9 BAB II KAJIAN PUSTAKA Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan kondisi sangat kompleks, untuk memahami secara mendalam tentang kondisi cedera ligamen kolateral medial sendi lutut, maka perlu diketahui struktur jaringan spesifik, patologi cedera, dan mekanisme gangguan muskuloskeletal, dan penerapan pelaksanaan fisioterapi pada kondisi ini. 2.1 Anatomi Lutut Secara sekilas sendi lutut hanyalah sebuah sendi sederhana, tetapi sebenarnya sendi lutut adalah sendi yang terbesar dan sendi paling kompleks pada tubuh manusia. Sendi ini diklasifikasikan dalam synovial hinge joint dengan gerakan yang terjadi adalah fleksi dan ekstensi. Pada sendi lutut juga terdapat gerakan rotasi tetapi bukan rotasi murni yang dilakukan oleh sendi lutut tetapi merupakan kerjasama dengan sendi lain. Sendi lutut merupakan sendi yang memperoleh beban besar dengan gerakan yang luas, dan berfungsi sebagai pembentuk sikap tubuh, berperan dalam gerak weight transfer, dan dalam pergerakan seperti berjalan, berlari, melompat, menendang, mendorong, menarik dan lain sebagainnya (Higgins, 2011). Karena struktur dan fungsinya yang kompleks, maka sendi lutut memiliki susunan anatomis dan fungsi yang berbeda, sesuai dengan struktur pembentuknya. Oleh karena itu sendi lutut dapat disegmentasikan sebagai berikut:
53
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · Pada latihan isometrik banyak menimbulkan sisa metabolisme sehingga akan cepat menimbulkan kelelahan karena sirkulasi yang kurang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan kondisi sangat
kompleks, untuk memahami secara mendalam tentang kondisi cedera ligamen
kolateral medial sendi lutut, maka perlu diketahui struktur jaringan spesifik,
patologi cedera, dan mekanisme gangguan muskuloskeletal, dan penerapan
pelaksanaan fisioterapi pada kondisi ini.
2.1 Anatomi Lutut
Secara sekilas sendi lutut hanyalah sebuah sendi sederhana, tetapi
sebenarnya sendi lutut adalah sendi yang terbesar dan sendi paling kompleks
pada tubuh manusia. Sendi ini diklasifikasikan dalam synovial hinge joint
dengan gerakan yang terjadi adalah fleksi dan ekstensi. Pada sendi lutut juga
terdapat gerakan rotasi tetapi bukan rotasi murni yang dilakukan oleh sendi
lutut tetapi merupakan kerjasama dengan sendi lain. Sendi lutut merupakan
sendi yang memperoleh beban besar dengan gerakan yang luas, dan berfungsi
sebagai pembentuk sikap tubuh, berperan dalam gerak weight transfer, dan
dalam pergerakan seperti berjalan, berlari, melompat, menendang, mendorong,
menarik dan lain sebagainnya (Higgins, 2011).
Karena struktur dan fungsinya yang kompleks, maka sendi lutut
memiliki susunan anatomis dan fungsi yang berbeda, sesuai dengan struktur
pembentuknya. Oleh karena itu sendi lutut dapat disegmentasikan sebagai
berikut:
10
2.1.1 Tulang dan Sendi
Sendi lutut dibentuk oleh tiga tulang yaitu; tulang femur, tibia,
dan patella, mempunyai dua derajat kebebasan gerak serta dibentuk
oleh tiga persendian yaitu tibiofemoral joint, patellofemoral joint, dan
proksimal tibiofibular joint yang ditutupi oleh kapsul sendi (Syaifudin,
2013).
Tulang femur merupakan tulang terpanjang dan terberat dalam
tubuh, yang bertugas meneruskan berat tubuh dari tulang coxae ke tibia
sewaktu berdiri. Bagian proksimal dari tulang ini terdiri dari caput
femoris yang bersendi dengan acetabullum, collum femoris dan dua
trochanter major. Ujung distal tulang femur berakhir menjadi dua
condylus yaitu epicondylus medialis dan epicondylus lateralis yang
bersendi dengan tibia (Pearce, 2011).
Tulang tibia yang besar merupakan tulang kuat satu-satunya
yang menghubungkan antara femur dengan pergelangan kaki dan
tulang-tulang kaki, serta merupakan tulang penyangga beban. Bagian
proksimal tulang ini bersendi dengan condylus femur dan bagian distal
bersendi dengan talus (Syaifudin, 2013).
Tibiofemoral joint merupakan sendi dengan jenis sinovial hinge
joint (sendi engsel) yang mempunyai dua derajat kebebasan gerak.
Sendi tibiofemoral dibentuk oleh condylus medialis dan condylus
lateralis tibia serta condylus femoris. Sendi ini mempunyai permukaan
11
yang tidak rata yang dilapisi oleh lapisan tulang rawan yang relatif tebal
dan meniscus (Pearce, 2011).
Patella merupakan tulang sesamoid terbesar pada tubuh
manusia. Tulang ini berbentuk segitiga yang basisnya menghadap ke
proksimal dan apex/puncaknya menghadap ke distal. Tulang ini
mempunyai dua permukaan, yang pertama menghadap ke sendi (facies
articularis) dengan femur dan yang kedua menghadap kedepan (facies
anterior). Facies anterior dapat dibagi menjadi tiga bagian dan
bergabung dengan tendon quadriceps. Pada sepertiga atas merupakan
tempat perlekatan tendon quadriceps, pada sepertiga tengah merupakan
tempat beradanya saluran vascular dan pada sepertiga bawah termasuk
apex merupakan tempat awal ligamentum patella. Patellofemoral joint
merupakan sendi dengan jenis modified plane jointdan terletak diantara
tulang femur dan patella. Sendi ini berfungsi membantu mekanisme
kerja dan mengurangi friction quadriceps. Proksimal tibio fibular joint
merupakan sendi dengan jenis plane sinovial joint yang dibentuk antara
caput fibula dengan tibia. Dilihat dari segi fungsional sendi ini lebih
cenderung termasuk ke dalam persendian ankle karena pergerakan yang
terjadi di lutut merupakan pengaruh gerak ankle ke arah cranial-dorsal
(Syaifudin, 2013).
12
2.1.2 Muskular
Jaringan otot ditandai oleh adanya myofibril yang dibentuk dari
myofilamen pada sel-sel yang memanjang. Myofibril ini berperan
terhadap kontraksi sel-sel otot. Myofibril ini terbagi dalam beberapa
filamen atau serat dan filamen-filamen tersebut terbentuk dari protein-
protein kontraktil, antara lain myosin, actin, tropomyosin, dan troponin.
Filamen-filamen yang tersusun dari protein kontraktil dibagi dalam dua
jenis yaitu filamen tipis dan filamen tebal. Filamen tipis tersusun dari
actin, tropomyosin dan troponin, sedangkan filamen tebal tersusun dari
myosin dengan diameter kurang lebih dua kali diameter filamen tipis
(Pearce, 2011).
1. Tipe serabut otot
Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar
strukturnya dan ciri-ciri fisiologisnya : Yaitu otot polos, otot bercorak /
lurik dan otot jantung. Dimana otot-otot penggerak adalah jenis otot
bercorak. Otot bercorak sendiri terbagi menjadi dua tipe berdasarkan
serabut ototnya (Guyton and Hall, 1997)
2. Kelompok otot-otot.
Ada banyak otot yang terdapat disekitar sendi lutut. Meskipun
ada di antara otot-otot itu yang tidak berperan langsung sebagai
penggerak sendi lutut namun otot-otot itu berfungsi sebagai stabilisasi
dinamik. Sesuai dengan osteo kinematiknya, otot penggerak sendi lutut
dibagi dalam kelompok fleksor dan kelompok ekstensor.
13
1) Kelompok Otot Fleksor
Grup otot fleksor terdiri dari M. Hamstring, juga
terdapat m. Gracilis, m. Sartorius dan otot yang membantu
gerak fleksi lutut yakni m. Plantaris dan m. Gastrocnemius
pada tungkai bawah. M. Hamstring merupakan otot
penggerak utama dari fleksi lutut yang memiliki 3 otot yakn
m. biceps femoris pada bagian lateral, serta m. Semi
membranosus pada bagian tengah, dan m. Semitendinosus
pada bagian medial (Safirin Arifin dan Sriyani, 2013).
Lingkup gerak sendi saat aktif fleksi adalah 140º dan
120º jika hip dalam keadaan ekstensi. Saat pasif fleksi dapat
mencapai 160º dimana tumit dapat menyentuh bokong
(Kapanji, 1987).
Gambar 2.1 : Otot-otot fleksor lutut
(Sumber : Guyton A.C and Hall J.E, 1997)
14
2) Kelompok Otot Ekstensor
Grup ekstensor lutut terdiri dari M. Quadriceps
femoris terdapat 4 otot yakni m. Rectus femoris, m. Vastus
medialis, m. Vastus lateralis, dan m. Vastus intermedius.
Grup otot ini berorigo pada Spina Iliaca Anterior
Superior (SIAS) pada pelvis berjalan ke bawah dan
berinsertio tuberositas tibia. Berfungsi sebagai ekstensor
menjadikan otot ini bekerja juga sebagai penopang tubuh saat
posisi tegak (Kisner and Colby, 2013). Ke 4 otot ini memiliki
tipikal otot yang berbeda. Rectus femoris merupakan otot tipe
I, m. Vastus medialis memiliki serabut tipe II, m. Vastus
lateral memiliki serabut tipe I dan m. intermedius merupakan
campuran antara serabut otot tipe I dan II.
Fungsi m. Vastus medialis pada sendi lutut disamping
berperan sebagai ekstensor sendi juga berperan dalam
menjaga stabilisasi posisi patella bersama–sama dengan
ligament.
Sendi patellofemoral. Otot ini bekerja optimal sebagai
ekstensor lutut pada 5º - 10º ekstensi lutut dan bila otot ini
dapat berfungsi dengan efisien bersama dengan ketiga otot
lainnya maka gerakan ekstensi penuh dapat dilakukan.
Lingkup gerak sendi saat ekstensi adalah 5º - 10º
hyperekstensi. Mengenai fungsi m.Vastus Medialis, literatur
15
lain menyatakan bahwa meskipun digambarkan sebagai
ekstensor lutut, studi anatomis dan elektromyograprafik oleh
Lieb dan Perry menyatakan bahwa otot tersebut tidak saja
sebagai ekstensor, tetapi sebagai suatu otot yang didesain
untuk mengontrol dan menyanggah patella selama gerakan
lutut” (Richardson, 1999).
Innervasi syaraf pada otot-otot sekitar sendi lutut
yaitu N. Sciaticus untuk grup M. Hamstring dan N. Femoralis
untuk grup M. Quadriceps Femoralis. N. Sciatic berasal dari
akar syaraf L5, S1–S2 sedangkan N. Femoralis berasal dari
akar syaraf L2– L4 (Guyton and Hall, 1997).
Gambar 2.2 : Otot-otot ekstensi lutut
(Sumber : Guyton A.C and Hall J.E, 1997)
16
3) Pes anserinus dan otot iliotibial band.
Otot ini berpengaruh pada stabilitas lutut, otot ini
membentang sejauh facies medialis tibiae yang berinsersio
bersama-sama dengan m.semi tendinosus dan m.sartorius
sebagai pes anserinus. Otot ini terletak paling medial,
langsung dibawah permukaan medial sendi lutut dan bila
paha di abduksikan tampak jelas gambaran lengkungnya.
Otot ini berfungsi sebagai adductor panggul dan bila lutut
difleksikan otot anserinus ini bersama-sama otot lain
berfungsi sebagai rotator medial tungkai bawah dan juga
penting mempertahankan secara aktif agar tidak terjadi genu
valgus. Sementara terusan dari m.gluteus maximus dan
m.tensor facia lata yang berasal dari spina iliaca anterior
superior membentang ke distalis sampai trochanter major
terus ke tractus iliotibialis berinsertio pada condylus lateralis
tibiae, otot ini berfungsi sebagai abductor dan juga sangat
penting mempertahankan secara aktif gerak berlebihan varus.
17
Gambar 2.3 : Otot iliotibial band dan pes anserinus
(Sumber : Guyton A.C and Hall J.E, 1997)
3. Jenis-jenis kontraksi otot
1) Isotonik
Kontraksi ini merupakan kontraksi otot dengan beban
konstan dan terjadi perubahan panjang otot. Pada kontraksi
isotonik dengan menggunakan beban dapat meningkatkan
kekuatan otot sepanjang ruang lingkup gerak sendi sehingga
kontraksi ini dapat digunakan dalam aktifitas bekerja. Selain itu
kontraksi isotonik dengan beban juga dapat menimbulkan
hipertrofi otot, pelebaran kapiler yang menyebabkan peredaran
darah meningkat sehingga tidak cepat menimbulkan kelelahan.
Pada kontraksi isotonik koordinasi neuromuscular dapat
dihasilkan lebih baik karena innervasi pada nerve-mus cle lebih
kompleks, dengan kata lain pada kontraksi isotonik lebih
menerapkan prinsip motor performance.(Jensen, et al., 2009).
18
2) Eksentrik
Kontraksi otot dimana kedua ujung/perlekatan otot
(origoinsertio) saling menjauh, atau otot dalam keadaan
memanjang.
3) Kosentrik
Kontraksi otot dimana kedua ujung atau perlekatan otot
(origo-insertio) saling mendekat atau otot dalam keadaan
memendek (Kapanji, 1987).
4) Isometrik atau statik kontraksi.
Kontraksi otot dimana tidak terjadi perubahan panjang
otot dengan beban dapat berubah-ubah. Isometrik juga sering
disebut statik kontraksi yaitu kontraksi otot dimana sendi dalam
keadaan stastis. Pada kontraksi isometrik terjadi: Resiprocal
innervation (Reserve Innervation) yaitu kelompok otot agonis
berkontraksi maka akan diikuti oleh rileksasi pada kelompok
otot antagonisnya. Pada latihan isometrik banyak menimbulkan
sisa metabolisme sehingga akan cepat menimbulkan kelelahan
karena sirkulasi yang kurang bagus, yaitu akibat adanya proses
pumping action yang meningkatkan sistem sirkulasi darah
sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah akibat adanya
tekanan dari kontraksi otot yang menyebabkan metabolisme
menurun dan dapat mengakibatkan ischemic (Kapanji, 1987).
19
2.1.3 Vaskularisasi dan Persarafan Sendi Lutut
Lutut mendapat suplai darah dari artery poplitea yang
merupakan terusan dari artery iliac external yang menjadi artery
femoralis di daerah proximal paha. Artery femoralis berjalan menuju
ke arah posterior lutut dan menjadi artery poplitea.
Untuk persarafan, sendi lutut dikelilingi oleh otot-otot yang
mendapat persarafan dari serabut-serabut saraf yang juga
mempersarafi anggota gerak bawah. Ada nervus femoralis dan nervus
obturator yang berasal dari plexus lumbosacral dan menginervasi sisi
depan dan anteromedial paha.
2.1.4 Ligamen
Untuk fungsi stabilisasi pasif sendi lutut dilakukan oleh
ligamen. Ligamen-ligamen yang terdapat pada sendi lutut adalah
ligamen cruciatum yang dibagi menjadi dua yaitu ligamen cruciatum
anterior dan ligamen cruciatum posterior, ligamen collateral yang juga
dibagi menjadi dua bagian yaitu ligamen collateral medial dan ligamen
collateral lateral, ligamen patellaris, ligamen poplitea oblique dan
ligamen transversal.
Ligamen cruciatum merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut
meskipun tidak menutupi kapsul sendi. Dinamakan ligamen cruciatum
karena saling menyilang antara satu dengan yang lain. Ligamen ini
berada pada bagian depan dan belakang sesuai dengan perlekatan pada
tibia. Fungsi ligamen ini adalah menjaga gerakan pada sendi lutut,
20
membatasi gerakan ekstensi, dan mencegah gerakan rotasi pada posisi
ekstensi, juga menjaga gerakan slide ke depan dan belakang femur pada
tibia dan sebagai stabilisasi bagian depan dan belakang sendi lutut (Putz
and Pabst, 2008).
Ligamen crusiatum anterior membentang dari bagian anterior
fossa intercondyloid tibia melekat pada bagian lateral condylus femur
yang berfungsi untuk mencegah gerakan slide tibia ke anterior terhadap
femur, menahan eksorotasi tibia pada saat fleksi lutut, mencegah
hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling dan gliding sendi lutut
(Putz and Pabst, 2008).
Ligamen crusiatum posterior merupakan ligamen yang lebih
pendek tetapi lebih kuat dibanding dengan ligamen cruciatum anterior.
Ligamen ini berbentuk kipas membentang dari bagian posterior tibia ke
bagian depan atas dari fossa intercondyloid tibia dan melekat pada
bagian luar depan condylus medialis femur. Ligamen ini berfungsi
untuk mengontrol gerakan slide tibia ke belakang terhadap femur,
mencegah hiperekstensi lutut dan memelihara stabilitas sendi lutut
(Putz and Pabst, 2008).
Ligamen collateral medial merupakan ligamen yang lebar,
datar, dan membranosus bandnya terletak pada sisi tengah sendi lutut.
Ligamen ini terletak lebih posterior di permukaan medial sendi
tibiofemoral, yang melekat di atas epicondylus medial femur di bawah
tuberculum adductor dan ke bawah menuju condylus medial tibia serta
21
pada medial meniscus. Seluruh ligamen collateral medial menegang
pada gerakan penuh ROM ekstensi lutut, ligament kolateral medial ini
juga melekat pada meniscus medialis. Ligamen ini sering mengalami
cedera, cedera ligamen ini sering menyertai cedera meniscus medialis
dan fungsinya untuk menjaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan
ke arah luar (Putz and Pabst, 2008).
Ligamen collateral lateral merupakan ligamen yang kuat dan
melekat diatas ke belakang epicondylus femur dan dibawah permukaan
luar caput fibula. Fungsi ligamen ini adalah untuk mengawasi gerakan
ekstensi dan mencegah gerakan ke arah medial. Dalam gerak fleksi
lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut (Putz and Pabst, 2008).
Ligamen patellaris merupakan ligamen kuat dan datar yang
melekat pada lower margin patella dengan tuberositas tibia, dan
melewati bagian depan atas patella dan serabut superficial yang
berlanjut pada pusat serabut pada tendon quadriceps femoris (Putz and
Pabst, 2008).
Ligamen popliteal oblique merupakan ligamen yang lebar dan
datar. Menutupi bagian belakang sendi dan melekat diatas upper
margin fossa intercondyloid dan permukaan belakang femur dan
dibawah margin posterior caput tibia. Pada bagian tengah terpadu
dengan tendon otot semimembranosus dan bagian luar dengan lateral
head otot gastrocnemius.
22
Ligamen ini juga berfungsi untuk mencegah hiperekstensi lutut
(Putz and Pabst, 2008). Ligamen transversal merupakan ligamen yang
pendek dan tipis dan berhubungan dengan margin convex depan
meniscus lateral dan ujung depan meniscus medial. Selain itu terdapat
tractus iliotibial yang berfungsi seperti ligamen yang menghubungkan
crista illiaca dengan condylus lateral femur dan tuberculum lateral
tibia. Pada sendi lutut tractus iliotibial berfungsi untuk stabilisasi
ligamen antara condylus lateral femur dengan tibia.
Gambar 2.4 : Ligament-ligament sendi lutut
(Sumber : Guyton A.C and Hall J.E, 1997)
2.1.5 Meniscus
Meniscus terdiri jaringan penyambung dengan bahan-bahan
serabut kolagen yang juga mengandung sel-sel seperti tulang rawan.
Meniscus ini disuplai oleh pembuluh darah dari A. genu inferior dan A.
23
genu medial, bersama-sama membentuk arcade arteria perimeniscus
marginalis. Meniscus ini dibagi menjadi 2 : Meniscus medialis
berbentuk semi sirkularis (setengah lingkaran) dan bersatu dengan
ligamentum collaterale tibiale. Meniscus medialis lebih lebar di
posterior daripada anterior, karena itu crus anterior lebih tipis dari pada
crus anterior. Meniscus lateralis hampir berbentuk sirkular (lingkaran).
Meniscus lateral lebih mudah bergerak daripada meniscus medial dan
meniscus ini tidak menyatu dengan ligamentum collateral fibulare oleh
karena itu ini kurang mendapat regangan pada bermacam-macam
gerakan.
Gambar 2.5 : meniscus
(Sumber : Guyton A.C and Hall J.E, 1997)
2.1.6 Biomekanik Sendi Lutut
Sendi lutut mempunyai dua derajat kebebasan gerak yaitu fleksi
dan ekstensi pada bidang sagital dengan sumbu gerak medial lateral
24
dan rotasi pada bidang transversal atau longitudinal dengan sumbu
gerak vertikal.
Nilai ROM gerak fleksi dari 120° sampai 150° tergantung pada
ukuran massa otot pada betis yang kontak dengan bagian posterior
paha. Pada pria normal yang berusia 18 bulan sampai 54 tahun, Boone
dan Azen (1979) meneliti bahwa nilai ROM rata-rata gerakan fleksi
adalah 143° (SD = 5,4). Ketika hip ekstensi, ROM fleksi knee
berkurang karena keterbatasan pada otot rectus femoris yang bagian
proksimalnya berada pada spina iliaca anterior inferior. Hiperekstensi
minimal dan tidak normal ketika mencapai 15°.
Secara normal ketika lutut bergerak ke arah ekstensi, terjadi
gerakan eksternal rotasi sekitar 20° dimana femur terfiksir. Gerakan
yang dapat diamati pada akhir 20° ekstensi lutut dinamakan terminal
rotasi lutut atau screw home mechanism. Ini merupakan gerakan yang
terjadi baik pada gerakan ekstensi lutut secara aktif atau pasif dan tidak
dapat dihasilkan atau dicegah secara volunter. Pada gerakan dengan
closed-chain seperti saat berdiri dari kursi, terminal rotasi terjadi pada
internal rotasi femur pada tibia yang terfiksir.
Mekanisme ini memberikan stabilitas mekanik untuk menahan
tekanan yang timbul pada bidang sagital. Juga untuk mempertahankan
posisi tegak tanpa kontraksi otot quadriceps dan menahan tekanan
depan-belakang ketika ekstensi lutut ketika kekuatan otot berkurang.
25
Meskipun nilai terminal rotasi pada lutut kecil seperti pada rotasi aksial