10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD. Dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah sejak kelas 1 SD. Seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Mereka memulai dari nol. Pada masa tersebut materi pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencakup membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat. Baik berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar. Sampai ke tingkat-tingkat selanjutnya pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan hanya itu-itu saja. Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng, IN.S. (1997). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih stategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi
18
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Indonesia di Sekolah Dasar · 2017. 5. 4. · Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah ... (Broughton dalam Henry Guntur Tarigan 1994: 10). “Membaca
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang
perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini
kemudian diberikan sejak masih di bangku SD. Dari situ diharapkan siswa mampu
menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa.
Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.
Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah sejak
kelas 1 SD. Seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu.
Mereka memulai dari nol. Pada masa tersebut materi pelajaran Bahasa Indonesia
hanya mencakup membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat.
Baik berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar. Sampai
ke tingkat-tingkat selanjutnya pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami
perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah
membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa
Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku
wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat
hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat
menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan
hanya itu-itu saja.
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng, IN.S.
(1997). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari
sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa
analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar,
penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan
menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap
pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih stategi pembelajaran untuk
setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi
11
pembelajaran yan tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan
pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi belajar bahasa pada hakikatnya adalah
belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan
maupun tulis. Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi
pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat sub aspek, yaitu membaca, berbicara,
menyimak, dan mendengarkan.
2.2 Hakikat Keterampilan Membaca Nyaring
2.2.1 Pengertian Keterampilan
Keterampilan berasal dari kata “terampil” yang berarti cakap dalam
menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan berarti kecakapan untuk
menyelesaikan tugas, (Depdiknas, 2007: 935). Hamalik (2009: 139) menyatakan
bahwa Keterampilan adalah serangkaian gerakan, tiap ikatan (link) unit stimulus-
respons berperan sebagai stimulus terhadap ikatan berikutnya. Muhibbin Syah
(2005: 119) mengemukakan bahwa Keterampilan adalah suatu kegiatan yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam
kegiatan jasmaniah. Sedangkan Reber dalam Muhibbin Syah (2005:119)
berpendapat bahwa Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola
tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan
keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi
gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat
kognitif. Sedangkan ST Vebrianto dalam Wulandari (2006: 26) mengatakan
bahwa Keterampilan dapat mempunyai arti luas dan arti sempit. Keterampilan
dalam arti sempit adalah kemudahan, kecepatan, dan ketepatan dalam tingkah
laku motorik yang juga disebut manual skill. Dalam arti luas keterampilan
mencakup manual skill, intelektual skill, social skill’. Lebih lanjut Wulandari
(2006: 27) mengemukakan bahwa keterampilan adalah keahlian khusus untuk
mengerjakan usaha tertentu sebagai manifestasi dari pengalaman, pengetahuan
yang dapat diasosiasikan dalam bentuk karya.
Pendapat ahli di atas mengenai pengertian keterampilan dapat
disimpulkan bahwa keterampilan adalah kecakapan, kemampuan, dan keahlian
12
seseorang dalam melakukan suatu tindakan untuk dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan baik dalam pemikiran dan tingkah laku.
2.2.2 Pengertian Membaca
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 83) mengartikan
bahwa membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan
melisankan atau hanya dalam hati), mengeja/melafalkan apa yang tertulis,
mengucapkan, mengetahui, meramalkan dan memperhitungkan serta memahami.
Sedangkan Nurhadi (1995:340) menyatakan bahwa membaca adalah suatu
interpretasi simbol-simbol tertulis atau membaca adalah menangkap makna dari
rangkaian huruf tertentu Selanjutnya Setiowati (2007:12) mengemukakan bahwa
membaca adalah suatu aktivitas yang melibatkan penglihatan, ingatan,
kecerdasan, dan pemahaman untuk memperoleh informasi yang disampaikan
penulis melalui lambang- lambang.
Hodgon dalam Tarigan (1994:7) membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan , yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang
menuntun agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam
suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat
diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang
tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu
tidak terlaksana dengan baik.
Segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyajian kembali dan
pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara
dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek
pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written
word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup
pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna (Anderson dalam
Tarigan 1994: 7).
Subyakto-Nababan (1993:164) menyatakan bahwa membaca adalah
suatu aktivitas yang rumit dan kompleks karena bergantung kepada keterampilan
berbahasa pelajar dan pada tingkat penalarannya. membaca merupakan suatu
13
keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan
seragkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan kata lain
membaca mencakup tiga komponen, yaitu: (1) Pengenalan terhadap aksara atau
tanda-tanda baca, (2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-
unsur linguistik yang formal, (3) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan
makna atau meaning (Broughton dalam Henry Guntur Tarigan 1994:
10). “Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis, yang
reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca, seseorang akan memperoleh
informasi, memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman baru (St. Y. Slamet,
2007:58). Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan seseorang
mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya dan
memperluas wawasan.
Mendasarkan pada uraian tersebut, disimpulkan bahwa membaca adalah
suatu proses memperoleh informasi yang disampaikan penulis dengan melafalkan
dan memahami isi dari apa yang tertulis.
2.2.3 Pengertian Membaca Nyaring
Rahim (2008:24) membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan
bersuara dengan memperhatikan struktur kata (kata, kata majemuk, dan frasa) dan
kalimat, lafal, intonasi dan jeda selanjutnya menurut Rahim (2008:23) membaca
nyaring adalah aktivitas atau kegiatan membaca bersuara dengan memperhatikan
lafal, intonasi serta ekspresi dengan tujuan menghasilkan siswa yang lancar
membaca sedangkan menurut Rahim (2003) menemukan bahwa membaca
nyaring untuk anak-anak merupakan kegiatan yang berharga yang bisa
menigkatkan ketetampilan menyimak, menulis dan membantu perkembangan
anak mencintai buku sepanjang hidup mereka.
Tarigan (1994:22) mengatakan bahwa membaca nyaring adalah suatu
aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca
bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta
memahami informasi, pikiran dan perasaan seseorang pengarang selanjutnya
membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang
dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca
14
dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa
pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis (Muliastuti dan Sulastri,
2009: 9 )
Setiowati (2007:15) menyatakan bahwa membaca membaca nyaring
adalah cara membaca dengan bersuara, yang perlu diperhatikan adalah pelafalan
vokal maupun konsonan, nada atau lagu ucapan, penguasaan tanda-tanda baca,
pengelompokan kata atau frase ke dalam satuan-satuan ide, kecepatan mata, dan
ekspresi. Membaca nyaring yang baik menuntut agar si pembaca memiliki
kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh, karena dia haruslah
melihat pada bahan bacaan untuk memelihara kontak mata dengan para
pendengar. Pembaca juga harus mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat
agar jelas maknanya bagi para pendengar. Pendek kata, pembaca harus
mempergunakan segala keterampilan yang telah dipelajari nya pada membaca
dalam hati sebagai tambahan bagi keterampilan lisan untuk mengkomunikasikan
pikiran dan perasaan pada orang lain.
Membaca nyaring adalah sebuah pendekatan yang dapat memuaskan serta
memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah keterampilan
serta minat. Oleh karena itu, dalam mengajarkan keterampilan-keterampilan
membaca nyaring sang guru harus memahami proses komunikasi dua arah.
Lingkaran komunikasi belumlah lengkap kalau pendengar belum memberi
tanggapan secukupnya terhadap pikiran atau perasaan yang diekspresikan oleh
pembaca. Tanggapan tersebut mungkin hanya dalam hati, tetapi bersifat apresiatif,
mempunyai nilai apresiasi yang tinggi (Tarigan 1994: 23).
Pendapat ahli di atas mengenai pengertian membaca nyaring, dapat
disimpulkan bahwa membaca nyaring adalah suatu kegiatan menyuarakan
kalimat-kalimat dalam bacaan dengan intonasi dan lafal yang tepat serta dapat
memperoleh pesan/informasi dari bacaan.
2.2.4 Keterampilan Membaca Nyaring
Membaca nyaring merupakan keterampilan yang serba rumit, kompleks,
banyak seluk beluknya. Pertama-tama menuntut pengertian aksara di atas halaman
kertas dan sebagainya dan kemudian memproduksikan suara yang tepat dan
15
bermakna. membaca nyaring pada hakikatnya merupakan suatu masalah lisan
atau oral matter. Oleh karena itu, maka khusus dalam pengajaran bahasa asing,
aktivitas membaca nyaring lebih dekat atau lebih ditujukan pada ucapan
(pronounciation) daripada ke pemahaman (comprehension). Mengingat hal
tersebut maka bahan bacaan haruslah dipilih yang mengandung isi dan bahasa
yang relatif mudah dipahami (Tarigan 1994: 23).
Membaca nyaring merupakan suatu aktivitas yang menuntut aneka ragam
keterampilan. Keterampilan-keterampilan tersebut telah dilatih sejak tingkat dasar
pendidikan agar pada tingkat sekolah lanjutan siswa telah mempunyai modal yang
sangat penting. Keterampilan-keterampilan pokok telah ditanam di sekolah dasar,
pemupukan serta pengembangan dilakukan disekolah lanjutan (pertama dan atas).
Keterampilan-keterampilan yang dituntut pada pembelajaran membaca nyaring
kelas II adalah (1) Membaca dengan terang dan jelas; (2) Membaca dengan penuh
perasaan, ekspresi; (3) Membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata.
Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai
kemampuan, diantaranya adalah: (1) Menggunakan ucapan yang tepat, (2)
menggunakan frase yang tepat, (3) Menggunakan intonasi suara yang wajar, (4)
Dalam posisi sikap yang baik, (5) Menguasai tanda-tanda baca, (6) Membaca
dengan terang dan jelas, (7) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif, (8)
membaca dengan tidak terbata-bata, (9) Mengerti serta memahami bahan bacaan
yang dibacanya, (10) Kecepatan tergantung dari bahan bacaan yang dibacanya,
(11) Membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan, (12) Membaca
dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri ( Muliastuti dan Sulastri, 2009: 9)
Bertolak pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
membaca nyaring adalah berbagai kecakapan berbahasa dalam melisankan atau
menyuarakan kalimat dalam bacaan dengan intonasi dan jeda yang tepat agar
mudah kepada pembaca dan pendengar menangkap pesan/informasi bacaan.
2.2.5 Manfaat Membaca Nyaring
Gruber (1993) menyampaikan lebih rinci manfaat membaca nyaring untuk
anak yaitu: memberikan contoh proses membaca secara positif, mengekspos siswa
untuk memperkaya kosa kata, memberi siswa informasi baru, mengenalkan
16
kepada siswa berbagai aliran sastra, memberi siswa kesempatan menyimak dan
menggunakan daya imajinasinya.
2.2.6 Aspek membaca nyaring
Menurut Kamidjan (1969:9-10) ada lima aspek dalam membaca nyaring
yaitu: membaca dengan pikiran dan perasaan pengarang, memerlukan
keterampilan menafsirkan lambang-lambang grafis, memerlukan kecepatan
pandangan mata, memerlukan keterampilan membaca, terutama
mengelompokkan kata secara tepat, dan memerlukan pemahaman makna secara
tepat. Dalam membaca nyaring, pembaca memerlukan beberapa keterampilan.
Antara lain: penggunaan ucapan yang tepat; pemenggalan frasa yang tepat;
penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat; penguasaan tanda baca
dengan baik; penggunaan suara yang jelas; penggunaan ekspresi yang tepat;
pengaturan kecepatan membaca; pengaturan ketepatan pernafasan; pemahaman
bacaan; dan pemilikan rasa percaya diri.
Pembaca nyaring yang baik biasanya ingin sekali agar pendengarnya
memahami apa yang ia sampaikan. Oleh sebab itu, pembaca hendaklah
mengetahui keinginan serta kebutuhan pendangarnya,serta menginterpretasikan
bahan bacaan secara tepat (Tarigan, 2008:27). Agar dapat membaca nyaring
dengan baik, pembaca haruslah menguasai keterampilan-keterampilan persepsi
(penglihatan dan daya tanggap) sehingga dia mengenal dan memahami kata-kata
dengan cepat yang sama pentingnya dengan hal ini adalah kemampuan
mengelompokkan kata-kata ke dalam kesatuan-kesatuan pikiran serta
membacanya dengan baik dan lancar. Untuk membantu para pendengar
menangkap serta memahami maksud pengarang, pembaca biasanya menggunakan
berbagai cara, antara lain: 1) Dia menyoroti ide-ide baru dengan mempergunakan
penekanan yang jelas; 2) Dia menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide lainnya;
3) Dia menerangkan kesatuan kata-kesatuan kata-kata yang tepat dan baik; 4)
Menghubungkan ide-ide yang bertautan dengan jalan menjaga suaranya agar
tinggi sampai akhir dan tujuan tercapai; 5) Menjelaskan klimaks-klimaks dengan
gaya dan daya ekspresi yang baik dan tepat
17
2.3 Hakekat Model Pembelajaran
Menurut Agus Suprijono (2010) model pembelajaran merupakan
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginsipirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang
digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa
metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat
dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa
metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari
metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di
kelas saat pembelajaran berlangsung.
Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran
berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode
yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik
pembelajaran. Bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran tersebut dinamakan model pembelajaran.
Menurut Trianto (2009) suatu model pembelajaran adalah
pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sinyaks (pola urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama, Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memitivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, di dalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
Tiap-tiap model pembelajaran membutuhksan sistem pengelolaan dan
lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran