14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Stewardship Pandangan masyarakat secara umum terhadap ilmu akuntansi nampaknya masih dalam tatanan konsep fundamental yaitu akuntansi sebagai sebuah proses mencatat, meringkas, pemeriksaan (auditing), pelaporan keuangan dalam lingkup aktivitas perusahaan yang didominasi oleh organisasi profit. Teori akuntansi telah merambah ke berbagai disiplin ilmu antara lain seperti sosiologi, psikologi, teknologi informasi, manajemen, dan sebagainya, hal ini disebabkan oleh perkembangan bisnis yang demikian pesat dalam bidang teknologi dan perubahan di seluruh kehidupan dengan isu global ikut serta menyebabkan akuntansi masuk ke dimensi lain dari disiplinnya. Perkembangan teori akuntansi belakangan ini tidak hanya pada ilmu ekonomi dan manajemen saja. Ilmu akuntansi terus berusaha untuk menyiapkan diri dan mengantisipasi tantangan-tantangan serta kebutuhan yang dituntut oleh pemakainya. Berangkat dari perkembangan ilmu akuntansi yang tidak hanya terpaku pada manajemen dan ilmu-ilmu ekonomi, penelitian ini memberikan sebuah uraian/diskripsi dan menampilkan kajian mengenai konsep pengelolaan organisasi
41
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/12985/3/bab 2 pak dadan.pdfDalam teori stewardship manajer akan berperilaku sesuai ... manajer segmen sering
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori Stewardship
Pandangan masyarakat secara umum terhadap ilmu akuntansi nampaknya
masih dalam tatanan konsep fundamental yaitu akuntansi sebagai sebuah proses
mencatat, meringkas, pemeriksaan (auditing), pelaporan keuangan dalam lingkup
aktivitas perusahaan yang didominasi oleh organisasi profit. Teori akuntansi telah
merambah ke berbagai disiplin ilmu antara lain seperti sosiologi, psikologi,
teknologi informasi, manajemen, dan sebagainya, hal ini disebabkan oleh
perkembangan bisnis yang demikian pesat dalam bidang teknologi dan perubahan
di seluruh kehidupan dengan isu global ikut serta menyebabkan akuntansi masuk
ke dimensi lain dari disiplinnya. Perkembangan teori akuntansi belakangan ini
tidak hanya pada ilmu ekonomi dan manajemen saja. Ilmu akuntansi terus
berusaha untuk menyiapkan diri dan mengantisipasi tantangan-tantangan serta
kebutuhan yang dituntut oleh pemakainya.
Berangkat dari perkembangan ilmu akuntansi yang tidak hanya terpaku
pada manajemen dan ilmu-ilmu ekonomi, penelitian ini memberikan sebuah
uraian/diskripsi dan menampilkan kajian mengenai konsep pengelolaan organisasi
15
ditinjau dalam perspektif akuntansi manajemen dengan pendekatan Stewardship
Theory. Menurut Donaldson & Davis (1991) dalam Eko Raharjo (2007) Teori
Stewardship mempunyai akar psikologi dan sosiologi yang didesain untuk
menjelaskan situasi dimana manajer sebagai steward dan bertindak sesuai
kepentingan pemilik. Dalam teori stewardship manajer akan berperilaku sesuai
kepentingan bersama. Ketika kepentingan steward dan pemilik tidak sama,
steward akan berusaha bekerja sama daripada menentangnya, karena steward
merasa kepentingan bersama dan berperilaku sesuai dengan perilaku pemilik
merupakan pertimbangan yang rasional karena steward lebih melihat pada usaha
untuk mencapai tujuan organisasi. Teori stewardship mengasumsikan hubungan
yang kiat antara kesuksesan organisasi dengan kepuasan pemilik. Steward akan
melindungi dan memaksimalkan kekayaan organisasi dengan kinerja perusahaan,
sehingga dengan demikian fungsi utilitas akan maksimal. Asumsi penting dari
stewardship adalah manajer meluruskan tujuan sesuai dengan tujuan pemilik.
Namun demikian tidak berarti steward tidak mempunyai kebutuhan hidup.
Teori stewardship menggambarkan situasi dimana manajemen tidaklah
termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil
utama mereka untuk kepentingan organisasi. Teori tersebut mengasumsikan
adanya hubungan yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi.
Kesuksesan organisasi menggambarkan maksimalisasi utilitas kelompok
principals dan manajemen. Maksimalisasi utilitas kelompok ini pada akhirnya
akan memaksimumkan kepentingan individu yang ada dalam kelompok organisasi
tersebut.
16
2.1.2 Desentralisasi
2.1.2.1 Pengertian Desentralisasi
Menurut Hansen dan Mowen yang dialih bahasakan oleh Dany Arnos
Kwary (2015:543) desentralisasi diartikan sebagai praktik pendelegasian
wewenang pengambilan keputusan kepada jengjang yang lebih rendah.
Sedangkan menurut Heller dan Yulk(1989) dalam Narti W dan Sugeng S
(2009):
“Desentralisasi merupakan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
kepada para manajer. Tingkat pendelegasian itu sendiri menunjukkan
sampai seberapa jauh manajemen yang lebih tinggi mengizinkan
manajemen yang lebih rendah untuk membuat kebijakan secara
independen“.
T. Hani Handoko (2009:229) mengemukakan: “Desentralisasi merupakan
penyebaran atau pelimpahan secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan
ketingkat-tingkat organisasi yang lebih rendah”. Sedangkan menurut Henry
Simamora (2005:35) desentralisasi adalah delegasi otoritas/wewenang
pengambilan keputusan kepada jajaran manajemen yang lebih rendah di dalam
sebuah organisasi.
Pengertian desentralisasi menurut Yuni (2013:39) yakni:
“Desentralisasi merupakan seberapa besar wewenang yang diperoleh oleh
unit kegiatan kerja dengan dan pengambilan keputusan dalam masalah
keuangan, operasional, peningkatan mutu pegawai, pengalihan atau
alokasi rekening maupun sumber daya manusia”.
Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa desentralisasi merupakan
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab manajer yang didelegasian oleh
manajemen puncak kepada manajemen wewenang eksekutif yang lebih rendah
17
untuk membuat seuatu keputusan ketingkatan-tingkatan organisasi yang ada di
dalam perusahaan itu sendiri. Dengan kata lain pendelegasian wewenang itu
akan membantu meringankan beban manajemen yang lebih tinggi.
2.1.2.2 Alasan-Alasan Melakukan Desentralisasi
Terdapat empat alasan perusahaan melakukan desentralisasi menurut
Hansen & Mowen yang dialih bahasakan oleh Dany Arnos Kwary dan Dewi
(2013:549) yaitu:
1. Mengumpulkan dan menggunakan informasi lokal, karena pada
perusahaan yang mempunyai wilayah dan pasar yang berbeda membuat
manajer puncak (pusat) tidak memahami kondisi lokal. Manajemen yang
lebih rendah berhubungan dekat dengan kondisi pengoperasian dan lebih
mempunyai akses untuk memperoleh informasi okal, dan pada umumnya
manajer segmen sering lebih unggul dalam membuat keputusan yang lebih
baik.
2. Memfokuskan manajemen pusat, dengan mendesentralisasikan keputusan-
keputusan operasional, manajemen pusat bebas menangani perencanaan
dan pengambilan keputusan strategi. Keberlangsungan jangka panjang dari
perusahaan harus lebih penting bagi manajemen pusat daripada
operasional.
3. Melatih dan memotivasi para manajer, promosi yang sering dilupakan oleh
perusahaan bagi para manajer-manajer segmen ketingkat yang lebih tinggi
membutuhkan suatu kondisi yang kondusif bagi mereka dalam
mempersiapkan diri dengan keterambilan manajerialnya. Pelimpahan
kewenangan dalam keterampilan manajerial bagi para manajer segmen.
4. Meningkatan daya saing. Desentalisasi memberikan keleluasaan manajer
segmen untuk bersaing secara internal maupun dengan kompetitor
eksternal. Persaingan tersebut tentu saja persaingan yang sehat, sehingga
dapat meningkatkan daya saing secara keseluruhan.
18
2.1.2.3 Unit-unit Desentralisasi
Menurut Hansen dan Mowen yang dialihbahasakan oleh Dany Arnos
Kwary dan Dewi (2009:560) perwujudan desentralisasi biasanya melalui unit-
unit yang disebut divisi. Ada beberapa cara untuk menanamkan suatu divisi yang
dapat membedakan suatu divisi dengan divisi lainnya, antara lain:
1. Divisi dibedakan berdasarkan jenis barang atau jasa yang dihasilkan;
2. Divisi dibedakan berdasarkan garis geografis;
3. Divisi dibedakan berdasarkan jenis pertanggungjawaban pusat biaya;
pusat pendapatan, pusat laba dan pusat investigasi.
2.1.2.4 Keunggulan Desentralisasi
Desentralisasi memiliki beberapa keunggulan menurut Garrison & Norren
yang dialihbahasakan oleh Nuri Hinduan dan Edward Tanu Jaya (2007:239)
keunggulan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manajemen puncak dibebaskan atau diringankan dari pemecahan berbagai
persoalan hari ke hari yang lebih banyak dan dapat lebih berkonsentrasi
pada strategi, dan pada kegiatan-kegiatan organisasi.
2. Desentralisasi dapat memberikan peluang manajer-manajer yang lebih
rendah untuk memperoleh pengalaman-pengalaman pokok dalam
pengambilan keputusan. Tanpa pengalaman yang seperti itu mereka akan
mengalami kesulitan-kesulitan jika akan dipromosikan kejenjang yang
lebih tinggi.
3. Menambahkan tanggung jawab dan wewenang pembuatan keputusan yang
sering kali dapat mengakibatkan bertambahnya kepuasan atas hasil kerja
yang telah dilakukan. Hal tersebut membuat pekerjaan lebih menarik dan
memberikan insentif yang lebih besar agar orang-orang tersebut terpacu
untuk mengeluarkan usaha-usaha terbaik mereka.
4. Manajer-manajer yang berada pada tingkat yang lebih rendah secara
umum memiliki informasi yang lebih rinci dan diperbaharui mengenai
kondisi-kondisi dalam bidang tanggung jawab mereka sendiri daripada
manajer puncak. Sebab keputusan-keputusan yang telah diambil oleh
manajer pada tingkat yang lebih rendah seringkali didasarkan pada
informasi yang lebih baik, sehingga dapat lebih tepat sasaran.
19
5. Sulit untuk mengevaluasi prestasi seorang manajer jika manajer tidak
banyak diberikan kebebasan, karena kemampuan yang dimilikinya tidak
dapat terlihat.
2.1.2.5 Kelemahan Desentralisasi
Desentralisasi juga memiliki beberapa kelemahan menurut Ray H Garrison
& Eric W Norren yang dialihbahasakan oleh Nuri Hinduan dan Edward Tanu Jaya
(2007:239), empat kelemahan utama desentralisasi adalah sebagai berikut:
1. Memungkinkan manajemen-manajemen pada tingkatan yang lebih rendah
untuk membuat keputusan-keputusan tanpa sepenuhnya memahami,
sedangkan manajer-manajer tingkat puncak biasanya memiliki informasi
yang lebih terperinci tentang operasi-operasi daripada manajer-manajer
pada tingkatan yang lebih rendah, manajer puncak biasanya memiliki lebih
banyak informasi tentang organisasi sebagai satu keseluruhan dan
mungkin memiliki suatu pemahaman yang lebih baik dari strategi
perusahaan. Situasi tersebut dapat dihindari sampai pada suatu lingkup
dengan penggunaan sistem informasi manajemen moderen yang dapat
memberikan informasi yang sama kepada setiap manajer yang sampai
pada CEO (Chief Executive Officer) dan manjer puncak lainnya.
2. Organisasi yang betul-betul terdesentralisasi, memungkinkan suatu
kekurangan koordinasi diantara manajer yang memiliki otonomi.
Permasalahan tersebut dapat dihindari dengan cara mendefinisikan strategi
perusahaan secara jelas dan mengkonsumsikannya secara efektif ke
seluruh organisasi.
3. Manajer pada tingkatan yang lebih rendah mungkin memiliki tujuan yang
berbeda dari tujuan perusahaan secara keseluruhan.
4. Manajemen yang sangat tersentralisasi, mungkin lebih sulit untuk secara
efektif menyebarkan gagasan-gagasan yang inovatif. Seseorang dalam
bagian organisasi mungkin memiliki suatu gagasan yang luar biasa yang
akan menguntungkan bagian-bagian lain dari organisasi, tetapi tanpa
adanya arahan.
2.1.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Desentralisasi
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi derajat desentralisasi menurut
T. Hani Handoko (2009:229) adalah sebagai berikut:
20
“1. Filsafat manajemen, banyak manajer puncak yang sangat otokratik dan
menginginkan pengawasan pusat yang kuat. Hal ini akan mempengaruhi
kesediaan manajemen untuk mendelegasikan wewenangnya.
2. Ukuran dan tingkat pertumbuhan organisasi, organisasi tidak mungkin
efisien bila semua wewenang pembuatan keputusan ada pada satu atau
beberapa manajer puncak saja. Suatu organisasi yang tumbuh semakin
besar dan kompleks, ada kecenderungan untuk meningkatkan
desentralisasi.
3. Strategi dan lingkungan organisasi, strategi organisasi akan mempengaruhi
tipe pasar, lingkungan teknologi, dan persaingan yang harus dihadapinya.
4. Penyebaran geografis organisasi, pada umumnya, semakin menyebar
satuan-satuan organisasi secara geografis, organisasi akan cenderung
melakukan desentralisasi, karena pembuatan keputusan akan lebih sesuai
dengan kondisi lokal masing-masing.
5. Tersedianya peralatan pengawasan yang efektif, organisasi yang
kekurangan peralatan-peralatan efektif untuk melakukan pengawasan
satuan-satuan tingkat bawah akan cenderung melakukan sentralisasi bila
manajemen tidak dapat dengan mudah memonitor pelaksanaan kerja
bawahanya.
6. Kualitas manajer, desentralisasi memerlukan lebih banyak manajer-
manajer yang berkualitas, karena mereka harus membuat keputusan
sendiri.
7. Keanekaragaman produk dan jasa, makin beranekaragam produk atau jasa
yang ditawarkan, organisasi cenderung melakukan desentralisasi, dan
sebaliknya semakin tidak beraneka-ragam, lebih cenderung sentralisasi.
8. Karakteristik-karakteristik organisasi lainya, seperti biaya dan resiko yang
berhubungan dengan pembuatan keputusan, sejarah pertumbuhan
organisasi, kemampuan manajemen bawah, dan sebagainya”.
2.1.2.7 Ciri-ciri Desentralisasi
Desentralisasi mempunyai ciri-ciri tertentu, adaptasi dari smith (1985) dalam
Yuli Ramli (2007:26) berikut ini:
a. Penyerahan wewenang untuk melaksanakan fungsi perusahaan tertentu
dari manajer atas kepada manajer di bawahnya. Fungsi-fungsi perusahaan
yaitu fungsi operasi (pembelian dan produksi, pemasaran, keuangan,
21
personalia, akuntansi, administrasi, teknologi informasi/komputerisasi,
transformasi dan komunikasi, pelayanan umum, hukum/humas) dan fungsi
manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian). Bila dua fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik,
perusahaan akan dapat menjalankan operasinya dengan lancar,
terkoordinasi, terintegritas dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
b. Fungsi yang diserahkan dapat dirinci atau merupakan fungsi yang tersisa
(residual functions).
c. Penerima wewenang manajer yang lebih rendah.
d. Penyerahan wewenang berarti wewenang untuk menetapkan dan
melaksanakan kebijakan: wewenang mengatur dan mengurus (regelling
enbestuur) kepentingan bersifat lokal.
e. Wewenang mengatur adalah wewenang untuk menetapkan perkara yang
berlaku umum dan bersifat abstrak.
f. Wewenang mengurus adalah wewenang untuk menetapkan perkara yang
bersifat individual dan konkrit (beschikking, acte administrative,
verwaltungsakt).
g. Menunjukan pola hubungan antar organisasi.
h. Menciptakan political variety dan diversity of structure dalam sistem
perusahaan.
22
2.1.3 Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen
2.1.3.1 Pengertian Kualitas
Terdapat beberapa pengertian kualitas sebagai berikut ini:
1. W. Edwards Deming “Kulitas adalah pemecahan masalah untuk
mencapai penyempurnaan terus-menerus”.
2. Westinghaous “Kualitas adalah performa kerja yang dapat memenuhi
keinginan customer secara cepat dan tepat”.
3. Kualitas atau mutu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
(2002:603) adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu.
2.1.3.2 Informasi
2.1.3.2.1 Pengertian Informasi
Azhar Susanto (2007:40) mengemukakan pengertian informasi sebagai:
“... hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat.” Sedangkan
menurut Mulyadi (2001:11) bila informasi merupakan suatu fakta, data,
pengamatan, persepsi atau sesuatu yang lain yang menambah pengetahuan.
Lebih lanjut Rusman, Deni, dan Cepi (2011:79) menjelaskan bahwa:
Informasi adalah fakta atau apa pun yang dapat digunakan sebagai input dalam
menghasilkan informasi.
23
2.1.3.2.2 Jenis – Jenis Informasi
Engkos Kosasih (2006:131), mengemukakan jenis-jenis informasi
sebagai berikut:
“1. Informasi berdasarkan fungsi adalah informasi berdasarkan materi dan
kegunaan informasi. Informasi jenis ini antara lain adalah informasi yang
menambah pengetahuan dan informasi yang mengajari pembaca
(Informasi edukatif). informasi yang menambah pengetahuan, misalnya,
peristiwa-peristiwa bencana alam, pembangunan daerah, kegiatan
selebritis, dan sebagainya. Informasi edukatif contohnya tulisan teknik
belajar yang jitu, tips berbicara di depan umum, cara jitu menjadi
programmer komputer, dan sebagainya.
2. Informasi berdasarkan format penyajian adalah informasi berdasarkan
bentuk penyajian informasi. Informasi jenis ini, antara lain berupa foto,
karikatur, lukisan abstrak, dan tulisan teks.
3. Informasi berdasarkan lokasi peristiwa adalah informasi berdasarkan
lokasi peristiwa berlangsung, yaitu informasi dari dalam negeri dan
informasi dari luar negeri.
4. Informasi berdasarkan bidang kehidupan adalah informasi berdasarkan
bidang-bidang kehidupan yang ada, misalnya pendidikan, olahraga, musik,
sastra, budaya, dan iptek”.
2.1.3.2.3 Komponen-komponen informasi
Menurut Rusman, Deni, dan Cepi (2011:80), mengemukakan ada delapan
komponen informasi berdasarkan analisis pendekatan sistem informasi, yaitu:
“1. Root of information, yaitu komponen inti dari informasi yang berada
pada tahap keluaran pertama sebuah proses pengolahan data yang
biasanya disampaikan oleh orang pertama.
2. Bar of information, yaitu merupakan badan/batangnya dari informasi
yang disajikan dan memerlukan informasi pendukung, agar informasi
pertama/inti dapat dipahami secara utuh. Contohnya headline pada
surat kabar, agar lebih jelas maka pembaca harus membaca informasi
selanjutnya.
3. Branch of information, yaitu informasi yang dapat dipahami apabila
informasi sebelumnya telah dipahami. Misalnya kalau kita membaca
glosarium atau indeks pada sebuah buku.
24
4. Stick of information, yaitu komponen informasi yang sederhana dari
cabang informasi. Bentuk informasi ini biasanya berupa pengayaan
pengetahuan (enrichment), kedudukannya hanya sebagai pelengkap
(suplement) terhadap informasi yang ada.
5. Bud of information, yaitu komponen informasi yang sifatnya semi
mikro, namun keberadaannya sangat dibutuhkan, sehingga pada waktu
mendatang informasi ini akan berkembang dan dicari orang, misalnya
informasi tentang multiple intelligence, hypnoteaching, kurikulum
masa depan, pembelajaran abad ke-21, dan lainnya.
6. Leaf of information, yaitu merupakan informasi pelindung untuk
menjelaskan kondisi dan situasi ketika informasi itu muncul ke
permukaan, seperti informasi tentang prakiraan cuaca, prakiraan
kemarau panjang, dan prakiraan terjadinya gempa atau gerhana
matahari/bulan”.
Komponen-komponen informasi tersebut menjadi data yang sudah
diproses menjadi bentuk yang berguna bagi pemakainya, dan memiliki nilai pikir
yang nyata bagi pembuatan keputusan untuk prospek masa depan. Oleh karena
itu, data harus diproses dengan berbagai cara tertentu untuk menjadi informasi
dalam bentuk dan nilai yang berguna bagi pemakai.
2.1.3.3 Akuntansi Manjemen
2.1.3.3.1 Pengertian Akuntansi Manajemen
Pengertian akuntansi manajemen menurut Rudianto (2006:4) adalah sistem
alat, yakni jenis yang informasi yang dihasilkannya ditujukan kepada pihak-pihak
internal organisasi, seperti manajer keuangan, manajer produksi, manajer
pemasaran, dan sebagainya guna pengambilan keputusan internal organisasi.
Sedangkan menurut Darsono Prawironegoro (2008:2) akuntansi
manajemen adalah:
“Serangkaian tindakan dan proses yang bertujuan untuk mengatur dan
mengevaluasi kinerja dalam organisasi dengan menggunakan ukuran
kinerja keuangan dan kinerja non keuangan. selain itu juga akuntansi
25
manajemen juga berguna untuk membuat strategi dan rencana jangka
panjang”.
Menurut Mulyadi (2001:2) akuntansi manajemen adalah suatu informasi
keuangan yang dihasilkan oleh serangkaian metode akuntansi manajemen yang
digunakan oleh pengguna internal dalam suatu organisasi atau perusahaan.
2.1.3.3.2 Perbedaan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen
Menurut Firdaus Ahmad dan Wasilah Abdullah (2012:7) terdapat
beberapa perbedaan penting pada akuntansi keuangan dengan akuntansi
manajemen, diantaranya dapat dilihat sebagai berikut:
Table 2.1
Perbedaan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen