
pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 5
13
(proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”.
Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh
melalui aktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan
turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat
pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran),
dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran
berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk
mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual,
baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).
Jadi langkah-langkah umum pembelajaran dengan menggunakan
saintifik, meliputi: menggali informasi melalui observing/pengamatan,
questioning/bertanya, experimenting/percobaan, kemudian mengolah data
atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan
menganalisis, associating/menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta
serta membentuk jejaring/networking.
Adapun bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan saintifik
yang sesuai Permendikbud 81 A (2013: 43) adalah:
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 6
14
a. Observing/mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan
bervariasi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih
mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang
penting dari suatu benda atau objek.
1) Tujuan Observasi
Menurut Hosnan (2015: 41), observasi bertujuan adalah untuk
mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung,
orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari
perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.
2) Tahap-tahap dalam kegiatan observasi
Observasi memiliki 7 tahap kegiatan sebagai berikut :
a) seleksi suatu latar (setting), yaitu dimana, kapan proses-proses dan
individu-individu yang menarik itu dapat diobservasi
b) berikan pengertian tentang apa yang dapat didokumentasikan dalam
observasi itu dan dalam setiap kasus
c) berikan latihan untuk pengamatan supaya ada standarisasi, misalnya
apa yang dijadikan fokus-fokus pengamatan
d) observasi deskriptif yang memberikan suatu pemaparan umum
mengenai hasil pengamatan
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 7
15
e) observasi terfokus yang semakin terkonsentrasi pada aspek-aspek
yang relevan dengan pertanyaan pengamatan
f) observasi selektif yang dimaksudkan untuk secara sengaja menangkap
hanya aspek-aspek pokok
g) akhir dari observasi apabila kepemenuhan teori telah tercapai, yaitu
apabila observasi lebih lanjut tidak memberikan pengetahuan lanjutan
3) Langkah-langkah dalam mengamati/observasi
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah, seperti berikut ini.
a) menentukan objek apa yang akan diobservasi
b) membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan
diobservasi
c) menentukan secara jeras data-data apa yang perlu diobservasi, baik
primer maupun sekunder
d) menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
e) menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan dengan mudag dan lancar
f) menentukan cara dan melakukan pencatatan hasil observasi seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape rekorder, vidio perekam,
dan alat-alat tulis lainnya.
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 8
16
4) Manfaat observasi
Menurut Guba dan Lincoln (1981: 191-193) dalam Moleong,
(2001: 125-l) alasan-alasan pengamatan (observasi) dimanfaakan sebesar-
besarnya dalam pengamatan kualitatif intinya karena hal berikut ini.
a) Pengamatan memberi pengalaman langsung dan pengalaman langsung
dinilai merupakan alat yang ampuh untuk memperoleh kebenaran.
Apabila informasi yang diperoleh kurang meyakinkan, maka
pengamat dapat melakukan pengamatan sendiri secara langsung untuk
mengecek kebenaran informasi tersebut.
b) Dengan pengamatan dimungkinkan melihat dan mengamati sendiri,
kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang
sebenarnya.
c) Pengamatan memungkinkan pengamat mencatat peristiwa yang
berkaitan dengan pengetahuan yang relevan maupun pengetahuan
yang diperoleh dari data.
d) Sering terjadi keragu-raguan pada pengamat terhadap informasi yang
diperoleh yang dikarenakan kekhawatiran adanya bias atau
penyimpangan. Bias atau penyimpangan dimungkinkan karena
responsden kurang mengingat peristiwa yang jadi atau adanya jarak
psikologis antara pengamat dengan yang diwawancarai. Jalan yang
terbaik untuk menghilangkan keragu-raguan tersebut, biasanya
pengamat manfaatkan pengamatan.
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 9
17
e) Pengamatan memungkinkan pengamat mampu memahami situasi-
situasi yang rumit. Situasi yang rumit mungkin terjadi jika pengamat
ingin memperhatikan tingkah laku sekali gus. Jadi, pengamatan dapat
menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk
perilaku yang kompleks.
f) Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan, pengamatan menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Misalkan, seseorang mengamati perilaku bayi yang belum bisa
berbicara atau mengamati orang-orang luar biasa, dan sebagainya.
5) Pencatatan hasil observasi
Catatan hasil pengamatan mutlak dibuat secara lengkap dengan
keterangan tanggal dan waktu yang lengkap. Untuk mampu menulis
catatan hasil pengamatan yang lengkap dan informatif, peneliti perlu
melatih kedisiplinan untuk melakukan pencatatan secara kontinu, dan
menuliskannya langsung saat melakukan observasi di hasil pengamatan.
Apabila pencatatan tidak mungkinkan dilakukan langsung di hasil
pengamatan, maka hal tersebut wajib dilakukan sesegera mungkin setelah
peneliti meninggalkan hasil pengamatan.
6) Aspek-aspek tingkah laku yang cocok dievaluasi dengan metode
observasi
Aspek tingkah laku yang cocok dievaluasi dengan metode
observasi adalah temperamen, karakter, penyesuaian, sikap, dan minat.
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 10
18
Intelegensi, bakat dan hasil belajar dapat pula dievaluasi dengan metode
observasi, tetapi pelaksanaannya sangat sulit dan kurang efektif.
7) Prosedur Kegiatan Mengamati berdasarkan Permendikbud Nomor 103
tahun 2014 adalah:
a) kegiatan mengamati dilakukan melalui kegiatan membaca, melihat,
menyimak, menonton, mendengar, merasa, meraba, mencium dan
sebagainya dengan menggunakan panca indera (mata, hidung, telinga,
kulit dan lidah) tanpa atau menggunakan alat bantu (teleskop,
stetoskop, angket, kuesioner, interview, dll.).
b) kegiatan ini didasari oleh kesadaran akan objek observasi.
c) hasil dari kegiatan mengamati adalah skema dari fakta/fenomena.
d) guru harus menyusun indikator-indikator pengamatan yang dilakukan
siswa.
e) kompetensi yang dikembangkan pada langkah mengamati adalah
kesungguhan dan ketelitian.
f) guru harus menilai proses ketika siswa melakukan kegiatan mengamati
sesuai dengan indikator.
8) Langkah-langkah dalam kegiatan mengamati menurut Direktorat
Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 23) terdiri dari:
a) Guru menentukan objek yang akan diamati
b) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun dan pelacak
Contoh: "Apa yang kalian amati?" "Bagaimana kalau ...?"
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 11
19
c) Guru mengecek apakah yang diamati peserta didik sudah tepat sesuai
indikator. Contoh: "Ceritakan apa yang telah kalian amati!"
b. Questioning/menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas
kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,
disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk
dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan
objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta,
konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
Kegiatan menanya dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan
dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati dimulai
dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotik.
Bertanya merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh
pengetahuan. Karena itu bertanya dalaan kegiatan pembelajaran merupakan
kegiatan guru untuk mendorong membimbing dan menilai kemampuan
berpikir siswa. Demikian pula, bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembalajaran inquiry, yaitu menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian
pada aspek yang belum diketahuinya.
Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan
dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 12
20
sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan
secara mandiri.
1) Fungsi Bertanya dalam Kegiatan Pembelajaran adalah :
a) membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang
tema atau topik pembelajaran.
b) mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
c) mendiagnosis kesulitan berajar peserta didik sekaligus menyampaikan
rancangan untuk mencari solusinya.
d) menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas
substansi pembelajaran yang diberikan.
e) membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan membenri jawaban secara logis, sistematis, dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
f) mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir dan menarik simpulan.
g) membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima
pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
h) membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap daram
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 13
21
i) melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati satu sama lain.
2) Manfaat Penggunaan Model Pembelajaran Questioning
Manfaat penerapan model questioning dalam sebuah pembelajaran adalah
sabagai berikut:
a) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis.
b) mengecek pemahaman siswa.
c) membangkitkan respons kepada siswa.
d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.
e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.
f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.
g) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
3) Kriteria Pertanyaan yang Baik
Kriteria pertanyaan yang baik adalah: 1) singkat dan jelas; 2)
menginspirasi jawaban; 3) memiliki fokus; 4) bersifat probing atau divergen;
5) bersifat validatif atau penguatan; 6) memberi kesempatan peserta didik
untuk berfikir ulang; 7) merangsang peningkatan tuntutan kemampuan
berfikir kognitif; dan 8) merangsang proses interaksi.
4) Tingkatan Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik
untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami
kualitas pertanyaan, sehingga mmenggambarkan tingkatan kognitif seperti
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 14
22
apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih
tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih
rendah hingga yang lebih tinggi, sebagai berikut.
Tabel 2.1 Bobot Pertanyaan Berdasarkan Tingkatan Kognitif
Tingkat Subtingkat Kata-kata kunci pertanyaan
Kognitif yang
lebih rendah
Pengetahuan Apa...
Siapa ... .
Kapan ...
Di mana...
Sebutkan ...
Jodohkan atau pasangkan...
Persamaan kata ...
Golongkan ...
Berilah nama ...
Dan lain-lain
Pemahaman
(comprehension)
Terangkahlah ...
Bedakanlah ...
Terjemahkanlah ...
Simpulkan ...
Bandingkan..,
Ubahlah ...
Berikanlah interpretasi .
Penerapan
(application\
Gunakanlah ...
Tunjukkanlah ...
Buatlah ...
Demonstrasikanlah ,
Carilah hubungan ...
Tulislah contoh ...
Siapkanlah ...
Klasifikasikanlah ...
Kognitif yang
lebih
Tinggi
Analisis
(analysis)
Analisislah ...
Kemukakan bukti-bukti ...
Mengapa ...
Identifikasikan...
Tunjukkanlah sebabnya.
Berilah alasan-alasan ...
Sintesis
(synthesis)
Ramalkanlah ...
Bentuk ...
Ciptakanlah ...
Susunlah ...
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 15
23
Rancanglah ...
Tulislah ...
Bagaimana kita dapat
memecahkan .. .
Apa yang terjadi seaindainya...
Bagaimana kita dapat
memperbaiki ...
Kembangkan ...
Evaluasi
(evaluation)
Berilah pendapat ...
Alternatif mana yang lebih baik ...
Setujukah anda ...
Kritiklah ...
Berilah alasan ...
Nilailah ...
Bandingkan ...
Bedakanlah ...
5) Prosedur Kegiatan Menanya
Prosedur Kegiatan Menanya menurut Direktorat Pembinaan Sekolah
Dasar (2016: 22) adalah :
a) Kegiatan dilakukan melalui kegiatan membuat dan mengajukan
pertanyaan, tanya jawab dan sebagainya.
b) Kegiatan ini merupakan perwujudan dari rasa ingin tahu siswa terhadap
apa yang tidak dipahaminya.
c) Pada saat siswa menanya, guru harus memfokuskan pada pertanyaan yang
sesuai dengan cakupan materi.
d) Bentuk pertanyaan dari siswa dapat berupa pertanyaan faktual, konseptual,
prosedural atau hipotetik.
i. Contoh Pertanyaan Faktual:
" Apa nama benda itu?"
" Di mana itu terjadi?"
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 16
24
" Kapan kejadiannya?"
Jawabannya berupa fakta
ii. Contoh Pertanyaan Konseptual:
" Apa yang dimaksud dengan gaya?"
Jawabannya berupa konsep
iii. Contoh Pertanyaan Prosedural: " Bagaimana caranya?"
" Bagaimana menggunakannya?"
" Bagaimana melakukannya?"
Jawabannya berupa prosedur
iv. Contoh Pertanyaan Hipotetik " Mengapa bisa begitu?" " Mengapa itu
terjadi?" Jawabannya berupa prinsip atau generalisasi
e) Guru harus menyusun indikator-indikator pertanyaan yang baik dan tepat
f) Kegiatan menanya dapat mengembangkan kreativitas dan rasa ingin tahu
g) Guru harus menilai proses pada saat siswa membuat, menyusun dan
menyampaikan pertanyaannya.
6) Langkah-Langkah Penerapan Model Questioning
Beberapa langkah penerapan model questioning (bertanya) yang
dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
a) Model pertama
Langkah-langkah dalam pengembangan model ini adalah seperti berikut.
i. Pilihlah salah satu kompetensi dasar yang sesuai.
ii. Tentukan media kontekstual, sesuai KD dan dapat merangsang siswa
untuk bertanya atau mengembamkan pertanyaan.
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 17
25
iii. Buatlah kelompok atau pasangan siswa untuk saling membuat
pertanyaan.
iv. Berikan waktu kepada siswa untuk membuat pertanyaan berdasarkan
media yang telah disediakan guru.
v. Tukar pertanyaan yang telah dibuat siswa atau kelompok yang satu
dengan siswa atau kelompok yang lain.
vi. Adakan pembahasan di bawah panduan guru.
b) Model kedua
i. Pilihlah salah satu kompetensi dasar yang sesuai.
ii. Tentukan media kontekstual, sesuai KD dan dapat merangsang siswa
untuk bertanya atau mengembangkan pertanyaan.
iii. Pajangkan atau bagikan media yang telah disiapkan kepada siswa.
iv. Berikan waktu kepada siswa untuk memperhatikan media yang telah
dipersiapkan.
v. Tugaskan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
guru dan membuat pertanyaan untuk dibahas.
vi. Adakan kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa atau sebaliknya
sekitar materi/KD yang dibahas dengan mengacu pada media
pembelajaran yang disampaikan.
c) Model ketiga
i. Pilihlah salah satu kompetensi dasar yang sesuai.
ii. Tentukan media kontekstual, sesuai KD dan dapat merangsang siswa
untuk bertanya atau mengembangkan pertanyaan.
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 18
26
iii. Buatlah kelompok atau pasangan siswa untuk saling membuat
pertanyaan.
iv. Berikah waktu kepada siswa untuk membuat pertanyaan berdasarkan
media yang telah disediakan guru.
v. Tukarkan pertanyaannya yang telah dibuat siswa atau kelompok yang
satu dengan siswa atau kelompok yang lain.
vi. Adakan kegiatan tanya jawab multi-arahan yang dipandu oleh guru
sekitar materi/KD yang dibahas dengan mengacu pada media
pembelajaran dan daftar pertanyaan yang telah dibuat siswa di
kelompoknya.
Menurut Silberman (2007: 13-14) dalam Hosman (2014: 56)
Langkah yang strategis questions students have adalah sebagai berikut.
a) bagikan kartu kosong kepada masing-masing siswa.
b) mintalah setiap siswa menulis beberapa pertanyaan yang mereka miliki
tentang matapelajaran atau sifat pelajaran yang sedang dipelaiari.
c) putarlah kartu tersebut searah jarum jam. ketika setiap kartu diedarkan
kepada siswa berikutnya, siswa tersebut harus membacanya dan
memberikan tanda cek pada kartu itu apabila kartu itu berisi pertanyaan
mengenai pembaca.
d) saat kartu kembali kepada penulisnya, maka setiap perserta telah
memeriksa seluruh pertanyaan yang ada. Poin ini mengidentifikasi
pertanyaan yang memperoreh suara terbanyak.
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 19
27
e) panggil beberapa siswa berbagi pertanyaan secara sukarela, sekalipun
mereka tidak memperoleh suara terbanyak.
f) kumpulkan semua kartu. kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan yang
menurut guru penting untuk dijawab.
Langkah-langkah kegiatan menanya menurut Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar (2016: 24) adalah:
a) Guru memastikan bahwa apa yang diamati siswa sudah tepat;
b) Guru memberikan stimulus supaya siswa berani bertanya;
c) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun supaya muncul
pertanyaan dari siswa sesuai dengan yang guru harapkan;
d) Guru memfokuskan pertanyaan-pertanyaan siswa pada pertanyaan yang
sesuai dengan materi atau apa yang akan dicari oleh siswa; dan
e) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang sudah berani bertanya
dan motivasi bagi siswa yang belum berani bertanya.
7) Kelebihan dan kekurangan kegiatan menanya.
Adapun kelebihan questions students have, diantaranya sebagai
berikut.
a) dapat mengaktifkan siswa secara penuh.
b) melatih rasa percaya diri siswa.
c) melatih siswa untuk berbuatjujur.
d) meningkatkan kreativitas siswa.
e) dapat memeperdalam pengu asaanmateri pelajaran.
f) dapat digunakan untuk semua matapelajaran.
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 20
28
Sedangkan kelemahan questions students have, diantaranya sebagai
berikut.
a) memakan waktu lama jika digunakan dalam kelas besar.
b) pertanyaan dari siswa sering kali tidak sesuai dengan topik yang dibahas.
c. Percobaan/Experimenting
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik
dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek
yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut
terkumpul sejumlah informasi.
Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu
memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan
informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan
mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.
Langkah ketiga pada scientific approach adalah experimenting
(mencoba). Kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan
informasi/eksperimen. Kegiatan belajarnya adalah melakukan eksperimen,
membaca sumber lain selain buku teks mengamati objek kejadian aktivitas,
wawancara dengan nara sumber. Kompetensi yang dikembangkan adalah
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain,
kemamuan berkomunikasi menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
metalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 21
29
berajar sepanjang hayat. Pada langkah pembelajaran ini, setiap siswa dituntut
untuk mencoba mempraktikkan apa yang dipelajari.
Eksperimen/mencoba dapat didefenisikan sebagai kegiatan terinci yang
direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau
menguji sesuatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang
dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam
suatu hipotesis juga kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. uUntuk
keberhasilan ini maka setiap eksperimen harus dirancang dulu kemudian diuji
coba.
Menurut Syaifin Bahri Djamarah (1995) dalam Hosnah (2014: 58),
metode ersperimen adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Kemudian Mulyani Sumantri, dkk, (1999); mengatakan bahwa metode
eksperimen diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan siswa
dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan.
Menurut Roetiyah (2001: 80), metode eksperimen adalah suatu cara mengajar di
mana siswa merakukan sesuatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati
prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu
disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Menurut Schoenherr (1996, yang dikutip oleh Palendeng, 2003: Bl)
dalam Hosnah (2014: 58), metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk
pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi
berajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 22
30
optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam
struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Menurut Al-Farisi (2005: 2) dalam Hosnan (2014: 58) metode
eksperimen adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak
dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.
Karakteristik metode eksperimen menurut Winataputra (Triadi, 2011)
dalam Hosnan (2014: 58) adalah :
1) ada alat bantu yang digunakan,
2) siswa aktif melakukan percobaan,
3) guru membimbing,
4) tempat dikondisikan,
5) ada pedoman untuk siswa,
6) ada topik yang dieksperimenkan,
7) ada temuan-temuan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode eksperimen
adalah :
1) setiap siswa harus engadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau
materi percobaan harus cukup bagi siswa,
2) agar eksperimen tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan
atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu
bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih,
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 23
31
3) siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, maka
perlu adanya waktu yang cukup lama sehingga mereka menemukan
pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu,
4) siswa sedang belajar dan berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas,
sebab mereka di samping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta
keterampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru
dalam memilih objek eksperimen,
5) tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai
kejiwaan beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia.
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001: 81) dalam Hosnan
(2014: 60) adalah :
1) perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus
memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen,
2) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang
akan diperlukan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol ketat, urutan
eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat,
3) selama eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan siswa. bila
perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan
jalannya eksperimen,
4) setelah eksperimen selesai, guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,
mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Prosedur kegiatan mengumpulkan informasi/mencoba menurut
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 25) adalah:
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 24
32
1) kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan eksperimen, mencoba sesuatu,
membuat sesuatu, mendemonstrasikan, meniru gerak, membaca berbagai
sumber, mewawancara narasumber dan sebagainya.
2) guru perlu menyusun indikator-indikator bahwa siswa mengumpulkan
informasi dengan benar dan tepat
3) guru melakukan penilaian proses ketika siswa melaksanakan kegiatan
mengumpulkan informasi
4) hasil dari kegiatan ini berupa dalal informasi
Tahap-tahap eksperimen menurut Palendeng (2003: 82) dalam Hosnan
(2014: 61) adalah :
1) percobaan awal yaitu pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan
yang didemontrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.
demontrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fisika
yang akan dipelajari,
2) pengamatan yang merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan.
siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut,
3) hipotesis awal yaitu siswa dapat merumuskan hipotesis sementara
berdasarkan hasil pengamatannya,
4) verifikasi yaitu kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal
yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. siswa
diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan,
selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya,
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 25
33
5) aplikasi konsep yaitu setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep,
hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. kegiatan ini merupakan
pemantapan konsep yang dipelajari,
6) evaluasi merupakan kegiatan terakhir setelah selesai satu konsep. penerapan
pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk
memahami konsep.
Langkah-langkah kegiatan mengumpulkan informasi/mencoba menurut
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 25) adalah:
1) guru merumuskan tujuan pengumpulan informasi yang akan dilakukan
2) guru bersama siswa menyiapkan perlengkapan
3) siswa memperhitungkan tempat dan waktu
4) guru menyediakan keftas kerja untuk mengarahkan kegiatan siswa
5) siswa mengumpulkan informasi menggunakan kertas kerjanya
6) guru mengumpulkan hasil kerja siswa dan mengevaluasinya
Kelebihan metode eksperimen menurut Rusyan (Maulidia, 2011) dalam
Hosnan (2014: 63) adalah:
1) melatih disiplin diri siswa melalui eksperimen yang dilakukannya, terutama
kaitannya dengan keterlibatan, ketelitian, ketekunan dalam melakukan
eksperimen,
2) kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa melalui
eksperimen yang dilakukanya sendiri secara langsung.
3) siswa akan lebih memahami hakikat dari ilmu pengetahuan dan hakikat
kebenaran secara langsung,
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 26
34
4) mengembangkan sikap terbuka bagi siswa,
5) melibatkan aktivitas dan kreativitas siswa secara langsung dalam pengajaran,
sehingga mereka akan terhindar dari verbalisme.
Kelemahan metode eksperimen adalah :
1) memakan waktu yang banyak,
2) metode ini kebanyakan cocok untuk sain dan teknologi, kurang tepat jika
diterapkan pada pelajaran lain, terutama bidang ilmu sosial,
3) pada hal-hal tertentu seperti pada eksperimen bahan-bahan kimia,
kemunginan memiliki bahaya selalu ada,
4) memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap, jika kurang salah satu padanya,
maka eksperimen tidak akan berhasil dengan baik.
d. Menalar / Associating
Kegiatan menalar dengan menganalisis data dalam bentuk membuat
kategori, menentukan hubungan data/kategori, menyimpulkan dari hasil analisis
data. Kegiatan menalar sebagaimana dalam Permendikbud No 81a Tahun 2013
adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi.
1) Metode menalar
Metode dalam menalar menurut Hosnan (2014: 72) ada 2 yaitu metode
induktif dan metode deduktif. Metode induktif adalah metode yang digunakan
dalam berfikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Sedangkan metode
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 27
35
deduktif adalah metode berfikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
2) Cara menalar
Cara menalar dengan metode induktif merupakan cara menalar dengan
menarik simpulan dari fenomena atau artribut-artribut khusus untuk hal-hal yang
bersifat umum. Jadi menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan
dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi
simpulan yang bersifat umum. Cara menalar dengan deduktif dengan menarik
kesimpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum
menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan
pola silogisme. Cara kerja penalaran deduktif adalah menerapkan ha-hal yang
umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagian
yang khusus.
3) Hubungan Antarfenomena
Hubungan sebab akibat diambil dengan menghubungkan satu atau
beberapa fakta yang lain. Penalaran sebab akibat ini masuk dalam ranah
penalaran induktif yang disebut dengan penalaran induktif sebab akibat.
Penalaran induktif sebab akibat terdiri atas tiga jenis.
a) Hubungan sebab akibat. Pada penalaran hubungan sebab akibat hal-hal yang
menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik kesimpulan
yang berupa akibat.
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 28
36
b) Hubungan akibat sebab. Pada penalaran hubungan akibat sebab, hal-hal yang
menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik kesimpulan
yang merupakan penyebabnya.
c) Hubungan sebab akibat 1, akibat 2. Pada penalaran hubungan sebab akibat 1,
akibat 2 suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat, akibat yang
pertama menjadi penyebab sehingga menimbulkan akibat yang kedua. Akibat
yang kedua menjadi penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga dan
seterusnya.
4) Prosedur kegiatan menalar/mengasosiasikan menurut Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar (2016: 25) adalah:
a) kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan mengolah informasi, menganalisis
data, menemukan pola, menyimpulkan dan sebagainya.
b) hasil dari kegiatan ini adalah dala/informasi yang telah diolah dan
digeneralisasi
c) guru perlu merumuskan indikator-indikator bahwa siswa melakukan
kegiatan mengasosiasi dengan tepat
d) guru harus menilai proses ketika siswa melakukan kegiatan mengasosiasi
5) Langkah-langkah dalam kegiatan menalar/mengasosiasikan menurut
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 25) mengasosiasi terdiri dari:
a) siswa mencermati data/ informasi satu per satu
b) siswa mengolah data/ informasi tersebut
c) siswa melihat keunikan dari kumpulan informasi/ data tersebut dan
d) mengambil benang merahnya (menyimpulkan)
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 29
37
e. Mengomunikasikan
Kegiatan mengkomunikasikan dilakukan dengan menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan
dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik
tersebut.
Beberapa hal yang dapat dilaksanakan dalam kegiatan
mengkomunikasikan adalah sebagai berikut.
1) setiap kelompok bekerja sama untuk mendiskripsikan karakter dan kegiatan
pada kotak-kotak yang telah disediakan dalam buku siswa,
2) setiap peserta didik memahami bagaimana mendeskripsikan orang dan
binatang yang ada dilingkungan sekitar rumahnya,
3) peserta didik membacakan hasil kerja mereka di depan kelas,
4) setiap kelompok mendengarkan dengan baik, dan bisa memberikan
masukan/tambahan tentang karakter dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
maupun binatang yang ada dilingkungan sekitar rumahnya,
5) setiap kelompok bergiliran membacakan hasil kerja kelompoknya di depan
kelas,
6) guru mengarahkan dan memastikan jalannya roses kegiatan penerapan ini
bisa berjalan dengan baik,
7) semua peserta didik harus terlibat aktif dalam proses kegiatan
mengkomunikasikan ini,
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 30
38
8) setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dan
menampung masukan-masukan dari kelompok lain, guru memberikan
penjelasan di depan kelas.
9) guru menjelaskan tentang karakter-karakter orang, binatang, dan
benda/pepohonan.
10) guru mengucapkan setiap kalimat deskriptif dengan baik dan benar.
Prosedur kegiatan mengkomunikasikan menurut Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar (2016: 26) adalah :
1) kegiatan ini dapat dilakukan melalui presentasi, pajang karya, kunjung karya,
menyajikan laporan secara lisan atau tertulis mulai dari proses, hasil dan
kesimpulan.
2) guru harus merumuskan indikator-indikator bahwa siswa mengomunikasikan
dengan tepat.
3) guru harus menilai proses ketika siswa melakukan kegiatan
mengomunikasikan.
Langkah-langkah dalam kegiatan mengkomunikasikan menurut
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 26) terdiri dari:
1) siswa menentukan apa yang akan dikomunikasikan
2) siswa menentukan siapa yang akan menjadi penerima informasi
3) siswa memikirkan bagaimana cara mengomunikasikan supaya penerima
informasi bisa menerimanya atau memahaminya
4) siswa memberikan kesempatan kepada penerima informasi untuk bertanya
hal-hal yang belum dipahaminya
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 31
39
2. Posisi Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013
Kedudukan Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 berperan sangat
penting yaitu sebagai penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).
Pembelajaran di Sekolah Dasar tidak lagi berbasis mata pelajaran, melainkan
berbasis tema, baik tema alam, sosial, maupun tema budaya. Di dalam buku yang
tematik masih mengandung 8 (delapan) mata pelajaran inti untuk SD yaitu
Agama, PPKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS SBdp dan PJOK.
Walaupun terdapat mata pelajaran, tetapi penyampaian pembelajarannya
dilakukan secara tematik-terpadu. Materi pelajaran tidak disajikan dalam buku-
buku mata pelajaran tetapi dalam bentuk buku tema-tema pelajaran. Tentu semua
tema pelajaran itu bukan saja ditulis dalam Bahasa Indonesia melainkan pula
Bahasa Indonesia dijadikan sebagai penghela dan pembawa ilmu pengetahuan
(carrier of knowledge): Bahasa Indonesia tidak semata diajarkan sebagai ilmu
pengetahuan tetapi dipraktikkan sebagai penghela ilmu pengetahuan.
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Saintifik
Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Permendiknas No 22
(2006: 317) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis
b. menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara
c. memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 32
40
untuk berbagai tujuan
d. menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial
e. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa
f. menghargai dan membanggakan sastra indonesia sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia indonesia.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Permendiknas
Nomor 22 (2006: 318) mencakup komponen kemampuan berbahasa dan
kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1)
mendengarkan; 2) berbicara; 3) membaca; dan 4) menulis.
Mendengar/menyimak (Asnah 2014: 3) merupakan salah satu jenis
keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian,
menyimak tidak sekadar kegiatan mendengarkan tetapi juga memahaminya. Ada
dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak secara interaktif dan
situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara interaktif terjadi dalam
percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenisnya. Dalam
menyimak jenis ini, kita bergantian melakukan aktivitas menyimak dan berbicara.
Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh
penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau
mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian, contoh situasi-
situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah,
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 33
41
atau menyimak dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi menyimak
noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak
bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta
pembicaraan diperlambat.
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika
kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus
mampu menguasai beberapa hal berikut:
a. menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat
jangka pendek (short-term memory);
b. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa
target;
c. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara, intonasi, dan
adanya reduksi bentuk-bentuk kata;
d. membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar;
e. mengenal bentuk-bentuk kata khusus (typical word-order patterns);
f. mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan;
g. menebak makna dari konteks;
h. mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes);
i. menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis;
j. mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices);
k. mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan
unsur-unsur lainnya.
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 34
42
Berbicara (Asnah 2014: 4) merupakan salah satu jenis keterampilan
berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Sehubungan dengan keterampilan
berbicara ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan
noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap
muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara
berbicara dan menyimak, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi,
pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara
dari lawan bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif,
misalnya alam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini,
audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun
pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh
mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat
noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam
berbicara. Seorang pembicara harus dapat:
a. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat
membedakannya;
b. menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan tepat sehingga
pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara;
c. menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat;
d. menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi
komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan
pendengar;
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 35
43
e. berupaya agar kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents) jelas
bagi pendengar;
f. berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan
ide-ide utama;
g. berupaya agar wacana berpautan secara selaras sehingga pendengar mudah
mengikuti pembicaraan.
Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis
yang bersifat reseptif (Asnah 2014: 5). Keterampilan membaca dapat
dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan menyimak dan
berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah
berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi
dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca
yang harus dimiliki pembaca adalah:
a. mengenal sistem tulisan yang digunakan;
b. mengenal kosakata;
c. menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan
utama;
d. menentukan makna-makna kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis;
e. mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan sebagainya;
f. menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat,
objek, dan preposisi;
g. mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis;
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 36
44
h. merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan;
i. menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik
kesimpulan-kesimpulan;
j. menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan
gramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama;
k. membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
l. menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca
yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan
studi secara mendalam.
Menulis (Asnah 2014: 6) merupakan salah satu jenis keterampilan
berbahasa ragam tulis yang bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan
keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan
berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan
kalimat-kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-
pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam
menulis, penulis perlu untuk:
a. menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan;
b. memilih kata yang tepat;
c. menggunakan bentuk kata dengan benar;
d. mengurutkan kta-kata dengan benar;
e. menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca;
f. memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju;
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 37
45
g. mengupayakan ide-ide atu informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide
atau informasi tambahan;
h. mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sehingga
pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan;
i. membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca
sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal
yang belum mereka ketahui dan penting untuk ditulis.
Hubungan antara membaca dan menulis yaitu membaca adalah
merupakan proses awal yang melatih dan meningkatkan keterampilan bahasa lisan
sehingga mampu mengembangkan keterampilan bahasa tulis dalam bentuk karya
sastra. Secara garis besar hubungan antara membaca dan menulis adalah sebagai
berikut :
a. membaca (reseptif) dan menulis (produktif);
b. menulis adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pesan, informasi,
sedangkan membaca adalah kegiatan memahami gagasan, perasaan, informasi
dalam tulisan;
c. sebelum menulis, seringkali penulis melakukan aktifitas membaca;
d. dalam kegiatan membaca, seringkali pembaca menulis atau membuat catatan,
bagan, rangkuman, atau komentar; dan
e. Seringkali kita menulis apa yang kita baca dan membaca apa yang kita tulis
Ruang lingkup materi Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar tertuang dalam
Permendikbud Nomor 64 (2013: 49) sebagai berikut:
a. Materi Bahasa Indonesia untuk kelas I dan kelas II meliputi:
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 38
46
1) bentuk dan ciri teks faktual (deskriptif, petunjuk/arahan, laporan
sederhana), teks tanggapan (ucapan terima kasih, permintaan maaf,
diagram/tabel), teks cerita (narasi sederhana, puisi) teks cerita non-naratif
(cerita diri/personal, buku harian);
2) konteks budaya, norma, serta konteks sosial yang melatarbelakangi
lahirnya jenis teks;
3) paralinguistik (lafal, kelantangan, intonasi, tempo, gestur, dan mimik); dan
4) satuan bahasa pembentuk teks: kalimat sederhana dua kata pola SP.
b. Materi Bahasa Indonesia untuk kelas III dan kelas IV
1) bentuk dan ciri teks genre faktual (teks laporan informatif hasil observasi,
teks arahan/petunjuk, teks instruksi, teks surat tanggapan pribadi), genre
cerita (cerita petualangan, genre tanggapan, teks dongeng, teks
permainan/dolanan daerah (teks wawancara, ulasan buku );
2) konteks budaya, norma, serta konteks sosial yang melatarbelakangi
lahirnya jenis teks; dan
3) satuan bahasa pembentuk teks: kalimat sederhana pola SPO dan SPOK,
kata, dan kelompok kata Penanda kebahasaan dalam teks.
c. Materi Bahasa Indonesia untuk kelas V dan kelas VI
1) bentuk dan ciri teks genre faktual (teks laporan buku, laporan investigasi,
teks penjelasan tentang proses, teks paparan iklan), genre cerita (teks
narasi sejarah, teks pantun dan syair), dan genre tanggapan (pidato
persuasif, ulasan buku, teks paparan, teks penjelasan);
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 39
47
2) konteks budaya, norma, serta konteks sosial yang melatarbelakangi
lahirnya jenis teks;
3) satuan bahasa pembentuk teks: kalimat sederhana pola SPPel, SPOPel,
SPOPelK, kata, frasa, pilihan kata/diksi;
4) penanda kebahasaan dalam teks; dan
5) paralinguistik (lafal, kelantangan, intonasi, tempo, gestur, dan mimik)
Implementasi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2005: 441) adalah
implementasi/impleméntasi/E pelaksanaan: pertemuan kedua ini bermaksud
mencari bentuk – dari apa yang telah disepakati dulu.
Jadi implementasi pembelajaran saitifik yang tematik adalah pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
tema sebagai pengikat antar mata pelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran tematik, menurut Hosnan (2014: 366) perlu
dilakukan kegiatan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar,
pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus, penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
a. Menentukan tema
1) mempelajari standar kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing
mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
2) menetapkan lebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan. untuk
menentukan tema tersebut, guru bekerja sama dengan peserta didik sehingga
sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
b. Prinsip penentuan tema
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 40
48
1) memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa
2) dari yang termudah menuju yang sulit
3) dari yang sederhana menuju yang kompleks
4) dari yang kongkrit menuju ke yang abstrak
5) tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berfikir pada diri
siswa.
6) ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa,
termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.
c. Menetapkan jejaring tema
Buatlah jejaring tema yang menghubungkan kompetensi dasar dan
indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat
kaitan antartema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran.
Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap
tema. Untuk jejaring tema pada kurikulum 2013 sudah dibuatkan jejaring oleh
tim penyusun buku kurikulum 2013.
d. Tahap kegiatan
Pelaksanaan pebelajaran tematik setiap hari dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga tahap kegiatan, yaitu kegiatan pembukaan/awal/
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi waktu untuk setiap
tahapan adalah kegiatan pembukaan kurang lebih satu jam pelajaran (1 X 35
menit), kegiatan inti 3 jam pelajaran ( 3 X 35 menit), dan kegiatan penutup satu
jam pelajaran (1 X 35 menit).
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 41
49
Untuk tahapan kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2013 sudah
dibuatkan alur pembelajaran yang ada dalam buku pegangan guru, contoh
pembelajaran sebagai berikut.
1) Pembelajaran kelas I
Langkah-langkah pembelajaran Kelas I, Tema 2 Kegemaranku, Subtema
2 Gemar Menyanyi dan Menari, Pembelajaran 2 dalam Kemendikbud (2014: 37-
38) sebagai berikut.
Tabel 2.2 Contoh Langkah-langkah Pembelajaran di Kelas I
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan Inti 1. Siswa mengamati teks lagu anak-anak “Naik Naik ke
Puncak Gunung” di buku siswa.
2. Siswa bertanya jawab tentang isi lagu bersama guru.
3. Siswa membaca nyaring isi lagu dengan mengikuti guru
membaca.
4. Siswa dan guru menyanyikan lagu tersebut secara
bersama-sama dengan penuh semangat.
5. Setelah semua siswa bernyanyi, siswa menghitung jumlah
kata yang terdapat dalam lagu.
6. Kemudian siswa melanjutkan kegiatan dengan mencari
kata-kata yang sudah ditentukan di buku siswa dan
menghitung jumlah kata tersebut dalam teks lagu yang
dipelajari. Siswa menuliskan hasil pengamatannya dengan
benar pada tabel yang telah disiapkan. Siswa dan guru
membahas hasil penghitungan secara bersama-sama.
7. Siswa mendengarkan teks lagu anak-anak yang dibacakan
guru. (“Naik Puncak Gunung”). Siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok beranggotakan orang per kelompok.
8. Dengan mengamati teks lagu siswa melengkapi kalimat
yang terdapat pada buku siswa sehingga menjadi teks lagu
yang utuh secara berkelompok.
9. Kelompok siswa yang sudah selesai boleh membantu
kelompok lain yang membutuhkan.
10. Setelah selesai dengan kegiatan melengkapi kalimat, siswa
menuliskan kata-kata yang belum dimengerti di buku
11. Siswa dan guru mendiskusikan kata-kata yang sulit
dimengerti siswa pada teks lagu.
Penutup 12. Kegiatan ditutup dengan membuat kesimpulan tentang
gunung sebagai karunia Tuhan.
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 42
50
2) Pembelajaran Kelas II
Langkah-langkah pembelajaran Kelas II Tema 2 Bermain di
Lingkunganku, Subtema 1 Bermain di Lingkungan Rumah, Pembelajaran 6 yang
tertuang dalam Kemendikbud (2014: 45-47) sebagai berikut.
Tabel 2.3 Contoh Langkah-langkah Pembelajaran di Kelas II
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan inti Guru memberikan arahan kepada siswa untuk membaca teks
dengan cermat.
Siswa mengamati gambar tentang kegiatan ibu di dapur
pulang dari berbelanja.
Siswa mengamati teks percakapan antara Tiur, Beni, dan Ibu
Siswa membaca teks percakapan.
Siswa menanya tentang gambar kegiatan ibu di dapur pulang
dari berbelanja
Siswa menanya tentang teks percakapan antara Tiur, Beni,
dan Ibu
Siswa bertanya tentang pembagian kelompok dalam membaca
teks percakapan
Siswa bermain peran sesuai teks percakapan Tiur, Beni dan
Ibu tentang bersatu dalam keragaman di lingkungan rumah
Siswa melengkapi kalimat berdasarkan teks percakapan Tiur,
Ibu, dan Beni
Guru memberikan arahan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan dengan bertanggung jawab.
Siswa menjawab pertanyaan dari teks percakapan yang dibaca
Siswa mendiskusikan jawaban yang didapat
Siswa mengisi tabel tentang manfaat daun pisang, daun
kelapa dan beberapa daun lainnya berdasarkan teks
percakapan mengenai berbelanja
Siswa menjelaskan manfaat hidup bersatu dalam keragaman
dari pertanyaan yang diberikan guru
Siswa menjelaskan akibat hidup tidak bersatu dalam
keragaman
Siswa memperhatikan jadwal harian Beni
Siswa menyebutkan urutan aktivitas Beni
Siswa ditugaskan guru menyusun ulang jadwal sehari Beni
Siswa ditugaskan menulis jadwal harian sendiri berdasarkan
kegiatan dan aktivitas bermain yang dilakukan
Siswa menyimpulkan isi cerita tentang jadwal kegiatan
sendiri yang telah ditulis dengan bimbingan guru
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 43
51
Guru membimbing siswa agar mengerjakan soal dengan
cermat.
Siswa mengerjakan soal tentang menentukan suku yang
belum diketahui dari kalimat matematika yang berkaitan
dengan pengurangan ( ruas kanan dan kiri dari 2 suku) dengan
bimbingan guru
Siswa mengemukakan langkah-langkah menentukan suku
yang belum diketahui dari kalimat matematika pengurangan
(ruas kanan dan kiri terdiri dari 2 suku
Guru memberi arahan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan dengan percaya diri.
Siswa membaca petunjuk sederhana tentang membuat
anyaman dari daun kelapa
Siswa menjelaskan cara mengolah bahan alam yang dapat
digunakan sebagai karya kreatif
Siswa membuat anyaman dari daun kelapa
3) Pembelajaran Kelas III
Langkah-langkah pembelajaran Klas III Tema 3 Perubahan Alam,
Subtema 4 Kegiatan Berbasis Proyek, Pembelajaran 5 yang tertuang dalam
Kemendikbud (2014: 129) sebagai berikut.
Tabel 2.4 Contoh Langkah-langkah Pembelajaran di Kelas III
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
Inti Guru mengingatkan siswa untuk mencatat kecepatan angin selama
lima menit.
Siswa membuat draft diagram batang mengenai kecepatan angin
yang telah dicatat selama empat hari (pembelajaran 2-
pembelajaran 4).
Guru memeriksa draft diagram batang yang diberikan oleh setiap
kelompok.
Siswa mulai membuat diagram batang dalam lembar presentasi
besar (karton atau kardus bekas) setelah draft yang dibuat
disetujui oleh guru.
Guru berkeliling dan memberi masukan pada siswa dalam proses
pembuatan diagram batang mengenai kecepatan angin.
Setiap kelompok siswa mempresentasikan diagram batang yang
telah dibuatnya.
Guru memberi apresiasi pada kelompok yang telah bekerja dengan
baik.
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 44
52
4) Pembelajaran Kelas IV
Langkah-langkah pembelajaran di Kelas IV, Tema 4 Berbagai Pekerjaan,
Subtema 2 Barang dan Jasa, Pembelajaran 4 yang tertuang dalam Kemendikbud
(2014: 78-81) sebagai berikut.
Tabel 2.5 Contoh Langkah-langkah Pembelajaran di Kelas IV
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
Inti Siswa mengamati 2 gambar yang ada di buku siswa dan
mendiskusikan peralatan yang dipakai oleh kedua tukang kayu.
Saat kegiatan membandingkan, guru dapat meminta untuk melihat
secara detail tentang apa saja yang berbeda dari dua gambar itu
jika dihubungkan dengan pekerjaan mereka.
Siswa menjawab pertanyaan yang ada di buku siswa dengan
kegiatan membandingkan gambar. Kegiatan ini dapat dilakukan
secara individu terlebih dahulu. Kemudian siswa dapat berdiskusi
dengan teman sebangkunya utuk mengecek jawaban mereka.
Guru mengonfirmasi jawaban siswa
Siswa menyimpulkan tentang penggunaan teknologi dari kedua
tukang kayu dengan mengisi tabel yang ada di buku siswa.
(Penilaian no. 3)
Siswa membaca dialog yang ada di buku paket dengan teman
sebangkunya
Siswa mengisi pertanyaan dalam bentuk peta pikiran. (Penilaian
no. 1) Siswa mengerjakan soal cerita yang berhubungan dengan
luas segitiga. (Penilaian no. 2)
Penutup Siswa menuliskan ide-ide agar penggunaan teknologi modern
dapat digunakan dengan sebaik-baiknya tanpa menggangu
lingkungan.
Guru dapat menambahkan pertanyaan perenungan berdasarkan
perenungan di halaman 150.
Pengayaan
Siswa dapat mencoba membuat soal sendiri yang berhubungan
dengan luas segitiga.
Siswa dapat berkreasi membuat soal sendiri dengan
menggabungkan dua bangun yang sudah dipelajari (bangun datar
persegi panjang dan segitiga).
Remidial
Siswa yang belum menguasai konsep luas segitiga dapat diberikan
latihan khusus penguatan materi. Materi yang belum dikuasai
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 45
53
dapat diberikan sebagai pekerjaan rumah. Siswa mencoba dahulu
untuk mengerjakan semampunya. Guru akan memeriksa kembali
pekerjaan siswa dan melihat hal–hal yang belum dikuasai.
Penguatan akan diberikan setelah pulang sekolah.
5) Pembelajaran Kelas V
Pembelajaran Kelas V, Tema 2 Peristiwa dalam Kehidupan, Subtema 2
Peristiwa-peristiwa Penting, Pembelajaran 4 yang tertuang dalam Kemendikbud
(2014: 98-105) sebagai berikut.
Tabel 2.6 Contoh Pembelajaran di Kelas V
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
Inti Mulai kegiatan dengan membaca teks bacaan secara cermat
tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang, dan sosialisasikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada tema peristiwa sejarah
Siswa menyimak tentang informasi penting dalam bacaan.
(Mengamati)
Siswa kemudian mengamati dan meringkas dengan teliti
tentang kehidupan bermasyarakat pada masa penjajahan
secara mandiri dari bacaan.
Hasil yang diharapkan :
Pengetahuan siswa tentang topik bacaan
Keterampilan siswa dalam mencari informasi melalui bacaan
Kecermatan dan ketelitian siswa dalam menjawab pertanyaan
Siswa membuat pertanyaan dengan menggunakan informasi
yang ada pada bacaan yang telah disediakan
sebelumnya.(Menanya)
Siswa berdiskusi (tanya-jawab) dengan menggunakan
informasi yang ada. penting dari bacaan dengan bimbingan
guru
Siswa menulis ringkasan dengan teliti dan mandiri tentang
kehidupan bermasayarakat di Indonesia pada masa
penjajahan.
Siswa dapat berkolaborasi dengan teman sebangku untuk
menanyakan informasi apa yang teman mereka dapatkan dari
kegiatan membaca
Hasil yang diharapkan :
Siswa dapat meringkas isi atau informasi penting dalam
bacaan secara cermat dan teliti
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 46
54
Siswa dapat menunjukkan sikap tertib dan berpikir sistematis
dalam membuat ringkasan tentang kehidupan bermasyarakt
dan perjuangan rakyat Indonesia pada masa penjajahan
Gunaka rubrik “Membuat Ringkasan” untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik
Guru memancing rasa ingin tahu siswa dengan meminta
mereka mencari dari berbagai sumber tentang kondisi pulau-
pulau bekas wilayah jajahan Belanda dan Jepang di
Indonesia. (Mencari Informasi)
Siswa membentuk kelompok terdiri atas 3-4 peserta didik
Siswa memperhatikan petunjuk langkah penyelidikan serta
informasi apa yang harus mereka dapatkan dalam
penyelidikan mereka.
Siswa secara berkelompok melakukan studi literatur secara
sederhana dari berbagai sumber.
Guru membimbing siswa dalam merumuskan dan mencatat
informasi-informasi penting dalam proses penyelidikan dan
studi literatur mereka.
Hasil yang diharapkan :
Siswa diharapkan timbul sikap rasa ingin tahu dan terampil
berdiskusi memecahkan masalah terhadap topik yang sedang
dipelajari.
Siswa dapat bekerja kelompok secara mandiri
Siswa dapat mencari dan mencatat informasi yang penting
yang mereka dapatkan guna melengkapi tabel penyelidikan
mereka dengan cermat dan sistematis.
Siswa mempresentasikan dan mendiskusikan hasil kerja
kelompok mereka.
Siswa melengkapi hasil catatan penelitian mereka
berdasarkan hasil diskus
Siswa menggolongkan beberapa syair sesuai tema (Menalar)
Siswa menyimpulkan karakteristik karya syair dengan cermat
dan teliti.
Siswa secara berkelompok mengisi dan melengkapi karya
sastra syair di kolom yang telah disediakan dengan percaya
diri dan kompak.
Hasil yang diharapkan :
Pengetahuan siswa tentang syair dan pantun
Siswa bersikap cermat dan teliti ketika membedakan
karakteristik syair dan pantun.
Siswa dapat melatih kekompakan dan bersikap percaya diri
ketika mencoba melengkapi syair danpantun yang ada
bersama teman-temannya
Kemandirian peserta didik dalam mengerjakan tugas
Gunakan rubrik “Menulis Syair dan Pantun” untuk mengukur
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 47
55
pencapaian kompetensi peserta didik.
Siswa mengidentifikasikan permasalahan tentang
pemeliharaan museum dan pemeliharaan barang-barang
peninggalan bersejarah di museum. (Mengasosiasi)
Siswa berdiskusi dalam kelompok mengenai topik
Pemeliharaan barang-barang bersejarah di museum dan
bagaiman menyelamatkan barangbarang peninggalan
bersejarah dan mengaitkannya dengan pembahasan kewajiban
Siswa secara berkelompok menuliskan hasil diskusi dalam
bentuk essay dengan memperhatikan kriteria penulisan essay
yang baik.
Hasil yang diharapkan :
Siswa terampil dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat
sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.
Siswa dapat menunjukkan sikap saling menghargai pendapat
teman dalam proses diskusi.
Siswa dapat melatih sikap teliti dan bepikir kritis dalam
memecahkan permasalahan sosial dan budaya di Indonesia
Siswa mencoba membuat poster dengan mengingat kembali
teknik dan kriteria membuat sebuah poster.
Siswa menyajikan poster yang berisi ajakan untuk
menyadarkan orang lain agar bertanggung jawab terhadap
pemeliharaan barang bersejarah di museum sebagai sebuah
tindakan yang mencerminkan kewajiban.
Bimbing siswa untuk memilih gambar dan kalimat ajakan
(persuasif) yang sesuai tema untuk pembuatan poster.
Siswa mencoba merumuskan hak dan kewajiban mereka
dalam anggota kelompok.
Hasil yang diharapkan :
Siswa dapat membuat sebuah poster yang menarik sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kreatif.
Siswa dapat berpikir kritis dalam memahami, merumuskan,
serta menuliskan hak dan kewajiban mereka sebagai anggota
dalam kelompok.
Siswa dapat menilai diri mereka sendiri secara jujur tehadap
pemahaman akan hak dan kewajiban mereka sebagai anggota
kelompok.
Siswa dapat menunjukkan sikap kemandirian dan terampil
dalam membuat poster
Gunakan rubrik “Membuat Poster” dan “ceklis penilaian hak
dan kewajiban” untuk mengukur pencapaian kompetensi
siswa.
Hasil yang diharapkan :
Pengetahuan siswa tentang hak dan kewajiban
Keterampilan siswa dalam menyajikan informasi dalam
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 48
56
bentuk poster
Sikap mandiri dan bertanggung jawab siswa
Siswa dapat bersikap reflektif dan jujur dalam menyimpulkan
penguasaan hasil pembelajaran mereka.
Merupakan media untuk mengukur seberapa banyak materi
yang sudah dipelajari dan dipahami siswa.
Pada aktivitas ini lebih ditekankan pada sikap siswa setelah
mempelajari materi.
Penutup Sebagai tindaklanjut dari kegiatan ini, guru dapat memberikan
remedial dan pengayaan sesuai dengan tingkat pencapaian
masing-masing siswa.
Penilaian
6) Pembelajaran Kelas VI
Langkah-langkah pembelajaran Kelas VI, Tema 3 Tokoh dan Penemuan,
Subtema 3 Ayo Menjadi Penemu, Pembelajaran 1 yang tertuang dalam
Kemendikbud (2014: 136-140 ) sebagai berikut.
Tabel 2.7 Contoh Langkah-langkah Pembelajaran di Kelas 6
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
Inti Siswa membaca teks singkat tentang Thomas Alva Edison.
Siswa berdiskusi bersama seorang teman, tentang: Nilai-
nilai keteladanan Thomas Alva Edison. Contoh sikap dari
setiap nilai dalam kehidupan sehari- hari. Manfaat setiap
nilai tersebut bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Siswa menuliskannya dalam bagan yang tersedia
Motivasi siswa bahwa setiap orang memiliki kesempatan
untuk menjadi seorang penemu dengan menerapkan nilai-
nilai tersebut dalam sikap keseharian mereka.
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil untuk
melakukan percobaan guru menemukan listrik statis di
sekitar mereka.
Siswa mengikuti instruksi yang diberikan di dalam buku.
Siswa menjawab pertanyaan berdasarkan hasil percobaan.
Siswa menuliskan hasil percobaan dalam bentuk teks
eksplanasi. (Penilaian 1 dan 2)
Siswa membaca senyap teks eksplanasi tentang listrik statis.
Siswa menjawab pertanyaan berdasarkan teks.
Siswa menuliskan persamaan dan perbedaan antara listrik
statis dan listrik dinamis dalam bentuk Diagram Venn.
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 49
57
(Penilaian 1)
Meminta siswa melakukan refleksi apakah telah
mempraktikkan sikap ingin tahu yang tinggi, tekun, dan
pantang menyerah saat melakukan
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil.
Siswa dalam kelompok mengamati satu poligon yang
terdapat di buku.
Siswa berdiskusi untuk menentukan luas poligon tersebut,
kemudian mendiskusikan hasilnya dengan kelompok lain.
Jika terdapat perbedaan jawaban, siswa akan mencari tahu
strategi yang mereka gunakan.
Setiap kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas.
Siswa bersama guru bersama-sama membahas dua strategi
untuk mencari luas poligon tersebut.
Siswa mengerjakan latihan mencari luas poligon yang
terdapat di buku.
Siswa membandingkan cara yang mereka gunakan dengan
teman yang lain.
Penutup Siswa melakukan refleksi harian, apakah mereka telah
menerapkan rasa ingin tahu dan tekun.
Pengayaan
Siswa diberikan latihan tambahan soal problem solving
mencari luas bangun datar segi banyak (poligon) pada kertas
berpetak
Siswa bercerita pada orang tua tentang muatan listrik statis
dalam kehidupan.
Siswa diminta mengamati lingkungan sekitar rumah jika
terdapat rumah yang memasang penangkal petir pada atap
rumah mereka.
B. Penelitian yang relevan
Hasil penelitian Sumaryo tahun 2015, menunjukkan bahwa: 1) guru
memiliki sikap positif/baik tentang pendekatan saintifik; 2) guru Bahasa
Indonesia telah mengimplementasikan pendekatan saintifik meskipun masih
terdapat kekurangan; dan 3) kendala yang dihadapi guru Bahasa Indonesia di
depan kelas antara lain sarana prasarana masih kurang memadai, pemahaman
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 50
58
guru tentang pendekatan saintifik belum optimal dan mengalokasian 4 jam
pelajaran dalam seminggu dibuat 2 kali tatap muka.
Demikian halnya penelitian I Nyoman Sumayasa tahun 2015,
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh motivasi belajar Bahasa Indonesia
antara siswa yang mengikuti pelajaran dengan pendekatan saintifik dan siswa
yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada siswa Kelas VI
Gugus VI Kecamatan Abang, Karangasem adalah : 1) motivasi belajar siswa
yang mengikuti model pembelajaran saintifik (kelompok eksperimen)
hasilnya lebih baik daripada motivasi belajar siswa yang mengikuti model
pembelajaran konvensional (kelompok kontrol); 2) hasil belajar siswa yang
mengikuti model pembelajaran saintifik (kelompok eksperimen) hasilnya
lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional (kelompok kontrol); 3) motivasi dan hasil belajar siswa yang
mengikuti model pembelajaran saintifik (kelompok eksperimen) hasilnya
lebih baik daripada motivasi dan hasil belajar siswa yang mengikuti model
pembelajaran konvensional (kelompok kontrol).
Demikian pula, penelitian Rokhis Setiawati (2015: 73) menyatakan
bahwa pembelajaran pendekatan Scientific Learning pada materi konsep dan
pengelolaan koperasi mendapat respon positif dari siswa, mencapai hasil
belajar yang baik dan efektif terhadap hasil belajar siswa.
Sedangkan penelitian Ni Luh Gede, 2014 menunjukkan bahwa: 1)
dalam tahap perencanaan pembelajaran kelima kegiatan pokok pendekatan
saintifik direncanakan pada komponen langkah-langkah pembelajaran; 2)
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 51
59
dalam tahap pelaksanaan pembelajaran kelima kegiatan pokok pendekatan
saintifik tampak dalam kegiatan pembelajaran dan terlaksana dalam dua kali
pertemuan; 3) dalam tahap evaluasi pembelajaran penilaian meliputi penilaian
aspek pengetahuan dan keterampilan; dan 4) kendala-kendala yang dialami
guru adalah ketidaksesuaian antara waktu dengan cakupan materi
pembelajaran, serta contoh yang disajikan dalam buku pegangan siswa tidak
kontekstual.
C. Kerangka pikir
Pendekatan saintifik yang menjadi metode ilmiah dalam kurikulum
2013 harus dipahami dan dimengerti oleh guru, baik konsep maupun langkah-
langkah kerja pendekatan saintifik di kelas. Dengan demikian apabila guru
menguasai pendekatan saintifik dan mahir mengimplementasikan
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan baik, maka hasil pembelajaran akan
baik/positif. Demikian halnya sebaliknya bila guru kurang menguasai
pendekatan saintifik dan tidak mampu mengimplementasikan pembelajaran
Bahasa Indonesia, maka pembelajaran tidak berjalan dengan lancar dan
hasilnya tidak memuaskan atau tidak sesuai dengan ketentuan.
Oleh karena itu perlu penelitian untuk mengetahui seberapa baik
penguasaan guru terhadap pendekatan saintifik, bagaimana
mengimplementasikan pendekatan saintifik, dan hubungan penguasaan
pendekatan saintifik dengan implementasi pembelajaran Bahasa Indonesia di
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016
Page 52
60
Sekolah Dasar se-Kabupaten Cilacap dengan kerangka pikir pada tabel 2.1
sebagai berikut.
Bagan 2.1 Kerangka Pikir.
Pendekatan
Saintifik
Penguasaan
Guru
Implementasi
Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Hubungan Penguasaan Guru
dengan Implementasi
Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Posisi
Bahasa
Indonesia
Pemahaman dan Implementasi..., Sugeng Haryadi, Program Pascasarjana UMP, 2016