8 BAB II KAJIAN PUSTAKA F. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua Hasan (2011: 21) mengemukakan bahwa secara etimologi, pengasuhan berasal dari kata “asuh” yang artinya pemimpin, pengelola, pembimbing, sehingga “pengasuh” adalah orang yang melaksanakan tugas membimbing, memimpin atau mengelola. Poerwadarminta (2007) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan “asuh” adalah menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil. Orang tua menurut Poerwadarminta (2007: 813) adalah orang yang dihormati di kampung, tetua. Orang tua adalah orang paling tua dalam keluarga, orang tua dalam keluarga berupa ayah, ibu, orang tua asuh atau wali yang bisa membimbing dan bertanggung jawab pada anak. Purwanto (2003: 80) berpendapat bahwa orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodrati. Pola asuh orang tua diartikan Wahyuning (2003: 126) sebagai seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Pola Asuh orang tua merupakan tindakan atau perlakuan yang diberikan oleh orang tua untuk anaknya. Beberapa ahli juga mengemukakan pendapatnya tentang pola asuh. Pendapat lain dikemukakan oleh Baumrind dalam Marini (2005: 48) yang mengatakan bahwa, pola asuh terbentuk dari adanya: (1) Demandingness, menggambarkan bagaimana standar yang diterapkan oleh orang tua bagi anak, Hubungan Pola Asuh..., Sofia Tyastuti, FKIP, UMP, 2016
23
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA F. Pola Asuh Orang Tua 1. …repository.ump.ac.id/5318/3/BAB II.pdfmendukung prestasi belajar anaknya. Pola asuh memiliki standar dan kontrol perilaku yang ditentukan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
F. Pola Asuh Orang Tua
1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Hasan (2011: 21) mengemukakan bahwa secara etimologi,
pengasuhan berasal dari kata “asuh” yang artinya pemimpin, pengelola,
pembimbing, sehingga “pengasuh” adalah orang yang melaksanakan tugas
membimbing, memimpin atau mengelola. Poerwadarminta (2007)
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan “asuh” adalah menjaga
(merawat dan mendidik) anak kecil.
Orang tua menurut Poerwadarminta (2007: 813) adalah orang yang
dihormati di kampung, tetua. Orang tua adalah orang paling tua dalam
keluarga, orang tua dalam keluarga berupa ayah, ibu, orang tua asuh atau
wali yang bisa membimbing dan bertanggung jawab pada anak. Purwanto
(2003: 80) berpendapat bahwa orang tua adalah pendidik sejati, pendidik
karena kodrati.
Pola asuh orang tua diartikan Wahyuning (2003: 126) sebagai seluruh
cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Pola Asuh orang tua
merupakan tindakan atau perlakuan yang diberikan oleh orang tua untuk
anaknya. Beberapa ahli juga mengemukakan pendapatnya tentang pola
asuh. Pendapat lain dikemukakan oleh Baumrind dalam Marini (2005: 48)
yang mengatakan bahwa,
pola asuh terbentuk dari adanya: (1) Demandingness, menggambarkan
bagaimana standar yang diterapkan oleh orang tua bagi anak,
Hubungan Pola Asuh..., Sofia Tyastuti, FKIP, UMP, 2016
9
berkaitan dengan kontrol perilaku dari orang tua. (2) Responsiveness,
menggambarkan bagaimana orang tua berespons kepada anaknya
berkaitan dengan kehangatan dan dukungan orang tua.
Fine dalam Wahyuning (2003:126) pengasuhan anak (child rearing)
adalah bagian penting dan mendasar menyiapkan anak untuk menjadi
masyarakat yang baik. Purwadarminta (2007) menyatakan bahwa
pengasuhan merupakan hal (cara, perbuatan dan sebagainya) dalam
mengasuh. Santrock (2007: 163) mengemukakan bahwa pengasuhan
(parenting) memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan
mempunyai tuntutan emosional yang besar, namun sangat sedikit
pendidikan formal mengenai tugas ini. Kebanyakan orang tua mempelajari
praktik pengasuhan dari orang tua mereka sendiri.
Pola asuh orang tua dapat disimpukan sebagai cara perlakuan orang
tua terhadap anak untuk mengarahkan, merawat, membimbing, melindungi
dan juga mendidik anak. Cara perlakuan orang tua terhadap anak tersebut
akan menciptakan hubungan interaksi sosial antara keduanya. Perlakukan
orang tua yang diberikan kepada anak yang akan membentuk sikap dan
tingkah laku anak. Sikap dan perilaku anak kemudian akan berkembang
kelingkungan interaksi sosial yang lebih luas. Karena itu orang tua berusaha
memberikan pola asuh yang paling tepat untuk anaknya agar dapat
mendukung prestasi belajar anaknya.
Pola asuh memiliki standar dan kontrol perilaku yang ditentukan oleh
orang tua, pastinya standar orang tua tidak semuanya sama. Standar yang
diterapkan orang tua pasti berbeda antara orang tua satu dan orang tua yang
Hubungan Pola Asuh..., Sofia Tyastuti, FKIP, UMP, 2016
10
lain. Kontrol orang tua juga mempengaruhi perilaku anak. Anak yang
perilakunya dikontrol oleh orang tua pastinya lebih tertata dibandingkan
anak yang yang kurang atau tidak dikontrol oleh orang tua.
2. Tipe Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua sangatlah beragam, antara orang tua satu dan
orang tua yang lain pastinya memiliki pola asuh yang berbeda-beda.
Baumrind dalam Santrock (2007: 257-258) menekankan tiga tipe
pengasuhan, yaitu otoriter, otoritatif dan laissez-faire (permisif). Baru-
baru ini para ahli perkembangan berpendapat bahwa pengasuhan anak yang
permisif terjadi dalam dua bentuk: permissive-indulgent dan permissive-
indiferent.
a. Pengasuhan Otoriter (Authoritarian parenting ).
Pengasuhan yang otoriter ialah suatu gaya membatasi dan
menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti dan menghukum yang
menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan
menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang otoriter menempatkan
batas-batas yang tegas dan tidak memberikan peluang yang besar kepada
anak-anak untuk berbicara (bermusyawarah). Pengasuhan yang otoriter
diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak-anak.
b. Pengasuhan Otoritatif (authoritative parenting)
Pengasuhan yang otoritatif mendorong anak-anak agar mandiri
tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-
tindakan mereka. Musyawarah verbal yang ekstensif dimungkinkan, dan
orang tua memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak.
Pengasuhan yang otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial anak-
anak. Anak-anak yang mempunyai orang tua yang otoritatif berkompeten
secara sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab.
c. Pengasuhan Permisif
Pengasuhan yang permisif terjadi dalam dua bentuk: permissive-
indifferent parenting dan permissive indulgent parenting.
1.) Pengasuhan yang permissive- indifferent (mengabaikan)
Ialah suatu gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam
kehidupan anak, tipe pengasuhan ini diasosiasikan dengan
inkompetensi sosial anak, khususnya kurangnya kendali diri. Anak-
Hubungan Pola Asuh..., Sofia Tyastuti, FKIP, UMP, 2016
11
anak yang orang tuanya bergaya permissive-indifferent
mengembangkan suatu perasaan bahwa aspek-aspek lain kehidupan
orang tua lebih penting daripada anak mereka. Anak-anak yang orang
tuanya bergaya permissive-indifferent inkompeten secara sosial
mereka memperlihatkan kendali diri yang buruk dan tidak
membangun kemandirian dengan baik.
2) Pengasuhan yang permissive-indulgent (menuruti)
Ialah suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat
dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi menetapkan sedikit batas
atau kendali terhadap mereka. Pengasuhan yang permissive-indulgent
diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak, khususnya kurangnya
kendali diri. Orang tua seperti itu membiarkan anak-anak mereka
melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya ialah anak-
anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan
selalu mengharapkan kemauan mereka dituruti. Beberapa orang tua
sengaja mengasuh anak-anak mereka dengan cara seperti ini karena
mereka yakin kombinasi keterlibatan yang hangat dengan sedikit
kekangan akan menghasilkan seorang anak yang kreatif, percaya diri.
Tipe pola asuh orang tua ada 3 yaitu pola asuh otoriter, pola asuh
otoritatif dan pola asuh permisif. Pola asuh otoriter yang diterapkan oleh
orang tua memiliki kecenderungan memaksakan kehendak dan tidak
percaya terhadap yang dilakukan oleh anak sehingga anak merasa selalu
dibatasi dan terkekang oleh aturan karena kontrol orang tua yang berlebihan.
Pola asuh yang kedua yaitu pola asuh otoritatif seperti arti katanya
demokratis yaitu kebebasan untuk berpendapat, anak pada pola asuh ini
memiliki kebebasan untuk berpendapat kepada orang tua, sehingga
komunikasi hal yang penting antar orang tua antara anak dan orang tua, tapi
tetap dalam kontrol orang tua. Pola asuh yang terakhir adalah pola asuh
permisif, cenderung membebaskan tindakan dan keinginan anak serta kontol
orang tua yang rendah.
Hubungan Pola Asuh..., Sofia Tyastuti, FKIP, UMP, 2016
12
3. Sikap dan Perilaku Orang Tua yang Berkaitan dengan Pola Asuh
Wahyuning (2003: 134-137) mengemukakan tentang pola asuh dari
orang tua adalah sarana atau kapal yang menjadi kendaraan untuk
mengkomunikasikan nilai-nilai moral pada anak-anak kita. Lewat pola asuh,
anak-anak akan merasakan bagaimana orang tua bersikap memandang yang
baik dan buruk dan sebagainya. Beberapa sikap dan perilaku orang tua yang
berkaitan dengan pola asuh, antara lain:
a. Perlindungan yang berlebihan
Orang tua sering kali memiliki perlindungan yang berlebihan
terhadap anak mereka. Orang tua harus tahu semua kegiatan yang
dilakukan oleh anak dan kemanapun anak pergi harus selalu orang tua
ikuti. Hal tersebut menyebabkan anak menjadi tidak mandiri karena
selalu bergantung pada orang tua.
b. Pembolehan
Anak selalu memiliki permintaan kepada orang tua. Sebagai orang
tua pastilah harus menuruti permintaan dari anaknya. Tetapi orang tua
harus selektif dalam memberikan pembolehan kepada anaknya dan tidak
semuanya diperbolehkan. Setidaknya apabila permintaan tersebut dikira
baik dan bermanfaat untuk anak sebagai orang tua harus
memperbolehkan anak. Hal tersebut akan menumbuhkan rasa
kepercayaan diri anak karena telah dipercaya oleh orang tuanya untuk
melakukan sesuatu.
Hubungan Pola Asuh..., Sofia Tyastuti, FKIP, UMP, 2016
13
c. Ijin yang belebihan
Pemberian ijin yang berlebihan kepada anak tanpa pertimbangan
akan baik dan buruknya terhadap anak dapat berdampak tidak baik
terhadap diri anak. Karena hal tersebut akan menimbulkan anak yang
bersifat egois, ingin selalu dituruti dan juga semua yang ia lakukan harus
dengan apa yang dia inginkan.
d. Penolakan
Tindakan orang tua yang menolak tanpa disertai dengan alasan
mengapa orang tua menolak akan membuat anak tidak dapat memahami
secara rasional terhadap penolakan yang dilakukkan oleh orang tua.
Penolakan yang anak terima biasanya juga akan mereka lakukan terhadap
orang lain yang lebih lemah.
e. Penerimaan
Sikap penerimaan orang tua dengan kasih sayang terhadap anak
secara tepat akan menimbulkan karaktek anak yang ramah terhadap
orang lain, mudah bersosialisasi dan emosinya yang cenderung stabil.
f. Dominasi
Sikap dominan yang dilakukkan oleh orang tua seringkali terjadi.
Karena faktor pengalaman orang tua yang lebih banyak dibandingkan
dengan anak mereka. Anak yang mempunyai usia yang lebih muda
dianggap manusia yang tidak tahu apa-apa dan harus menuruti semua
permintaan dan juga perintah orang tuanya, tanpa pernah memberikan
kesempatan pada anak untuk menyatakan pendapat dan keinginannya.
Hubungan Pola Asuh..., Sofia Tyastuti, FKIP, UMP, 2016
14
g. Patuh kepada anak
Kita tidak jarang menemui anak yang lebih mendominasi terhadap orang
tuanya, semua keinginan anak akan dituruti oleh orang tuanya. Anak
menjadi kurang menghormati orang tua.
h. Orang tua yang ambisius
Kemampuan anak pastilah berbeda-beda, tapi orang tua terkadang
secara tidak sadar banyak menuntun terhadap anak untuk dapat bisa ini
dan itu. Tak jarang orang tua membanding-bandingkan anak mereka
dengan anak orang lain. Orang tua memiliki ambisius untuk menjadikan
anak mereka seperti anak-anak yang dianggap lebih dalam segaala hal,
tanpa pernah mengetahui bakat atau minat dan keterbatasan anaknya.
Hurlock, Schneiders, dan Lore dalam Yusuf (2007: 48-50)
menyatakan bahwa terdapat beberapa pola sikap dan perilaku orang tua
terhadap anak yang masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri
terhadap kepribadian anak.
Tabel 2.1 Sikap atau Perlakuan Orangtua dan dampaknya
terhadap Kepribadian Anak
POLA
PERLAKUAN
ORANG TUA
PERILAKU ORANG
TUA
PROFIL TINGKAH
LAKU ANAK
1. Overprotection
(terlalu
melindungi)
1. Kontak yang
berlebihan dengan
anak
2. Perawatan/pemberian
bantuan kepada anak
yang terus-menerus,
meskipun anak sudah
mampu merawat
dirinya sendiri
3. Mengawasi kegiatan
1. Perasaan tidak aman
2. Agresif dan dengki
3. Mudah merasa gugup
4. Melarikan didi dari
kenyataan
5. Sangat tergantung
6. Ingin menjadi pusat
perhatian
7. Bersikap menyerah
8. Lemah dalam “ego
Hubungan Pola Asuh..., Sofia Tyastuti, FKIP, UMP, 2016
15
anak secara
berlebihan
4. Memecahkan masalah
anak
strenght”.
Aspiratif dan toleransi
terhadap frustrasi
9. Kurang mampu
mengendalikan emosi
10. Menolak tanggung
jawab
11. Kurang percaya diri
12. Mudah terpengaruh
13. Peka terhadap kritik
14. Bersikap “yes men”
15. Egois/selfish
16. Suka bertengkar
17. Troblemaker
(pembuat onar)
18. Sulit dalam bergaul
19. Mengalami
“homesick”
2. Permissiveness
(pembolehan)
1. Memberikan
kebebasan untuk
berpikir atau berusaha
2. Menerima
gagasan/pendapat
3. Membuat anak
merasa diterima dan
merasa kuat
4. Toleran dan
memahami
kelemahan anak
5. Cenderung lebih suka
memberi yang
diminta anak dari
pada menerima
1. Pandai mencari jalan
keluar
2. Dapat bekerja
3. Percaya diri
4. Penuntut dan tidak
sabaran
3. Rejection
(Penolakan)
1. Bersikap masa bodoh
2. Bersikap kaku
3. Kurang
memperdulikan
kesejahteraan anak
4. Menampilkan sikap
permusuhan atau
dominasi terhadap
anak
1. Agresif (mudah
marah, gelisah, tidak
patuh/keras kepal,
suka bertengkar dan
nakal)
2. Sulit bergaul
3. Pendiam
4. Sadis
4. Acceptance
(Penerimaan)
1. Memberikan
perhatian dan cinta
kasih yang tulus
kepada anak
1. Mau bekerjasama
(kooperatif)
2. Bersahabat
(friendly)
Hubungan Pola Asuh..., Sofia Tyastuti, FKIP, UMP, 2016
16
2. Menempatkan anak
pada posisi yang
penting di dalam
rumah
3. Mengembangkan
hubungan yang
hangat dengan anak
4. Bersikap respek
terhadap anak
5. Mendorong anak
untuk menyatakan
perasaan atau
pendapatnya
6. Berkomunikasi
dengan anak secara
terbuka dan mau
mendengarkan
masalahnya
3. Loyal
4. Emosinya stabil
5. Ceria dan bersikap
optimis
6. Mau menerima
tanggung jawab
7. Jujur
8. Dapat dipercaya
9. Memiliki
perencanaan yang
jelas untuk
mencapai masa
depan.
10. Bersikap reslistik
(memahamikekuatan
dan kelemahan
dirinya secara
objektif)
5. Domination
(Dominasi)
Mendominasi anak 1. Bersikap sopan dan
sangat berhati-hati
2. Pemalu, penurut,
inferior, dan mudah
bingung
3. Tidak dapat bekerja
6. Submission
(Penyerahan)
1. Senantiasa
memberikan sesuatu
yang diminta anak
2. Memberikan anak
berperilaku semaunya
di rumah
1. Tidak petuh
2. Tidak bertanggung
jawab
3. Agresif dan
teledor/lalai
4. Bersikap otoriter
5. Terlalu percaya diri
7. Punitiveness/
Overdiscipline
(Terlalu
disiplin)
1. Mudah memberikan
hukuman
2. Menanamkan
kedisiplinan secara
keras.
1. Impulsif
2. Tidak dapat
mengambil keputusan
3. Nakal
4. Sikap bermusuhan
dan agresif
Yusuf (2007: 48-50)
Hasil penelitian Baumrind dalam Yusuf (2007:51) dapat disimpulkan
bahwa orang tua memiliki sikap atau perilaku yang berbeda-beda pada
Hubungan Pola Asuh..., Sofia Tyastuti, FKIP, UMP, 2016
17
setiap tipe pola asuh orang tua. Sikap dan perilaku orang tua dapat
dikategorikan kedalam tipe-tipe pola asuh sebagai berikut.
1. Authoritarian (Otoriter).
a. Sikap penerimaan rendah, namun kontrolnya tinggi,
b. Suka menghukum secara fisik,
c. Bersikap komando (mengharuskan/memerintah anak),
d. Bersikap kaku(keras),
e. Cenderung emosional dan bersikap menolak.
2. Authoritative (Demokratis).
a. Sikap penerimaan dan kontrolnya tinggi,
b. Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak,
c. Mendorong anak untuk menanyakan pendapat atau pertanyaan,
d. Memberikan penjelasan tentang dampak perbatan yang baik dan
buruk.
3. Permisiive (Permisif).
a. Sikap penerimaan tinggi namun kontrolnya rendah,
b. Memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau
keinginan.
G. Prestasi Belajar IPS
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh ilmu baik untuk mengembangkan yang sudah ada ataupun
Hubungan Pola Asuh..., Sofia Tyastuti, FKIP, UMP, 2016
18
memperoleh yang baru sebagai bentuk usaha agar adanya perubahan
tingkah laku. Wasty (1990: 98) berpendapat bahwa banyak orang
beranggapan, bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu
atau menuntut ilmu. Ada lagi yang secara lebih khusus mengartikan
belajar adalah menyerap pengetahuan. Pendapat juga dikemukakan oleh
Keingskey dalam Djamarah (2002: 13) learning is the process by which
behavior (in the broader sense) is originated or changed through
practice or traning (Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam
arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Wittig
dalam Syah (2011: 64) juga mengemukakan definisi belajar sebagai
perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
pengalaman.
Pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulakan bahwa belajar
adalah kegiatan manusia yang dilakukan yang menghasilkan perubahan
tingkah laku pada individu yang diperoleh dari pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Hakikat belajar pada umumnya yaitu, seseorang yang
melakukan suatu aktifitas untuk memperolah perubahan pada dirinya dari
keadaan sebelumnya, melalui proses interaksi dan pengalaman yang dia
peroleh. Belajar akan berlangsung secara terus menerus tanpa henti
karena belajar dapat berlangsung dari manapun dan juga kapanpun.
Hubungan Pola Asuh..., Sofia Tyastuti, FKIP, UMP, 2016
19
b. Teori Belajar
1.) Teori Belajar John Piaget
Teori belajar Piaget dalam Slameto (2010: 12) mengenai
perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah sebagai berikut:
a.) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang
dewasa. Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk
kecil, mereka mempunyai cara yang khas untuk menyatakan
kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya. Maka
memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar
b.) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu,
menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
c.) Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui
suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu
tahap ke tahap yang lain tidak selalu sama pada setiap anak.
d.) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: (1)