Top Banner
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar, strategi dalam mencapai tujuan pembelajaran dan pengertian tentang konsep pembelajaran kooperatif sebagai solusi untuk meningkatkan hasil belajar. Lebih khusus dalam kajian teori berikut akan dijelaskan tentang konsep model pembelajaran make a match yang telah dipilih peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu meliputi: pengertian, langkah-langkah serta keunggulan dan kelemahannya. 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Menurut Trianto (2010:171), IPS adalah ilmu yang berintegrasi dengan cabang-cabang ilmu sosial lainnya seperti sejarah, geografi dan ekonomi. IPS dirumuskan berdasar pada realita dan fenomena sosial yang diwujudkan dalam suatu pendekatan interdisipliner dari berbagai aspek dan cabang ilmu sosial. IPS adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dalam segala aspek kehidupan dan interaksi yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat. IPS sebagai mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial juga didasarkan pada kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi dan tata negara dengan menampilkan permasalahan sehari-hari (Tasrif, 2008:2) Konsep dasar Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi aspek: (1) interaksi, (2) saling ketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4) keragaman/ kesamaan/ perbedaan, (5) konflik dan konsensus, (6) pola, (7) tempat, (8) kekuasaan, (9) nilai kepercayaan, (10) keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan, (12) kekhususan, (13) budaya, (14) nasionalisme (Etin Solihatin, 2009:15-21).
14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11030/3/T1_292012267_ BAB...Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut

Mar 07, 2019

Download

Documents

dangdat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11030/3/T1_292012267_ BAB...Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi

karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar,

strategi dalam mencapai tujuan pembelajaran dan pengertian tentang konsep

pembelajaran kooperatif sebagai solusi untuk meningkatkan hasil belajar. Lebih

khusus dalam kajian teori berikut akan dijelaskan tentang konsep model

pembelajaran make a match yang telah dipilih peneliti untuk meningkatkan hasil

belajar siswa, yaitu meliputi: pengertian, langkah-langkah serta keunggulan dan

kelemahannya.

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

diajarkan di Sekolah Dasar. Menurut Trianto (2010:171), IPS adalah ilmu yang

berintegrasi dengan cabang-cabang ilmu sosial lainnya seperti sejarah, geografi

dan ekonomi. IPS dirumuskan berdasar pada realita dan fenomena sosial yang

diwujudkan dalam suatu pendekatan interdisipliner dari berbagai aspek dan

cabang ilmu sosial.

IPS adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dalam segala aspek

kehidupan dan interaksi yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat. IPS

sebagai mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial juga didasarkan pada

kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi dan tata negara dengan

menampilkan permasalahan sehari-hari (Tasrif, 2008:2)

Konsep dasar Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi aspek: (1) interaksi, (2)

saling ketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4) keragaman/

kesamaan/ perbedaan, (5) konflik dan konsensus, (6) pola, (7) tempat, (8)

kekuasaan, (9) nilai kepercayaan, (10) keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan,

(12) kekhususan, (13) budaya, (14) nasionalisme (Etin Solihatin, 2009:15-21).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11030/3/T1_292012267_ BAB...Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut

7

Sehingga IPS merupakan mata pelajaran yang membahas tentang manusia,

kehidupan sosialnya dan permasalahannya.

Tasrif (2008:4) membagi ruang lingkup IPS ke dalam beberapa aspek

berikut:

a. Jika ditinjau dari segi ruang lingkup hubungannya mencakup sosial,

ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, geografi, dan politik.

b. Jika ditinjau dari segi kelompoknya adalah dapat berupa keluarga,

rukun tetangga, rukun warga, desa, daerah dan bangsa.

c. Jika ditinjau dari segi tingkatannya meliputi tingkat lokal, regional dan

global.

d. Jika ditinjau dari segi lingkup interaksinya dapat berupa budaya, politik

dan ekonomi.

Ruang lingkup materi mata pelajaran IPS yang dipelajari siswa SD

berdasar dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar IPS kelas V SD Semester 2 dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester 2

Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD)

Menghargai peranan tokoh pejuang

dan masyarakat dalam mempersiapkan

dan mempertahankan kemerdekaan

Indonesia

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para

tokoh pejuang pada masa penjajahan

Belanda dan Jepang

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh

perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh

dalam memproklamasikan

kemerdekaan

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh

dalam mempertahankan

kemerdekaan

Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi :581

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11030/3/T1_292012267_ BAB...Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut

8

2.1.2 Model Pembelajaran Make a Match (MP-MM)

MP-MM adalah model pembelajaran yang membagi siswa dalam kelompok

secara kooperatif. Menurut Hamruni (2009:290), MP-MM adalah cara

menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pembelajaran dengan

memberi kesempatan pada peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis

kepada kawan sekelas.

MP-MM adalah model pembelajaran kooperatif dimana kegiatanya yaitu

siswa berkelompok dan mencocokkan dua jenis kartu (kartu soal dan kartu

jawaban) yang sudah disiapkan oleh guru dalam waktu yang ditentukan.

Kemudian pemberian penghargaan pada pasangan mampu mencocokkan kartu

sebelum batas waktu yang ditentukan. MP-MM bertujuan untuk memperkuat

pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya

(Lie, 2010:55).

Menurut Wahab (2007:59), MP-MM adalah model pembelajaran yang

menanam kemampuan sosial yaitu kemampuan kerja sama dan kemampuan

berinteraksi dengan kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari

pasangan dengan media kartu.

MP-MM merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat

diterapkan kepada siswa. Penerapan metode make a match dimulai dari kegiatan

yaitu siswa mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum

batas waktunya, kemudian siswa yang dapat mencocokkan kartunya dengan

waktu yang cepat akan mendapatkan poin. MP-MM dikembangkan oleh Lorna

Curran pada tahun 1994. Keunggulan MP-MM adalah siswa dapat mencari

pasangan dan belajar mengenai konsep dalam suasana yang lebih menyenangkan.

Dapat disimpulkan bahwa MP-MM merupakan model pembelajaran dengan

mencocokkan kartu soal dan jawaban.

Langkah-Langkah MP-MM

Dalam MP-MM mengikuti prosedur penelitian dari Lorna Corran (1994)

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11030/3/T1_292012267_ BAB...Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut

9

1. Guru menyiapkan kartu-kartu yang berisi konsep yang tepat untuk sesi

pembahasan (bagian kartu soal dan bagian kartu jawaban),

2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu yang bertuliskan kartu soal atau kartu

jawaban.

3. Setiap siswa mulai menganalisa jawaban atau soal dari kartu yang diperoleh.

4. siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang paling tepat dengan kartu

yang dimiliki.

5. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartu dan membentuk pasangan sebelum

batas waktu yang telah ditentukan akan diberikan poin.

6. Setelah satu sesi kartu diacak lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari kartu sebelumnya.

Menurut Irnawati, (2001:34) MP-MM memiliki langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik

yang cocok untuk sesi review. Kartu yang disiapkan sebagaian berisi

pertanyaan tentang materi yang ajarkan dan sebagian lagi berisi jawaban

dari pertanyaan tersebut.

2. Guru mengocok semua kartu hingga tercampur antara soal dan jawaban dan

setiap siswa mendapat satu buah kartu.

3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan

kartunya. Setiap kelompok menganalisis atau memikirkan pasangan dari

kartu yang didapatkan. Setelah selesai, setiap kelompok mencari pasangan

kartunya dalam waktu yang telah disepakati. Bagi kelompok yang dapat

mencocokan kartunya dengan memberikan alasan cocoknya soal dan

jawaban mereka pegang sebelum batas waktu berakhir akan mendapatkan

poin.

4. Siswa bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu

yang cocok. Setelah menemukkan pasangannya setiap kelompok bergabung

dalam kelompok pasangannya setelah batas waktu selesai, guru mengecek

setiap pasangan dalam mencocokkan kartu.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11030/3/T1_292012267_ BAB...Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut

10

Menurut Suprijono (2009:94-95) MP-MM memiliki langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan kartu-kartu berisi pertanyaan berisi soal dan jawaban.

2. Guru membagi menjadi komunitas kelas menjadi tiga kelompok, yang

terdiri dari kelompok pemegang kartu soal, kelompok pemegang kartu

jawaban, dan kelompok penilai. Posisi kelompok-kelompok tersebut diatur

berbentuk U, dengan kelompok pemegang kartu jawaban dan kelompok

pemegang soal berhadapan.

3. Guru memebunyikan peluit sebagai tanda dimulainya pencocokan kartu.

4. Pasangan kelompok pemegang kartu soal dan jawaban yang sudah

terbentuk wajib menunjukkan soal dan jawaban kepada kelompok penilai.

5. Langkah ini dilakukan ulang pada tahap berikutnya.

Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat dibuat langkah MP-MM yang

sesuai dengan kondisi kelas dan lebih efisien, langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membagi siswa menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pemegang

kartu soal dan pemegang kartu jawaban, kemudian dua kelompok tersebut

dibagi lagi masing-masing menjadi delapan kelompok, yang

beranggotakan dua orang.

2. Masing-masing kelompok dibagikan soal untuk kelompok pemegang kartu

soal dan dibagikan jawaban untuk kelompok pemegang kartu jawaban.

Siswa mendiskusikan mengenai soal atau jawaban yang mereka dapatkan.

Untuk kelompok pemegang kartu soal, mereka mendiskusikkan

jawabannya. Sedangkan untuk kelompok pemegang kartu jawaban,

mereka mendiskusikan soal dari jawaban tersebut.

3. Setelah waktu berdiskusi habis, masing-masing kelompok mencocockan

soal atau jawaban dengan kelompok lain.

4. Siswa bersama kelompoknya mendiskusikkan dan mecari solusi dari soal

dan jawaban yang telah mereka cocokkan, kemudiaan menuliskannya di

lembar yang sudah disediakan (Lembar Percocokan Kartu). Setelah waktu

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11030/3/T1_292012267_ BAB...Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut

11

diskusi habis siswa mengumpulkan hasil diskusi pada Lembar Percocokan

Kartu.

Kelebihan dan Kelemahan MP-MM

MP-MM memiliki keunggulan antara lain:

1. Menciptakan suasana belajar yang lebih aktif dan lebih menyenangkan,

2. Materi pembelajaran yang disampaikan akan lebih menarik perhatian siswa,

3. Dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran

yang disampaikan.

4. Dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.

MP-MM juga memiliki kelemahan antara lain:

1. Diperlukan bimbingan yang lebih intens dalam kegiatanya

2. Diperlukan perencanaan batas waktu agar para siswa tidak terlalu banyak

menghabiskan waktu dalam proses pembelajaran

3. Guru perlu kreatif dalam mempersiapkan sendiri alat dan bahan kegiatan.

Dari kelemahan MP-MM yang ada maka diperlukan solusi agar

penerapannya dapat berjalan dengan maksimal, diantaranya sebagai berikut:

1. Guru perlu mempersiapkan materi pengajaran dengan baik agar tidak ada

waktu yang terbuang di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung.

2. Guru memberikan pengertian yang tepat ketika siswa mendapat pasangan

dengan lawan jenis agar mereka tidak malu,

3. Guru perlu lebih fokus dalam menyampaikan materi dengan metode make a

match agar siswa juga tetap fokus dalam menerima materi.

Dalam penerapan model pembelajaran di dalam kelas pasti terdapat

kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu guru sebaiknya mampu mengeksplorasi

segala kelebihan yang ada dengan maksimal dan berusaha menutupi setiap

kekurangan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

2.1.3 Aktivitas Belajar

Sardiman (2008:102) mengemukakan aktivitas belajar pada dasarnya

merupakan proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman belajar.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11030/3/T1_292012267_ BAB...Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut

12

Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi perubahan pemahaman,

pengetahuan, sikap, keterampilan, kebiasaan dan apresiasi. Sedangkan

pengalaman itu sendiri dalam proses belajar adalah terjadinya interaksi antara

individu dengan lingkungannya. Sementara itu, Rohani (2004:6) mengemukakan

belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik

maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan,

membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja. Sedangkan aktivitas psikis (kejiwaan)

adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi

dalam proses belajar. Ia mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat,

menguraikan, dan sebagainya.

Mengkaji pemaparan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas

belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang yang melibatkan kegiatan fisik

dan mentalnya untuk mencapai tujuan belajar.

Karakteristik Aktivitas Belajar

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian,

sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis aktivitas

siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat materi pelajaran. Paul B.

Diedrich (dalam Sardiman, 2008:101) beberapa macam kegiatan siswa antara lain

dapat digolongkan sebagai berikut: (1) Visual activities, misalnya membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain (2) Oral

activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi (3) Listening activities,

sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato (4)

Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket (5)

Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram (6)

Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan,

membuat konstruksi, bermain, berkebun, beternak (7) Mental activities, misalnya

menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan,

mengambil keputusan (8) Emotional activities, misalnya minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11030/3/T1_292012267_ BAB...Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut

13

Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain. Misalnya

dalam setiap aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan

tertentu dan seterusnya. Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas,

menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau

berbagai macam aktivitas tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah akan

lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas

belajar.

Peranan Aktivitas Belajar dalam Proses Belajar Siswa

Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas

merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi

belajarmengajar. Montessori (Sardiman, 2008: 94) bahwa peserta didik memiliki

tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik akan

berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak

didiknya. Pernyataan Montessori ini memberikan petunjuk bahwa yang lebih

banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri,

sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang

akan diperbuat oleh peserta didik. Dalam hal kegiatan belajar ini, Rousseau

memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan

pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri dan dengan bekerja

sendiri. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada

aktivitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi.

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah proses

belajar berlangsung yang dapat memberikan gambaran tingkah laku dari segi

pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan sehingga menjadi lebih baik

dari sebelumnya. Hamalik (2009:48) mengemukakan hasil belajar adalah

“Perubahan tingkah laku siswa yang meliputi kemampuan kognitif, kemampuan

afektif dan kemampuan psikomotor dalam situasi tertentu karena hasil dari

pengalaman yang berulang-ulang.”

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11030/3/T1_292012267_ BAB...Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut

14

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Sudjana (2006:3) bahwa: “Hasil

belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan

psikomotor yang diperoleh siswa setelah mendapatkan pengalaman belajar.”

Hasil yang dicapai siswa dalam belajar menunjukkan taraf kemampuan

siswa dalam mengikuti program belajar dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan

kurikulum diterapkan. Hasil belajar sering tercermin dari nilai (hasil belajar) yang

menentukan berhasil tidaknya siswa dalam belajar. Hasil belajar merupakan

terminal dari seluruh proses pendidikan dan pengajaran.

Hasil belajar merupakan pola perbuatan, nilai, pengertian, sikap, apresiasi

dan keterampilan sesuai pendapat dari Gagne yang berupa:

1. Kemampuan verbal yaitu kemampuan dalam menggungkapkan pengetahuan ke

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis,

2. intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengatagorikan, kemampuan

menganalisis fakta dan konsep serta kemampuan mengembangkan prinsip

keilmuan,

3. kognitif yaitu kecakapan dalam menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitif yang dimiliki,

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan dalam melakukan suatu serangkaian

gerakan jasmani dan koordinasi hingga terbentuk otomatisme gerak jasmani,

5. Keterampilan sikap, adalah kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

Domain kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, menerapkan, menentukan

hubungan, merencanakan, dan memberi nilai. Domain afektif meliputi:

menerima memberi respon, memberi nilai, mengorganisasi, karakter. Domain

psikomotor mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan

intelektual (Supriyono:2012). Menurut Lindgen (1985) hasil pembelajaran

meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11030/3/T1_292012267_ BAB...Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut

15

Bloom (dalam Dimyati, 2009:26-27) membagi jenis perilaku kognitif,

sebagai berikut:

1. Pengetahuan, kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan

tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkenaan dengan fakta, peristiwa,

pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

2. Pemahaman, kemampuan menerima arti dan makna tentang sesuatu yang

dipelajari.

3. Penerapan, kemampuan mengimplementasikan metode untuk menghadapi

masalah yang nyata.

4. Analisa, kemampuan menjelaskan secara detail kesatuan ke dalam bagian-

bagian hingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5. Sintesis, kemampuan membentuk pola baru.

6. Evaluasi, kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasar

kriteria tertentu.

Dapat disimpulkan hasil belajar adalah besarnya angka atau skor yang

diperoleh dari pengukuran aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Nur Lailiyah (2012) meneliti tentang Upaya Meningkatkan Motivasi dan

Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS dengan Penerapan Strategi Make

a Match Kelas IV MIN Tempel. Hasil penelitian yang didapatkan: (1) proses

pembelajaran berjalan dengan baik sesuai dengan langkah-langkah penelitian. (2)

meningkatnya motivasi dan prestasi belajar siswa. (3) Motivasi siswa terjadi

peningkatan yaitu: rasa senang dari 83% menjadi 88,70%, perhatian dari 86%

menjadi 89,24%, rasa tertarik dari 84% menjadi 86%, rasa ingin tahu dari 79%

menjadi 86,70%, dan antusiasme dari 80% menjadi 89,80%. Hasil rata-rata

persentase motivasi belajar siswa pada siklus I 82,40% (kategori baik) dan pada

siklus II 88,09% (kategori baik). (4) Prestasi belajar siswa, hal ini dapat terlihat

dari peningkatan nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 72,74%, siklus II

sebesar 84,67% (kategori baik).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11030/3/T1_292012267_ BAB...Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut

16

Syahrudin (2014), melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan

Hasil Belajar Materi Globalisasi Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VI A MIN

Bangkal Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match”. Hasil

penelitian dapat meningkatkan ketrampilan guru, berdasarkan hasil penelitian

didapatkan aktivitas guru pada pertemuan 1, sebesar 79,69% dan pertemuan 2

dapat aktifitas guru meningkat menjadi 87,5%. Hasil ketuntasan belajar siswa

sebesar 85%, dan sudah melebih target KKM sebesar 75%.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang relevan menunjukkan bahwa

dengan menerapkan model pembelajaran make a match akan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian

sebelumnya karena diterapkan pada siswa kelas V pada SDN Jimbaran 01

Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPS di SD berlangsung secara konvesional yakni guru

menjadi pusat pembelajaran. Hasil belajar IPS yang dicapai 54 % dari seluruh

siswa mencapai KKM. Aktivitas belajar siswa rendah, namun aktivits Guru dalam

pembelajaran menjadi dominan. Oleh karena itu,perlu ada perbaikan proses

pembelajaran, yang berpusat pada siswa. Guru harus dapat menciptakan

komunikasi yang memberikan kemudahan bagi siswa agar mampu menerima

pengetahuan yang diberikan. Ketika Guru menggunakan pembelajaran

konvensional dengan metode ceramah, maka siswa akan cepat bosan dan kurang

maksimal dalam menangkap pembelajaran yang disampaikan. Siswa perlu

berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar agar prestasi belajar dapat

meningkat.

Salah satu upaya perbaikan melalui model pembelajaran make a match

(MP-MM) untuk memperkuat pemahaman siswa melalui kegiatan belajar yang

lebih menyenangkan. Dengan melalui langkah-langkah belajar model make a

match diharapkan hasil belajar siswa dapat lebih meningkat. Langkah-langkah

pembelajaran MP-MM adalah

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11030/3/T1_292012267_ BAB...Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut

17

1. Membagi siswa menjadi kelompok pemegang kartu soal dan pemegang kartu

jawaban

2. Membagi kelompok pemegang kartu soal dan pemegang kartu jawaban

masing-masing menjadi delapan kelompok, yang beranggotakan dua orang.

3. Masing-masing kelompok menerima kartu soal untuk kelompok pemegang

kartu soal dan menerima kartu jawaban untuk kelompok pemegang kartu

jawaban.

4. Siswa mendiskusikan soal atau jawaban.

5. masing-masing kelompok mencocokkan soal atau jawaban dengan kelompok

lain.

6. Siswa bersama kelompoknya mendiskusikan dan mencari solusi dari soal dan

jawaban yang telah dicocokkan,

7. menuliskan di lembar yang sudah disediakan (Lembar Percocokan Kartu).

8. mengumpulkan hasil diskusi pada Lembar Percocokan Kartu.

Dalam pembelajaran IPS MP-MM menggunakan KD Menghargai Jasa dan

Peranan Tokoh Perjuanga dalam Memproklaasikan Kemerdekaan Indonesia.

Untuk mencapai kompetensi dasar diperlukan pengukuran, yang hasilnya

merupakan hasil belajar IPS. Hasil belajar IPS adalah besarnya angka yang

diperoleh melalui tes.

Penjelasan secara rinci tentang kerangka berfikir ini disajikan melalui

gambar 2.1 peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPS melalui MP-MM berikut:

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11030/3/T1_292012267_ BAB...Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut

18

Kelompok kartu soal Kelompok kartu jawaban

A B C D E F G H I J K L M N O P

KD. 2.2 Menghargai jasa dan penerapan

tokoh perjuangan dalam

memproklamasikan kemerdekaan

indonesia

Model Pembelajaran

Make A Match

Memilih Kartu Soal

Diskusi Kartu Soal

Kartu Soal

Menerima kartu

jawaban

Diskusi Kartu

Jawaban

Kartu

Jawabn

Mencocokan

Diskusi

Menulis

LPK

Mengkelompokan

LPK

Hasil belajar

≥ KKM

Hasil belajar

≤ KKM

TES

Pembelajaran

konvesional

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11030/3/T1_292012267_ BAB...Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut

19

Gambar 2.1

Skema Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS

Melalui Model Pembelajaran Make A Match

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

a. Penerapan model pembelajaran Make a Match dalam mata pelajaran IPS

tentang materi perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan dan

mempertahankan kemerdekaan siswa kelas 5 SDN Jimbaran 01 Kecamatan

Bandungan Kabupaten Semarang semester 2 tahun pelajaran 2015/2016

diduga melalui langkah membagi siswa menjadi kelompok pemegang kartu

soal dan pemegang kartu jawaban, membagi masing-masing kelompok

menjadi delapan kelompok, masing-masing kelompok menerima kartu soal

dan menerima kartu jawaban, mendiskusikan soal atau jawaban,

mencocokkan soal atau jawaban dengan kelompok lain, mendiskusikan dan

mencari solusi dari soal dan jawaban yang telah dicocokkan, menuliskan di

lembar yang sudah disediakan (Lembar Percocokan Kartu=LPK) dan

mengumpulkan hasil diskusi pada LPK.

b. Peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar IPS tentang materi perjuangan

para tokoh dalam memproklamasikan dan mempertahankan kemerdekaan

Indonesia diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran Make a

Match siswa kelas 5 SDN Jimbaran 01 Kecamatan Bandungan Kabupaten

Semarang semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.