Top Banner
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Keterampilan Menulis Narasi a. Pengertian Keterampilan Keterampilan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau bidang tertentu jelas berbeda-beda. Keterampilan dapat diperoleh melalui proses belajar dan latihan yang berkesinambungan. Melalui keterampilan, seseorang akan mampu menghasilkan suatu pola pikir dan karya inovatif dengan penyelesaian yang efektif dan efisien. Keterampilan merupakan suatu kemampuan yang dikuasai seorang individu melalui proses yang bertahap dengan banyak latihan dan biasanya dipengaruhi oleh pengalaman. Seseorang dikatakan terampil apabila ia dapat melaksanakan kegiatan atau menyelesaikan suatu pekerjaan dengan cepat dan tepat. Keterampilan ini berkembang secara bertahap, dimulai dari yang sederhana, hingga yang kompleks. Pernyataan di atas didukung oleh pendapat beberapa ahli , antara lain, Soemarjadi, Ramanto, dan Zahri (2001: 2) mengemukakan bahwa terampil atau cekatan adalah kemampuan atau kepandaian seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Apabila seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan dengan cepat namun tidak benar, maka kemampuan tersebut bukan merupakan keterampilan. Demikian pula, apabila seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan dengan benar namun lambat, hal tersebut juga belum bisa dinamakan dengan keterampilan. Soemarjadi, dkk menekankan keterampilan pada kecepatan dan kebenaran seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Sementara itu, Syah (2014: 117) berpendapat bahwa keterampilan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot- otot (neuromuscular) yang biasanya tampak dalam kegiatan jasmaniah
32

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

Aug 22, 2019

Download

Documents

ngotu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Keterampilan Menulis Narasi

a. Pengertian Keterampilan

Keterampilan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau

bidang tertentu jelas berbeda-beda. Keterampilan dapat diperoleh melalui

proses belajar dan latihan yang berkesinambungan. Melalui keterampilan,

seseorang akan mampu menghasilkan suatu pola pikir dan karya inovatif

dengan penyelesaian yang efektif dan efisien.

Keterampilan merupakan suatu kemampuan yang dikuasai seorang

individu melalui proses yang bertahap dengan banyak latihan dan biasanya

dipengaruhi oleh pengalaman. Seseorang dikatakan terampil apabila ia

dapat melaksanakan kegiatan atau menyelesaikan suatu pekerjaan dengan

cepat dan tepat. Keterampilan ini berkembang secara bertahap, dimulai

dari yang sederhana, hingga yang kompleks.

Pernyataan di atas didukung oleh pendapat beberapa ahli , antara

lain, Soemarjadi, Ramanto, dan Zahri (2001: 2) mengemukakan bahwa

terampil atau cekatan adalah kemampuan atau kepandaian seseorang

dalam melakukan suatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Apabila

seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan dengan cepat namun tidak

benar, maka kemampuan tersebut bukan merupakan keterampilan.

Demikian pula, apabila seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan

dengan benar namun lambat, hal tersebut juga belum bisa dinamakan

dengan keterampilan. Soemarjadi, dkk menekankan keterampilan pada

kecepatan dan kebenaran seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan.

Sementara itu, Syah (2014: 117) berpendapat bahwa keterampilan

merupakan kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-

otot (neuromuscular) yang biasanya tampak dalam kegiatan jasmaniah

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

11

seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Pendapat dari Syah

ini lebih menitikberatkan pada bagaimana keterampilan itu merupakan

kegiatan yang dilakukan secara praktik dengan melibatkan urat-urat syaraf

dan otot. Melengkapi pendapat tersebut, Reber (1988) menyatakan bahwa

keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang

kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk

mencapai hasil tertentu (Syah 2014: 117). Dalam hal ini, keterampilan

bukan hanya gerakan motorik semata, melainkan juga pengejawantahan

fungsi mental yang bersifat kognitif. Senada dengan pendapat di atas,

Hamalik (2003: 173) mengartikan keterampilan sebagai serangkaian

gerakan otot untuk menyelesaikan tugas dengan berhasil. Untuk dapat

menyelesaikan tugas dengan berhasil diperlukan banyak latihan, tidak

hanya sekali namun berkali-kali. Selaras dengan pernyataan tersebut

Tarigan (2008: 1) menyatakan bahwa pemerolehan dan penguasaan

keterampilan hanya dapat dilakukan dengan jalan praktik dan banyak

pelatihan. Praktik menggambarkan bahwa keterampilan merupakan suatu

aktivitas jasmaniah, sedangkan pelatihan menjelaskan bahwa suatu

keterampilan dapat dikuasai apabila dilakukan secara berulang-ulang.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan

suatu pekerjaan dengan cepat dan tepat, melalui praktik, dan latihan yang

berkesinambungan.

b. Pengertian Menulis

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa

yang mendasar. Menulis merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh

setiap orang dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam seluruh

proses belajar yang dialami oleh siswa. Semi (2007: 14) berpendapat

bahwa menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan ide atau gagasan

ke dalam bentuk lambang-lambang tulisan yang dapat dilihat dan dapat

dipahami oleh pembaca. Menurutnya, menulis mempunyai tiga aspek

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

12

utama, yaitu tujuan yang akan dicapai, gagasan yang hendak

dikomunikasikan, sistem pemindahan gagasan berupa sistem bahasa

Senada dengan pendapat di atas, Andayani (2009: 29) mengatakan

bahwa menulis merupakan aktivitas melahirkan pikiran dan perasaan lewat

tulisan dengan memperhatikan aspek-aspek kebahasaan yang baik dan

benar sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Sementara itu, menurut

Dalman (2014: 3) menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa

penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan

menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Dalam hal ini

aktivitas menulis melibatkan beberapa unsur penting yaitu: a) penulis

sebagai penyampai pesan; b) isi tulisan; c) alat atau media; dan d)

penerima pesan/ pembaca. Karena menulis merupakan suatu kegiatan

komunikasi, maka diharapkan maksud dan tujuan dari pihak pengirim

pesan dapat dipahami dengan baik oleh pihak penerima pesan. Atau

dengan kata lain, maksud dan tujuan dari suatu tulisan dapat tersampaikan

dengan baik kepada pembacanya. Pendapat tersebut didukung oleh

pernyataan dari Tarigan (2008: 22) yang menyatakan menulis ialah

menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga

orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau

mereka memahami bahasa dan gambaran itu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

menulis adalah kegiatan penyampaian ide atau gagasan dalam bentuk

grafis atau tulisan sehingga dapat dipahami oleh pembaca.

c. Narasi

1) Pengertian Narasi

Narasi berasal dari kata to narrate, yang berarti bercerita.

Narasi merupakan suatu karangan yang menceritakan suatu peristiwa

secara kronologis. Artinya di dalam karangan narasi terdapat urut-

urutan waktu sesuai dengan kehidupan tokohnya. Pernyataan tersebut

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

13

didukung oleh pendapat Kusmana (2014: 71) yang mengemukakan

bahwa narasi adalah jenis karangan yang strukturnya disajikan dalam

bentuk rangkaian peristiwa atau kisah. Melengkapi pendapat tersebut,

Keraf (1982: 136) menyatakan narasi adalah suatu bentuk wacana

yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan

dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam kesatuan

waktu. Atau dengan kata lain narasi adalah suatu bentuk wacana yang

berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca

suatu peristiwa yang telah terjadi. Senada dengan pendapat di atas

Dalman (2014: 106) berpendapat bahwa narasi adalah cerita yang

berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak-

tanduk manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari

waktu ke waktu, juga di dalamnya terdapat tokoh yang menghadapi

suatu konflik yang disusun secara sistematis.

Avraamidou & Osborne (2010: 8) yang mengutip pernyataan

Chatman (1978) mengemukakan bahwa:

Narrative is basically a kind of text organization, and that

organization, that schema, needs to be actualized: in written

words, as in stories and novels; in spoken words combined

with the movement of actors imitating characters against sets

which imitate places, as in plays and films; in drawings; in

comic strips; in dance movements, as in narrative ballet and in

mime; and even in music.

(Narasi pada dasarnya adalah jenis organisasi teks, dan

pengorganisasiannya seperti skema yang perlu diaktualisasikan

dalam kata-kata tertulis seperti dalam cerita dan novel, dalam

kata-kata yang diucapkan, dikombinasikan dengan gerakan

aktor yang meniru karakter, seperti di drama dan film; dalam

gambar; di komik; dalam gerakan tari seperti dalam narasi

sendratari dan dalam aksi lawak; dan bahkan dalam musik.)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa narasi adalah suatu karangan yang menceritakan

tentang tindak-tanduk dan perbuatan tokoh dengan sejelas-jelasnya,

sistematis sesuai dengan urutan kejadiannya/ kronologis.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

14

2) Tujuan Menulis Narasi

Setiap tulisan mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Menurut

Dalman (2014:106), karangan narasi mempunyai tujuan sebagai

berikut:

a) Agar pembaca seolah-olah sudah menyaksikan atau

mengalami kejadian yang diceritakan; b) Berusaha

menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca

suatu peristiwa yang telah terjadi, serta menyampaikan amanat

terselubung kepada pembaca atau pendengar; c) Untuk

menggerakkan aspek emosi; d) Membentuk citra atau imajinasi

para pembaca; e) Memberikan informasi kepada pembaca dan

memperluas pengetahuan; f) Menyampaikan sebuah makna

kepada pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya.

Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari menulis narasi adalah

untuk menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca

tentang suatu peristiwa yang telah terjadi sehingga membawa

pembaca seolah-olah menyaksikan/ mengalami secara langsung

peristiwa yang diceritakan. Melalui penggambaran yang sejelas-

jelasnya ini akan menggerakan aspek emosi dan membentuk imajinasi

pembaca, sehingga makna dan amanat yang tersirat dalam cerita dapat

tersampaikan dengan baik.

3) Prinsip-prinsip Narasi

Dalam menulis narasi, terdapat prinsip-prinsip yang perlu

diperhatikan. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Suparno dan

Yunus (2007: 4. 39) yang menyatakan bahwa dalam menulis sebuah

karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai

tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi. Prinsip-prinsip

tersebut antara lain : a) Alur, yaitu rangkaian pola tindak-tanduk yang

berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi, dan

berusaha mengembalikan situasi narasi ke dalam keadaan yang

seimbang dan harmonis. Dengan demikian alur merupakan unsur

cerita yang sangat penting. Keraf (1982: 148) mengemukakan, alur

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

15

mengatur bagaimana keterkaitan antara peristiwa yang satu dengan

yang lainnya, bagaimana karakter tokoh yang tergambar dalam

tindakannya, dan bagaimana situasi dan perasaan tokoh yang terlibat

dalam tindakan-tindakan itu yang terikat dalam suatu kesatuan waktu;

b) Penokohan, salah satu ciri khas dari karangan narasi ialah

mengisahkan tokoh dalam suatu rangkaian peristiwa atau kejadian.

Tokoh ini merupakan pelaku dari tindak-tanduk yang diceritakan di

dalam cerita narasi; c) Latar, adalah tempat dan/atau waktu terjadinya

perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Latar dapat

digambarkan secara hidup-hidup dan terperinci, dapat pula

digambarkan secara sketsa, sesuai dengan fungsi dan perannya pada

tindak-tanduk yang berlangsung. Latar dapat menjadi unsur yang

penting dalam kaitannya dengan tindak tanduk yang terjadi, atau

hanya berperan sebagai unsur tambahan saja; d) Titik pandang,

merupakan prinsip yang mempersoalkan siapakah narator dalam

narasi itu, dan apa atau bagaimana relasinya dengan seluruh proses

tindak-tanduk karakter-karakter dalam narasi. Apa pun sudut pandang

yang dipilih pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita.

Sebab, watak dan pribadi si pencerita akan banyak menentukan cerita

yang dituturkan pada pembaca.

4) Ciri-ciri Karangan Narasi

Setiap karangan mempunyai karakter atau ciri-ciri tersendiri

yang membedakannya dengan jenis karangan yang lain. Menurut

Keraf (1982: 136), karangan narasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a) Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan; b) Dirangkai dalam

urutan waktu; c) Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang telah

terjadi. Maksudnya adalah tindak-tanduk apa saja yang dilakukan oleh

orang-orang atau tokoh-tokoh dalam cerita; d) Ada konflik, hal ini

dikarenakan narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak

akan menarik jika tidak ada konflik.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

16

Sementara itu, Semi (2007: 53) berpendapat bahwa ciri-ciri

karangan narasi adalah: a) Tulisan itu berisi cerita tentang kehidupan

manusia; b) Peristiwa kehidupan manusia yang diceritakan itu

merupakan kehidupan nyata, imajinasi, dan gabungan keduanya; c)

Cerita itu memiliki nilai keindahan, baik keindahan isinya maupun

penyajiannya; d) Di dalam peristiwa itu ada konflik, yaitu

pertentangan kepentingan, kemelut, atau kesenjangan antara harapan

dan kenyataan. Tanpa konflik cerita tidak akan menarik; e)

Menekankan susunan secara kronologis.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

ciri-ciri karangan narasi itu berisi suatu cerita tentang kehidupan tokoh

yang menekankan susunan secara kronologis dari waktu ke waktu dan

memiliki konflik yang menjadikan cerita itu menarik. Ciri-ciri inilah

yang membedakan karangan narasi dengan karangan yang lainnya.

5) Jenis-jenis Karangan Narasi

Keraf (1982: 136) berpendapat bahwa karangan narasi terdiri

dari dua jenis, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Adapun

penjelasannya sebagai berikut:

a) Narasi Ekspositoris

Narasi Ekspositoris adalah narasi yang memiliki sasaran

penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa

dengan tujuan memperluas pengetahuan tentang kisah seseorang.

Peristiwa yang disampaikan penulis pada karangan narasi

ekspositoris berdasarkan data yang sebenarnya dialami oleh tokoh,

tidak boleh fiktif dan tidak boleh bercampur dengan daya khayal

pengarangnya. Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah

pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan,

karena sasaran utamanya adalah rasio yang berupa perluasan

pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

17

Narasi ekspositoris dapat bersifat khas/ khusus dan

generalisasi. Narasi ekspositoris yang bersifat khusus adalah narasi

yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang

hanya terjadi satu kali dan tidak dapat diulang kembali karena

merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu

saja. Sedangkan narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi

adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang

dapat dilakukan siapa saja dan berulang-ulang sehingga seseorang

dapat memperoleh kemahiran mengenai hal itu. Contoh narasi

ekspositoris adalah biografi, autobiografi, kisah perjalanan

seseorang, kisah kepahlawanan, catatan harian, dsb.

b) Narasi Sugestif

Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk

memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat

terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga

tampak seolah-olah melihat. Dalam narasi sugestif pengarang

diizinkan menggunakan daya khayal yang dimiliki untuk

menghidupkan sebuah cerita. Hal ini dikarenakan tujuan utamanya

bukan lagi memperluas pengetahuan seseorang, melainkan

memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebgai suatu

pengalaman. Contoh narasi sugestif antara lain novel, roman,

cerpen, naskah drama, dsb.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat terlihat bahwa ada

perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Perbedaan

tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

18

Tabel 2.1 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif

No. Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif

1.

2.

3.

4.

Memperluas pengetahuan.

Menyampaikan informasi

mengenai suatu kejadian.

Didasarkan pada penalaran

untuk mencapai kesepakatan

rasional.

Bahasanya lebih condong ke

bahasa informatif dengan titik

berat pada penggunaan kata-

kata denotatif.

Menyampaikan makna/ amanat

yang tersirat.

Menimbulkan daya khayal.

Penalaran hanya berfungsi

sebagai alat untuk

menyampaikan makna,

sehingga kalau perlu penalaran

dapat dilanggar.

Bahasanya lebih condong ke

bahasa figuratif dengan

menitikberatkan penggunaan

kata-kata konotatif.

(Sumber: Keraf, 1982:138)

Berdasarkan perbedaan-perbedaan yang terlihat antara narasi

ekspositoris dan narasi sugestif, maka dalam penelitian ini peneliti

memilih jenis narasi ekspositoris untuk diterapkan pada pembelajaran

keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SDN Karangasem II No.

172 Surakarta.

6) Langkah-langkah Pengembangan Narasi

Untuk mempermudah pengembangan karangan narasi, berikut

ini disajikan langkah-langkah pengembangan dalam menulis karangan

narasi menurut Dalman (2014: 110) yakni meliputi : a) Menentukan

tema dan amanat yang akan disampaikan; b) Menetapkan sasaran

pembaca; c) Merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan

ditampilkan dalam bentuk skema alur; d) Membagi peristiwa utama ke

dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita; e) Merincikan

peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai

pendukung cerita; f) Menyusun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut

pandang.

7) Proses Menjadi Penulis Narasi yang Baik

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

19

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling

sulit jika dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya.

Hal ini disebabkan oleh kompleksitas kompetensi yang harus dikuasi

dalam keterampilan menulis. Pernyataan tersebut selaras dengan

pendapat Tangpermpoon (2008: 1) berpendapat “When compared with

other fundamental skills such as listening, speaking and reading,

writing is the most difficult skill because it requires writers to have a

great deal of lexical and syntactic knowledge...”. Inti dari pendapat

Tangpermpoon adalah ketika dibandingkan dengan keterampilan dasar

yang lainnya, seperti mendengarkan, berbicara dan membaca, menulis

adalah keterampilan yang paling sulit karena menuntut penulis untuk

memiliki banyak pengetahuan leksikal dan gramatikal. Pendapat

Tangpermpoon senada dengan pendapat dari Javed, Juan, & Nazli

(2013: 130), “The writing skill is more complicated than that of other

language skills. Advanced writing skill is one of the basic requirements

for better academic performance as well as other activities related to

writing presentation”. Maksudnya yakni keterampilan menulis lebih

rumit daripada keterampilan berbahasa yang lainnya. Pengembangan

keterampilan menulis adalah salah satu persyaratan dasar untuk hasil

akademik yang lebih baik maupun kegiatan-kegiatan lain yang

berhubungan dengan menulis.

Oleh karena itu, untuk menjadi seorang penulis narasi yang

baik, maka harus melalui sebuah proses yang dimulai dari hal

sederhana hingga yang paling kompleks. Proses yang pertama adalah

memahami pengertian menulis dan pengertian narasi. Dengan

pemahaman tersebut maka pebelajar akan fokus terhadap apa yang

seharusnya dilakukan. Pemahaman ini menjadi pedoman bagi

pebelajar tentang apa saja batasan-batasan dalam menulis. Kemudian

untuk menjadi penulis narasi yang baik, harus mempunyai kemampuan

awal yang meliputi pengetahuan dan wawasan yang luas seputar dunia

penulisan. Dengan pengetahuan dan wawasan yang dimiliki,

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

20

diharapkan pebelajar akan lebih siap dan terhindar dari kebingungan

ketika menulis. Kemampuan awal ini merupakan kemampuan dasar

bagi seorang penulis.

Pada dasarnya menulis merupakan suatu aktivitas, oleh karena

itu sangat dibutuhkan ketelatenan dan keuletan dalam berlatih. Dengan

banyak berlatih akan meningkatkan keterampilan pebelajar dalam

menulis. Latihan ini meliputi penggunaan ejaan dan tanda baca serta

penerapan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penguasaan

ejaan dan tanda baca serta penerapan tata bahasa dapat memberi

manfaat kepada pebelajar dalam kelancaran menulis sebuah topik atau

bahasan.

Tahap selanjutnya adalah tahap dimana pebelajar mulai

menulis dalam suatu kerangka, seperti latihan transformasi,

penggabungan kalimat, dan perluasan kalimat. Dalam tahap ini,

keterpaduan antarkalimat dan antarparagraf perlu diperhatikan.

Berikutnya, pebelajar melakukan kegiatan menulis terbimbing dan

bebas. Dalam menulis terbimbing, pebelajar mendapatkan masih

bimbingan baik dari ahli maupun dari aturan-aturan yang harus

diperhatikan. Sedangkan dalam menulis bebas, pebelajar sudah tidak

mendapatkan bimbingan. Karena dalam hal ini, pebelajar sudah

mampu untuk mengekspresikan tulisan sesuai dengan aturan-aturan

yang telah dipahami.

Berdasarkan beberapa tahapan yang telah disebutkan di atas,

maka dapat diambil tiga tahap utama dalam proses menjadi penulis

narasi yang baik yaitu perencanaan (planning), peninjauan kembali

(rescanning), dan perbaikan (revising). Pada tahap perencanaan

pebelajar mengumpulkan data dan informasi untuk membangun

kerangka karangan yang hendak ditulis. Kemudian pada tahap

peninjauan kembali, pebelajar memeriksa kembali hasil tulisannya.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan- kesalahan

yang dilakukan dalam penulisan. Dalam melakukan peninjauan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

21

kembali, pebelajar dapat memeriksa sendiri hasil tulisannya atau dapat

meminta bantuan orang lain. Terakhir adalah tahap perbaikan, di mana

pebelajar memperbaiki kesalahan- kesalahan yang terdapat dalam

tulisannya. Tahap ini perlu mendapat perhatian khusus karena sering

kali seorang penulis merasa malas untuk melakukan perbaikan

terhadap hasil tulisannya. Setelah melewati proses perencanaan,

peninjauan kembali, dan perbaikan maka seseorang dapat dikatakan

sebagai penulis narasi yang baik.

d. Keterampilan Menulis Narasi

1) Pengertian Keterampilan Menulis Narasi

Menurut Slamet (2014: 109) yang mengutip pernyataan Byrne

(1979), keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah

pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai

secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran dapat

dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Sementara itu, Dalman

(2014: 106) berpendapat bahwa narasi adalah cerita yang berusaha

menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak-tanduk manusia

dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu,

juga di dalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik yang

disusun secara sistematis. Jadi, keterampilan menulis narasi adalah

kemampuan seseorang dalam menuangkan ide dan gagasan dalam bahasa

tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan

jelas dengan tujuan untuk menceritakan tindak-tanduk manusia dalam

sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu secara

sistematis dan kronologis.

2) Pembelajaran Keterampilan Menulis Narasi di Sekolah Dasar

Sekolah dasar merupakan momentum awal bagi anak untuk

meningkatkan keterampilan dirinya. Salah satu keterampilan yang

diharapkan dimiliki oleh siswa dari sekolah dasar adalah keterampilan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

22

berbahasa yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan karena

bahasa merupakan modal terpenting bagi manusia. Dalam pembelajaran

bahasa Indonesia ada empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki

oleh siswa, diantaranya adalah keterampilan menulis.

Berdasarkan silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

2006 pembelajaran keterampilan menulis di sekolah dasar kelas IV

semester II mengacu pada standar kompetensi 8, dan pada kompetensi

dasar 8.1. Adapun penjabarannya dijelaskan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.2 SK dan KD Pembelajaran Menulis kelas IV

(Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2006)

Berkaitan dengan silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) 2006 di atas, dapat dilihat bahwa menyusun karangan merupakan

kompetensi dasar yang dipelajari di kelas IV. Oleh karena itu, penelitian

ini akan fokus meneliti keterampilan menulis terutama menulis karangan

narasi.

3) Indikator Keterampilan Menulis Narasi

Keberhasilan belajar merupakan prestasi siswa yang dicapai dalam

proses belajar mengajar. Untuk mengetahui keberhasilan tersebut ada

beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai tanda bahwa suatu proses

belajar mengajar dianggap berhasil atau tidak. Indikator merupakan acuan

untuk menentukan apakah siswa telah berhasil menguasai kompetensi.

Indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis

perbuatan atau pembentukan tingkah laku siswa. Salah satunya yaitu

dilihat dari keterampilan menulisnya. Keterampilan menulis adalah

kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

8. Mengungkapkan pikiran, pe-

rasaan, dan informasi secara

tertulis dalam bentuk

karangan, pengumuman, dan

pantun anak.

8.1 Menyusun karangan tentang

berbagai topik sederhana

degan memperhatikan peng-

gunaan ejaan (huruf besarm

tanda titik, tanda koma, dan

lain-lain).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

23

kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga

buah pikiran dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil.

Siswa dapat dikatakan berhasil dalam pembelajaran keterampilan menulis

apabila memenuhi indikator yang telah ditetapkan.

Adapun indikator yang dapat diterapkan dalam suatu karangan

menurut Dalman (2014: 103) antara lain : (a) Kesesuaian judul dengan isi

karangan; (b) Penggunaan dan penulisan ejaan; (c) Pilihan kata atau diksi;

(d) Struktur kalimat; (e) Keterpaduan antarparagraf; (f) Isi keseluruhan;

dan (g) Kerapian. Sementara itu, Nurgiyantoro mengemukakan bahwa

penilaian keterampilan menulis dapat menggunakan rubrik penilaian yang

mencakup lima indikator penilaian, yaitu indikator isi, organisasi,

kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik (2014: 441).

Dalam penelitian ini indikator-indikator keterampilan menulis yang

digunakan adalah menurut Nurgiyantoro. Namun, indikator-indikator ter-

sebut merupakan indikator keterampilan menulis karangan secara umum.

Jika indikator tersebut diterapkan pada keterampilan menulis karangan

narasi maka terdapat sedikit perbedaan yang disesuaikan dengan sifat dan

karakteristik dari karangan narasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 2. 3 Indikator Keterampilan Menulis Narasi

No. Indikator Penilaian

1. Isi Menceritakan tentang tindak-tanduk dan perbuatan

tokoh dengan sejelas-jelasnya, sistematis sesuai

dengan urutan kejadiannya

2. Organisasi Mengungkapkan gagasan/ ide dengan jelas,

penulisannya tertata dengan baik, urutannya logis

dan berkaitan satu dengan yang lain

3. Kosakata Menggunakan kosakata yang bervariasi dan

pemilihian kata/ diksi yang tepat.

4. Pengembang-

an bahasa

Kalimat yang digunakan harus efektif dan jelas

maknanya.

5. Mekanik Penguasaan aturan penulisan, penggunaan ejaan

dan tanda baca serta kerapian tulisan.

(Diadaptasi dari Nurgiyantoro, 2014: 441)

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

24

4) Penilaian Keterampilan Menulis Narasi

Untuk mengetahui apakah indikator yang ditetapkan telah dicapai

siswa, maka dilakukan penilaian pada saat pembelajaran berlangsung

maupun sesudahnya. Penilaian ini berhubungan dengan pengambilan ke-

putusan yang didasarkan pada nilai. Skor pengukuran hasil belajar menjadi

lebih bermakna dan dapat digunakan untuk mengambil keputusan jika

diubah menjadi nilai. Penilaian menulis dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu secara holistik dan per aspek. Penilaian holistik yang dimaksud

berupa penilaian menulis yang dilakukan secara utuh, tanpa melihat

bagian-bagiannya. Teknik penilaian ini lebih bersifat impresif

(berdasarkan kesan penilai). Sedangkan penilaian per aspek dilakukan

dengan cara menilai bagian-bagian karangan, misalnya: struktur tata

bahasa yang digunakan, pemilihan kata/ diksi, penggunaan tanfa baca dan

ejaan, organisasi ide, gaya penulisan, serta kekuatan argumentasi yang

disajikan. Hasil akhir penilaian ini adalah gabungan dari hasil penilaian

masing-masing aspek (Rofi’udin dan Zuhri, 2001: 190).

Berdasarkan kedua cara di atas, maka penilaian yang dilakukan

terhadap penelitian ini adalah penilaian per aspek. Pedoman untuk

melakukan penilaian yang pertama dilakukan yaitu menentukan aspek-

aspek yang dinilai. Kemudian yan kedua adalah menetukan bobot yang

diberikan untuk setiap aspek yang dinilai. Aspek-aspek yang dinilai dalam

keterampilan menulis narasi meliputi lima aspek yaitu: (a) isi; (b)

organisasi; (c) kosakata; (d) pengembangan bahasa; dan (e) mekanik

(Nurgiyantoro, 2014: 441).

Pada aspek isi, indikator yang dinilai meliputi padat tidaknya

informasi dalam karangan tersebut, substantif (memiliki gagasan pokok),

pengembangan tesisnya (pengembangan dari pokok pikiran), serta

kejelasan isi karangan dan relevan dengan topik yang ditentukan. Sebagai

contohnya dalam menulis narasi, siswa mampu mengembangkan tema

secara kreatif, isi tidak melenceng dari tema yang dipilih, dan dalam

pengembangannya sampai tuntas. Selanjutnya aspek organisasi, indikator

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

25

yang dinilai meliputi kelancaran ekspresi dalam mengarang, kejelasan

pengungkapan gagasan, penataan isi karangan, serta kelogisan urutan dan

keterkaitan isi karangan. Misalnya, dalam menulis narasi siswa mampu

mengungkapkan gagasan dengan jelas, padat, tertata dengan baik. Urutan

antar kalimat, antar paragraf juga logis dan memiliki kohesi dan koheren.

Kemudian pada aspek kosakata, indikator yang dinilai meliputi

pemanfaatan kata (banyak tidaknya kosakata yang digunakan),

penggunaan diksi, ketepatan penggunaan kata, dan penguasaan

pembentukan kata. Dalam hal ini, iswa mampu memilih kata dengan tepat

dan juga bisa memanfaatkan potensi kata dengan baik serta menguasai

pembentukan kata. Pada aspek pengembangan bahasa, indikator yang

dinilai meliputi pengonstruksian, keefektifan, serta kejelasan makna

kalimat. Sehingga diharapkan siswa mampu membuat kalimat dengan

konstruksi yang lengkap dan efektif serta dapat menggunakan bentuk

kebahasaan dengan benar. Terakhir aspek mekanik, artinya siswa

menguasai aturan penulisan yang meliputi aturan dalam ejaan dan tanda

baca. Maksudnya dalam menulis narasi, siswa mampu menggunakan ejaan

dan tanda baca yang tepat.

2. Hakikat Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK)

a. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Anitah (2009: 45) model adalah suatu kerangka berpikir

yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka

mencapai tujuan tertentu. Sedangkan “Pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar” (Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003).

Dalam melaksanakan pembelajaran, seorang guru membutuhkan

model pembelajaran yang dapat membantu dalam merancang dan

melaksanakan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Trianto (2007: 1), model pembelajaran adalah suatu perencanaan

atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Senada dengan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

26

pendapat di atas, Suwarto (2014: 136) mengungkapkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan

untuk menetukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya

buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Sementara itu, Joyce

& Weil (Rusman, 2014: 133) berpendapat bahwa model pembelajaran

adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk

kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-

bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang

lain.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas dan

untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

b. Pengertian Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic

(VAK)

“Everyone learns in different ways. Some people need to see things

(visual style), some need to hear (auditory style), and some need to do

something with the things in order to learn them (kinesthetic style”

(Gholami & Bagheri, 2013: 700) . Artinya, setiap orang itu belajar dengan

cara yang berbeda-beda. Beberapa orang perlu melihat sesuatu (gaya

visual), beberapa perlu mendengar (gaya auditory), dan beberapa lagi

perlu melakukan sesuatu dengan ketentuan tertentu di dalamnya untuk

belajar (Gholami & Bagheri, 2013: 700).

Visualization, Auditory, Kinesthetic merupakan tiga modalitas yang

dimiliki oleh setiap manusia. Tiga modalitas pembelajaran ini pertama kali

dikembangkan oleh Neil Fleming (2001) untuk menunjukkan preferensi

individu dalam proses belajarnya (Huda, 2013: 287). Ketiga modalitas ini

digunakan untuk pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi. DePorter,

Reardon, dan Singer-Nourie (mengutip pendapat Markova, 2005)

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

27

menyatakan bahwa orang tidak hanya cenderung pada satu modalitas,

mereka juga memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberi

mereka bakat dan kekurangan alami tertentu (2014: 123).

“Model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic atau

VAK adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas

belajar tersebut untuk menjadikan si belajar merasa nyaman” (Shoimin,

2014: 226). Model pembelajaran VAK memiliki prinsip untuk menjadikan

situasi dan suasana belajar menjadi lebih nyaman dan menjanjikan

kesuksesan bagi pembelajarnya di masa depan.

Menurut Herdian, model pembelajaran VAK merupakan suatu

model pembelajaran yang menganggap pembelajaran akan efektif dengan

memperhatikan ketiga hal tersebut (Visualization, Auditory, Kinesthetic ),

dan dapat diartikan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan

memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan

mengembangkannya (Shoimin, 2014: 226). Dengan kata lain, model

pembelajaran VAK adalah model yang memberikan kesempatan kepada

siswa untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang

dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif.

Fleming berpendapat, “Siswa yang memiliki potensi belajar

membaca/ menulis akan lebih menyukai input dan output yang berbasis

teks, membaca dan menulis apapun yang didengarkan dan dipahami,

termasuk daftar-daftar, internet, powerpoint, kamus, kutipan, dan

sebagainya” (Huda: 2013, 288). Sementara itu, Shoimin (2014: 227)

mengemukakan bahwa pemanfaatan dan pengembangan potensi siswa

dalam pembelajaran ini harus memperhatikan kebutuhan dan gaya belajar

siswa. Untuk siswa visual, akan lebih mudah belajar dengan bantuan

media dua dimensi seperti grafik, gambar, chart, model, dan lain-lain.

Bagi siswa auditory akan lebih mudah belajar melalui pendengaran, bisa

melalui sesuatu yang diucapkan maupun dengan media audio. Sedangkan

untuk siswa dengan tipe kinesthetic akan lebih mudah belajar sambil

melakukan kegiatan tertentu, misalnya eksperimen, bongkar pasang,

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

28

membuat model, memanipulasi benda, dan sebagainya yang berhubungan

dengan sistem gerak.

Pernyataan di atas didukung oleh pendapat dari Leopold (2012: 96)

berikut ini:

Visual learners learn best when they see something like texts,

charts, tables, graphs, mind maps, graphic organizers, art,

drawings, pictures, posters, realia, and visualization; auditory

learners prefer to process information through oral/ aural modes

like discussion, debate, podcasts, dictations, jigsaw reading,

reading aloud, storrytelling, chain games/chants, and lectures; and

kinesthetic learners prefer to learn through activities that require

total physical involvement like movement, role-plays, drama, races

and competitions, handling and objects or props.

Maksudnya ialah bagi siswa visual akan belajar dengan baik ketika

melihat sesuatu seperti teks, chart, tabel, grafik, peta konsep pengatur

grafik, seni, lukisan, gambar, poster, realia, dan visualisasi; bagi siswa

auditory akan lebih mudah mengolah informasi melalui ucapan/ yang

berhubungan dengan pendengaran seperti diskusi, debat, podcasts, dikte,

bacaan yang berisi teka-teki, cerita, permainan berantai, dan ceramah; dan

bagi siswa kinesthetic akan lebih mudah mempelajari sesuatu melalui

kegiatan yang berhubungan dengan gerak fisik, misalnya pergerakan,

bermain peran, drama, perlombaan dan kompetisi, dan penanganan benda/

barang.

Senada dengan pendapat di atas, Rose & Nicholl (2002: 130)

mengungkapkan pendapatnya tentang model pembelajaran VAK yang

dijelaskan sebagai berikut:

1) Visual (belajar melalui melihat)

Belajar harus menggunakan indera mata melalui mengamati,

menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media

dan alat peraga. Seorang siswa lebih suka melihat gambar atau

diagram, suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video. Bagi

siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting

adalah mata/penglihatan (visual). Dalam hal ini metode pengajaran

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

29

guru sebaiknya lebih dititikberatkan pada peragaan/ media, ajak siswa

ke objek-objek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan

cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau

menggambarnya di papan tulis.

Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar

visual misalnya lirikan mata ke atas bila berbicara dan berbicara

dengan cepat. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus

melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti

materi pelajaran. Siswa cenderung untuk duduk di depan agar dapat

melihat dengan jelas. Siswa berpikir menggunakan gambar-gambar di

otak dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan

visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di

dalam kelas anak visual lebih suka mencatat sampai detail-detailnya

untuk mendapatkan informasi.

2) Auditory (belajar melalui mendengar)

Belajar haruslah mendengarkan, menyimak, berbicara,

presentasi, mengemukakan pendapat, gagasan, menanggapi, dan

berargumentasi. Seorang siswa lebih suka mendengarkan kaset audio,

ceramah-kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal. Alat

rekam sangat membantu pembelajaran pelajar tipe auditory. Dr

Wenger merekomendasikan bahwa ketika kita membaca sesuatu yang

baru, deskripsikan dan ucapkan apa yang sudah dibaca tadi sambil

menutup mata dengan suara lantang, maka secara otomatis telah

belajar dan menyimpannya dalam multi-sensori (Rose & Nicholl,

2002: 143).

Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar

auditory misalnya lirikan mata ke arah kiri/kanan, mendatar bila

berbicara dan sedang sedang saja. Untuk itu, guru sebaiknya harus

memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Siswa yang

mempunyai gaya belajar auditory dapat belajar cepat dengan

menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

30

katakan. Siswa auditory mencerna makna yang disampaikan melalui

tone, suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal

auditory lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang

minim bagi anak auditory. Siswa seperti ini biasanya dapat menghafal

lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan

kaset.

3) Kinesthetic (belajar melalui aktivitas fisik)

Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung.

Seorang siswa lebih suka menangani, bergerak, menyentuh dan

merasakan/mengalami sendiri, gerakan tubuh (hands-on, aktivitas

fisik). Bagi siswa kinesthetic belajar itu haruslah mengalami dan

melakukan. Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar

kinesthetic misalnya lirikan mata ke bawah bila berbicara lebih lambat.

Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Belajar kinesthetic berarti belajar dengan menggunakan daya

gerak dan emosi yang diciptakan melalui daya ingat. Jadi dalam proses

belajar mengajar berlagsung sebagai ciri pelajaran yang kinesthetic

akan melakukan kegiatan koordinasi, irama dalam berbicara dapat

menanggapi masalah secara emosional.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK)

adalah model pembelajaran yang memanfaatkan tiga modalitas yang

dimiliki oleh manusia dalam proses pembelajaran dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berlajar secara langsung menggunakan

modalitas yang dimilkinya.

c. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Pembelajaran VAK

Langkah-langkah dalam model pembelajaran VAK hampir sama

dengan sintaks pada model pembelajaran SAVI (Somatik, Auditorial,

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

31

Visual, dan Intelektual). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai

berikut:

1) Tahap Persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada tahap ini guru memberikan motivasi untuk membangkit-

kan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan positif mengenai

pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa, dan

menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa

lebih siap dalam menerima pelajaran.

2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)

Pada kegiatan inti, guru mengarahkan siswa untuk menemukan

materi pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan,

melibatkan pancaindera yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Pada

tahap ini penggunaan media yang menunjang VAK, seperti power

point, gambar, dan video sangat dibutuhkan. Tahap ini biasa disebut

eksplorasi

3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)

Pada tahap ini, guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan

menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara

yang disesuaikan dengan gaya belajar VAK. Guru mengajak siswa

untuk bermain peran atau melakukan suatu gerak, maupun penanganan

benda.

4) Tahap Penampilan Hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)

Tahap dimana seorang guru membantu siswa dalam

menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun keterampilan baru

yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar sehingga hasil belajar

mengalami peningkatan dengan kegiatan diskusi, presentasi, dan

kegiatan lain yang berkaitan dengan modalitas VAK. (Shoimin, 2014:

227).

Sedangkan menurut Pratiwi (mengutip pendapat dari Hyuanita,

2012) langkah-langkah model pembelajaran VAK terdiri dari dua tahap

utama, yaitu:

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

32

1) Tahap Persiapan

Pada tahap ini guru menyiapkan bahan-bahan yang akan

digunakan pada saat pembelajaran, melakukan tes awal, dan membagi

kelompok.

2) Presentasi Kelas

Pada tahap ini terdapat lima langkah yaitu: (a) pendahuluan,

guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan media berwarna-warni

dan menarik siswa; (b) pengembangan, guru menyampaikan tujuan

dan konsep materi, serta melakukan tanya jawab; (c) mengerjakan tes/

soal, siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru; (d)

kelompok dan membahas hasil diskusi, siswa mengerjakan LKS yang

diberikan guru, siswa mempresentasikan hasil, dan kelompok lainnya

memberikan tanggapan; (e) pelaksanaan tes/ kuis, guru memberikan

tes akhir kepada siswa, guru memberikan pemahaman yang benar

kepada siswa, kemudian siswa dan guru memberikan kesimpulan

(2015: 31).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran VAK memiliki langkah-langkah sebagai

berikut: (1) persiapan, yaitu guru mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang dibutuhkan, mengkondisikan kelas, dan melakukan orientasi, serta

memberikan motivasi kepada siswa agar siap dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran; (2) penyampaian, yaitu guru memberikan apersepsi dengan

menggunakan media, merangsang rasa ingin tahu siswa, menyampaikan

materi dan merangsang siswa untuk menemukan pengetahuan dengan

memanfaatkan gaya belajar masing-masing; (3) pelatihan, yaitu guru

membantu siswa untuk mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan

keterampilan baru dengan diskusi, presentasi serta berbagai cara yang

disesuaikan dengan gaya pembelajaran VAK; (4) penampilan hasil, yaitu

siswa menampilkan hasil diskusi kelompok di depan kelas, guru

membahas hasil diskusi dan memberikan kesimpulan materi, dengan

bimbingan dari guru siswa dapat menerapkan serta mendapatkan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

33

pengetahuan dan keterampilan baru sehingga terjadi suatu peningkatan

pembelajaran.

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran VAK

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan,

tidak terkecuali model pembelajaran VAK. Menurut Shoimin (2014: 228)

kelebihan dari model pembelajaran VAK antara lain: (1) Pembelajaran

akan lebih efektif karena mengombinaasikan tiga gaya belajar; (2) Mampu

melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh

pribadi masing-masing; (3) Memberikan pengalaman langsung kepada

siswa; (4) Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan

dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik, seperti demonstrasi,

percobaan, observasi, dan diskusi aktif; (5) Mampu menjangkau setiap

gaya pembelajaran siswa; dan (6) Siswa yang memiliki kemampuan bagus

tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar karena model

ini mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas

rata-rata. Sementara itu, menurut Hyuanita (2012) mengemukakan enam

kelebihan model pembelajaran VAK, yaitu: (1) Dapat mengaktifkan tiga

modalitas belajar sehingga mempermudah siswa dalam menerima dan

menyerap informasi; (2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

membuktikan informasi yang didapatnya; (3) Pembelajaran akan terasa

menyenangkan dan bermakna; (4) Mampu melibatkan siswa secara

maksimal dalam meemukan dan memahami suatu konsep melalui kegiatan

fisik seperti demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif; (5)

Penyajian pesan tidak terlalu bersifat verbalistis; dan (6) Siswa yang

memiliki kemampuan tinggi tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah

dalam belajar karena model pembelajaran ini mampu melayani kebutuhan

siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata (Pratiwi, 2015: 32).

Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

kelebihan model pembelajaran VAK yaitu pembelajaran akan lebih mudah

dan efektif karena menyajikan pembelajaran dengan mengkombinasikan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

34

tiga gaya belajar yang dimiliki siswa. Dengan penerapan model

pembelajaran VAK proses kegiatan belajar mengajar akan terasa lebih

menyenangkan dan bermakna karena mampu melatih dan

mengembangkan potensi siswa yang beragam serta melibatkan siswa

secara maksimal dalam menemukan dan memahami konsep melalui

kegiatan fisik seperti demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif.

Kelebihan lainnya yaitu siswa yang memiliki kemampuan tinggi tidak

akan terhambat oleh siswa yang berkemampuan kurang, karena model

pembelajaran ini mampu menyesuaikan kebutuhan siswa yang memiliki

kemampuan di atas rata-rata.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran VAK yaitu tidak

banyak orang mampu mengombinasikan ketiga gaya belajar tersebut.

dengan demikian, orang yang hanya mampu menggunakan satu gaya

belajar, hanya akan mampu menangkap materi jika menggunakan metode

yang lebih memfokuskan kepada seluruh gaya belajar yang didominasi.

e. Penerapan Model Pembelajaran VAK dalam Pembelajaran Menulis

Narasi

Model pembelajaran VAK dalam pembelajaran menulis narasi

diterapkan sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan model pembelajar-

an VAK menurut Shoimi (2014: 227). Adapun langkah-langkahnya sebagai

berikut:

1) Tahap Persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada tahap persiapan guru memberikan motivasi untuk

membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan

positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa,

dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan

siswa lebih siap dalam menerima pelajaran.

2) Tahap penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)

Pada tahap penyampaian guru mengarahkan siswa untuk menemukan

materi pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan,

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

35

melibatkan pancaindera yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Pada

tahap ini, guru menggunakan media powerpoint yang berisi materi

pembelajaran, gambar dan video yang membantu siswa dalam

memahami penulisan narasi (visualization, auditory).

3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)

Pada tahap pelatihan, guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan

menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara

yang disesuaikan dengan gaya belajar VAK. Pada tahap ini siswa

dibentuk kelompok kemudian guru memberikan tugas menulis

kerangka narasi. Sebelumnya siswa melakukan pengamatan terhadap

video (visualization, auditory) sebagai bahan dalam menulis narasi.

Setelah siswa mengamati video, siswa menulis kerangka karangan

(kinesthetic) bersama kelompoknya.

4) Tahap Penampilan Hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)

Pada tahap penampilan hasil, siswa mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya. Pada tahap ini, guru melakukan umpan balik terhadap

keseluruhan proses pembelajaran menulis narasi, memberikan

penguatan dan evaluasi kepada setiap siswa untuk menulis karangan

narasi (kinesthetic) sesuai yang diperintahkan.

3. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain penelitian yang

dilakukan oleh Hartika Pratiwi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terjadi

peningkatan terhadap hasil belajar siswa dengan menerapkan model pem-

belajaran VAK. Hasil belajar siswa pada siklus I 75,49 %, pada siklus II

meningkat menjadi 86,77%, dan pada siklus III meningkat lagi menjadi

89,71%. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Hartika Pratiwi (2015)

dengan penelitian ini terdapat pada variabel bebas yaitu model pembelajaran

VAK. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikatnya. Penelitian

yang dilakukan oleh Hartika Pratiwi (2015) mengenai bangun ruang,

sementara penelitian ini tentang keterampilan menulis.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

36

Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nouftika Qurrotul

Aeni. Hasil penelitian Nouftika Qurrotul Aeni (2015) pada siklus I

menunjukkan sebesar 51,85%, 51,85%, dan 77,78% siswa dapat mencapai

KKM yaitu 75 dalam setiap aspek (kognitif, psikomotorik, dan afektif).

Kemudian pada siklus II hasil menunjukkan 100%, 85,2%, dan 88,89% siswa

memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 75, atau mencapai KKM yang

telah ditentukan dalam setiap aspek. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa

terjadi peningkatan pada setiap siklusnya. Dengan demikian penerapan model

pembelajaran VAK dapat meningkatkan hasil belajar kreasi batik siswa kelas

XI IA 1 SMA N 3 Wonogiri tahun ajaran 2014/ 2015.Persamaan penelitian ini

terdapat pada variabel bebas, yaitu model pembelajaran VAK. Sedangkan

perbedaannya terletak pada variabel terikat, jika penelitian Nouftika Qurrotul

Aeni (2015) mengenai hasil belajar kreasi batik, sedangkan penelitian ini

mengenai keterampilan menulis narasi.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Khoirulli Umah. Hasil

penelitian yang dilakukan Khoirulli Umah (2015) menunjukkan pada siklus I

sebanyak 22 atau 69,36% siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan

70. Pada siklus II sebanyak 25 atau 77,49% siswa dari 32 siswa dapat

mencapai nilai KKM. Sedangkan pada siklus III menunjukkan sebanyak 28

atau 88,34% siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 70. Dari

hasil penelitian dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan dari setiap siklusnya.

Sehingga dapat disimpulkan, penerapan model concept sentences dengan

media flash card dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa

kelas IV SDN 4 Kutosari tahun ajaran 2014/ 2015. Persamaan penelitian

Khoirulli Umah (2015) dengan penelitian ini terletak pada variabel terikatnya,

yaitu keterampilan menulis narasi. Sementara perbedaannya terdapat pada

variabel bebas, penelitian Khoirulli Umah (2015) menggunakan model

concept sentences dengan media flash card, sedangkan penelitian ini

menggunakan model pembelajaran VAK.

Penelitian relevan yang selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan

oleh Dewi Hasna Ambar Wati. Hasil penelitian yang dilakukan Dewi Hasna

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

37

Ambar Wati (2015) menunjukkan pada pratindakan hanya 33,33% siswa yang

mencapai nilai KKM. Kemudian pada siklus I 62,50% siswa memperoleh nilai

lebih dari atau sama dengan 70. Pada siklus II sebanyak 73,83% dapat

mencapai nilai KKM. Sedangkan pada siklus III menunjukkan sebanyak

78,33% siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 70. Dari hasil

penelitian dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan dari setiap siklusnya.

Sehingga dapat disimpulkan, penerapan media flip chart dapat meningkatkan

keterampilan menulis narasi peserta didik kelas IVA SD Negeri Kateguhan 02

Tawangsari Sukoharjo tahun 2014/ 2015. Persamaan penelitian Dewi Hasna

Ambar Wati (2015) dengan penelitian ini terletak pada variabel terikatnya,

yaitu keterampilan menulis narasi. Sementara perbedaannya terdapat pada

variabel bebas, penelitian Dewi Hasna Ambar Wati (2015) menggunakan

media flip chart, sedangkan penelitian ini menggunakan model pembelajaran

VAK.

Berdasarkan penelitian yang relevan di atas dapat dijadikan tolak ukur

dan pembanding dengan penelitian ini, yaitu dengan penerapan model

pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) dalam pembelajaran

bahasa Indonesia mampu meningkatkan keterampilan menulis narasi pada

siswa kelas IV SDN Karangasem II No. 172 Surakarta tahun ajaran 2015/

2016.

B. Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal, siswa kelas IV SDN Karangasem II No. 172

Surakarta mengalami kesulitan dalam menulis narasi. Hal ini terbukti dari hasil tes

kemampuan awal siswa, terdapat 63,16% siswa yang mendapat nilai di bawah

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) lebih dari atau sama dengan 70 atau sekitar

24 dari 38 siswa. Dengan hasil tersebut, maka dapat dikatakan bahwa

keterampilan siswa dalam menulis narasi masih rendah. Faktor penyebabnya

antara lain karena proses pembelajaran yang berlangsung masih menggunakan

sumber dan media yang terbatas, sehingga kurang menarik minat siswa. Sebagian

besar siswa acuh tak acuh terhadap pelajaran bahasa Indonesia, khususnya

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

38

mengarang. Siswa menganggap pelajaran mengarang itu mudah, sehingga mereka

cenderung meremehkan materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu juga

disebabkan oleh faktor : (1) siswa mengalami kesulitan untuk mengingat

pengalaman masa lalu; (2) siswa membutuhkan waktu yang lama untuk

memunculkan ide; (3) siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan apa

yang dipikirkan ke dalam bahasa tulis; (4) siswa masih kurang memahami

penggunaan ejaan dan tanda baca; (5) siswa belum bisa membuat kerangka

karangan; (6) siswa masih kurang dalam penguasaan kosakata; (7) siswa belum

mampu mengembangkan bahasa tulisnya.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan model pembelajaran

yang tepat, sehingga mampu mengatasi masalah tersebut. Salah satu model

pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi

adalah model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK).

Pembelajaran dengan model VAK menjadi salah satu solusi dalam permasalahan

menulis narasi karena penerapan model ini mementingkan pengalaman belajar

secara langsung dengan cara belajar dengan melihat (Visual), dengan mendengar

(Auditory), dan dengan gerak dan emosi (Kinesthetic) (DePorter, 2007: 113) serta

pembelajaran ini berlangsung dengan efektif, menyenangkan dan bermakna

karena melibatkan seluruh indera yang ada pada siswa terutama indera

penglihatan, indera pendengaran, dan gerak atau emosi.

Pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa penerapan model pembelajaran

Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) dalam pembelajaran bahasa Indonesia

dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SDN

Karangasem II No.172 Surakarta tahun ajaran 2015/2016. Secara skematis,

kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

39

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir

Kondisi

Awal

Pembelajaran kurang

menarik minat siswa

dan penggunaan

sumber serta media

belajar yang terbatas.

Keterampilan me-

nulis narasi pada

pembelajaran

bahasa Indonesia

masih rendah.

Tindakan Siklus I

1. Perencanaan

2. Tindakan

3. Observasi

4. Refleksi

Menerapkan model

pembelajaran VAK

untuk

meningkatkan

keterampilan

menulis narasi.

Kondisi

Akhir

Melalui penerapan

model pembelajaran

VAK dapat

meningkatkan

keterampilan menulis

narasi siswa kelas IV

SDN Karangasem II

No. 172 Surakarta

tahun ajaran 2015/

2016

Siklus II

1. Perencanaan

2. Tindakan

3. Observasi

4. Refleksi

Siklus ke-n

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

40

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir

yang telah diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dikemukakan

hipotesis sebagai berikut:

1. Penerapan model Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) dapat

meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV SDN

Karangasem II No. 172 Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

2. Penerapan model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK)

dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang mengoptimalkan ketiga modalitas

belajar VAK dan melalui tahap persiapan, penyampaian, pelatihan, dan

penampilan hasil dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa

kelas IV SDN Karangasem II No. 172 Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan

41