perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Kajian Teori a. Konsep Banyak ahli mendefinisikan arti dari konsep, secara umum konsep adalah suatu abstaksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa, atau fenomena lainnya. Menurut Ausubel (Vanden Berg, 1991 : 8) konsep merupakan benda-benda, kejadian- kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas dan yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol. Konsep disebut sebagai suatu ide atau gagasan yang digeneralisasi dari pengalaman manusia dengan beberapa peristiwa benda dan fakta. Jadi konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara sesama manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir. Flavel (1970) dalam Dahar (2011: 62 - 63) mengemukakan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu: 1) Atribut Setiap konsep mempunyai sejumlah atribut yang berbeda. Contoh konsep harus mempunyai atribut yang relevan, termasuk juga atribut yang tidak relevan. Atribut dapat berupa fisik, seperti warna, tinggi, bentuk, atau dapat juga berupa fungsional. 2) Struktur Struktur menyangkut cara tergabungnya atribut-atribut itu. Berikut tiga macam struktur yang dikenal yaitu konsep konjungtif, konsep disjungtif, dan konsep relasional.
27
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian Teori dan Hasil Penelitian ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kajian Teori
a. Konsep
Banyak ahli mendefinisikan arti dari konsep, secara umum
konsep adalah suatu abstaksi yang menggambarkan ciri-ciri umum
sekelompok objek, peristiwa, atau fenomena lainnya. Menurut Ausubel
(Vanden Berg, 1991 : 8) konsep merupakan benda-benda, kejadian-
kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas dan yang
terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol. Konsep
disebut sebagai suatu ide atau gagasan yang digeneralisasi dari
pengalaman manusia dengan beberapa peristiwa benda dan fakta. Jadi
konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah
komunikasi antara sesama manusia dan yang memungkinkan manusia
berfikir.
Flavel (1970) dalam Dahar (2011: 62 - 63) mengemukakan
bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu:
1) Atribut
Setiap konsep mempunyai sejumlah atribut yang berbeda. Contoh
konsep harus mempunyai atribut yang relevan, termasuk juga atribut
yang tidak relevan. Atribut dapat berupa fisik, seperti warna, tinggi,
bentuk, atau dapat juga berupa fungsional.
2) Struktur
Struktur menyangkut cara tergabungnya atribut-atribut itu. Berikut
tiga macam struktur yang dikenal yaitu konsep konjungtif, konsep
disjungtif, dan konsep relasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8
3) Keabstrakan
Konsep-konsep dapat dilihat dan konkret atau konsep itu terdiri atas
konsep-konsep lain.
4) Keinklusifan
Ini ditujukan pada jumlah contoh yang terlibat dalam konsep itu. Bagi
seorang anak kecil, konsep kucing ditujukan pada seekor hewan
tertentu yaitu kucing keluarga. Bila anak itu telah mengenal beberapa
kucing lainnya, konsep kucing akan menjadi lebih luas, termasuk
lebih banyak contoh lainnya.
5) Generalitas
Bila diklasfikasikan, konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat
atau subordinatnya. Konsep wortel adalah subordinat terhadap konsep
sayuran.
6) Ketepatan
Ketepatan suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan
untuk membedakan contoh dengan noncontoh suatu konsep.
7) Kekuatan (power)
Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju
bahwa konsep itu penting.
Sedangkan menurut Klausmeier dalam Dahar (1989: 88-89) setiap konsep
dapat dibedakan menurut bentuk dan tingkatannya. Tingkat pencapaian
konsep dapat dibedakan menjadi empat yang diringkas sebagai berikut :
1) Tingkat Konkret
Seorang siswa dikatakan telah mencapai konsep pada tingkat konkret,
apabila mengenal suatu benda yang telah dihadapi sebelumnya. Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
harus dapat memperhatikan suatu benda dan dapat membedakan
benda dari stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Pada saat
inilah anak sudah mampu menyimpan gambaran mental dalam
struktur kognitifnya.
2) Tingkat Identitas
Seorang siswa dikatakan telah mencapai konsep pada tingkat identitas
jikamengenal suatu objek (a) sudah selang suatu waktu (b) bila orang
itu mempunyai orientasi ruang yang berbeda terhadap objek itu, atau
(c) bila objek itu ditentukan melalui suatu indera yang berbeda,
misalnya, mengenal suatu balok dengan cara menyentuh bagian dari
balok itu bukandengan melihatnya.
3) Tingkat Klasifikatori
Pada tingkat klasifikatori, siswa mengenal persamaan dari dua contoh
yang berbeda dari kelas yang sama. Operasi mental yang terlibat
dalam pencapaian konsep pada tingkat klasifikatori ialah mengadakan
generalisasi bahwa dua contoh atau lebih sampai batas-batas tertentu
ituekuivalen, mengklasifikasikan contoh- contoh dan noncontoh-
noncontoh dari konsep, sekalipun mempunyai banyak atribut-atribut
yang mirip.Misalnya anak mampu membedakan antara apel yang
masak dengan apel yang mentah.
4) Tingkat Formal
Pada tingkat formal, siswa dapat menentukan atribut-atribut yang
membatasi konsep membedakannya, menentukan ciri-ciri, memberi
nama atribut yang membatasinya, bahkan sampai mengevaluasi atau
memberikan contoh secara verbal.
Menurut Soedjadi (2000:14) pengertian konsep adalah ide abstrak
yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan
yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), konsep adalah
gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa,
yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
Teori mengajar konsep adalah teori yang memberikan
pemahaman kepada guru/pendidik/instruktur dalam menginformasikan
pesan-pesan pelajaran yang bersifat konsep pada peserta dididknya. Tim
Pengembangan Ilmu Pendidikan (TPIP) FIP-UPI (2007 :63) menjelaskan
bahwa :
Konsep itu sendiri dapat dipahami sebagai suatu pengetahuan
yang telah diterima kebenarannya dan sering dipakai sebagai
pengetahuan untuk menganalisis permasalahan ilmiah atau
akademik yang dihadapi. TPIP FIP-UPI menyimpulkan mengajar
konsep adalah proses penyampaian pesan tentang materi
pengajaran yang berupa konsep kepada peserta didik dalam suatu
keseluruhan proses mengajar.
Konsep merupakan sebuah hal yang penting karena menurut Bungin,
konsep merupakan sebuah generalisasi fenomena, dimana konsep
kemudian dapat menjelaskan fenomena-fenomena tertentu (Bungin,
2001:73). Jadi konsep adalah suatu gambaran yang digunakan sebagai ciri-
ciri untuk memahami hal lain berupa objek-objek, kejadian-kejadian, atau
situasi-situasi.
b. Konsepsi
Rohayati (2005) menjelaskan bahwa konsepsi didefinisikan
sebagai pengertian atau tafsiran seseorang terhadap suatu konsep tertentu
(Zakaria, 2012:7). Meskipun dalam pelajaran sains kebanyakan konsep
memiliki arti yang jelas, tetapi konsepsi pembelajaran berbeda-beda. Ada
konsepsi ilmuan, konsepsi guru, dan konsepsi siswa. Pada umumnya
konsepsi ilmuan merupakan konsepsi yang paling lengkap, paling masuk
akal, dan paling banyak dimanfaatkan dibandingkan konsep lainnya,
sehingga konsepsi ilmuan dianggap benar dan paling banyak diterima. Jadi
seseorang dapat memiliki konsepsi yang berbeda dengan konsepsi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
dimiliki orang lain karena pengalaman hidup atau cara penafsiran yang
berbeda, dimana konsepsi adalah tafsiran yang dimiliki oleh seseorang
mengenai suatu konsep.
c. Prakonsepsi
Gagasan-gagasan atau ide-ide yang dimiliki oleh siswa sebelum
menerima suatu pembelajaran disebut prakonsepsi. Siswa sering kali
mengalami konflik dalam dirinya ketika berhadapan dengan informasi
baru bertentangan dengan prakonsepsi siswa atau dengan ide-ide yang
dibawa sebelumnya. Vanden Berg (1991: 10) menyatakan, “Prakonsepsi
adalah konsepsi yang dimiliki siswa sebelum pelajaran walaupun mereka
sudah pernah mendapatkan pelajaran formal”.
Saat siswa memasuki kelas untuk belajar Fisika, siswa telah
memiliki pengetahuan tertentu tentang Fisika yang disebut prakonsep.
Prakonsep yang dimiliki siswa belum tentu benar. Hal ini kurang atau
bahkan tidak diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Prakonsepsi siswa akan mempengaruhi proses belajar mengajar, karena
prakonsepsi merupakan konsepsi awal yang dimiliki siswa dimana
konsepsi awal tersebut merupakan konsepsi yang belum tentu benar.
d. Miskonsepsi
Tafsiran perorangan terhadap banyak konsep sangat mungkin
berbeda-beda. Misalnya penafsiran konsep massa jenis, atau konsep
hambatan, atau konsep gesekan, dapat berbeda untuk setiap orang. Jika
konsepsi murid terhadap suatu konsep sama dengan konsepsi para
ilmuwan, dikatakan murid tersebut mempunyai konsepsi yang benar. Jika
konsepsi murid tentang suatu konsep berbeda dengan konsepsi para
ilmuwan, dikatakan murid tersebut mengalami miskonsepsi.
Menurut Suparno (2005: 4), miskonsepsi atau salah konsep
menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
yang diterima para pakar bidang itu, kemudian dikatakan bahwa
miskonsepsi sebagai suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar
antara konsep-konsep. Sedangkan menurut Fowler (Suparno, 2005 : 5)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan miskonsepsi adalah pengertian
tentang suatu konsep yang tidak tepat, salah dalam menggunakan konsep
nama, salah dalam mengklasifikasikan contoh-contoh konsep, keraguan
terhadap konsep-konsep yang berbeda, tidak tepat dalam menghubungkan
berbagai macam konsep dalam susunan hierarkinya atau pembuatan
generalisasi suatu konsep yang berlebihan atau kurang jelas. Clement
berpendapat bahwa “jenis miskonsepsi yang paling banyak terjadi adalah
bukan pengertian yang salah selama proses belajar mengajar, tetapi suatu
konsep awal (prakonsep) yang dibawa siswa ke kelas formal”
(Suparno,2005: 6-7). Jadi miskonsepsi siswa adalah konsepsi yang kurang
tepat yang dimiliki oleh siswa.
Abraham dan kawan-kawan (1994) membagi derajat pemahaman
konsep menjadi tiga kelompok, yaitu derajat tidak memahami,
miskonsepsi, dan memahami konsep. Pengelompokkan ini didasarkan
pada pengelompokkan derajat pemahaman yang dilakukan oleh Marek
(1986) dan dikutip oleh Abraham (1994) seperti terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Pengelompokkan Derajat Pemahaman Konsep
Kategori Derajat Pemahaman Kriteria
1.Tidak
memahami
- tidak ada respon
- tidak memahami
a. tidak ada jawaban
b. menjawab “saya tidak tahu”
c. mengulang pertanyaan
d. menjawab tetapi tidak
berhubungan dengan pertanyaan
dan tidak jelas
2.Miskonsepsi - Miskonsepsi
- memahami
sebagian dengan
miskonsepsi
- memahami
sebagian
a. menjawab dengan penjelasan
tidak logis
b. jawaban menunjukkan adanya
konsep yang dikuasai tetapi ada
pernyataan dalam jawaban yang
menunjukkan miskonsepsi
3.Memahami - memahami konsep a. jawaban menunjukkan hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13
sebagian konsep dikuasai tanpa
ada miskonsepsi
b. jawaban menunjukkan konsep
dipahami dengan semua
penjelasan benar
(Sumber : Wahyuningsih, 2012 :10)
e. Hakikat Fisika
Sebagai salah satu bidang ilmu sains, Fisika memiliki berbagai
definisi yang dikemukakan dari waktu ke waktu. Dalam sebuah situs,
mengemukakan beberapa pengertian fisika yang ditulis oleh Azhi (2012),
antara lain sebagai berikut :
1) Fisika adalah cabang sains yang mempelajari materi (matter), energi,
ruang, dan waktu. Sebelum akhir abad ke 19, cabang sains ini lebih
dikenal dengan nama “filsafat alam” (natural philosophy, dari bahasa
Yunani “physikos”).
Bisa dikatakan, fisika merupakan sains murni yang paling
dasar (basic). Temuan dari fisika pun menjalar dan mempengaruhi
cabang sains lainnya. Tidak heran, karena fisika banyak mengulik
materi dan energi yang pada hakekatnya merupakan penyusun dasar
(basic constituents) alam.
2) Secara ontologi fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
penemuan dan pemahaman mendasar hukum-hukum yang
menggerakkan. Fisika adalah studi mengenai dunia anorganik fisik,
sebagai lawan dari dunia organik seperti biologi, fisiologi dan lain-
lain.
3) Pengertian lain, fisika adalah ilmu yang mempelajari/mengkaji
benda-benda yang ada di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam
serta interaksi dari benda-benda di alam tersebut secara fisik dan
mencoba merumuskannya secara matematis sehingga dapat
dimengerti secara pasti oleh manusia untuk kemanfaatan umat
manusia lebih lanjut. Jadi fisika merupakan suatu cabang ilmu