BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 IPA Menurut Leo Sutrisno, dkk (2008:1-19) IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan ilmu yang bersifar empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. 6
25
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11037/2/T1_292012281_BAB II... · 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi ... sebuah bentuk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 IPA
Menurut Leo Sutrisno, dkk (2008:1-19) IPA merupakan usaha
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat
(correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan
dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan
kesimpulan yang betul (truth).
Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan
pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan
untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas,
2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga
merupakan ilmu yang bersifar empirik dan membahas tentang fakta serta
gejala alam.
6
7
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa alam di kehidupan sehari-hari menggunakan beberapa
metode yang dipelajari secara langsung dan memperoleh konsep
pengetahuan dari peristiwa yang konkrit.
2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA
Berdasarkan Permendiknas No.22 tahun 2006 Mata Pelajaran IPA
SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Berdasarkan Permendiknas No.22 tahun 2006 Mata Pelajaran IPA
SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagi berikut :
a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
8
b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan
gas.
c) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
d) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
2.1.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di
SD/MI merupakan standar minimum yang secara rasional harus dicapai
oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di
setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada
pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja
ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Dalam
penelitian ini SK dan KD IPA kelas 4 semester 2 tahun pelajaran
2015/2016 yang disajikan dalam tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 : SK dan KD IPA Kelas 4 Sekolah Dasar Semester 2 Tahun
Pelajaran 2015/2016
Standar Kompetensi
(SK) Kompetensi Dasar (KD)
7. Memahami gaya
dapat mengubah
gerak dan/atau bentuk
suatu benda
7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa
gaya (dorongan dan tarikan) dapat
mengubah gerak suatu benda.
7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa
gaya (dorongan dan tarikan) dapat
mengubah bentuk suatu benda.
8. Memahami berbagai
bentuk energi dan
cara penggunaannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi
yang terdapat di lingkungan sekitar serta
sifat-sifatnya.
8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif
dan cara penggunaannya.
8.3 Membuat suatu karya/model untuk
menunjukkan perubahan energi gerak
akibat pengaruh udara, misalnya roket
dari kertas/baling-baling/pesawat
kertas/parasut.
8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi
melalui penggunaan alat musik.
9
9. Memahami
perubahan
kenampakan
permukaan bumi dan
benda langit.
9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan
bumi.
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan
kenampakan bumi dari hari ke hari.
10. Memahami
perubahan lingkungan
fisik dan pengaruhnya
terhadap daratan
10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab
perubahan lingkungan fisik (angin,
hujan, cahaya matahari, dan gelombang
air laut).
10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan
lingkungan fisik terhadap daratan (erosi,
abrasi, banjir, dan longsor).
10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan
kerusakan lingkungan (erosi, abrasi,
banjir, dan longsor).
11. Memahami hubungan
antara sumber daya
alam dengan
lingkungan,
teknologi, dan
masyarakat
11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber
daya alam dengan lingkungan.
11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber
daya alam dengan teknologi yang
digunakan.
11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan
alam terhadap pelestarian lingkungan.
Sumber : Permendiknas No.22 Tahun 2006
Penelitian ini menggunakan standar kompetensi memahami
perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit dengan
kompetensi dasar mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi.
2.1.5 Model Pembelajaran Examples Non Examples
Menurut Afrisanti Lusita (2011:83) Model Examples Non
Examples adalah model mengajar yang menggunakan contoh-contoh.
Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan. Model
Pembelajaran Examples Non Examples atau juga disebut Example and Non
example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar
sebagai media pembelajarannya. Penggunaan media gambar ini disusun
dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi
sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada di dalam gambar.
Model ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang
digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah
10
dengan menekankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa
kelas rendah seperti; kemampuan berbahasa tulisan dan lisan, kemampuan
analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.
Menurut Beuhl (1996) (dalam Apriani dkk, 2010:20) menjelaskan
bahwa Example Non Examples adalah model pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai contoh. Bertujuan untuk mempersiapkan
siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari Examples
dan Non Examples dari suatu definisi konsep yang ada dan meminta siswa
untuk mengklarifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
Example memberikan gambaran akan sesuatu menjadi contoh akan suatu
materi yang sedang dibahas, sedangkan Non Examples memberikan
gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang
dibahas.
Sementara itu, Roestiyah (2001:73) menjelaskan bahwa Examples
Non Examples merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan
gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi
dasar, sajian gambar ditempel atau memakai LCD/OHP, dengan petunjuk
guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok, bimbingan penyimpulan,
evaluasi, dan refleksi.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran Examples Non Examples adalah model
pembelajaran yang dalam proses mengajar guru menggunakan contoh
gambar dari suatu materi yang sedang dibahas (examples) dan bukan
contoh gambar dari suatu yang dari suatu materi yang dibahas (non
examples).
2.1.6 Langkah-langkah Model Pembelajaran Example Non Examples
Menurut Suprijono (2009:125) menyebutkan langkah-langkah
dalam model pembelajaran examples non examples sebagai berikut:
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
11
2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar.
4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas.
5) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
6) Kesimpulan.
Langkah-langkah model pembelajaran examples non examples
menurut Suprijono diatas ada 6 langkah pembelajaran, dimana guru
mempersiapkan gambar sampai memberikan kesimpulan.
Langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran
examples non examples menurut Herdian (2009) adalah sebagai berikut:
1) Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan
kompetensi.
2) Sajikan gambar ditempel atau pakai OHP.
3) Dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian.
4) Diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi.
5) Presentasi hasil kelompok.
6) Bimbingan penyimpulan.
7) Evaluasi dan,
8) Refleksi.
Langkah-langkah model pembelajaran examples non examples
menurut Herdian diatas ada 8 langkah pembelajaran, dimana guru
mempersiapkan gambar sampai memberikan refleksi kepada siswa.
Langkah-langkah yang digunakan sedikit berbeda dengan langkah-langkah
yang dikemukakan oleh Suprijono.
Menurut Afrisanti Lusita (2011:83) langkah-langkah model
pembelajaran examples non examples yang dilakukan adalah :
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
12
2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
Memperhatikan dan menganalisis gambar.
4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas.
5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6) Mulai dari komentar dan hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7) Kesimpulan.
Langkah-langkah model pembelajaran examples non examples
menurut Afrisanti Lusita diatas ada 7 langkah pembelajaran, dimana guru
mempersiapkan gambar sampai memberikan kesimpulan. Berbeda dengan
langkah-langkah dari Suprijono, yaitu siswa membacakan hasil diskusinya.
Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran examples non
examples dari beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-
langkah model pembelajaran examples non examples yaitu :
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar.
4) Siswa dibagi menjadi kelompok 2-3 orang.
5) Setiap kelompok berdiskusi tentang gambar yang di tempel di papan
atau ditayangkan melalui OHP.
6) Hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
7) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
8) Komentar/hasil diskusi siswa.
9) Guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
10) Evaluasi.
11) Refleksi.
12) Kesimpulan.
13
2.1.7 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Examples Non
Examples
a. Kelebihan
Menurut Buehl (dalam Apriani dkk, 2010:219) mengemukakan
kelebihan model examples non examples antara lain :
1) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan
untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam
dan lebih kompleks.
2) Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang
mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif
melalui pengalaman dari examples dan non examples
3) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi
karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian
non examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian
yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan
pada bagian examples.
Mahrim (2010:16) mengemukakan bahwa model examples non
examples memiliki beberapa keunggulan, yaitu :
1) Mendorong siswa agar mampu menumbuhkan motivasi diri untuk
dapat membangun pengetahuan yang sudah berada dalam diri
mereka sendiri.
2) Membangun kerjasama antar sesama siswa sehingga mereka dapat
saling mengemukakan dan meluruskan kompetensi pembelajaran.
3) Dengan contoh-contoh dan media gambar akan dapat menimbulkan
daya tarik, mempermudah pemahaman yang bersifat abstrak
sehingga dapat mempercepat peserta didik membentuk pemahaman
diri terhadap suatu konsep.
Menurut Beuhl (Depdiknas, 2007:219) kelebihan dari model
examples non examples antara lain :
1) Siswa dari satu definisi digunakan untuk memperluas pemahaman
konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
14
2) Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang
mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif
melalui pengalaman dari examples dan non examples.
3) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi
karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian
non examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian
yang telah dipaparkan pada bagian examples.
b. Kelemahan
Hary Kurniadi (2010:1) kelemaham model examples non
examples antara lain :
1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2) Memakan waktu yang lama.
Kelemahan model pembelajaran examples non examples
menurut Afrisanti Lusita (2011:83) adalah :
1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2) Memakan waktu yang lama.
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran
Examples Non Examples diatas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan
model pembelajaran Examples Non Examples yaitu siswa lebih kritis
dalam menganalisa gambar, siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa
contoh gambar, dan siswa diberi kesempatan untuk menggunakan
pendapatnya. Sedangkan kelemahan model pembelajaran Examples Non
Examplse yaitu tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar
dan proses pembelajaran akan memakan waktu yang lama.
2.1.8 Model Pembelajaran Konvensional
Ujang Sukandi (Kholik, 2011) mendefinisikan bahwa
pembelajaran konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak
mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah
siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan
15
pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Disini
terlihat bahwa pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah
pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai “pentransfer”
ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai “penerima” ilmu.
Menurut Depdiknas (2001:592) konvesional mempunyai arti
berdasarkan konvensi (kesepakatan) umum (seperti adat, kebiasaan,
kelaziman); tradisional. Dalam kaitannya dengan peningkatan kulaitas
pendidikan, Zamroni, dalam Nursisto (2001:xxv) pendekatan konvensional
adalah upaya peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu secara kaku
pada paradigma input-proses-output.
Gilstrap dan Martin (dalam Abdul Azis Wahab, 2009: 88) “Model
konvensional (ceramah) yang dalam istilah asing disebut „lecture‟ berasal
dari kata Latin: lego (legere, lectus) yang berarti membaca. Kemudian
lego diartikan secara umum dengan “mengajar” sebagai akibat guru
menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendektekan
pelajaran dengan penggunaan buku kemudian menjadi “lecture method”
atau metode ceramah”.
Berdasarkan definisi beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa model konvensional sering juga disebut metode ceramah, yaitu
merupakan cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan
penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa dan pembelajaran dimulai
dari penyajian informasi, pemberian ilustrasi dan contoh soal, latihan soal-
soal sampai pada akhirnya guru merasakan apa yang diajarkan telah
dimengerti oleh siswa.
2.1.9 Langkah-langkah Model Pembelajaran Konvensional
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model
konvensional adalah sebagai berikut (FTK, 2011:26) :
1) Guru memberikan apersepsi terhadap siswa dan memberikan motivasi