-
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam BNSP (2006:161) merupakan
ilmu
pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang
alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-
fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi merupakan
suatu
penemuan. Sedangkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Fowler
dalam
Trianto (2010:136) adalah pengetahuan yang sistematis dan
dirumuskan, yang
berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
terutama atas
pengamatan dan deduksi.
Ilmu Pengetahuan Alam menurut Wahyana dalam Trianto
(2010:136)
adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun sistematik, dan
dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta,
tetapi oleh
adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Dalam hal ini antara
kumpulan fakta
yang ada, metode ilmiah dan sikap ilmiah saling
berkesinambungan.
Oleh karena itu IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
berkaitan
dengan alam sekitar. Dalam kegiatan mencari tahu tentang alam
tersebut
dilakukan secara sistematis dengan tindakan yang berusaha
mencari tahu apa
yang ada, baik sebuah pengetahuan yang harus dipelajari, sebuah
fakta yang
harus dibuktikan kebenarannya maupun berupa prinsip atau konsep
yang perlu
diaplikasikan dalam pemahaman tentang alam hingga menghasilkan
sebuah
penemuan yang berarti dan berguna. Dalam pembelajaran tentang
alam tersebut
perlu dilakukan pengamatan yang seksama guna menghasilkan suatu
penemuan
yang berarti tersebut. Pengamatan yang dilakukan terhadap alam
dapat bermula
dari pengamatan tentang suatu gejala alam yang terjadi. Bisa
dari suatu gejala
alam yang sederhana yang sering kita lihat ataupun yang saat ini
sedang terjadi di
-
7
sekitar kita. Gejala alam yang terjadi tersebut bisa disebut
fakta. Fakta yang
saling berhubungan menimbulkan pertanyaan dan keinginan dari
seseorang untuk
mencari dan menemukan jawaban atas sebab adanya fakta tersebut.
Usaha untuk
mencari tahu jawaban tersebut dikenal dengan sikap ilmiah yang
dilakukan
dengan dasar keilmuan dan menggunakan metode keilmuan pula.
Dalam proses
berjalannya antara metode dan sikap ilmiah tersebut
berkesinambungan dan
saling mendukung untuk menuju jawaban atas pertanyaan sebelumnya
bahkan
dapat menghasilkan sebuah penemuan yang berguna. Jadi IPA
merupakan
kegiatan mencari tahu tentang alam, baik berupa fakta, konsep
atupun prinsip
sampai pada kegiatan menemukan yang dilakukan secara
sistematis.
2.1.2 Pembelajaran IPA di SD
2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran IPA dalam BNSP (2006:161) menekankan pada
pemberian
pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa
agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pembelajaran IPA
sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah
serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.
Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran
Salingtemas
(Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan
pada pengalaman
belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui
penerapan konsep
IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana(BSNP,
2006:161).
Hamdani(2010:47) berpendapat bahwa ciri-ciri pembelajaran
adalah
sebagai berikut :
1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara
sistematis.
2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa
dalam belajar.
3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik
perhatian dan menantang siswa.
4) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat
dan menarik.
-
8
5) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
6) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran,
baik secara fisik, maupun psikologi.
7) Pembelajaran menekankan keaktifan siswa. 8) Pembelajaran
dilakukan secara sadar dan sengaja.
Trianto (2010:142) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA secara
khusus
sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana tercantum
dalam
taksonomi bloom bahwa:
“diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang
merupakan
tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud
adalah
pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat
untuk
kehidupan sehari-hari.Pengetahuan secara garis besar tentang
fakta yang
ada di alam untuk memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan
melihat
adanya keterangan serta keteraturannya.Di samping itu,
pembelajaran IPA
diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik),
kemampuan
sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi.”
Oleh karena itu pembelajaran IPA yang diberlakukan pada
dunia
pendidikan SD ditekankan pada pemberian pengalaman secara
langsung kepada
siswanya.Hal tersebut sesuai dengan karakter siswa SD yang
belajar secara
kongkrit dan langsung. Pembelajaran secara langsung diharapkan
dapat
membantu mengembangkan kemampuan yang dimilki oleh siswa dalam
mencari
tahu informasi tentang alam melalui usaha siswa untuk
menjelajahi dan
memahami alam disekitar mereka yang bisa dilakukan secara
ilmiah.Pembelajaran IPA di SD dilaksanakan dengan cara inkuiri
ilmiah yaitu
melalui kemampuan berpikir siswa untuk menemukan, mereka akan
berusaha
memaksimalkan kemampuan berpikirnya untuk menemukan jawaban
atas
permasalahan ilmiah yang terjadi sehingga kemampuan berpikirnya
berkembang.
Bahkan mereka akan bekerja dalam sebuah tindakan mencari tahu
jawaban
permasalahan dengan sikap keilmuan sebagai wujud pengembangan
kecakapan
dan keterampilnya dalam hidup. Pembelajaran yang terjadi
merupakan kegiatan
belajar yang saling berhubungan antara Sains yang terjadi di
lingkungan tempat
siswa berada yang didukung dengan perkembangan teknologi yang
dibuat oleh
masyarakat dan berdampak pada masyarakatpula.Pada pelaksanaannya
dirancang
-
9
dengan pengalaman belajar langsung yang menerapkan konsep-konsep
IPA dan
mengembangkan sikap bekerja secara ilmiah.
Kegiatan pembelajaran memiliki ciri adanya perencanaan
sebelumnya
yang dalam pelaksanaanya disadari oleh para pelaku pembelajaran
yaitu guru dan
siswa.Pembelajaran yang terjadi harus mampu menarik perhatian
siswa sehingga
motivasinya dalam belajar meningkat.Pemilihan bahan belajar yang
tepat dapat
menimbulkan rasa tertantang dari dalam diri siswa untuk
mengetahui lebih jauh
tentang bahan pembelajaran tersebut. Pemilihan dan penggunaan
alat bantu
belajar yang tepat seperti alat peraga yang sesuai dengan bahan
belajar dan usia
siswa dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa
akanmemperhatikan apa
yang disampaikan guru.Situasi lingkungan tempat belajar siswa
harus benar-benar
diperhatikan keamanan dan kenyamanannya. Ketika situasi tempat
belajar mereka
tidak terganggu, maka kegiatan belajar siswa akan berjalan
dengan lancar.
Seorang guru juga harus memperhatikan kondisi dari
siswanya.Keadaan fisik
siswa berpengaruh penting pada penerimaan akan materi
pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. Ketika seorang siswa dalam kondisi sehat
secara fisik,
maka ia memiliki kemampuan untuk mendengarkan dan memperhatikan
gurunya.
Namun jika seorang siswa dalam kondisi kurang sehat fisiknya,
tentu ia akan
merasa malas untuk memperhatikan dan mendengarkan gurunya.
Selain itu
kondisi psikologi dari siswa juga berpengaruh pada proses
pembelajaran. Siswa
yang memiliki beban pikiran atau permasalahan akan sulit
menerima materi
belajar karena otaknya sudah dipenuhi dengan permasalahan lain.
Misalnya saja
seorang siswa yang bermasalah akibat kedua orangtuanya
berceraiakan berbeda
daya tangkapnya dengan siswayang hubungan kedua orangtuanya
baik-baik saja.
Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan suasana psikologi
seorang anak
dalam keadaan tenang untuk siap belajar.Pembelajaran yang
terjadi harus
menumbuhkan keaktifan siswasehinggasiswa mampu memaksimalkan
kemampuannya baik secara kognitif, afektif dan
psikomotorik.Dalam kegiatan
pembelajaran diberlakukan factor sengaja untuk merubah tingkah
laku siswa
kearah positif.
-
10
Pembelajaran IPA yang diharapkan dapat memberikan efek positif
berupa
pengetahuan bagi siswa yang berawal dari belum tahu menjadi
tahu.Pengetahuan
tersebut dapat digunakan sebagai modal bagi siswa untuk
menghadapi kehidupan
sehari-hari, untuk memahami dan mempelajari lebih dalam tentang
peristiwa-
peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Pembelajaran tersebut juga
diharapkan dapat
mengembangkan ketrampilan siswa dalam mempergunakan alat
tertentu,
mengolah bahan bahkan menciptakan suatu alat. Selain itu
diharapkan siswa
mampu bersikap secara ilmiah dalam mempelajari IPA yang
memungkinkan
siswa untuk mampu menanggapi permasalah IPA yang mungkin muncul
ataupun
sedang terjadi dengan bijaksana.
2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Menurut BNSP (2006:162) tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI
agar
peserta didik memiliki kemampuansebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkankeberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaatdan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanyahubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan,
teknologi danmasyarakat.
4. Mengembangkan keterampilanproses untuk menyelidiki alam
sekitar,memecahkanmasalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,
menjaga danmelestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannyasebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasaruntuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Dari tujuan pembelajaran yang diutarakan tersebut, diharapkan
siswa
dapat memiliki rasa yakin kepada alam yang diciptakan Tuhan
sebagai wujud
kebesaran Tuhan.Melalui rasa yakin tersebut, siswa juga bisa
mengembangkan
pengetahuan dan pemahamanannya tentang alam dengan landasan
konsep-konsep
IPA yang dimengertinya untuk diterapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Selain
itu, dapat menimbulkan rasa penasaran dan keingintahuan siswa
tentang alam dan
sekitarnya. Kemudian siswa berusaha mencari tahu dan menyelidiki
apa yang
-
11
membuatnya penasaran yang berhubungan dengan masalah-masalah
yang terjadi.
Dari kemampuannya memecahkan masalah, siswa dapat meningkatkan
rasa
kesadarannya untuk mencintai lingkungannya melalui sikap
menjaga, memelihara
dan melestarikan alam ciptaan Tuhan, bahkan tidak berusaha
merusak alam
sebagai wujud rasa menghargai suatu ciptaan Tuhan.Pembelajaran
yang
diharapkan adalah kegiatan pembelajaran yang dimulai dari
keadaan belum tahu
hingga siswa memperoleh pengetahuan kemudian dapat
mengembangkan
kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya hingga siswa mampu
bersikap
untuk menghargai dan memelihara lingkungan sekitarnya dengan
cara yang
bijaksana.
2.1.3 Model Pembelajaran CTL Metode Inkuiri
2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran CTL Metode Inkuiri
Nurhadi dalam Rusman (2010:189) mengemukakan bahwa
pembelajaran
kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang dapat membantu
guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya
dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan
masyarakat. Sedangkan menurut Rusman (2010:193) model
pembelajaran ini
memiliki tujuh prinsip yang dapat dikembangkan yaitu: (1)
konstruktivisme
(contructivism); (2) menemukan (inquiry); (3) bertanya
(questioning); (4)
masyarakat belajar (learning community); (5) pemodelan
(modelling); (6) refleksi
(reflection); (7) penilaian sebenarnya (authentic
assessment).
Peneliti memilih prinsip inkuiri karena metode ini membimbing
siswa
untuk aktif dalam proses kegiatan pembelajaran dalam rangka
menemukan
informasi melalui hasil mencari tahu oleh siswa itu sendiri.
Menurut Rusman (2010:193) mengemukakan bahwa:
“Prinsip inkuiri merupakan upaya menemukan yang akan
memberikan
penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta
kemampuan-
kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil
menemukan
sendiri.Hal ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran
merupakan
hasil dan kreativitas siswa sendiri, akan bersifat lebih tahan
lama
-
12
diingat oleh siswa bila dibandingkan dengan sepenuhnya
merupakan
pemberian dari guru.”
Menurut Sanjaya (2006:196) metode inkuiri adalah suatu
metode
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis
dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
permasalahan yang
dipertanyakan. Sedangkan menurut Sagala (2004:34) metode inkuiri
merupakan
metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar
berpikir ilmiah
pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga
dalam proses
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreatifitas
dalam memecahakan masalah.
Menurut Piaget dalam Mulyasa (2008:108) berpendapat bahwa:
“Metode inkuiri adalah metode yang mempersiapkan siswa pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar
melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu,
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta
menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan
peserta didik yang lain.”
Sesuai pendapat ahli di atas dapat dikaji bahwa pembelajaran
inkuiri
adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menemukan
makna
suatu materi pelajaran dengan proses mencari tahu jawaban dari
suatu
permasalahan dengan hasil kreatifitas berpikir siswa sehingga
mudah untuk
diingat dan dipahami oleh siswa. Dalam proses mencari tahu
tersebut yang
menjadi subyek belajar adalah siswa yang dibelajarkan untuk
aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Sikap aktif yang ditunjukkan siswa dapat berupa
rasa ingin tahunya
dengan mengajukan pertanyaan, mencari jawaban atas
pertanyaannya, siswa dapat
menemukan jawaban pertanyaannya dan siswa dapat menghubungkan
penemuan
jawaban atas pertanyaannya dengan penemuan yang lainnya.
Pembelajaran
metode inkuiri ini mengajaksiswa untuk dapat melakukan kegiatan
pembelajaran
yang aktif dan kreatif dalam rangka menemukan sendiri tentang
suatu fakta,
konsep dan prinsip dengan mencari tahu apa yang ada di alam.
-
13
2.1.3.2 Komponen Pembelajaran CTL Metode Inkuiri
Metode pembelajaran inkuiri memiliki 5 komponen seperti yang
dikemukakan oleh Garbon (2005:23), yaitu
1. Question : pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah
pertanyaan pembukaan yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau
kekaguman
siswa akan suatu fenomena.
2. Student Engangement : dalam metode inkuiri, keterlibatan
aktif siswa merupakan suatu keharusan dalam menciptakan sebuah
produk dalam
mempelajari suatu konsep.
3. Cooperative interaction : siswa diminta untk berkomunikasi,
bekerja berpasangan atau dalam kelompok dan mendiskusikan berbagai
gagasan.
4. Performance evaluation : dalam menjawab permasalahan,
biasanya siswa diminta untuk membuat suatu produksi yang dpaat
menggambarkan
pengetahuannya yang sedang dipecahkan. Melalui produk ini,
guru
melakukan evaluasi.
5. Variety of resources : siswa dapat menggunakan bermacam-macam
sumber belajar. Misalnya buku teks, website, video, televisi,
poster, wawancara
dengan ahli dan lain sebagainya.
Komponen-komponen di atas merupakan hal yang penting bagi
kegiatan
pembelajaran inkuiri.Dalam pembelajaran inkuiri, guru harus
mengajukan sebuah
pertanyaan sebagai bahan acuan untuk menarik rasa ingin tahu
siswa dan sebagai
langkah awal adanya suatu permasalahan yang harus dicari
jawabannya.Selain itu,
siswa harus aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagai sikap
untuk mencarai tahu
tentang jawaban dari maslah tersebut.Setelah itu juga terdapat
aktivitas untuk
berkelompok dan berdiskusi sebagai wujud berbagi gagasan antara
siswa dengan
siswa maupun siswa dengan guru.Kemudian diharapkan ada produk
yang
dihasilkan dari kegiatan berdiskusi dan berkelompok tersebut
sebagai bukti
penemuan dan bahan penilaian guru.Dalam mencari jawaban tersebut
terdapat
sumber belajar yang digunakan bukan hanya alam sekitar tapi bisa
menggunakan
buku, video dan lain sebagainya.
2.1.3.3 Prinsip-prinsip Model Pembelajaran CTL Metode
Inkuiri
Dalam pelaksanaan aplikasi metode inkuiri di dalam kelas,
ada
prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru supaya
penggunaan metode
inkuiri dapat terlaksana secra maksimal sesuai perencanaan
awal.Menurut Sanjaya
-
14
(2006:199) prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap
guru dalam
penggunaan metode inkuiri, yaitu:
1. Berorientasi pada pengembangan intelektual Tujuan utama dari
metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Dengan demikian, metode ini selain berorientasi kepada
hasil
belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu
kriteria
keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan
metode
inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasaai
materi
pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari
dan
menemukan sesuatu.
2. Prinsip interaksi Pembelajaran adalah proses interaksi, baik
interaksi antara siswa maupun
interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan
lingkungan.
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru
sebagai
pengatur lingkungan yang mengarahkan agar siswa bisa
mengembangkan
kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
3. Prinsip bertanya Kemampuan guru dalam bertanya pada
pembelajaran yang menggunakan
metode inkuiri sangat diperlukan. Sebab dengan memberikan
pertanyaan
kepada siswa akan melatih kemampuan berpikirnya. Oleh karena
itu,
kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri
sangat
diperlukan, baik bertanya untik melacak maupun bertanya untuk
menguji
kemampuan.
4. Prinsip belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya untuk
mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar
adalah proses berpikir, yakni proses mengembangkan seluruh otak,
baik
otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptil, otak limbik,
maupun otak
neokortek.
5. Prinsip keterbukaan Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang menyediakan
berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
kebenarannya.Dalam metode inkuiri, tugas guru adalah menyediakan
ruang
untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan
hipotesisnya dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis
yang
diajukan.
Prinsip-prinsip tersebut di atas harus diperhatikan oleh guru
dengan
seksama demi tercapainya tujuan pembelajaran. Guru harus
mampu
mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam aktivitasnya
untuk
menemukan jawaban dari suatu permasalahan. Bukan hanya sekedar
siswa tahu
tentang materi pembelajaran tetapi siswa mampu beraktivitas
untuk mencari dan
menemukan.Prinsip interaksi berperan sebagai penghubung antara
siswa dengan
-
15
guru ataupun siswa dengan siswa bahkan siswa dengan
lingkungan.Kemampuan
guru dalam bertanya sangat diperlukan untuk menimbulkan rasa
ingin tahu siswa.
Sehingga memicu siswa untuk berpikir mencarai jawaban atas
pertanyaan yang
diutarakan guru. Diharapkan siswa mampu berpikir untuk
mengembangkan
otaknya dalam mencarai dan menemukan jawaban. Adanya prinsip
keterbukaan
sangat penting, karena dalam hal ini siswa bisa mengemukakan apa
yang
ditemukannya kepada temanya atau guru dan diperlukan pembuktian
atas
kebenaran dari penemuannya.
2.1.3.4 Langkah –langkah PembelajaranModel Pembelajaran CTL
Metode
Inkuiri
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan
mengadaptasi
dari tahapan pembelajaran inquiri yang dikemukakan oleh Eggen
dan Kauchak
(dalam Trianto, 2007:141).Adapun tahapan pembelajaran inkuiri
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tahap Pembelajaran Inkuiri Menurut Eggen dan Kauchak
Fase Perilaku Guru
1.Menyajikan pertanyaan atau
masalah
Guru membimbing siswa
mengidentifikasikan masalah dan masalah
dituliskan di papan tulis. Guru membagi
siswa dalam kelompok
2.Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk curah pendapat dalam membentuk
hipotesis. Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalahan dan memprioritaskan
hipotesis mana yang menjadi prioritas
penyelidik.
3.Merancang
percobaan/pengamatan
Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk menentukan langkah-langkah yang
sesuai dengan hipotesis yang akan
dilakukan. Guru membimbing siswa
mengurutkan langkah-langkah percobaan.
4.Melakukan percobaan untuk
memperoleh informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan
informasi melalui percobaan
5.Mengumpulkan dan
menganalisa data
Guru memberi kesempatan pada tiap
kelompok untuk menyajikan hasil
-
16
pengolahan data yang terkumpul.
6.Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat
kesipulan.
Sudjana (dalam Trianto, 2007: 142) menyatakan, ada lima tahapan
yang
ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inquiri yaitu:
(1) merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa; (2)
menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah
hipotesis;
(3) mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk
menjawab hipotesis atau permasalahan;
(4) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi; dan (5)
mengaplikasikan kesimpulan.
Dalam pembelajaran inkuiri harus terdapat beberapa tahapan yaitu
adanya
permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan sebagai
modal awal
untuk menarik perhatian siswa sehingga siswa menjadi penasaran
dan muncul rasa
ingin tahu tentang apa jawaban dari pertanyaan tersebut. Dalam
mengajukan
pertanyaan kepada siswa, hendaknya guru membimbing siswa untuk
memahami
permasalahan yang diajukan. Guru harus mampu mengomunikasikan
pertanyaan
dalam bentuk kalimat yang baik yang dapat dipahami siswa
sehingga tidak
menimbulkan kebingungan bagi siswa. Pertanyaan tersebut
memerlukan jawaban.
Jawaban dari pertanyaan tersebut yang dapat memicu siswa untuk
berpendapat
sebagai jawaban sementara yang belum tentu kebenarannya atau
disebut hipotesis.
Agar mendapatkan jawaban yang benar atas pertanyaan tersebut,
maka perlu
diadakan percobaan atau penelitian yang dirancang dengan baik
oleh siswa dan
guru yang mengandung banyak informasi yang perlu diketahui
siswa. Dalam
melakukan percobaan atau penelitian perlu mencari informasi baik
berupa data
ataupun fakta tentang perihal materi yang bersangkutan dengan
pertanyaan
sebelumnya. Dari percobaan tersebut dihasilkan data yang
kemudian akan
dianalisis siswa bersama guru untuk mendapatkan kesimpulan
jawaban akan
permasalahan awal. Setelah didapat kesimpulan dari percobaan,
maka akan dapat
diketahui jawaban yang sebenarnya yang menjadi pertanyaan pada
awal kegiatan
belajar.
-
17
Berikut ini langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan metode
inkuiri
berdasarkan standar proses yaitu :
Tabel 2.2
Pembelajaran Inkuiri Sesuai Standart Proses
No Kegiatan
1. Kegiatan Awal
Salam pembuka.
Absensi
Menanyakan kesiapan belajar pada anak
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin disampaikan.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Guru menyampaikan peta konsep tentang materi yang akan
dibelajarkan.
Guru bertanya jawab dengan siswa berkaitan tentang materi yang
akan dibelajarkan sesuai dengan apa yang diketahui siswa.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
Siswa bersama kelompok diberikan kesempatan luas untuk berfikir
dan bertindak menurut cara masing – masing dan guru
berperan sebagai fasilitator.
Elaborasi
Siswa bersama kelompok melakukan penyelidikan untuk menemukan
cara – cara baru penyelesaian masalah yang sedang
dibahas. Siswa dapat mengumpulkan data dari permasalahan
yang dibahas.
Secara bersama kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian
masalah yang ditemukannya di depan kelas.
Siswa lain atau kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil
dari presentasi didepan kelas.
Konfirmasi
Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja yang
dilakukan siswa.
Guru memberikan konfirmasi perihal kegiatan yang sudah dilakukan
siswa.
Dengan bimbingan guru, siswamengkomunikasikanpengalamannya dalam
melaksanakan
tugas kelompok dan melakukan evaluasi kinerja masing –
masing
kelompok, sebagai refleksi selama mengikuti pembelajaran.
Guru memberikanmotivasi kepada siswa agar lebih berpartisipasi
aktif lagi dalam pembelajaran.
-
18
3. Kegiatan Akhir
Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran.
Siswa mengerjakan soal evaluasi dari guru.
Siswa melakukan kegiatan tindak lanjut.
2.1.4 Hasil Belajar
2.1.4.1 Pengertian Belajar
Slameto (2010:2) mengungkapkan pengertian belajar ialah suatu
proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Nana Sudjana (2005:2) mengungkapkan, belajar mengajar sebagai
suatu
proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan. Yakni tujuan
pengajaran
(instruksional), pengalaman (proses) belajar-mengajar, dan hasil
belajar.
Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam diagram berikut
ini:
Gambar 2.1
Diagram Hubungan Tiga Unsur Belajar
Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional
dengan pengalaman
belajar, garis (b) menunjukkan hubungan antara pengalaman
belajar dengan hasil
belajar, dan garis (c) menunjukkan hubungan tujuan instruksional
dengan hasil
belajar. Dari diagram di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kegiatan penilaian
dinyatakan oleh garis (c), yakni suatu tindakan atau kegiatan
untuk melihat sejauh
mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau
dikuasai oleh siswa
dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkannya setelah
mereka
menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar-mengajar).
Sedangkan garis (b)
Tujuan instruksional
Pengalaman
belajar (proses
belajar-
mengajar)
Hasil belajar
a c
b
-
19
merupakan kegiatan penilaian untuk mengetahui keefektifan
pengalaman belajar
dalam mencapai hasil belajar yang optimal.
2.1.4.2 Pengertian Hasil Belajar
Nana Sudjana (2005:3) mengemukakan bahwa:
“Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah
laku.Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.Oleh sebab
itu
dalam penilaian hasil belajar, peranan instruksional yang berisi
rumusan
kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa
menjadi
unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.”
Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley
dalam Nana
Sudjana (2005:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)
keterampilan dan
kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan
cita-cita.
Gagne dalam Nana Sudjana (2005:22) membagi lima kategori
hasil
belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan
intelektual, (c) strategi
kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Sedangkan
dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler maupun
tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benjamin S.
Bloom dalam Suprijono (2009:6) yaitu ada tiga ranah (domain)
hasil belajar,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain tersebut
adalahsebagaiberikut:
a. RanahKognitif Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension
(pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application(menerapkan),
analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation
(menilai).
b. RanahAfektif Receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respon), valuing
(nilai), organization (organisasi), characterization
(karakterisasi).
c. RanahPsikomotor Initiatory, pre-routine, rountinized,
keterampilan produktif, teknis, fisik,
sosial, manajerial dan intelektual.
-
20
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.Di
antara ketiga
ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai
oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi
bahan pengajaran.Dimana ketiga ranah tersebut menurut Srini M.
Iskandar
(1996:96) ranah kognitif tetap mendapat penekanan khusus dalam
pembelajaran
meskipun pakar-pakar pendidikan IPA memasukkan ranah afektif
dan
psikomotor. Menurut Bloom ada 6 tingkatan intelegensi dalam
ranah kognitif
yaitu:
1) Pengetahuan tentang fakta-fakta dan psrinsip-prinsip,
pemahaman (memahami fakta-fakta dan ide-ide).
2) Menerapkan fakta dan ide pada situasi baru. 3) Analisa
(memecahkan/ membagi konsep dalam bagian-bagiannya
kemudian melihat hubungannya satu sama lain),
4) Sintesa (mengumpulkan fakta dan ide). 5) Evaluasi (menentukan
nilai dari fakta dan ide).
Ranah kognitif meliputi pengetahuan dan pemahaman secara
intelektual
dimana pengetahuan dan pemahaman ini dapat diukur menggunakan
tes tertulis
dengan memperhatikan tingkatan intelegensi dalam ranah kognitif
seperti yang
telah dipaparkan.Sedangkan ranah afektif menurut Bloom dalam
Srini M.
Iskandar (1996:107) ranah afektif mencakup perasaan, emosi,
minat, sikap,
nilai, dan apresiasi.Hal ini erat hubungaannya dengan perasaan
murid terhadap
pelajaran IPA dan bagaimana perasaan mempengaruhi mereka.Cara
terbaik
untuk menilai sikap dan perasaan (afektif) siswa adalah
mengamati secara
langsung pada waktu mereka bekerja atau pada waktu mereka
bermain dengan
sesama murid, dan tidak hanya ketika guru mengajar.
Srini M. Iskandar (1996:109) mengemukakan bahwa dalam ranah
psikomotor menekankan keterampilan-keterampilan motorik atau
keterampilan
menangani benda-benda atau alat-alat pada waktu melakukan
kegiatan
percobaan IPA.Untuk ranah psikomotor, guru dapat membuat bagan
untuk
mengklasifikasi tujuan pembelajaran karena guru mempunyai
banyak
kesempatan untuk mengamati keterampilan siswa dalam menangani
alat-alat
atau benda-benda percobaan.Untuk penilaian atau asesmen
obyektif, spesifik,
-
21
dan dapat diamati, guru dapat membuat daftar pengamatan kinerja
siswa dan
skala penilaiannya.
Hasil belajar merupakan hasil dari pengalaman belajar seseorang
yang
berupa perubahan tingkah laku meliputi ranah kognitif, afektif
dan
psikomotorik.Dimana hasil belajar tersebut pada setiap siswa
berbeda satu dengan
lainnya tergantung kemampuan dan kecakapan masing-masing.
2.1.4.3 Pentingnya Hasil Belajar Dalam Proses Belajar
Mengajar
Dimyati dan Mudjiono (2009:200) mengemukakan tentang
pentingnya
hasil belajar dalam proses belajar mengajar bahwa:
“Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan
nilai
belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran
hasil
belajar. Dari pengertian ini, maka tujuan utamanya adalah
untuk
mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa
setelah
mengikuti suatu kegiatan pembelajaran.Dimana tingkat
keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai
berupa
huruf atau kata atau simbol.”
Dari pendapat tersebut dapat diperhatikan jika hasil belajar
merupakan
suatu proses untuk menentukan tingkat keberhasilan suatu
kegiatan pembelajaran
melalui penilaian ataupun pengukuran hasil belajar yang ditandai
dengan skala
nilai. Jelas bahwa hasil belajar merupakan hal yang penting
dalam proses
pembelajaran sebagai pengukuran tingkat keberhasilan suatu
kegiatan
pembelajaran. Hasil belajar tercermin dari seluruh aspek
kepribadian siswa baik
afektif, kognitif dan psikomotorik. Apabila semua aspek tersebut
dapat tercapai,
maka dapat dikatakan tujuan pembelajaran tercapai. Supaya hasil
belajar
diketahui, maka perlu diadakan evaluasi terhadap hasil belajar.
Setelah itu dapat
dilakukan kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Nana
Sudjana
(2005:2) menjelaskan tentang kegiatan penilaian yakni suatu
tindakan atau
kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional
telah dicapai atau
dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang
diperlihatkan setelah mereka
menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar-mengajar).
Sehingga dapat
dimengerti jika tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat
dari penilaian hasil
belajar.Objek evaluasi adalah tingkah laku siswa yang mengalami
perubahan pada
-
22
akhir kegiatan pembelajaran.Perubahan perilaku yang dievaluasi
bukan hanya
pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan
psikomotorik.
2.2 Kajian Penelitian
Berpijak dari telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini
dikemukakan
sebuah penelitian yang ada kaitannya dengan variabel penelitian
yang dilakukan.
Penelitian oleh Ria Nur Apriani (2012), dalam skripsi berjudul
“Penerapan Model
Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk
Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Materi Proses Pembentukan Tanah Karena
Pelapukan”,
kesimpulan yang dapat ditarik bahwa penerapan Model Pembelajaran
CTL
meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil analisis siklus pertama
menunjukkan
peningkatan hasil belajar IPA mencapai 73,36% pada siklus I,
pada siklus II
meningkat menjadi 88,80% dan pada siklus III meningkat menjadi
90,80%.
Penelitian yang dilakukan oleh Army Maulani Aries (2013)
yang
berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran CTL untuk Meningkatkan
Minat dan
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Regunung 01 Kecamatan
Tengaran
Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”. Pada
siklus I
minat siswa mencapai 54,17%, pada siklus II mencapai 95,83%.
Sedangkan hasil
belajar yang dihasilkan untuk mencapai KKM pada siklus I
sebanyak 58,33% dan
pada siklus II mencapai 91,67%.
Dari kedua hasil penelitian diatas, bahwa pembelajaran dengan
menerapkan
metode pembelajaran CTL dapat meningkatkanhasil belajar siswa.
Oleh karena
itu, peneliti juga optimis bahwa pada penelitian ini dengan
menggunakan model
pembelajaran CTL metode inkuiri juga akan berhasil untuk
meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPAdi SDN Kaliwungu 02
Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Semarang.
2.3 Kerangka Berpikir
Penyebab permasalahan dalam pembelajaran IPA adalah seharusnya
siswa
belajar dengan cara konkrit dan langsung mengingat anak-anak
usia SD
-
23
mempunyai kebutuhan untuk belajar dengan cara nyata dan
langsung. Meskipun
lingkungan belajar untuk pembelajaran IPA ada dan nyata, namun
kenyataannya
pelaksanaan pembelajaran yang terjadi siswa tidak aktif untuk
belajar secra
langsung tentang alam sekitarnya. Pembelajaran yang terlaksana
hanya sekedar
hafalan saja, hanya mendengarkan penjelasan guru secara
konvesional. Hal ini
membuat siswa kurang tertarik dan bosan dengan pelajaran IPA.
Selain itu
berdampak pada rendahnya nilai pelajaran IPA siswa kelas 5 SD
Kaliwungu 02
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang yang masih banyak di
bawah KKM.
Pemecahan masalah dari kejadian tersebut adalah guru harus
mampu
mencari solusi untuk menjadikan pembelajaran IPA menjadi
kegiatan belajar yang
menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Sesuai dengan karakter
siswa SD yang
belajra secara konkrit dan langsung, maka pembelajaran yang
dilaksanakan
seharusnya merupakan pembelajaran yang konkrit yang sesuai
dengan keadaan
lingkungan siswa. Kemudian pembelajaran secara langsung yang
berarti siswa
mengalami sendiri proses belajar untuk mencari tahu dan mendapat
jawaban
pemasalahan yang mereka hadapi. Dalam penelitian ini akan
digunakan model
pembelajran CTL metode inkuiri. Melalui metode ini akan
dilaksanakan kegiatan
pembelajaran dimana siswa akan bekerja dengan cara mengemukakan
hipotesanya
dari permasalahan yang ada, kemudian akan mempersiapkan dan
merancang
percobaan/pengamatan, lalu siswa akan melakukan
percobaan/pengamatan,
kemudian mengumpulkan dan menganalisis data dan membuat
kesimpulan akhir
dari apa yang telah mereka peroleh dalam kegiatan
pembelajaran.
Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
CTL metode Inkuiri pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam pembelajarannya
siswa dapat
belajar dengan cara mencari dan menemukan jawaban atas suatu
permasalahan
secara lebih aktif di alam. Mata pelajaran IPA merupakan mata
pelajaran tentang
alam dan sekitarnya, tentang cara mencari tahu di alam yang
bukan hanya sekedar
fakta, konsep dan prinsip tetapi diharapkan dapat menemukan.
Demikian pula
metode inkuiri merupakan cara belajar dengan mencari tahu
jawaban dari suatu
permasalahan sehingga siswa dapat menemukan jawabannya.
-
24
Dari hasil mencari tahu dan menemukan tersebut, akan terjadi
peningkatan hasil belajar siswa terhadap suatu mata pelajaran
yaitu mata pelajaran
IPA. Karena metode inkuiri adalah metode inovatif yang mengajak
siswa untuk
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Diharapkan siswa dapat
mengenang apa yang
dipelajarinya dalam kegiatan pembelajaran yang aktif tersebut.
Kegiatan
pembelajaran yang penuh keaktifan akan membuat siswa lebih mudah
mengingat
apa yang dipelajarinya. Untuk meningkatkan minat siswa harus
diterapkan cara
yang tepat dalam proses pembelajaran yaitu melalui metode
inkuiri.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan,
dapat
diajukan hipotesis tindakan yaitu
1. Diduga, penerapan metode pembelajaran CTL metode inkuiri
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5
semester
2 SD Negeri Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten
Semarang.
2. Diduga, melalui penerapan metode pembelajaran CTL metode
inkuiri dapat
meningkatkan hasil belajarsiswa pada mata pelajaran IPA kelas 5
semester 2
SD Negeri Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten
Semarang
dengan langkah-langkah pengajuan masalah berupa pertanyaan,
kemudian
siswa mengemukakan hipotesisnya, lalu merancang percobaan,
melakukan
percobaan untuk mendapatkan informasi, mengumpulkan dan
menganalisa
dan membuat kesimpulan. Melalui pembelajaran inkuiri tersebut
diharapkan
siswa akan lebih tertarik dan aktif dalam pembelajaran sehingga
dapat
memahami materi pelajaran. Siswa dapat lebih memaksimalkan
kemampuannya untuk mencari jawaban permasalahan dan
menemukan
jawabannya juga dapat lebih memahami materi pembelajaran.
Diharapkan
model pembelajaran CTL metode inkuiri dapat digunakan sebagai
usaha
perbaikan atau tindakan yang dapat memperbaiki permasalahan
hasil belajar
siswa yang rendah.