BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan) Agency Theory menjelaskan hubungan antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik). Principal merupakan pihak yang memberikan amanat kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama principal, sementara agen adalah yang diberi mandat. Dengan demikian, agen bertindak sebagai pihak yang berkewenangan mengambil keputusan, sedangkan principal adalah pihak yang mengevaluasi informasi (Lestari, 2010). Salah satu elemen dari teori agensi yaitu terdapatnya asimetri informasi dimana agen lebih mengetahui tentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan principal atau stakeholder yang hanya mengetahui informasi eksternal perusahaan yaitu mengenai hasil kinerja dari manajemen. Efek dari asimetri informasi ini bisa berupa moral hazard, yaitu permasalahan yang timbul jika agen tidak melaksanakan hal-hal dalam kontrak kerja, bisa pula terjadi adverse selection, ialah keadaan di mana principal tidak dapat mengetahui apakah keputusan yang diambil agen benar-benar didasarkan atas informasi yang diperoleh, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas (Lestari, 2010). Menurut Eisenhardt dalam Wendy (2010), teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri
24
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan)
Agency Theory menjelaskan hubungan antara agen (pihak manajemen suatu
perusahaan) dengan principal (pemilik). Principal merupakan pihak yang
memberikan amanat kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama principal,
sementara agen adalah yang diberi mandat. Dengan demikian, agen bertindak
sebagai pihak yang berkewenangan mengambil keputusan, sedangkan principal
adalah pihak yang mengevaluasi informasi (Lestari, 2010). Salah satu elemen dari
teori agensi yaitu terdapatnya asimetri informasi dimana agen lebih mengetahui
tentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan
dengan principal atau stakeholder yang hanya mengetahui informasi eksternal
perusahaan yaitu mengenai hasil kinerja dari manajemen.
Efek dari asimetri informasi ini bisa berupa moral hazard, yaitu
permasalahan yang timbul jika agen tidak melaksanakan hal-hal dalam kontrak
kerja, bisa pula terjadi adverse selection, ialah keadaan di mana principal tidak
dapat mengetahui apakah keputusan yang diambil agen benar-benar didasarkan
atas informasi yang diperoleh, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas
(Lestari, 2010).
Menurut Eisenhardt dalam Wendy (2010), teori agensi menggunakan tiga
asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri
(self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk
averse). Pihak agen termotivasi untuk memaksimalkan fee kontraktual yang
diterima sebagai sarana dalam pemenuhan kebutuhan ekonomis dan
psikologisnya. Sebaliknya, pihak prinsipal termotivasi untuk mengadakan kontrak
atau memaksimalkan returns dari sumber daya untuk menyejahterakan dirinya
dengan
profitabilitas yang selalu meningkat.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), adanya auditor independen
berperan sebagai penengah kedua belah pihak (agent dan principle) yang berbeda
kepentingan. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi
yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agent (manajer), serta
teori agensi digunakan untuk membantu komite audit untuk memahami konflik
kepentingan yang dapat muncul antara pemilik dan manajemen. Sehingga
diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan yang
dapat menimbulkan tenggang waktu audit delay yang berkepanjangan.
2.1.2 Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan
Akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang memberikan keterangan
mengenai data ekonomi untuk pengambilan keputusan bagi siapa saja yang
membutuhkannya. Dalam akuntansi, informasi yang dimaksudkan itu disusun
dalam ikhtisar dalam laporan keuangan. Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield
(2008), definisi laporan keuangan merupakan sarana utama dimana informasi
keuangan dikomunikasikan dengan pihak luar perusahaan, laporan ini
memberikan sejarah kuantitatif perusahaan dalam satuan uang.
Menurut IAI (2009), tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Disamping itu, laporan
keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau
pertanggungjawaban manajemen atas dasar sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Laporan keuangan menurut IAI (2009) disusun dan disajikan
sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar
pengguna. Beberapa diantara pengguna ini memerlukan dan berhak untuk
memperoleh informasi tambahan disamping yang tercakup dalam laporan
keuangan.
Komponen laporan keuangan yang lengkap menurut IAI (2009) terdiri atas
komponen-komponen berikut ini (1) Neraca; (2) Laporan Laba Rugi; (3) Laporan
Perubahan Ekuitas; (4) Laporan Arus Kas; dan (5) Catatan atas Laporan
Keuangan. Laporan keuangan harus menerapkan PSAK secara benar disertai
pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan.
Informasi lain tetap disajikan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun
penyajian tersebut tidak diharuskan oleh PSAK (IAI, 2009).
Laporan keuangan merupakan salah satu dasar dalam pengambilan
keputusan. Oleh karena itu, laporan keuangan memiliki karakteristik kualitatif
yang memiliki hubungan dengan dasar pengambilan keputusan, kebutuhan
pemakai dan keyakinan pemakai terhadap informasi yang digunakan.
Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2009) No. 1 adalah:
1) Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pengguna. Pengguna
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar.
2) Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi
pengguna di masa lalu.
3) Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya
sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithfull representation) dari
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan.
4) Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan
kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan
laporan keuangan antarperusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Pelaporan keuangan tidak hanya memuat laporan keuangan namun juga cara-cara
lain dalam mengkomunikasikan informasi yang berhubungan, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dengan informasi yang diberikan oleh sistem
akuntansi yaitu informasi mengenai sumber daya, kewajiban, penghasilan
perusahaan, dan lain-lain (Belkaouli, 2006).
2.1.3 Standar Auditing
Definisi audit menurut Arens, Elder, Beasley dan Jusuf (2010)
menjelaskan bahwa pengertian auditing adalah:
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence between the
information and established criteria. Auditing should be done by a competent,
independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi
tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang
kompeten dan independen. Sedangkan pengertian audit menurut Mulyadi (2006):
“Suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mencari bukti-bukti
dengan cara objektif yang berkaitan dengan pernyataanperyataan tentang
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan kesesuaian
antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.”
Menurut Mulyadi (2006) audit dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: