1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Riwayat Pemberian ASI Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya menerima ASI dari ibu tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, mineral atau obat berupa tetes maupun sirup. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. Pemberian ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan bayi pada usia sekitar enam bulan. Pemberian ASI tanpa pemberian makanan lain selama enam bulan tersebut melalui menyusui secara eksklusif (WHO, 2006). Menurut Hubertin (2004) ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tanpa makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur dua tahun. Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Replex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat merangsang serabutotot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar. Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampunga air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam putting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil. Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar
34
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Riwayat ... · Manfaat ASI untuk bayi menurut Suradi (2009), yaitu : a) Mengandung nutrient (zat gizi) yang sesuai untuk bayi Air Susu Ibu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. ASI Eksklusif
1. Riwayat Pemberian ASI
Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya menerima ASI
dari ibu tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup
yang berisi vitamin, mineral atau obat berupa tetes maupun sirup.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita sebagian besar ditentukan
oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang
terkandung di dalam ASI tersebut. Pemberian ASI tanpa bahan makanan
lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan bayi pada usia sekitar enam
bulan. Pemberian ASI tanpa pemberian makanan lain selama enam bulan
tersebut melalui menyusui secara eksklusif (WHO, 2006).
Menurut Hubertin (2004) ASI eksklusif adalah pemberian ASI
sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tanpa
makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.
Setelah 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lain dan tetap
diberikan ASI sampai bayi berumur dua tahun.
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang
oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut
merangsang kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah
prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu.
Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Replex,
dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior
untuk menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat merangsang
serabutotot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu
dapat mengalir secara lancar.
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk
menampunga air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis
merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam
putting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil. Susu
diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar
2
menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat
digambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar
yang mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila
sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur
tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir
ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di
dalam aerola dan membentuk sinus lactiterous. Pusat dari areda (bagan
yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan
mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi.
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat
ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari
pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari
jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml
pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Jumlah tersebut dapat
dicapai dengan menysusui bayinya selama 4 – 6 bulan pertama. Karena itu
selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi lkebutuhan gizinya.
Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak
saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus
mendapat makanan tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah normal,
volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama.
Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25
menit.
Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan
mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian
yang dilakukan pada beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan
terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1
liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan
kecepatan yang sama. Konsumsi ASI selama satu kali menysui atau
jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak
ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun
umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang
3
ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi
sejumlah kecil ASI.
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya
dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml
dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalamtahun kedua kehidupan bayi.
Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana
jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk
menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan
sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama
menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah
produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi
air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali
menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi
bayi yang masih sangat muda. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat
kekurangan gizi seringkali ditemukan “merasmus” pada bayi-bayi
berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI.
2. Prevalensi ASI Eksklusif
Pada tahun 2013 Riskesdas melakukan penelitian terkait cakupan
ASI eksklusif di Indonesia. Berikut adalah gambaran cakupan ASI
eksklusif dari 19 provinsi di Indonesia.
Sumber : Riskesdas, 2013
Gambar 1. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 Bulan Menurut Provinsi
2013
Pada Gambar 1 terdapat 19 provinsi yang mempunyai persentase ASI
eksklusif di atas angka nasional (54,3%), persentase tertinggi terdapat pada
4
provinsi Nusa Tenggara Barat (79,7%) dan terendah pada Provinsi Maluku
(25,2%). Jawa tengah sudah melebihi angka nasional, sehingga perlu
dilakukan upaya agar provinsi yang masih di bawah angka nasional agar
dapat meningkatkan cakupan ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif untuk
bayi yang berusia kurang dari 6 bulan secara global dilaporkan. Namun jika
secara absolut dilakukan konversi terhadap estimasi jumlah populasi sasaran
bayi 0-6 bulan sebesar 2.483.485 maka terdapat bayi 0-6 bulan yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 1.134.952 (Riskesdas, 2013).
Cakupan ASI eksklusif pada Kabupaten Karanganyar pada tahun 2014
mencapai 50,1%. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif tertinggi pada
kecamatan jaten mencapai 58,0% untuk jaten 1 dan 74,1% untuk jaten 2.
Kecamatan Tasikmadu menyumbang ASI eksklusif sebesar 51,3%.
Menurut Riskesdas (2013) persentase pemberian ASI eksklusif
semakin menurun, seiring meningkatnya umur bayi dengan persentase
terendah pada anak umur 6 bulan (30,2 %).
Gambar 2. Pemberian ASI saja 24 jam terakhir menurut umur
Air susu ibu mengandung semua nutrien yang dibutuhkan bayi
dalam jumlah yang benar dan tidak pernah basi, manfaat paling penting
dari menyusui adalah perlindungan terhadap infeksi seperti diare, infeksi
pernafasan, dan lain-lain (Kemenkes RI, 2015).
3. Manfaat ASI Eksklusif
Air susu ibu mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara
lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor,
pertumbuhan, hormon enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua
5
zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang satu dengan yang
lainnya. Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia yang
sangat tepat ini bagai suatu "Simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi"
sehingga tidak dapat ditiru oleh manusia (Suherni, 2008).
Menyusui dalam jangka panjang dapat memperpanjang jarak
kelahiran karena masa amenorhoe lebih panjang. UNICEF dan WHO
membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan
kepada bayinya. Sesudah umur 6 bulan, bayi baru dapat diberikan MP ASI
dan ibu tetap memberikan ASI sampai anak berumur minimal 2 tahun.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan juga
merekomendasikan para ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan
kepada bayinya.
1. Manfaat ASI untuk bayi menurut Suradi (2009), yaitu :
a) Mengandung nutrient (zat gizi) yang sesuai untuk bayi
Air Susu Ibu mengandung lemak sebagai sumber kalori utama,
karbohidrat yang kadarnya tinggi bila dibandingkan dengan susu
mamalia lain, protein yang mudah dicerna, garam dan mineral,
vitamin K sebagai katalisator dalam proses pembekuan darah,
Vitamin E dan Vitamin D untuk pertumbuhan tulang dan gigi
b) Mengandung zat protektif
Bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang menderita penyakit
karena adanya zat protektif dalam ASI, seperti Laktobasilus bifidus,
Laktoferin, Lizosim, Komplemen C3 dan C4, faktor antitreptokokus,
antibody, imunitas seluler, tidak menimbulkan alergi.
c) Mempunyai efek Psikologis yang menguntungkan
Waktu menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit ibu.
Kontak kulit yang dini ini akan sangat besar pengaruhnya pada
perkembangan bayi kelak. Interaksi yang timbul waktu menyusui
antara bayi dan ibu akan menimbulkan dasar kepercayaan pada bayi
(basic sence of trust) yaitu dengan mulai dapat mempercayai orang
lain (ibu) maka akan timbul rasa percaya pada diri sendiri (Suradi,
2009)
6
d) Menyebabkan pertumbuhan yang baik
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan
yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik,
dan mengurangi kemungkinan obesitas. Ibu-ibu yang diberi
penyuluhan tentang ASI dan laktasi, turunnya berat badan bayi (pada
minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi
penyuluhan. Biasanya kelompok ibu-ibu tersebut segera memberikan
ASI nya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui yang sering (tidak
dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat, karena volume ASI yang
dihasilkan lebih banyak, sehingga penurunan berat badan bayi hanya
sedikit (Suradi, 2009)
e) Menjaga keseimbangan daya tahan tubuh
Meningkatkan daya tahan tubuh karena berbagai kandungan zat
gizi sehingga akan lebih jarang sakit. Air Susu Ibu juga akan
mengurangi terjadinya diare, sakit telinga dan infeksi saluran
pernapasan. Melindungi anak dari serangan alergi. Air Susu Ibu
membuat berat badan bayi lebih ideal. Fakta membuktikan bahwa
ASI mengurangi angka obesitas pada bayi sebesar 13%. Ini terjadi
karena kandungan gizi pada ASI telah memenuhi kebutuhan si bayi,
tidak berlebihan atau kurang (Kemenkes, 2014).
2. Efek atau dampak negatife pemberian susu formula
Roesli (2008) menjelaskan berbagai dampak negatife yang terjadi
pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain :
a) Gangguan saluran pencernaan (muntah, diare)
Judarwanto (2007) menjelaskan bahwa anak yang diberi susu
formula lebih sering muntah/gumoh, kembung, sering rewel, susah
tidur terutama malam hari. Susu formula yang dibuat terlalu kental
dapat membuat usus bayi susah mencerna, sehingga sebelum susu
dicerna oleh usus akan dikeluarkan kembali melalui anus yang
mengakibatkan bayi mengalami diare (Khasanah, 2011).
b) Infeksi saluran pernapasan
7
Gangguan saluran pencernaan yang terjadi dalam jangka panjang
dapat mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah
terserang infeksi terutama ISPA (Judarwanto, 2007). Susu sapi tidak
mengandung sel darah putih hidup dan antibiotic sebagai perlindungan
tubuh dari infeksi. Proses penyiapan susu formula yang kurang steril
dapat menyebabkan bakteri mudah masuk (Khasanah, 2011).
c) Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas)
Kelebihan berat badan pada bayi yang mendapatkan susu
formula diperkirakan karena kelebihan air dan komposisi lemak tubuh
yang berbeda dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI (Khasanah,
2011). Penelitian yang dilakukan oleh Amstrong (2002) dalam Roesli
(2008) membuktikan bahwa kegemukan jauh lebih tinggi pada anak-
anak yang diberi susu formula. Kries dalam Roesli (2008)
menambahkan bahwa kejadian obesitas mencapai 4,5%-40% lebih
tinggi pada anak yang tidak pernah diberikan ASI.
d) Meningkatkan kejadian karies gigi susu
Susu formula yang diberikan dengan menggunakan botol sering
menjadi penyebab munculnya karies gigi atau gigi yang berlubang.
Karies gigi merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut
yang sering dijumpai dimasyarakat saat ini. Penyakit ini dapat
ditemukan pada semua usia, baik pada balita, anak-anak, remaja
maupun orang dewasa (Arisman, 2010).
Ketika anak menghisap botol susunya selama ia tidur, maka gigi
depan atasnya akan terendam susu sehingga akan lebih cepat
mengalami karies gigi. Cairan yang mengandung gula seperti susu,
sirup, teh manis, jus buah dengan tambahan gula dapat memberikan
lingkungan yang baik untuk perkembangan mikroorganisme penyebab
karies (Deebadibah, 2013). Banyak orang tua yang ingin memberikan
gizi terbaik untuk anaknya dengan memilih memberikan susu formula
dalam botol. Kebiasaan orang tua tersebut mengakibatkan terjadinya
karies pada anak (Avianty & Tedjosasongko, 2011).
8
4. Hambatan Menyusui Secara Eksklusif Pada Ibu
Hambatan ibu untuk menyusui terutama secara eksklusif sangat
bervariasi. Namun, yang paling sering dikemukakan sebagai berikut
(Roesli, 2005):
1. ASI tidak cukup
Merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI
secara eksklusif. Walaupun banyak ibu yang merasa ASI-nya kurang,
tetapi hanya sedikit (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi
ASI-nya. Selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup
untuk bayinya.
2. Ibu bekerja dan susu formula lebih praktis
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif,
karena waktu ibu bekerja, bayi dapat diberi ASI perah. Kebijakan
pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pemberian ASI oleh pekerja
wanita telah dituangkan dalam kebijakan Pusat Kesehatan Kerja Depkes
RI pada tahun 2009. Banyak ibu yang beranggapan susu formula lebih
praktis, pendapat ini tidak benar karena untuk membuat susu formula
diperlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril,
dan perlu waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru dibuat.
Sementara itu, ASI siap pakai dengan suhu yang tepat setiap saat.
5. Dampak Bagi Kesehatan
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif, baik bagi ibu
maupun bayinya. Bagi bayi, menyusui mempunyai peran penting untuk
menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena
ASI kaya dengan zat gizi dan antibodi. Bagi ibu, menyusui dapat
mengurangi morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan
merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca
melahirkan (postpartum).
6. Pemberian ASI
World Health Organization (2011) menyatakan pemberian ASI yang
baik dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain :
9
a. Durasi Menyusui
Dalam pemberian ASI, bayi tidak perlu diberi batasan untuk
lamanya menyusu. Biarkan bayi menyusu selama yang diinginkan,
asalkan bayi melekat baik pada payudara. Beberapa bayi memperoleh
semua ASI yang dibutuhkan dalam beberapa menit, bayi lain mungkin
perlu setengah jam untuk dapat jumlah ASI yang sama.
b. Kemampuan menghisap
Untuk mengeluarkan ASI secara efisien, bayi perlu menghisap
dengan cara yang benar. Adapaun cara menghisap yang benar yaitu :
- Bayi memasukan banyak areola dan jaringan di bawahnya ke
dalam mulutnya
- Bayi menarik jaringan payudara untuk membentuk "dot panjang"
- Bayi menyusu pada payudara bukan putingnya
Bila bayi melekat dengan baik, ia mengeluarkan ASI dengan
mudah dan ini disebut "menyusu yang efektif". Jika bayi melekat
dengan baik pada payudara, ibu tidak akan mengalami nyeri puting.
c. Frekuensi
Air susu ibu diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon
dan refleks. Selama periode menyusui ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi produksi ASI, salah satunya adalah frekuensi
menyusui. Pada bayi yang baru lahir, usia 1-3 minggu sebaiknya bayi
di bangunkan untuk disusui karena bayi belum mengenal pola
menyusui. Namun, pada usia lebih dari 3 minggu maka bayi akan
terbiasa dengan pola menyusi. Sehingga, bayi akan menyusui dengan
keinginannya sendiri. Pada konsep frekuensi pemberian ASI sebaiknya
bayi disusui tanpa dijadwal (on demand) karena bayi akan menemukan
sendiri kebutuhannya. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat
kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi ASI selanjutnya. Bayi berbeda-beda dalam jumlah menyusu
yang diinginkan antara 6-15 kali sehari. Jarak waktu menyusu juga
bervariasi antara kurang dari satu jam sampai beberapa jam.
10
7. Faktor – Faktor Penyebab Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan memberikan ASI
eksklusif pada bayi (Roesli, 2000)
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk
menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat sikap terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan
termasuk ASI eksklusif.
b) Pengetahuan
Pengetahuan yang salah dimiliki oleh seseorang tentang
manfaat dan tujuan pemberian ASI eksklusif bisa menjadi penyebab
gagalnya pemberian ASI eksklusif pada bayi. Kemungkinan pada
saat pemeriksaan kehamilan mereka tidak memperoleh penyuluhan
intensif tentang ASI eksklusif, kandungan dan manfaat ASI, teknik
menyusui, dan kerugian jika tidak memberikan ASI eksklusif. Para
ibu yang melihat iklan dan mendapatkan informasi dari lingkungan
sekitar bahwa susu formula mampu menaikan berat badan dengan
cepat akhirnya memilih sikap untuk memberikan susu formula
terhadap bayinya.
c) Psikologi Ibu
- Rasa percaya diri atau keyakinan pada ibu bahwa ASI yang
diberikan secara eksklusif kepada bayi tidak cukup sehingga ibu
ingin cepat memberikan susu formula atatu bubur yang terbuat
dari tepung biji bijian kepada bayinya.
- Kestabilan emosional, ibu takut kehilangan daya tarik dan
kepercayaan dalam dirinya, dikarenakan menyusui akan
membuat bentuk payudara kurang bagus. Sehinggga membuat
emosional ibu meningkat
11
- Lingkungan pekerjaan, dimana tempat ibu bekerja tidak
mendukung apabila ibu memberikan ASI eksklusif nantinya akan
mengganggu produktivitas dalam bekerja
2) Faktor eksternal
a) Peran ayah: dukungan ayah sangat penting dalam suksesnya
menyusui, dukungan emosional suami sangat berarti dalam
menghadapi tekanan luar yang meragukan akan manfaat ASI
eksklusif.
b) Sosial budaya: ibu-ibu yang bekerja atau kesibukan sosial lainya,
cenderung meniru teman/tetangga yang memberikan susu botol
kepada bayinya.
c) Meningkatnya promosi susu kaleng pengganti ASI
8. Peraturan Hukum Tentang ASI Eksklusif
a) UU Nomer 36/2009 tentang kesehatan
Pasal 128 ayat 2 dan 3 disebutkan bahwa selama pemberian ASI,
pihak keluarga, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung
ibu yang menyusui secara penuh dengan penyediaan waktu dan
fasilitas khusus. Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.
b) Pasal 200 sanksi pidana dikenakan bagi setiap orang yang sengaja
menghalangi program pemberian ASI eksklusif sebagaimana
dimaksud dalam pasal 128 ayat (2). Ancaman pidana yang diberikan
adalah pidana penjara paling lama satu tahun dan denda paling banyak
Rp. 100.000.000,00 (Seratus Juta Rupiah).
c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 33 Tahun 2012
tentang pemberian ASI aksklusif. Pasal berbunyi "Setiap ibu yang
melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang
dilahirkannya".
d) Keputusan Menteri Kesehatan Nomer 450/MENKES/SK/VI/2004
tentang pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia
12
- Menetapkan ASI eksklusif di Indonesia selama 6 Bulan dan
dianjurkan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau lebih dengan
pemberian makanan tambahan yang sesuai
- Tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang
baru melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif dengan
mengacu pada 10 langkah keberhasilan menyusui.
B. MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)
Untuk tumbuh kembang yang optimal, maka seorang anak
membutuhkan asupan gizi yang cukup. Bagi bayi usia 0-6 bulan, pemberian
ASI saja sudah cukup, namun bagi bayi di atas 6 bulan diperlukan makanan
selain ASI yaitu berupa makanan pendamping ASI atau MP ASI (Depkes RI,
2006).
1. Pengertian
a) Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
Menurut Arif (2009) MP ASI adalah makanan yang diberikan
kepada bayi bersama-sama dengan ASI. Makanan pendamping ASI
merupakan makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi
berumur 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Makanan pendamping
ASI bukan sebagai pengganti ASI (Krisnatuti dan Yenrina, 2000).
Makanan pendamping ASI merupakan makanan peralihan dari ASI
ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP ASI harus
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan
kemampuan bayi (Mufida, 2015).
b) Pemberian Makanan Pendamping ASI
Menurut Irianto dan Waluyo (2004) pemberian makanan
pendamping ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata
berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Pemberian makanan
pendamping ASI mempunyai tujuan memberikan zat gizi yang cukup
bagi kebutuhan bayi atau balita guna pertumbuhan dan perkembangan
fisik dan psikomotorik yang optimal, selain itu untuk mendidik bayi
13
supaya memiliki kebiasaan makan yang baik. Tujuan tersebut dapat
tercapai dengan baik jika dalam pemberian MP ASI sesuai pertambahan
umur, kualitas dan kuantitas makanan baik serta jenis makanan yang
beraneka ragam.
Makanan pendamping ASI diberikan sebagai pelengkap ASI
sangat membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk
menanamkan kebiasaan makan yang baik. Pemberian MP ASI juga untuk
menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak
dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus, dengan demikian
makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara
kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari
ASI.
Menurut Yayuk (2004) pola pemberian MP ASI adalah susunan
jenis dan jumlah MP ASI yang diberikan oleh ibu kepada bayinya pada
waktu tertentu.
c) Pola Makan
Pola makan adalah kebiasaan makan yang memberikan gambaran
mengenai frekuensi, jumlah, tekstur dan ragam makanan yang
dikonsumsi setiap hari oleh balita. Pola makan merupakan berbagai
informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan
makanan yang dikonsumsi setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri
khas untuk masyarakat tertentu (Karjati dalam Sulistyoningsih, 2011).
Pola makan yang seimbang, yaitu yang sesuai dengan kebutuhan
disertai pemilihan bahan makanan yang tepat akan menghasilkan status
gizi yang baik. Asupan makanan yang melebihi kebutuhan tubuh akan
menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang disebabkan
oleh kelebihan zat gizi. Sebaliknya, asupan makanan kurang dari yang
dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap
penyakit. Kedua keadaan tersebut sama tidak baiknya (Sulistyoningsih,
2011).
14
2. Tujuan Pola Makan Bayi
Ada dua tujuan pola makan untuk bayi dan anak. Pertama adalah
memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup, yaitu untuk
pemeliharaan dan pemulihan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan
dan perkembangan fisik dan psikomotor, serta melakukan aktivitas fisik.
Kedua adalah untuk mendidik anak agar mempunyai kebiasaan makan
yang baik.
Makanan untuk bayi dan anak haruslah memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
- Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai umur
- Susunan hidangan di sesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan
makanan yang tersedia setempat, kebiasaan makan, dan selera
terhadap makan.
- Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi,
dan keadaan bayi/anak
- Memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan (Kemenkes
RI, 2010)
3. Manfaat Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
Manfaat MP ASI bagi bayi adalah :
1) Mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan
jumlah yang diberikan dari ASI.
2) Menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi. Makanan
pendamping ASI diberikan dengan tujuan menambah energi dan zat-
zat gizi yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan
karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus
menerus. Air susu ibu hanya mampu memenuhi kebutuhan bayi
sampai usia 4-6 bulan setelah itu produksi ASI berkurang. Kebutuhan
bayi semakin meningkat seiring bertambahnya umur dan berat badan
(Krisnatuti dan Yenrina, 2000).
3) Membantu bayi dalam proses belajar makan.
Pemberian makanan tambahan membantu bayi dalam proses
belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan
15
yang baik. Dimulai dari makanan yang berbentuk cair, semi padat dan
padat (Krisnatuti dan Yenrina, 2000).
4) Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan
4. Usia Pemberian MP ASI
Menurut Depkes RI (2007) usia pada saat pertama kali pemberian
MP ASI pada anak yang tepat dan benar adalah setelah anak berusia enam
bulan, dengan tujuan agar anak tidak mengalami infeksi atau gangguan
pencernaan akibat virus atau bakteri. Berdasarkan usia anak, dapat
dikategorikan menjadi :
a) Pada usia enam sampai 9 bulan
Memberikan makanan lumat dalam tiga kali sehari dengan
takaran yang cukup
Memberikan makanan selingan satu hari sekali dengan porsi kecil
Memberikan bayi atau anak dengan beraneka ragam bahan
makanan
b) Pada usia lebih dari sembilan blan sampai 12 bulan
Memberikan makanan lunak dalam tiga kali sehari dengan
takaran yang cukup
Memberikan makanan selingan satu hari sekali
Memperkenalkan bayi dengan beraneka ragam bahan makanan
5. Hal Yang Perlu di Perhatikan Dalam Membentuk Pola Pemberian
MP ASI
a) Jenis – jenis MP ASI
Dalam pemilihan jenis makanan, biasanya diawali dengan
proses pengenalan terlebih dahulu mengenai jenis makanan yang tidak
menyebabkan alergi. Umumnya mengandung kadar protein paling
rendah seperti serealia (beras merah atau beras putih). Khusus
sayuran, mulailah dengan yang rasanya hambar seperti kentang,
kacang hijau, labu. Kemudian memperkenalkan makanan buah seperti
alpukat, pisang, apel, pir.
16
Menurut Depkes RI (2007) jenis MP ASI yang baik adalah
terbuat dari bahan makanan yang segar seperti : tempe, kacang-
kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur, dan buah-buahan. Jenis
– jenis MP ASI yang tepat dan diberikan sesuai dengan usia anak
adalah sebagai berikut :
1) Makanan Lumat
Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan, dihaluskan
atau disaring dan bentuknya lebih lembut atau halus tanpa ampas.