6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasan yang baik terhadap materi matematika Susanto (2013:186-187). Matematika adalah bahasa simbol yang fungsi praktis dan fungsi teoritis, fungsi praktis iyalah untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif yaitu mnunjukan kemampuan strategi dalam merumuskan, menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam memecahkan masalah. Sedangkan untuk fungsi teoritis untuk memudahkan berfikir secara logis johnson dalam Wahyudi dan Budiono (2013:6) Selain itu, Nickson (2011) mengemukakan bahwa matematika adalah pemberian bantuan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep dan prinsip- prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi (arahan terbimbing) sehingga konsep atau prinsip itu terbangun. Pendapat tersebut menandakan bahwa guru dituntut untuk dapat mengaktifkan siswanya selama pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru melainkan pada siswa. Guru bukan mentransfer pengetahuan pada siswa tetapi juga membantu siswa untuk membentuk sendiri pengetahuannya. Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan hakikat matematika dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah yang di ketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol, bahasa simbol yang memiliki ciri-ciri abstrak, general dan terstruktur. Selain itu belajar matematika merupakan kemampuan berfikir logika, oleh karena itu guru berperan penting untuk membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung.
14
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11093/3/T1_292012525_BAB II... · Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang dibangun
oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasan yang
baik terhadap materi matematika Susanto (2013:186-187). Matematika adalah
bahasa simbol yang fungsi praktis dan fungsi teoritis, fungsi praktis iyalah untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif yaitu mnunjukan kemampuan strategi
dalam merumuskan, menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam
memecahkan masalah. Sedangkan untuk fungsi teoritis untuk memudahkan
berfikir secara logis johnson dalam Wahyudi dan Budiono (2013:6)
Selain itu, Nickson (2011) mengemukakan bahwa matematika adalah
pemberian bantuan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep dan prinsip-
prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi
(arahan terbimbing) sehingga konsep atau prinsip itu terbangun. Pendapat tersebut
menandakan bahwa guru dituntut untuk dapat mengaktifkan siswanya selama
pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru
melainkan pada siswa. Guru bukan mentransfer pengetahuan pada siswa tetapi
juga membantu siswa untuk membentuk sendiri pengetahuannya.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan hakikat
matematika dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah
yang di ketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan
dengan angka-angka atau simbol, bahasa simbol yang memiliki ciri-ciri abstrak,
general dan terstruktur. Selain itu belajar matematika merupakan kemampuan
berfikir logika, oleh karena itu guru berperan penting untuk membimbing siswa
selama pembelajaran berlangsung.
7
Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran Matematika bagi peserta didik berdasarkan dengan
Depdiknas No 22 Tahun 2006, bahwa mata pelajaran Matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif,serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan
agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,
tidak pasti, dan kompetitif. Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Wahyudi dan Budiono (2013:24) mendefinisikan bahwa tujuan pembelajaran
matematika memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah
informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan
kompetetitif.
Berdasarkan uraian, maka yang di maksud dengan tujuan pembelajaran
matematika dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Selain itu peserta didik
8
juga harus memiliki kemampuan untuk memperoleh, mengolah dan
memanfaatkan informasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika
Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Standar
kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang di
bukukan dan harus ditunjukan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata
pelajaran matematika. Standar ini rinci dalam komponen kompetensi dasar beserta
hasil belajar, indikator dan materi pokok untuk setiap aspeknya. Aspek atau ruang
lingkup materi pada SK matematika adalah bilangan, Geometri dan Pengukuran.
Pencapaian tujuan matematika dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang
standar dinamakan dengan Standar Kompetensi SK dan dirinci ke dalam
Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang
secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan
kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD. Secara rinci SK
dan KD untuk mata pelajaran matematika yang ditunjukan bagi siswa kelas 5 SD
disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarPembelajaran
Matematika Kelas 5 Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Geometri dan Pengukuran
6. Memahami sifat-sifat bangun
dan hubungan antar bangun
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang
sederhana
6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri
6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
bangun datar dan bangun ruang sederhana
Sumber : Depdiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
9
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Suprijono (2009:73) pembelajaran kooperatif kolaboratif
didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab dan sikap menghormati
sesama. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha
menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
guru. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan memberikan dukungan kepada
peserta didik. Pendapat lain juga dikemukan oleh Vygotsky dalam Suprijono
(2009:75) model pembelajaran kooperatif adalah penekanan belajar sebagai
proses dialog interaktif. Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif”
yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu
satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk
mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa student oriented
untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa,
yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak
peduli pada pada orang lain Isjoni (2009:22).
Menurut Slavin dalam Isjoni (2009:22) model pembelajaran kooperatif
dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang
secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih giat dalam belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam menyelesaikan
tugas kelompoknya, semua anggota kelompok saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pembelajaran. “Kolaboratif artinya setiap
kelompok terdiri atas campuran siswa, jenis kelamin dan suku”.
Berdasarkan uraian maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif
dalam penelitian ini adalah, sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bekerja sama saling berinteraksi satu sama lain dalam
menyelesaikan masalah untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran bersama.
10
2.1.2 Model Pembelajaran Group Investigation
Suprijono (2009:112) mengemukakan pembelajaran dengan model group
Investigation dimulai dengan pembagian klompok, selanjutnya siswa memilih
topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat
dikembangkan dari topik. Sesudah topik dan permasalahan disepakati, siswa
beserta guru menentukan cara untuk memecahkan masalah dalam kelompok,
setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah dirumuskan
aktivitas tersebut sistematik keilmuan mulai dari mengumpulkan data, analisis
data, sintesis, sehingga menarik kesimpulan.
Sedangkan menurut Trianto (2007:59) mengemukan bahwa pembelajaran
model kooperatif group investigation umumnya membagi kelas menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau
kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik
untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah
dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
Sharan dalam Miftahul Huda (2011:123) mendefinisikan bahwa model
pembelajaran group investigation lebih menekankan dimana siswa terlibat dalam
merencanakan apa yang ingin dipelajari dan di investigasikan bersama dengan
kelompok diskusi.
Berdasarkan uraian, maka yang di maksud dengan model pembelajaran
group investigation dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif yang
menekankan kerjasama dan meningkatkan keaktifan siswa dalam diskusi antar
kelompok secara heterogen, dalam diskusi kelompok siswa saling berinteraksi
yang melibatkan berbagai ide dan pendapat.
11
Kelebihan dan kekurang pembelajaran Group Investigation
Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dan kekurangan
model pembelajaran Group Investigation sebagai berikut:
a) Meningkatkan belajar kerja sama
b) Belajar berkomunikasi baik dnegan teman sendiri maupun guru
c) Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
d) Belajar menghargai pendapat orang lain
e) Meningkatkan partisipasi dalam membuat sesuatu keputusan
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran yang didefinisikan oleh
Setiawan (2006:9) sebagai berikut:
a) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan
b) Sulitnya memberikan penilaian secara personal
c) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran group investigation
tapi cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk
memahami suatu bahasan dalam dari pengalaman yang dialami sendiri
d) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif.
Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigasion
Langkah-langkah pembelajaran group investigation menurut Sharan
dalam Trianto (2009:80) meliputi 6 fase yaitu:
1) Memilih topik:
Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang
biasanya ditetapkan oleh guru. Sebelumnya siswa sudah dibentuk dalam
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2-6 siswa.
2) Perencanaan kooperatif:
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan
khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap
pertama.
12
3) Implementasi:
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan didalam tahap
kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan
keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-
jenis sumber belajar yang berbeda baik didalam atau diluar sekolah. Guru
membimbing siswa.
4) Analisis dan sintesis:
Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap
ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan
disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan
kepada seluruh kelas
5) Presentasi hasil final:
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan
cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain
saling terlibat satu sama lain dalam diskusi dan memperoleh pengetahuan
yang luas pada topik diskusi. Presentasi dikoordinir oleh guru.
6) Evaluasi:
Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik
yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap
kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat
berupa penilaian individu atau pun kelompok.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh, Supandi (2005: 6) mengenai
langkah- langkah pembelajaran group investigation sebagai berikut:
1) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas kelompok yang harus
dikerjakan.
3) Guru meminta ketua kelompok untuk mengambil materi tugas secara
kooperatif dalam kelompoknya.
4) Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam
kelompoknya.
13
5) Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok
atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil diskusi.
6) Kelompok lain dapat memberi tanggapan terhadap hasil pembahasannya.
7) Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan
konsep dan memberikan kesimpulan.
8) Evaluasi
Ringkasan langkah-langkah model pembelajaran group investigation siswa
dibagi dalam kelompok, memilih topik, ketua kelompok mengambil LKS didepan
kelas, menginvestigasi topik, mencatat hasil investigasi, perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusi, memberi tanggapan, mengklarifikasi, dan
evaluasi.
Berdasarakan uraian maka yang dimaksud dengan langkah-langkah
pembelajaran group investigation dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan bermakna. Artinya siswa dituntut
untuk selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mencari cara untuk
menyelesaianya, dengan demikian siswa akan lebih terlatih untuk selalu
menggunakan keterampilan dan pengetahuannya.
2.1.3 Hasil Belajar
Suprijono (2009:5) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan yang ada dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas yang
dilakukan dalam belajar. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses
belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan
terjadinya hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar merupakan pola-pola