BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori 2.1.1 Konsep Pendapatan Dalam penelitian ini, pendapatan yang digunakan adalah pendapatan Petani pemilik lahan. Menurut Sukirno (2002) bahwa pendapatan merupakan balas jasa yang diterima atas keikutsertaan seseorang dalam proses produksi barang dan jasa, pendapatan ini dikenal dengan nama pendapatan dari kerja (Labour Income). Selain pendapatan dari kerja, pekerja sering kali mendapatkan pendapatan lain yang bukan merupakan balas jasa dari kerja, pendapatan bukan dari kerja ini disebut nonlabour income. Pemanfaatan pekerja dapat dilihat dari pendapatan yang diterimna seseorang. Apabila seseorang mempunyai keterampilan tertentu, misalnya diperoleh dari pendidikan atau latihan dan bekerja di suatu lapangan usaha dan dalam lingkungan usaha tertentu, maka diharapkan akan diperoleh pendapatan sebesar tertentu yang diperoleh dari pekerjaan tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa pendapatan sesorang tergantung pada keterampilan di bidang tertentu yang dapat diperoleh dari pendidikan, latihan keterampilan, dan pengalaman bekerja pada bidang tertentu. Untuk menghitung besar kecilnya pendapatan dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu (Sukirno,2002). 1) Pendekatan produksi (production approach), yaitu dengan menghitung semua nilai produksi barang dan jasa akhir yang dapat dihasilkan dalam periode tertentu. 2) Pendekatan pendapatan (Income Approach), yaitu dengan menghitung nilai keseluruhan balas jasa yang dapat di terima oleh pemilik faktor produksi dalam suatu periode tertentu.
21
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Konsep Pendapatan II miko.pdf · 2.1.2 Konsep Biaya Produksi Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau untuk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Konsep dan Teori
2.1.1 Konsep Pendapatan
Dalam penelitian ini, pendapatan yang digunakan adalah pendapatan Petani pemilik
lahan. Menurut Sukirno (2002) bahwa pendapatan merupakan balas jasa yang diterima atas
keikutsertaan seseorang dalam proses produksi barang dan jasa, pendapatan ini dikenal dengan
nama pendapatan dari kerja (Labour Income). Selain pendapatan dari kerja, pekerja sering kali
mendapatkan pendapatan lain yang bukan merupakan balas jasa dari kerja, pendapatan bukan
dari kerja ini disebut nonlabour income. Pemanfaatan pekerja dapat dilihat dari pendapatan yang
diterimna seseorang. Apabila seseorang mempunyai keterampilan tertentu, misalnya diperoleh
dari pendidikan atau latihan dan bekerja di suatu lapangan usaha dan dalam lingkungan usaha
tertentu, maka diharapkan akan diperoleh pendapatan sebesar tertentu yang diperoleh dari
pekerjaan tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa pendapatan
sesorang tergantung pada keterampilan di bidang tertentu yang dapat diperoleh dari pendidikan,
latihan keterampilan, dan pengalaman bekerja pada bidang tertentu.
Untuk menghitung besar kecilnya pendapatan dapat dilakukan dengan tiga pendekatan
yaitu (Sukirno,2002).
1) Pendekatan produksi (production approach), yaitu dengan menghitung semua nilai produksi
barang dan jasa akhir yang dapat dihasilkan dalam periode tertentu.
2) Pendekatan pendapatan (Income Approach), yaitu dengan menghitung nilai keseluruhan
balas jasa yang dapat di terima oleh pemilik faktor produksi dalam suatu periode tertentu.
3) Pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu pendapatan yang diperoleh dengan
menghitung pengeluaran konsumsi masyarakat.
Pada penelitian ini untuk menghitung besar kecilnya pendapatan petani anggrek yaitu
menggunakan pendekatan produksi, dimana produksi barang dan jasa yang dihasilkan disini
yaitu menghitung nilai produksi dari hasil panen Anggrek pada periode tertentu.
2.1.2 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional. Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian,
tidak dibebankan ke harga pokok.
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran, terutama
menyangkut tanggung jawab manager. Biaya dapat dibagi menjadi tiga (3) yaitu :
1) Biaya Variabel, yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada, misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung.
2) Biaya Semi Variabel, yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung.
3) Biaya tetap, yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu.
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi :
1) Biaya langsung, yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi.
2) Biaya tidak langsung, yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu.
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatan/penghasilan petani anggrek di Denpasar. Oleh karena itu biaya
produksi harus dioptimalkan agar mendapatkan hasil yang diinginkan.
Menurut Sukirno (2002), untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus :
TR = P .Q
Keterangan : TR = Total Revunue/ Total Penerimaan (Rp) P = Harga Produk (Rp) Q = Jumlah Produk (Kg) Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus:
TC = TFC + TVC
Keterangan : TC = Total Cost / biaya Total (Rp) TFC = Total Fixed Cost / Total BiayaTetap (Rp) TVC = Total Variable Cost / TotalBiayaVariabel (Rp)
Menurut Boediono (1992), pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya, dengan rumus sebagai berikut
I = TR –TC
Keterangan : I = Income (Pendapatan) TR = Total Revenue (TotalPenerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya)
2.1.3 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali, 2013). Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1) Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan di batasi pematang (galengan
atau saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varieta sunggul
tanaman yang dibudidayakan.
2) Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami dengan
tanaman palawija atau padi gogo. Lahan anggrek yaitu suatu lahan yang dipergunakan oleh
petani untuk membudidayakan anggrek.
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan, dimana semakin luas lahan petani maka
pendapatannya juga akan meningkat. Hubungan antara luas lahan dengan pendapatan bahwa luas
lahan berpengaruh positif terhadap pendapatan/penghasilan petani anggrek. Lahan yang dikelola
dengan baik tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani
(anggrek).
2.1.4 Konsep Keterampilan
Menurut Rivai (2004:226) menegaskan bahwa keterampilan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Keterampilan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini. Keterampilan
memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan
tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan.
Menurut Simamora (2004:276) bahwa tujuan pemberian keterampilan adalah sebagai
berikut :
1) Memperbaiki kinerja.
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja.
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional.
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi.
Dari pendapatan diatas, maka dapat diartikan bahwa tujuan keterampilan itu sebenarnya
untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada masing-masing
bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Jenis keterampilan menurut Simamora (2004:278), jenis-jenis keterampilan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut :
1) Keterampilan keahlian, merupakan keterampilan yang sering dijumpai didalam organisasi.
Kriteria penilaian efektivitas keterampilan juga berdasarkan pada sasaran yang didefinisikan
dalam tahap penilaian.
2) Keterampilan ulang, adalah subset keterampilan keahlian. Keterampilan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi
tuntutan kerja yang berubah-ubah.
3) Keterampilan lintas fungsional. Melibatkan keterampilan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan.
Adapun beberapa manfaat dari sebuah keterampilan diantaranya, menurut Simamora
(2004:280) adalah sebagai berikut :
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif.
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri.
(3) Membantu karyawan mengatasi stress, tekanan, frustasi dan konflik.
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit.
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan.
(3) Menciptakan hubungan antara karyawan dan atasan.
3) Manfaat dalam hubungan SDM, antar grup dan pelaksanaan kebijakan.
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar, pertumbuhan dan koordinasi.
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup.
Hubungan antara keterampilan dengan pendapatan bahwa keterampilan berpengaruh
positif terhadap pendapatan/penghasilan petani anggrek di Kota Denpasar. Keterampilan sangat
diperlukan guna meningkatkan kemampuan tenaga kerja. Keterampilan hendaknya diberikan
agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat meningkatkan tingkat produktivitas
perusahaan.
2.1.5 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk yang besar,
apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan merupakan modal
pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan disegala
bidang. Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah pembangunan usia kerja. Apabila kualitas
sumber daya manusia sangat tinggi, maka modal pembangunan relevan, tetapi kualitasnya
rendah karena penduduk tersebut lebih merupakan beban pembangunan.
Menurut Simanjuntak (1990:69) tenaga kerja (man power) mengandung pengertian.
Pertama, tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi. Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut, mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut
Mulyadi Subri (2002:57), tenaga kerja (man power) adalah penduduk dalam usia kerja (15-64
tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap mereka dan
mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Menurut Simanjuntak (1990:16) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu :
1) Penganggur (open unemployment), yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha
mencari pekerjaan.
2) Setengah pengangguran (underemployment), yaitu jam kerja mereka kurang dimanfaatkan,
sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah.
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu, dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
(3) Bekerja penuh, dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat penganggurannya
kurang dari 4 persen (Sukirno, 1997:19-20). Sedangkan untuk golongan bukan
angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan angkatan kerja yang non aktif
secara ekonomi. Mereka terdiri dari yang bersekolah, mengurus rumah rangga,
penerimaan pensiun, mereka yang hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut
usia, cacat, dalam penjara atau sakit kronis.
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatan/penghasilan Petani dengan melihat kebutuhan akan tenaga kerja pada
perusahaan tersebut. Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak berlebihan
karena akan meningkatkan biaya. Tenaga kerja berperan penting dalam sebuah usaha karena
dapat membantu produktivitas perusahaan.
2.2 Teori yang Digunakan 2.2.1 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan input pada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu.
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman, 2004).
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut inputdiubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output. Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal, tenaga kerja
dan tanah. Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada. Dalam pengertian ekonomis, produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna, memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak. Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi.
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input. Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini.
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal, sebagai berikut.
1) Melalui fungsi produksi, maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti;
2) Melalui fungsi produksi, maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas,
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut.
Y = f (X1, X2 , ..., Xi , ... , Xn) ............................................................................... (2.1)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi , ... , Xn dan X lainnya juga dapat diketahui.
Pada tingkat teknologi tertentu, hubungan antara input dan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson, 2001):
Q = f (K, T, M,....)............................................................... (2.2)
Dimana:
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah input yang berupa faktor produksi modal T = jumlah input yang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah input yang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi.
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi, sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas.
Kondisi demikian, output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak inputvariabel yang ditambahkan kepada inputlain yang sudah tetap, maka
fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns, yaitu: “Bila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambah” (Boediono, 1998). Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut.
1. Kurva Total Physical Product (TPP), adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input lain dianggap tetap, secara