10 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Keterampilan Menulis Narasi a. Pengertian Keterampilan Keterampilan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau bidang tertentu jelas berbeda-beda. Keterampilan dapat diperoleh melalui proses belajar dan latihan yang berkesinambungan. Melalui keterampilan, seseorang akan mampu menghasilkan suatu pola pikir dan karya inovatif dengan penyelesaian yang efektif dan efisien. Keterampilan merupakan suatu kemampuan yang dikuasai seorang individu melalui proses yang bertahap dengan banyak latihan dan biasanya dipengaruhi oleh pengalaman. Seseorang dikatakan terampil apabila ia dapat melaksanakan kegiatan atau menyelesaikan suatu pekerjaan dengan cepat dan tepat. Keterampilan ini berkembang secara bertahap, dimulai dari yang sederhana, hingga yang kompleks. Pernyataan di atas didukung oleh pendapat beberapa ahli , antara lain, Soemarjadi, Ramanto, dan Zahri (2001: 2) mengemukakan bahwa terampil atau cekatan adalah kemampuan atau kepandaian seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Apabila seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan dengan cepat namun tidak benar, maka kemampuan tersebut bukan merupakan keterampilan. Demikian pula, apabila seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan dengan benar namun lambat, hal tersebut juga belum bisa dinamakan dengan keterampilan. Soemarjadi, dkk menekankan keterampilan pada kecepatan dan kebenaran seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Sementara itu, Syah (2014: 117) berpendapat bahwa keterampilan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot- otot (neuromuscular) yang biasanya tampak dalam kegiatan jasmaniah
32
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Keterampilan Menulis Narasi
a. Pengertian Keterampilan
Keterampilan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau
bidang tertentu jelas berbeda-beda. Keterampilan dapat diperoleh melalui
proses belajar dan latihan yang berkesinambungan. Melalui keterampilan,
seseorang akan mampu menghasilkan suatu pola pikir dan karya inovatif
dengan penyelesaian yang efektif dan efisien.
Keterampilan merupakan suatu kemampuan yang dikuasai seorang
individu melalui proses yang bertahap dengan banyak latihan dan biasanya
dipengaruhi oleh pengalaman. Seseorang dikatakan terampil apabila ia
dapat melaksanakan kegiatan atau menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
cepat dan tepat. Keterampilan ini berkembang secara bertahap, dimulai
dari yang sederhana, hingga yang kompleks.
Pernyataan di atas didukung oleh pendapat beberapa ahli , antara
lain, Soemarjadi, Ramanto, dan Zahri (2001: 2) mengemukakan bahwa
terampil atau cekatan adalah kemampuan atau kepandaian seseorang
dalam melakukan suatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Apabila
seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan dengan cepat namun tidak
benar, maka kemampuan tersebut bukan merupakan keterampilan.
Demikian pula, apabila seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan
dengan benar namun lambat, hal tersebut juga belum bisa dinamakan
dengan keterampilan. Soemarjadi, dkk menekankan keterampilan pada
kecepatan dan kebenaran seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan.
Sementara itu, Syah (2014: 117) berpendapat bahwa keterampilan
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-
otot (neuromuscular) yang biasanya tampak dalam kegiatan jasmaniah
11
seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Pendapat dari Syah
ini lebih menitikberatkan pada bagaimana keterampilan itu merupakan
kegiatan yang dilakukan secara praktik dengan melibatkan urat-urat syaraf
dan otot. Melengkapi pendapat tersebut, Reber (1988) menyatakan bahwa
keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang
kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk
mencapai hasil tertentu (Syah 2014: 117). Dalam hal ini, keterampilan
bukan hanya gerakan motorik semata, melainkan juga pengejawantahan
fungsi mental yang bersifat kognitif. Senada dengan pendapat di atas,
Hamalik (2003: 173) mengartikan keterampilan sebagai serangkaian
gerakan otot untuk menyelesaikan tugas dengan berhasil. Untuk dapat
menyelesaikan tugas dengan berhasil diperlukan banyak latihan, tidak
hanya sekali namun berkali-kali. Selaras dengan pernyataan tersebut
Tarigan (2008: 1) menyatakan bahwa pemerolehan dan penguasaan
keterampilan hanya dapat dilakukan dengan jalan praktik dan banyak
pelatihan. Praktik menggambarkan bahwa keterampilan merupakan suatu
aktivitas jasmaniah, sedangkan pelatihan menjelaskan bahwa suatu
keterampilan dapat dikuasai apabila dilakukan secara berulang-ulang.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan dengan cepat dan tepat, melalui praktik, dan latihan yang
berkesinambungan.
b. Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa
yang mendasar. Menulis merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh
setiap orang dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam seluruh
proses belajar yang dialami oleh siswa. Semi (2007: 14) berpendapat
bahwa menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan ide atau gagasan
ke dalam bentuk lambang-lambang tulisan yang dapat dilihat dan dapat
dipahami oleh pembaca. Menurutnya, menulis mempunyai tiga aspek
12
utama, yaitu tujuan yang akan dicapai, gagasan yang hendak
dikomunikasikan, sistem pemindahan gagasan berupa sistem bahasa
Senada dengan pendapat di atas, Andayani (2009: 29) mengatakan
bahwa menulis merupakan aktivitas melahirkan pikiran dan perasaan lewat
tulisan dengan memperhatikan aspek-aspek kebahasaan yang baik dan
benar sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Sementara itu, menurut
Dalman (2014: 3) menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa
penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Dalam hal ini
aktivitas menulis melibatkan beberapa unsur penting yaitu: a) penulis
sebagai penyampai pesan; b) isi tulisan; c) alat atau media; dan d)
penerima pesan/ pembaca. Karena menulis merupakan suatu kegiatan
komunikasi, maka diharapkan maksud dan tujuan dari pihak pengirim
pesan dapat dipahami dengan baik oleh pihak penerima pesan. Atau
dengan kata lain, maksud dan tujuan dari suatu tulisan dapat tersampaikan
dengan baik kepada pembacanya. Pendapat tersebut didukung oleh
pernyataan dari Tarigan (2008: 22) yang menyatakan menulis ialah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga
orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau
mereka memahami bahasa dan gambaran itu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah kegiatan penyampaian ide atau gagasan dalam bentuk
grafis atau tulisan sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
c. Narasi
1) Pengertian Narasi
Narasi berasal dari kata to narrate, yang berarti bercerita.
Narasi merupakan suatu karangan yang menceritakan suatu peristiwa
secara kronologis. Artinya di dalam karangan narasi terdapat urut-
urutan waktu sesuai dengan kehidupan tokohnya. Pernyataan tersebut
13
didukung oleh pendapat Kusmana (2014: 71) yang mengemukakan
bahwa narasi adalah jenis karangan yang strukturnya disajikan dalam
bentuk rangkaian peristiwa atau kisah. Melengkapi pendapat tersebut,
Keraf (1982: 136) menyatakan narasi adalah suatu bentuk wacana
yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan
dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam kesatuan
waktu. Atau dengan kata lain narasi adalah suatu bentuk wacana yang
berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca
suatu peristiwa yang telah terjadi. Senada dengan pendapat di atas
Dalman (2014: 106) berpendapat bahwa narasi adalah cerita yang
berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak-
tanduk manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari
waktu ke waktu, juga di dalamnya terdapat tokoh yang menghadapi
suatu konflik yang disusun secara sistematis.
Avraamidou & Osborne (2010: 8) yang mengutip pernyataan
Chatman (1978) mengemukakan bahwa:
Narrative is basically a kind of text organization, and that
organization, that schema, needs to be actualized: in written
words, as in stories and novels; in spoken words combined
with the movement of actors imitating characters against sets
which imitate places, as in plays and films; in drawings; in
comic strips; in dance movements, as in narrative ballet and in
mime; and even in music.
(Narasi pada dasarnya adalah jenis organisasi teks, dan
pengorganisasiannya seperti skema yang perlu diaktualisasikan
dalam kata-kata tertulis seperti dalam cerita dan novel, dalam
kata-kata yang diucapkan, dikombinasikan dengan gerakan
aktor yang meniru karakter, seperti di drama dan film; dalam
gambar; di komik; dalam gerakan tari seperti dalam narasi
sendratari dan dalam aksi lawak; dan bahkan dalam musik.)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa narasi adalah suatu karangan yang menceritakan
tentang tindak-tanduk dan perbuatan tokoh dengan sejelas-jelasnya,
sistematis sesuai dengan urutan kejadiannya/ kronologis.
14
2) Tujuan Menulis Narasi
Setiap tulisan mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Menurut
Dalman (2014:106), karangan narasi mempunyai tujuan sebagai
berikut:
a) Agar pembaca seolah-olah sudah menyaksikan atau
mengalami kejadian yang diceritakan; b) Berusaha
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca
suatu peristiwa yang telah terjadi, serta menyampaikan amanat
terselubung kepada pembaca atau pendengar; c) Untuk
menggerakkan aspek emosi; d) Membentuk citra atau imajinasi
para pembaca; e) Memberikan informasi kepada pembaca dan
memperluas pengetahuan; f) Menyampaikan sebuah makna
kepada pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya.
Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari menulis narasi adalah
untuk menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca
tentang suatu peristiwa yang telah terjadi sehingga membawa
pembaca seolah-olah menyaksikan/ mengalami secara langsung
peristiwa yang diceritakan. Melalui penggambaran yang sejelas-
jelasnya ini akan menggerakan aspek emosi dan membentuk imajinasi
pembaca, sehingga makna dan amanat yang tersirat dalam cerita dapat
tersampaikan dengan baik.
3) Prinsip-prinsip Narasi
Dalam menulis narasi, terdapat prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Suparno dan
Yunus (2007: 4. 39) yang menyatakan bahwa dalam menulis sebuah
karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai
tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain : a) Alur, yaitu rangkaian pola tindak-tanduk yang
berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi, dan
berusaha mengembalikan situasi narasi ke dalam keadaan yang
seimbang dan harmonis. Dengan demikian alur merupakan unsur
cerita yang sangat penting. Keraf (1982: 148) mengemukakan, alur
15
mengatur bagaimana keterkaitan antara peristiwa yang satu dengan
yang lainnya, bagaimana karakter tokoh yang tergambar dalam
tindakannya, dan bagaimana situasi dan perasaan tokoh yang terlibat
dalam tindakan-tindakan itu yang terikat dalam suatu kesatuan waktu;
b) Penokohan, salah satu ciri khas dari karangan narasi ialah
mengisahkan tokoh dalam suatu rangkaian peristiwa atau kejadian.
Tokoh ini merupakan pelaku dari tindak-tanduk yang diceritakan di
dalam cerita narasi; c) Latar, adalah tempat dan/atau waktu terjadinya
perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Latar dapat
digambarkan secara hidup-hidup dan terperinci, dapat pula
digambarkan secara sketsa, sesuai dengan fungsi dan perannya pada
tindak-tanduk yang berlangsung. Latar dapat menjadi unsur yang
penting dalam kaitannya dengan tindak tanduk yang terjadi, atau
hanya berperan sebagai unsur tambahan saja; d) Titik pandang,
merupakan prinsip yang mempersoalkan siapakah narator dalam
narasi itu, dan apa atau bagaimana relasinya dengan seluruh proses
tindak-tanduk karakter-karakter dalam narasi. Apa pun sudut pandang
yang dipilih pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita.
Sebab, watak dan pribadi si pencerita akan banyak menentukan cerita
yang dituturkan pada pembaca.
4) Ciri-ciri Karangan Narasi
Setiap karangan mempunyai karakter atau ciri-ciri tersendiri
yang membedakannya dengan jenis karangan yang lain. Menurut
Keraf (1982: 136), karangan narasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan; b) Dirangkai dalam
urutan waktu; c) Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang telah
terjadi. Maksudnya adalah tindak-tanduk apa saja yang dilakukan oleh
orang-orang atau tokoh-tokoh dalam cerita; d) Ada konflik, hal ini
dikarenakan narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak
akan menarik jika tidak ada konflik.
16
Sementara itu, Semi (2007: 53) berpendapat bahwa ciri-ciri
karangan narasi adalah: a) Tulisan itu berisi cerita tentang kehidupan
manusia; b) Peristiwa kehidupan manusia yang diceritakan itu
merupakan kehidupan nyata, imajinasi, dan gabungan keduanya; c)
Cerita itu memiliki nilai keindahan, baik keindahan isinya maupun
penyajiannya; d) Di dalam peristiwa itu ada konflik, yaitu
pertentangan kepentingan, kemelut, atau kesenjangan antara harapan
dan kenyataan. Tanpa konflik cerita tidak akan menarik; e)
Menekankan susunan secara kronologis.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
ciri-ciri karangan narasi itu berisi suatu cerita tentang kehidupan tokoh
yang menekankan susunan secara kronologis dari waktu ke waktu dan
memiliki konflik yang menjadikan cerita itu menarik. Ciri-ciri inilah
yang membedakan karangan narasi dengan karangan yang lainnya.
5) Jenis-jenis Karangan Narasi
Keraf (1982: 136) berpendapat bahwa karangan narasi terdiri
dari dua jenis, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
a) Narasi Ekspositoris
Narasi Ekspositoris adalah narasi yang memiliki sasaran
penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa
dengan tujuan memperluas pengetahuan tentang kisah seseorang.
Peristiwa yang disampaikan penulis pada karangan narasi
ekspositoris berdasarkan data yang sebenarnya dialami oleh tokoh,
tidak boleh fiktif dan tidak boleh bercampur dengan daya khayal
pengarangnya. Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah
pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan,
karena sasaran utamanya adalah rasio yang berupa perluasan
pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut.
17
Narasi ekspositoris dapat bersifat khas/ khusus dan
generalisasi. Narasi ekspositoris yang bersifat khusus adalah narasi
yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang
hanya terjadi satu kali dan tidak dapat diulang kembali karena
merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu
saja. Sedangkan narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi
adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang
dapat dilakukan siapa saja dan berulang-ulang sehingga seseorang
dapat memperoleh kemahiran mengenai hal itu. Contoh narasi
ekspositoris adalah biografi, autobiografi, kisah perjalanan