-
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori 2.2 Pengertian Menulis
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian
pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat
atau medianya (Suparno dan Yunus 2006 :1). Pesan adalah isi atau
muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan
sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati
pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak
terdapat empat unsur yang terlibat yaitu : penulis sebagai
penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau
media berupa tulisan dan pembaca sebagai penerima pesan.
Asul Wiyanto mengatakan bahwa menulis adalah mengungkapkan
gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini
dinamakan penulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan. Tulisan
dibuat untuk dibaca orang lain agar gagasan yang disampaikan
penulis dapat diterima oleh pembaca. (Wiyanto, 2006: 2)
Aktivitas menulis adalah suatu bentuk manifetasi kemampuan dan
keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar
bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca.
Kemampuan menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat
aktif dan produktif (Wassid, 2008: 248).
Menurut Maria Bakalis tulisan adalah sebentuk pemikiran dan alat
untuk berpikir. Pemahaman historis dibentuk, dikembangkan dan
didemonstrasikan dengan tulisan. Menulis bukanlah kemampuan
tambahan. Menulis merupakan bagian dari proses pertimbangan dan
pemikiran historis (Bakalis, 2003: 18).
Menulis merupakan aktivitas untuk menuangkan ide, pikiran,
pengetahuan, ilmu, dan pengalaman ke dalam bahasa tulis yang jelas,
runtut, ekspresif, enak dibaca, dan dipahami orang lain. Melalui
menulis, proses melahirkan pikiran dan perasaan ke dalam bahasa
tulis dapat tersalurkan dengan maksud agar pikiran dan
-
6
perasaan dapat dikembangkan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Untuk mewujudkan keterampilan menulis yang baik dan dapat diterima
oleh orang lain, perlu usaha sungguh-sungguh.
Menurut Stephanie J.Tobin, bila siswa mempunyai sifat yang tidak
positif terhadap karangan atau keterampilan menulis, mereka tidak
akan aktif. Tetapi bila mereka berpendapat bahwa menulis itu
penting, mereka akan lebih aktif menulis (Tobin, 2008: 22). Hal ini
juga berlaku untuk jenis karangan yang lain.
Hal senada juga dikemukakan oleh Paula C. Stacey. Menurutnya
pelatihan berdasarkan kata dan kalimat akan mengarah pada
perkembangan yang jelas pada kemampuan mengidentifikasi kata dalam
kalimat yang lebih besar dibandingkan dengan perkembangan yang
dihasilkan oleh pelatihan berdasarkan fonim (Stancey, 2008:
51).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
menulis merupakan aktivitas untuk menuangkan ide, pikiran,
pengetahuan, ilmu, dan pengalaman ke dalam bahasa tulis yang jelas,
runtut, ekspresif, enak dibaca, dan dipahami oleh orang lain.
Melalui menulis, proses melahirkan pikiran dan perasaan ke dalam
bahasa tulis dapat tersalurkan dengan maksud agar pikiran dan
perasaan dapat dikembangkan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Untuk mewujudkan keterampilan menulis yang baik dan dapat diterima
oleh orang lain, perlu usaha sungguh-sungguh baik siswa dan
guru.
Hasil tulisan atau karangan dapat disajikan dalam 5 bentuk atau
ragam wacana: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi dan
persuasi. Kenyataannya, masing-masing bentuk itu tidak selalu dapat
berdiri sendiri. Misalnya dalam sebuah karangan narasi mungkin saja
terdapat bentuk deskripsi atau eksposisi dan seterusnya. Penamaan
ragam suatu karangan lebih didasarkan atas corak yang paling
dominan pada karangan tersebut.
2.3. Pengertian Narasi (penceritaan atau pengisahan)
Narasi adalah ragam wacana yang menceriterakan proses kejadian
suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang
sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan atau
rangkaian terjadinya sesuatu hal.
-
7
Bentuk karangan ini dapat kita jumpai misalnya pada karya prosa
atau drama, biografi atau autobiografi, laporan peristiwa, serta
resep atau cara membuat dan melakukan sesuatu hal.
Menurut Acep Sukirman, yang disebut paragraf narasi adalah
paragraf yang berisi tentang cerita suatu peristiwa (Acep Sukirman,
1987:107). Sedangkan menurut KBBI, narasi adalah penceritaan suatu
cerita atau kejadian, deskripsi suatu kejadian atau peristiwa,
kisahan, atau menyajikan sebuah kejadian yang disusun berdasarkan
urutan waktu. (KBBI, 1989:683)
Narasi yaitu karangan yang berbentuk cerita atau kisahan.
Karangan jenis narasi menyajikan sebuah rangkaian kejadian yang
dialami oleh tokoh tertentu, yang biasanya disusun menurut urutan
waktu tertentu. Contoh : roman, novel, drama (Edy Prayogo, 1991:
160)
Dari pendapat-pendapat tersebut penulis menyimpulkan karangan
narasi adalah karangan yang mengisahkan sebuah kejadian atau
peristiwa berdasakan urutan waktu. Paragraf narasi bisa disebut
paragraf cerita. Pengembangan paragraf dengan pola ini menempuh
cara melukiskan /mendiskripsikan dan mengisahkan sesuatu. Paragraf
yang mengisahkan obyek termasuk pola narasi.
2.4. Manfaat Menulis Manfaat menulis yang ada hubungannya dengan
belajar mengajar adalah 2.4.1. Memperluas dan meningkatkan
pertumbuhan kosa kata.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk pertumbuhan kosa kata dengan
cara : a. Kata-kata yang terasa baru dikenal, diperoleh dari surat
kabar atau majalah-
majalah harus dicatat. b. Kata-kata yang baru yang telah
dipahami harus sering digunakan dalam
menulis. 2.4.2. Meningkatkan kelancaran tulis-menulis sekaligus
meningkatkan praktik dalam
membentuk kalimat. Meningkatkan tulis-menulis dalam menyusun
kalimat adalah kepekaan dalam berpikir atau menanggapi gagasan
seseorang.
2.4.3. Menghubungkan bahasa dalam kehidupan Upaya agar bisa
menulis dengan baik dan menarik, harus waspada dan memperhatikan
keadaan di sekelilingnya dengan cermat sehingga mampu dan senang
memceritakan keadaan, mampu
-
8
menceritakan kesan-kesan dari pengalaman-pengalaman yang dapat
dimanfaatkan untuk menyusun sebuah karangan.
2.4.4. Meningkatkan kemampuan untuk mengatur dan
pengorganisasian Pengembangan tulisan yang sederhana mengenai
masalah sederhana memerlukan perencanaan kalimat-kalimat yang
efektif.
2.4.5. Mengembangkan suatu pengorganisasian secara sistematik
Sebagian dari penulis memiliki kegemaran menggunakan kata-kata
pilihan sesuai dengan keinginannya (Henry Guntur Tarigan, 1982:
3-5).
2.5. Pengajaran Menulis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dijelaskan bahwa pengajaran yakni
proses, perbuatan, cara mengajar dan mengajarkan.Sedangkan
menulis yaitu melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang
menulis surat) dengan tulisan. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengajaran menulis yaitu cara mengajarkan
pelajaran dengan melahirkan pikiran, gagasan, ide, atau perasaan
dalam menulis. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999 : 32). Menurut
Krashen dalam Henry Guntur Tarigan, penerapan pelajaran mengarang
terdapat masalah-masalah yang harus diidentifikasi (Henry Guntur
Tarigan, 1993: 55). Masalah tersebut adalah: a. Masalah kekurangan
“ kemampuan kode” (materi) tulisan. b. Masalah pemerolehan
mengarang yang kurang baik. Pemecahan masalah dilakukan dengan:
1. Banyak membaca Pengembangan proses mengarang yang lebih
efisien dengan cara : - Menangguhkan mengadakan penyuntingan
(editing), - Menangguhkan karangan yang berorientasi pada pembaca
(reader based)
1. Dari sudut pandang guru, mengajar mengarang harus melalui
tahap-tahap sebagai berikut : - Mencari topik yang sesuai dengan
tingkat kebahasan siswa dengan ruang
lingkup kehidupannya;
-
9
- Menentukan tujuan; - Menentukan kepada siapa karangan itu
dituju; - Membuat rencana penulisan; - Mewujudkan karangan di atas
kertas.
2. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam menyajikan
mengarang ialah sebagai berikut: - Guru memberi motivasi; - Guru
mendapat perhatian sepenuhnya karena kegiatan yang dilakukan
siswa erat hubungannya dengan apa yang diterangkan atau
diperagakan oleh guru.
- Guru menulis bentuk-bentuk tulisan di papan tulis; - Guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mencamkan bentuk-bentuk
itu dalam hati (Sri Utari Subyakto Nababan, 1993: 183-189) 3.
Pada umumnya penulis sebelum melakukan kegiatan menulis,
pertama-tama
membuat perencanaan yaitu dengan kerangka karangan atau outline.
Kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal-hal sebagai
berikut: - Membantu penulis untuk melihat gagasan dalam sekilas
pandang,
sehingga dapat dipastikan susunannya. - Memudahkan penulis untuk
mencapai klimak yang berbeda-beda; - Menghindari penggarapan sebuah
topik sampai dua kali atau lebih; - Memudahkan penulis untuk
mencari materi pengganti dengan
menggunakan perincian-perincian dalam kerangka karangan penulis
dengan mudah mencari data-data atau fakta;
- Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah
siap, ia dapat mengurutkan kembali dengan kerangka karangan yang
telah dibuat pengarangnya
5. Langkah-langkah yang harus diikuti oleh penulis yang belum
mahir dalam penyusunan kerangka karangan menurut Gorys Keraf adalah
sebagai berikut: - Merumuskan tema yang jelas berdasarkan topik dan
tujuan yang akan
dicapai;
-
10
- Mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap
merupakan perincian;
- Mengadakan evaluasi semua topik yang sudah tercatat pada
langkah kedua;
- Mengulang-ulang langkah ke dua dan ke tiga untuk menyusun
topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.
- Menentukan sebuah pola susunan pola yang paling cocok untuk
mengurutkan semua perincian. Keraf (1980: 65).
6. Pengajaran menulis atau mengarang diberikan kepada siswa agar
siswa memiliki ketrampilan menulis. Menurut Marwoto, dkk.
syarat-syarat ketrampilan menulis sebagai berikut : - Harus kaya
akan ide, ilmu pengetahuan, dan pengalaman hidup.Kekayaan
modal dan bahan pokok penulisan. Kekayaan itu bisa dicapai
dengan membina secara intensif ketrampilam membaca, menyimak,
merekam, mengolah, dan merespon berbagai masukan.
- Harus mempunyai intuisi yang tajam dan jiwa yang arif. Intuisi
yang tajam guna untuk menangkap berbagai fenomena kehidupan yang
sensitif, jeli dan tepat, sedangkan jiwa yang arif akan memberikan
nilai dan kemampuan menyeleksi atas hal-hal yang pantas dimiliki
dan dilakukan atau tidak. Harus mempunyai kekayaan bahasa. Faktor
bahasa tetap merupakan faktor prima dalam dunia tulis-menulis.
Apalah artinya kedalaman dan keluasan ilmu pengetahuan, ide-ide
cemerlang , dan pengalaman hidup yang kaya raya, jika tidak
diimbangi dengan kekayaan bahasa. (Marwoto, dkk, 1995: 16)
7. Masih menurut Marwoto, dkk. pengajaran menulis atau mengarang
mempunyai banyak manfaat yaitu: - Untuk memperdalam suatu ilmu dan
penggalian hikmah pengalaman-
pengalaman atau menulis secara kontinyu dan kreatif, seseorang
dapat merasa berkewajiban mengasah dan memproses ilmunya secara
tajam.
- Untuk membuktikan sekaligus menyadari potensi ilmu
pengetahuan, ide dan pengalaman hidupnya;
-
11
- Untuk menyumbangsihkan pengalaman hidup ilmu pengetahuan serta
ide-idenya yang berguna bagi mayarakat luas;
- Untuk meningkatkan prestasi kerja, memperluas media profesi; -
Untuk memperlancar media mekanisme kerja masyarakat intelektual,
dialog
ilmu pengetahuan, pelestarian, pengembangan, dan penyempurnaan
ilmu pengetahuan (Marwoto, dkk. 1985 : 19 ).
2.6. Faktor Kebahasan dalam Tulisan
Dalam menulis, kedudukan bahasa sebagai penyampai amat penting.
Agar gagasan/ide yang dituangkan dapat dipahami pembaca, seorang
penulis harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
unsur-unsur dalam bahasa seperti ejaan, pilihan kata atau diksi,
penyusunan kalimat efektif, dan pengembangan paragraf. Keempat
unsur bahasa tersebut memiliki kedudukan yang amat penting dalam
mendukung terciptanya tulisan yang baik.
2.6.1 Ejaan Harimurti memberikan batasan ejaan sebagai gambaran
bahasa dengan
kaidah tulis menulis yang distandarisasikan, yang lazimnya
mempunyai tiga aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem
dengan huruf dan penusunan abjad; aspek morfologis yang
menggambarkan satuan-satuan morfimis; aspek sintaksis yang
menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca. Menyangkut ejaan yang
berlaku saat ini adalah Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan
(EYD), tulisan siswa kelas 5 Sekolah Dasar sebagai tulisan semi
ilmiah mensyaratkan penggunaan ejaan sesuai dengan kaidah yang
ditentukan dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) secara benar.
Penggunaan ejaan yang dimaksud dalam tulisan siswa ini mencakup: a.
pemakaian dan penulisa huruf; b. penulisan kata; c. penulisan unsur
serapan, dan d. tanda baca. Harimurti (1982: 38).
2.6.2 Kosa kata
-
12
Seorang penulis yang baik dituntut memiliki pengetahuan tentang
kata. Hal ini sesuai pendapat Purwadarminta yang menyatakan bahwa
pengetahuan tentang kata yang luas amat penting artinya sebagai
seorang penulis (Purwadarminta, 1985:17).
Dalam kaitannya dengan pemilihan, Sabarti menyatakan bahwa ada
dua syarat pokok yang harus diperhatikan yaitu ketepatan dan
kesesuaian. Ketepatan menyangkut makna, aspek logika, kata-kata,
yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin
diungkapkan. Berbeda dengan syarat ketepatan, persyaratan
kesesuaian menyangkut kecocokan antara kata-kata yang dipakai
dengan kesempatan atau situasi dan keadaan pembaca. Sabarti ( 1987:
83 ) Tulisan siswa kelas V Sekolah Dasar yang dimaksud dalam
penelitian ini mensyaratkan menggunakan kosakata baku Bahasa
Indonesia. Dengan kata lain, siswa dituntut menggunakan kata-kata
secara konsisten sesuai dengan aturan yang berlaku.
2.6.3 Kalimat
Seorang penulis harus mampu menuangkan idenya dalam kalimat yang
baik dan efektif. Tarigan menyatakan bahwa kalimat yang baik adalah
kalimat yang jelas menyatakan kesatuan gagasan dan bukan merupakan
penggabungan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama
sekali. (Tarigan, 1986 : 20). Dalam kaitannya dengan kalimat yang
baik, Sabarti menyatakan kalimat yang baik adalah kalimat yang
disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. (Sabarti,
1987:116). Lebih lanjut Sabarti menyatakan bahwa kaidah yang harus
ditaati oleh seorang penulis meliputi: 1. unsur-unsur penting yang
harus dimiliki setiap kalimat (unsur subyek dan
predikat); 2. aturan-aturan tentang ejaan (EYD); 3. cara memilih
kata dalam kalimat. Sabarti menyatakan bahwa kalimat efektif
memiliki ciri-ciri : 1. kesepadanan dan kesatuan, 2. kesejajaran
bentuk (paralelisme ), 3. penekanan, 4. penghematan dalan
penggunaan kata, dan
-
13
5. kevariasian dalam struktur kalimat. (Sabarti, 1986:116) Dari
ciri-ciri yang dikemukan Sabarti di atas, jelaslah bahwa kalimat
yang efektif memiliki kemampuan untuk menimbulkan gagasan-gagasan
pada diri pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran
penulis.
2.6.4 Paragraf Paragraf pada hakikatnya merupakan rangkaian
kalimat yang mengacu pada
Masalah, gagasan, dan pokok pembicaraan yang sama. Sabarti
berpendapat bahwa paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran
dalam sebuah karanga. Dalam paragraf mengandung satu unit buah
pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf. (Sabarti,
1987:144). Dalam pengembangkan paragraf, seorang penulis harus
menyajikan dan mengorganisasikan gagasan menjadi satu paragraf yang
baik. Paragraf yang baik menurut Sabarti adalah paragraf yang
memenuhi persyaratan, kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan
(Sabarti,1987:149). Paragraf dikatakan memiliki kesatuan apabila
paragraf tersebut hanya mengandung satu gagasan pokok. Dengan
demikian paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat-kalimat
dalam paragraf tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan
dengan topiknya.
Kepaduan sebuah paragraf ditandai dengan hadirnya
kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Sabarti
menyatakan bahwa kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan
memperhatikan unsur-unsur kebahasan dan perincian serta urutan isi
paragraf. (Sabarti, 1987:150). Lebih lanjut Sabarti menyatakan
bahwa unsur bahasan yang mendukung kepaduan paragraf dapat
digambarkan dengan: (a) repetisi atau pengulangan kata kunci, (b)
kata ganti, (c) kata transisi atau ungkapan penghubung, dan (d)
paralilisme
Akhirnya paragraf dikatakan lengkap apabila berisi
kalamat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang
kejelasankalimat utama. Dengan kata lain paragraf dikatakan tidak
lengkap apabila hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan
kalimat.
2.7 Evaluasi Keterampilan Menulis
-
14
Ketrampilan menulis siswa dapat diukur melalui tes. Soenardi
menyatakan bahwa secara umum tes menulis dapat diselenggarakan
secara terbatas dan bebas. (Soenardi, 1996: 73). Tes menulis yang
diselenggarakan secara bebas menurut Soenardi adalah tes menulis
yang diselenggarakan dengan batasan-batasan tertentu seperti
masalah, judul, maupun panjang tulisan. Sebaliknya pada tes menulis
bebas , batasan-batasan yang diberikan hanya berupa rambu-rambu
yang ditetapkan secara minimal. Senada dengan Soenardi, Burhan
Nugiantoro menyatakan bahwa tes menulis yang baik haruslah bersifat
pragmatik. Maksud yang bersifat pragmatik tes tersebut harus
memungkinkan terlibatnya unsur linguistik dan ekstralinguistik,
memberi kesempatan pelajar untuk tidak saja berfikir tentang
gagasan apa yang akan dikemukakan. Tugas yang sesuai dengan
kriteria di atas menurut Burhan adalah tugas menulis secara esai
(Nugiantoro ,1988: 281).
Dari dua pendapat disimpulkan bahwa tes menulis yang paling
tepat adalah tes bentuk esai atau tes secara terbatas. Dengan kata
lain, siswa disuruh membuat tulisan dengan batasan-batasan tertentu
yang mencakup: (a) tema, (b) jumlah kosakata atau panjang karangan,
(c) ragam bahasa yang dipergunakan,ejaan, dan (d) waktu
pengerjaan.
2.7.1 Teknik Penilaan
Penilaian yang dilakukan terhadap tulisan siswa bersifat
holistik, impresif, dan selintas. Burhan Nugiantoro berpendapat
bahwa dalam melakukan penilaian terhadap tulisan siswa hendaknya
dilakukan dengan pendekatan holistik dan analisis.
(Nugiantoro,1988:279) berbicara tentang pendekatan analisis, Zaini
sebagaimana dikutip Burhan Nugiantoro menyatakan bahwa penilaian
dengan pendekatan analisis merinci tulisan ke dalam aspek-aspek
atau kategori-kategori tersebut bervariasi, namun hendaknya
meliputi: (a) kualitas dan ruang lingkup isi, (b) organisasi dan
penyajian isi, (c) gaya dan bentuk bahasa, (d) mekanik, dan (e)
respon efektif guru terhadap karya tulis. (Nugiantoro, 1988:
280)
Pemberian nilai dengan pendekatan analisis ini dapat dilakukan
dengan menggunakan skala penilaian 1 sampai 10 untuk masing-masing
kategori. Selain model analisis di atas, dikenal pula model
analitis yang lain, misalnya analitis unsur-
-
15
unsur tulisan seperti dikemukakan oleh Harris maupun Amran
Halim. Unsur-unsur yang maksud baik oleh Harris maupun Amran Halim
meliputi: a. content (isi, gagasan, yang dikemukakan), b. form
(organisasi isi), c. grammar (tata bahasa dan pola kalimat), d.
style (gaya, pilihan struktur, dan kosa kata, dan mechanics
(ejaan). (Harris, 1979: 68-69)
Untuk keperluan praktis menurut Burhan, perlu ditentukan bobot
untung masing-masing unsur yang dinilai. (Burhan, 1988: 280).
Berbeda dengan Zaini memberi bobot sama untuk setiap unsur atau
kategori yang dinilai. Burhan berpendapat bahwa tidak ada jika
setiap unsur diberi bobot yang sama. Idealnya menurut Burhan,
pembobotan haruslah mencerminkan tingkat pentingnya masing-masing
unsur dalam tulisan. Dengan demikian, unaur yang lebih penting
diberi bobot yang lebih tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penilaian ini untuk menilai
tulisan siswa digunakan kategori sebagaimana dikemukakan oleh
Harris dan Amran Halim. Yang meliputi: (a). isi, (b).
alur/organisasi isi, (c). tata bahasa, (d). diksi, dan (e).
ejaan.
Penilaian dari masing-masing kategori dengan pembobotan
sebagaimana yang diungkapkan oleh Burhan, yakni masing-masing
kategori diberi bobot yang berbeda-beda.
2.7.2 Dimensi dan Indikator
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ketrampilan menulis
adalahketrampilan siswa untuk menuangkan ide/gagasan serta
menganalisis masalah dengan menggunakan media tulis dengan tepat.
Komponen-komponen yang dinilai dalam karangan siswa mencakup: (a).
isi, (b). alur/organisasi, (c). tata bahasa, (d). kosa kata, dam
(e). ejaan.
Pendapat tersebut dalam pelaksanaannya dikelompokkan dalam empat
pokok penilaian, yakni: (a). isi, (b). alur, dan (c). kaidah bahasa
Indonesia.
Skor maksimal untuk masing-masing komponen mengacu pada pendapat
Nurgiantara dan dari petunjuk penilaian mengarang untuk Sekolah
Dasar seperti berikut: (a). isi = skor 9; (b). alur = skor 8; (c).
kosa kata skor = 3; (d). kaidah bahasa =
-
16
skor 10, dan (e). Dengan jumlah skor maksimal 30. (Nurgiantara,
1988: 281 ), Untuk nilai akhir diperoleh dari skor perolehan dibagi
skor maksimum dikalikan seratus.
2.8 Metode Diskusi
Hisyam Zaini dkk. Mengatakan bahwa metode diskusi merupakan
salah satu alat yang paling efektif dalam strategi atau metode yang
dipergunakan. Metode ini dapat diterapkan di hampir semua kelas
lebih-lebih pada kelas yang kecil. (Hisyam, dkk., 2007:120).
2.8.1 Pengertian Diskusi Diskusi adalah salah satu metode
pembelajaran agar siwa dapat berbagai
pengetahuan, pandangan, dan keterampilannya.(Sumiati, 2009:141).
Tujuan diskusi adalah untuk mengekplorasi pendapat atau panangan
yang berbeda dan untuk mengidentifikai berbagai kemungkinan.
Penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran memungkinkan adamua
keterlibatan siswa dalam proses interaksi yang lebih luas. Proses
interaksi berjalan melalui komunikasi verbal.
2.8.2 Manfaat metode diskusi Metode diskusi bermanfaat untuk
melatih kemampuan memecahkan maalah secara verbal, dan memupuk
sikap demokratis. Diskusi dilakukan bertolak dari adaanya masalah.
Ciri pertanyaan yang perlu didiskusikan, pertanyaan yang layak
didiskusikan mempunyai ciri sebagai berikut: a. Menarik minat siswa
yang sesuai dengan tarafnya. b. Mempunyai kemungkinan jawaban lebih
dari sebuah yang dapat dipertahankan
kebenarannya. c. Pada umumnya menyatakan mana jawaban yang
benar, tetapi lebih banyak
mengutamakan hal mempertimbangkan dan membandingkan.
2.3 Teknik pelaksanaan diskusi Dilihat dari teknik
pelaksanaannya, diskusi dapat digolongkan ke dalam dua macam, yaitu
: 1. Debat
-
17
Di dalam debat terdapat dua kelompok mempertahankan pendapatnya
masing-masing yang bertentangan. Pendengar (audience) dijadikan
sebagai kelompok yang memutuskan mana yang benar dan mana yang
salah dalam keputusan akhir. Agar debat tidak berkepanjangan harus
dibatasi sesuai dengan waktu yang tersedia.
2. Diskusi Diskusi pada dasarnya merupakan musyawarah untuk
mencari titik pertemuan pendapat, tentang suatu masalah. Ditinjau
dari pelaksanaannya dapat digolonglan ke dalam: a. Diskusi
kelas
Diskusi kelas adalah semacam brain storming (pertukaran
pendapat). Hal ini guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas.
Jawaban dari siswa diajukan lagi kepada siswa lain atau dapat pula
meminta pendapat siswa lain tentang hal itu sehingga terjadi
pertukaran pendapat secara serius dan wajar.
b. Diskusi kelompok Guru mengemukakan suatu masalah. Masalah
dipecahkan ke dalam sub masalah. Siswa dibagi ke dalam
kelompok-kelompok kecil mendiskusikan sub-sub masalah tersebut.
Hasil diskusi dilaporkan di depan kelas dan ditanggapi.
c. Panel Panel merupakan diskusi yang dilakukan oleh beberapa
orang saja. Biasanya antara 3 sampai 7 orang panelis. Siswa lain
hanya bertindak sebagai pendengar.
d. Konferensi Dalam konferensi anggota duduk saling menghadap,
mendiskusikan suatu masalah. Setiap peerta harus memahami bahwa
kehadirannya harus sudah mempersiapkan pendapat yang akan
diajukan.
e. Simposium
-
18
Pelaksanaan symposium dapat menempuh dua cara. Cara pertama
mengundang dua orang pembicara atau lebih. Setiap pembicara diminta
untuk menyajikan prasaran yang sudah ditulis. Masalah yang dibahas
sama namun masing-masing menyoroti dari sudut pandang yang berbeda.
Cara kedua membagi masalah ke dalam beberapa aspek. Setiap aspek
dibahas oleh seorang pemasaran.
f. Seminar Seminar merupakan pembahasan ilmiah yang dilaksanakan
dalam meletakkan dasar-dasar pembinaan tentang masalah yang
dibahas.
g. Workshop Workshop dilaksanakan oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang pekerjaan atau profesi yang sejenis.
2.4 Petunjuk Praktis Pelaksanaan Diskusi Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar diskusi dapat berjalan dengan lancara
perlu memperhatikan hal-hal berikut: 2.4.2 Mempersiapkan sebuah
diskusi
1) Akomodasi Persiapan akomodasi bergantung pada jenis diskusi
yang akan dilaksanakan. Secara garis besar persiapan akomodasi
meliputi: a. Tempat b. Perlengkapan c. Tata ruang d. Lembar kertas
kerja e. Perlengakapan lain yang diperlukan
2) Administrasi 3) Peserta
2.4.3 Pelaksanaan Diskusi Sebuah diskusi setidak-tidaknya
melibatkan moderator, sekretaris dan peserta 1) Moderator
-
19
Sebuah diskusi dipimpin oleh seorang moderator yang didampingi
sekretaris. Tugas moderator antara lain: a. Memimpin pelaksanaan
diskusi b. Memperkenalkan seluruh peserta diskusi c. Mengatur lalu
lintas pembicaraan d. Memulai dan menghentikan diskusi sesuai
dengan agenda acara. e. Membuat dan/atau membacakan kesimpulan
2) Sekretaris, tugas dari sekretaris adalah: a. Membacakan tata
tertib dan/atau agenda acara, b. Mencatat semua inti
pembicaraan
3) Peserta, sikap peserta diskusi yang baik adalah: a.
Menghargai pendapat peserta lain, b. Terbuka dan tidak mau menang
sendiri, c. Bersungguh hati untuk mencari pemecahan masalah yang
didiskusikan, d. Menaati semua tata tertib yang ditetapkan.
2.5 Gambar Seri
Pengertian gambar menurut KBBI adalah tiruan (orang, binatang,
tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil dan
sebagainya pada kertas dan sebagainya; lukisan (KBBI, 1989:288).
Sedangkan pengertian seri masih menurut KBBI adalah rangkaian yang
berturut-turut tentang cerita, buku, peristiwa, dan sebagainya
(KBBI, 989: 925).
Dari kedua pengertian tersebut peneliti menyimpulkan gambar seri
adalah lukisan atau tiruan benda yang dibuat dengan coretan pada
kertas yang susun secara berurutan.
-
20
Hutan Lebat Penebangan Liar
Bencana banjir Penghijauan
2.6 Penelitian Yang Relevan Penelitian mengenai peningkatan
kemampuan menulis pada siswa dan
mahasiswa telah banyak dilakukan oleh peneliti maupun oleh para
pakar sebelumnya. Peneliti tersebut antara lain: Suparno (1991),
Buchori (1995), Raharja (1999), Ridwan (2001), Suryanto (2004),
Mafrukhi (2005), Main Sufanti dkk.(2007) dan Sumardi Saragih
(2007).
Suryanto (2004) meneliti keterampilan menulis karangan narasi
pada siswa kelas IID SLTP Sukareja Kendal. Hasil penelitiannya
menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis karangan narasi
sebesar 64,4% pada siklus pertama dan 7,8% pada siklus kedua.
Mafrukhi (2005) dalam tesisnya yang berjudul ”Penggunaan Teknik
Pemetaan Konsep dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan
Kompetensi Menulis Ekspositori pada Siswa SMA 1 Semarang” meneliti
tentang kelemahan aspek keterampilan menulis dalam pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental di SMA 1 Semarang
dengan desain factorial. Mafruki memilih dua kelas, yaitu kelas XI
IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas
kontrol. Kelas eksperimen dikenai variabel perlakuan pembelajaran
menulis menggunakan teknik pemetaan kognitif dengan pendekatan
kontekstual.
-
21
Mafruki menemukan tiga hal dalam penelitiannya. Pertama,
kompetensi menulis ekspositori kelas eksperimen pada saat tes awal
lebih jelek dibandingkan kelas kontrol dengan capaian rata-rata
95,95 < 107,46. Perbedaan rerata sebesar -2,216 dengan taraf
signifikasi sebesar 0,032 < 0,05. kedua, Kompetensi menulis
ekspositori kelas eksperimen pada saat tes akhir, yakni setelah ada
perlakuan ternyata lebih baik dari kelas kontrol dengan capaian
rata-rata 146,32 > 118,10. Perbedaan rerata 6,892 dengan taraf
signifikan 0,000 < 0,05. Ketiga, semua aspek penilaian menulis,
yakni hubungan topik dengan isi, hubungan antarkalimat, hubungan
antarparagraf, penggunaan kalimat, penggunaan diksi, dan penggunaan
EYD saat tes akhir dari kelas eksperimen ternyata lebih baik
dibandingkan dengan kelas kontrol.
Ely Prihmono Suwarso Putro (2007) meneliti kemampuan menulis
surat lamaran pekerjaan melalui metode Team Game Tournament (TGT)
pada siswa kelas XII I 3 SMA Kristen 1 Surakarta. Hasil yang
diperoleh Ely menyebutkan bahwa metode TGT ternyata cukup efektif
digunakan dalam pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan.
Sufanti dkk. (2006) dalam penelitiannya yang berjudul
”Peningkatan Kompetensi Menulis Pengalaman Siswa Kelas VII A SMP
Negeri Gatak Kabupaten Sukoharjo Melalui Pola Latihan Berjenjang”
meneliti kemampuan menulis siswa yang meliputi kemampuan membuat
kalimat, membuat paragraf, dan menulis wacana. Sufanti dkk.
menggunakan 2 siklus dalam penelitiannya. Dari dua siklus tersebut
terbukti bahwa aktivitas siswa dapat ditingkatkan sebesar 5,57%,
kinerja guru dapat ditingkatkan 8,00%, dan kompetensi menulis siswa
dapat ditingkatkan ketuntasan belajarnya 1,25%.
Saragih (2007) dalam tesisnya yang berjudul ”Pengembangan
Strategi Portofolio dalam Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi
(Penelitian Tindakan Kelas di SMA Negeri Pematangsiantar)” meneliti
tentang kemampuan menulis karangan eksposisi siswa kelas XI 1A3 SMA
Negeri II Pematangsiantar. Penelitian yang dilakukan terdiri dari
dua siklus. Berdasarkan analisis data penelitian, kemampuan menulis
karangan eksposisi siswa dari siklus I sampai dengan siklus II
mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kelas dalam menulis karangan
eksposisi pada
-
22
siklus I : 5,42 dan pada siklus II : 8,03. Nilai rata-rata hasil
menunjukkan peningkatan sebesar 2,62. Jadi, peningkatan kemampuan
menulis karangan eksposisi dari siklus I sampai siklus II sebesar
27,5%.
Lilis Suryani, 2004. “Ketrampilan Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar
dalam menulis (Stydy Korerasioanal antara Kemampuan Memahami
Struktur Bahasa dan Motivasi Belajar)”. Relevansinya dengan
penelitian ini yaitu pada kesimpulan ada hubungan positif antara
kemampuan memahami struktur bahasa dan motivasi belajar secara
bersama-sama dengan ketrampilan menulis siswa. Artinya semakin baik
memahami struktur bahasa dan semakin baik motivasi siswa maka
semakin baik ketrampilan menulisnya.
Suharyanti 2001. ”Hubungan atara Penguasaan Struktur Bahasa dan
Kemampuan Penalaran dengan Kemampuan Menulis Eksposisi pada
Mahasiswa jurusan MIPA FKIP, “ esis. Surakarta: Pasca Sarjana UNS.
Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa antara kemampuan
memahami struktur bahasa dan kemampuan penalaran mempunyai hubungan
dengan ketrampilan menulis siswa.
Berdasarkan beberapa kajian pustaka di atas dapat diketahui
bahwa para peneliti telah menggunakan teknik maupun metode yang
bervariasi dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melengkapi hasil penelitian
sebelumnya sehingga hasilnya diharapkan dapat menambah pengetahuan
para peneliti selanjutnya.
2.7. Kerangka Pikir
Keterampilan siswa kelas V SD Negeri 02 Sidomulyo Semester II
Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam menulis karangan narasi masih
rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain faktor
guru dan siswa. Salah satu cara meningkatkan kemampuan siswa
tersebut adalah dengan metode diskusi melalui gambar seri. Dengan
metode ini diharapkan kemampuan siswa dapat meningkat.
Untuk memperjelas kerangka pikir penelitian tindakan kelas ini
dapat divisualisasikan pada bagan 2.1 berikut ini;
-
23
Menurunnya kualitas pembelajaran dalam menulis narasi di kelas 5 SDN 2 Sidomulyo
Hasil belajar dalam menulis narasi terbukti hasil belajar siswa kurang dari KKM
Siswa kurang bekerja sama dengan teman lain. Siswa bosan dan kelas ramai
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
2.8.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, hipoteis tindakan
yang diajukan adalah “Melalui metode diskusi dapat meningkatkan
hasil belajar menulis narasi siswa kelas 5 SDN 02 Sidomulyo
Gunungwungkal Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013.
Guru kurang maksimal mengkondisikan kelas
Diterapi dengan pembelajaranmenggunakan gambar seri
Kelebihan penerapan gambar seri
1.
Kelebihan penerapan kreativitas, sportivitas, dan rasa percaya diri
2.
Siswa terlibat aktif dalam belajar 3.
Menimbulkan kreativitas dalam ide dan
pendapat dalam menulis narasi
Aktivitas dalammenulis narasi menin
Hasil belajar dalam menulis narasi meningkat
gkat