Top Banner
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPA Menurut Hartati (1998 : 11) ada 3 unsur utama IPA, yaitu sikap manusia, proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat dipisahkan. Sikap manusia berupa rasa ingin tahu akan lingkugan, kepercayaan – kepercayaannya, nilai – nilai dan opini – opininya. Dari rasa ingintahu itu muncul masalah – masalah, dan untuk pemecahannya digunakan proses atau metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi cara menyusun hipotesis, membuat desain eksperimen, dan avaluasi. Jadi, dalam belajar IPA siswa tidak hanya mempelajari produk IPA yang berupa teori atau konsep saja, tetapi melalui sikap, proses, dan hasil. Cains dan Evans dalam Hartati (1998 : 12) menjelaskan tentang hakikat sains. Dahulu, sebelum tahun 1960 sains didekati sebagai kumpulan ilmu pengetahuan atau fakta yang harus dihafal dan diulang- ulang sampai pada tes. Pada tahun 1960-an terjadi perkembangan adlam memandang sains. Sains tidak hanya dipandang sebagai produk atau isi, melainkan juga dipandang sebagai proses. Pendidik sains mulai menggunakan istilah Sciencing untk memfokuskan pada perubahan ini. Tahun 1980-an terlihat interes baru dalam sains di sekolah dasar dan menegah, tema yang muncul waktu itu adalah sains untuk semua. Pengajaran sains utamanya menekankan keterkaitan antara sains dengan kehidupan sehari – hari. Tugas yang penting bagi guru IPA adalah mempersiapkan siswa untuk menjalani kehidupan pada dunia teknologi yang terus meningkat yang mereka hadapi sekarang dan pada abad 21 ini. Selanjutnya cukup penting untuk dapat mempersiapkan pengejaran sains yang sesuai dengan hakikat sains. What is science? What is science do I teach? These are questions that one must ask in order to become aware of following co,ponents of science : (1) Content or product, (2) Proses or methods, (3) Attitude, (4) Technology. Mengajarkan sains 6
20

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

Feb 20, 2018

Download

Documents

hahuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hakikat IPA

Menurut Hartati (1998 : 11) ada 3 unsur utama IPA, yaitu sikap manusia,

proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

dipisahkan. Sikap manusia berupa rasa ingin tahu akan lingkugan, kepercayaan –

kepercayaannya, nilai – nilai dan opini – opininya. Dari rasa ingintahu itu

muncul masalah – masalah, dan untuk pemecahannya digunakan proses atau

metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi cara menyusun hipotesis, membuat

desain eksperimen, dan avaluasi.

Jadi, dalam belajar IPA siswa tidak hanya mempelajari produk IPA yang

berupa teori atau konsep saja, tetapi melalui sikap, proses, dan hasil.

Cains dan Evans dalam Hartati (1998 : 12) menjelaskan tentang hakikat

sains. Dahulu, sebelum tahun 1960 sains didekati sebagai kumpulan ilmu

pengetahuan atau fakta yang harus dihafal dan diulang- ulang sampai pada tes.

Pada tahun 1960-an terjadi perkembangan adlam memandang sains. Sains tidak

hanya dipandang sebagai produk atau isi, melainkan juga dipandang sebagai

proses. Pendidik sains mulai menggunakan istilah Sciencing untk memfokuskan

pada perubahan ini.

Tahun 1980-an terlihat interes baru dalam sains di sekolah dasar dan

menegah, tema yang muncul waktu itu adalah sains untuk semua. Pengajaran

sains utamanya menekankan keterkaitan antara sains dengan kehidupan sehari –

hari. Tugas yang penting bagi guru IPA adalah mempersiapkan siswa untuk

menjalani kehidupan pada dunia teknologi yang terus meningkat yang mereka

hadapi sekarang dan pada abad 21 ini. Selanjutnya cukup penting untuk dapat

mempersiapkan pengejaran sains yang sesuai dengan hakikat sains. What is

science? What is science do I teach? These are questions that one must ask in

order to become aware of following co,ponents of science : (1) Content or

product, (2) Proses or methods, (3) Attitude, (4) Technology. Mengajarkan sains

6

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

7

yang benar harus mencakup keempat komponen tersebut. Adapun penjelasannya

ada;ah sebagai berikut (Cains dan Evans dalam Hartati, 1998:12)

a. Sains sebagai produk

Sains sebagai produk atau isi. Komponen ini mencakup fakta, konsep,

prinsip, hukun dan teori. Pada tingkat dasar sains dibedakan menjadi tiga,

yaitu kehidupan (biologi), fisik, dan ilmu bumi.

b. Sains sebagai proses

Sains sebagai proses, disini sains tidak dipandang sebagai kata benda,

kumpulan pengetahuan atau fakta untuk dihalalkan melainkan sebagai kata

kerja, bertindak melakukan, meneliti, yaitu sins dipandang sebagai alat untuk

mencapai sesuatu. Bagaimana anak memperoleh informasi ilmiah itu lebih

penting daripada sekedar keterlibatan mereka menghafal ini sains. Mereka

membutuhkan penglaman yang meliputi mengumpulkan data, menganalisis,

dan mengevaluasi isi sains. Ini adalah inti bersains. Pendekatan sains ini

mengubah peranan tradisional baik bagi guru maupun siswa. pendekatan

sains menuntut partisipasi aktif siswa dan guru yang berfungsi sebagai

pembimbing atau nara sumber. Pendekatan ini memacu pada tumbuhan dan

perkembangan pada semua area pembelajaran tidak hanya dalam

menghafalkan fakta.

Pendekatan pendidikan sains yang baik seharusnya termasuk

mengembangkan keterampilan proses penelitian yang meliputi keterampilan

proses IPA dasar dan keterampilan proses IPA terpadu. Keterampilan proses

IPA dasar terdiri dari pengamatan, klasifikasi, pengukuran, penggunaan

hubungan ruang / waktu, komunikasi, prediksi, dan inferensi. Selanjutnya

proses yang lebih kompleks (keterampilan proses terpadu) terdiri dari

pendefinisian variabel secara operasional, perumusan hipotesis,

penginterprerasian data, pengontrolan variabel, dan eksperimen.

Ketrampilan proses penelitian merupakan dasar dari semua

pembelajaran. Ketrampilan tersebut tidak boleh terpisah dari isi sains,

melinkan merupakan alat penelitian ilmiah. Penggunaan ketrampilan tersebut

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

8

dalam mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan mengevaluasi isi

sains merupakan tujuan sains.

c. Sains sebagai sikap

Guru pada sekolah dasar harus memotivasi anak didiknya untuk

mengembangkan pentingnya mencari jawaban dan penjelasan rasional

tentang fenomena alam dan fisik. Sebagai guru hendaknya dapat

memanfaatkan keingintahuan anak dan mengembangkan sikatersebut untuk

peemuan.

Memfokuskan pada pencarian jati diri anak mengapa dan bagaimana

fenomena terjadi. Anak – anak sebaiknya jangan takut membuat kesalahan,

karena dengan membuat kesalahan akan dihasilkan pengetahuan ilmiah. Sains

dapat bersifat menyenangkan dan penuh stimulus. Anak – anak seharusnya

terlibat dalam aktifitas yang dapat “mengecukan” pengalamannya yang telah

terstruktur.

d. Sains sebagai sikap

Selama tahun 1980-an sains ditekankan pada penyiapan siswa untuk

menghadapi dunia modern. Perkembangan trknologi yang berhbungan

dengan kehidupan seari – hari menjadi bagian penting dari belajar sains.

Penerapan sains dalam penyelesaian masalah dunia nyata tercantum pada

kurikulum baru. Pada kurikulum tersebut siswa terlibat dalam

mengidentifikasi masalah dunia nyata dan merumuskan alternatif

penyelesaiannya dengan menggunakan teknologi. Pengalaman ini

membentuk suatu pemahaman penalaran sains dalam perkembangan

teknologi. Sains bersifat praktis sebagai bekal yang berguna dalam kehidupan

sehari hari. Siswa harus terlibat dalam pembelajaran sains yang berkaitan

dengan masalah kehidupan sehari – hari dan juga dalam memahami dampak

sains dan teknologi pada masyarakat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sains dapat didefinisikan

sebagai produk, proses, sikap, dan teknologi. Dalam pelaksanaan

pembelajaran IPA, guru harus memberi perhatian kepada siswa untuk

menentukan apa yang dipelajari siswa dalam sains melalui produk, proses dan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

9

sikap. Dengan teknologi, siswa dapat mempelajari kehidupan secara nyata,

mengidentifikasi masalah, dan menyelesaikannya dengan memanfaatkan

teknologi.

Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk

tahu dan terlibat secara aktif dalam menentukan konsep dari fakta – fakta

yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru (Trianto, 2007 : 141).

Peran guru hanya sebagai fasilisator yang membimbing siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

2.2. Pengajaran IPA di SD

Standar isi IPA SD / MI pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta – fakta, konsep –

konsep, atau prinsip – prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta

didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, secara prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari –

hari. Proses pembelajarannya meneankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan mengalami

alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diharapkan untuk inkuiri dan

berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang dalam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari – hari untuk memenuhi

kebituhan manusia melalui pemecahan masalah – masalah yang dapat

diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak

berdampak buruk pada lingkungan. Di tingkat SD / MI, diharapkan ada

penerapan pembelajaran. Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan

Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan

membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja

ilmiah secara bijaksana.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

10

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah

(scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, kerja dan

bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan

hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD / MI menekankan pada

pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan

pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD / MI

merupakan standar minimum yang secara nasional, harus dicapai oleh peserta

didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta

didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri

yang difasilitasi oleh guru.

Mata Pelajaran IPA di SD / MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut :

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan – Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari–hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan sederhana tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan meleastarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke AMP / MTs.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

11

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD / MI meliputi aspek – aspek sebagai

berikut :

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

b. Benda / materi, sifat – sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda–benda

langit lainnya.

Tujuan pembelajaran IPA di SD dapat dicapai apabila diterapkan pola

pembelajaran yang sesuai, yaitu proses pembelajaran yang berorientasi pada

keterampilan prses. Oleh karena keterampilan proses adalah proses

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat

menemukan fakta–fakta, menemukan kosep – konsep, dan teori – teori dengan

keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa sendiri (Funk, dkk. dalam Hartati,

1998).

2.3. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action

research yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Menurut Arif

Kunto, S. dkk, 2007) ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka

ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.

a. Penelitian, menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati objek dengan

menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data

atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang

menarik minat dan penting bagi penelitian.

b. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan

dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus

kegiatan untuk siswa.

c. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tapi dalam

pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

12

bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas

adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama. Menerima

pelajaran yang sama daru guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti yaitu (1)

penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas

secara bersama.

Menurut Hopkins (1993 : 1) penelitian tindakan kelas diartikan suatu

tindakan yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan mengajarkan sendiri

atau koleganya, dan menguji asumsi teori pendidikan dalam praktik.

Menurut Wardi, dkk, (2004) penelitian tindakan kelas adalah penelitian

yang didukung oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan

tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa

menjadi meningkat.

Jadi, Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan guru di

kelas (sekolah) tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan

atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran.

Dalam bidang pendidikan, penelitian tindakan kelas dapat digunakan

untuk memperbaiki dan meningkatkan kealitas praktik pembelajaran secara

berkesinambungan, sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional,

mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan

efesiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada

komunitas guru.

2.4. Teori Piaget dan Penerapannya dalam Pembelajaran IPA di SD

2.4.1.Teori Piaget

Tujuan pembelajaran IPA di SD diarahkan pada pengembangan

pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPA yang bermanfaat dan

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari dengan mengembangkan

keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah,

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

13

dan membuat keputusan. Siswa diajak aktif untu mengembangkan rasa ingin

tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang hubungan antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan mastarakat (salingtemas) dengan membangun pengetahuannya

sendiri. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran IPA, guru harus

membimbing siswa dengan pengalaman – pengalaman belajar yang bermakna

melalui berbagai strategi dan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

IPA di SD.

Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA tersebut, perlu dikembangkan

strategi – strategi pembelajaran yang berlandaskan pada teori psikologi kognitif

dijabarkan melalui teori konstruktivis.

Graves (Slavin, 1994 :225) salah satu penganut konstruktivis

menyatakan bahwa sebagian besar dari apa yang dipelajari dan dipahami

seseorang ditentukan oleh individu itu sendiri. Dalam pembelajaran siswa

harus menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi, mengecek

informasi baru dengan aturan – aturan lama dan merevisinya apabila aturan –

aturan tersebut tidak lagi sesuai.

Guru tidak hanya memberikan konsep saja tetapi memberi kesempatan

kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dalam proses

pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilisator untu kmembimbing siswa

mencapai tujuan pembelajaran.

Teori pembelajaran kognitif diantaranya adalah teoro Piaget. Menurut

Piaget, seorang anak belajar melalui tindakan yang dilakukannya. Seorang

anak dapat memahami suatu konsep melalui pengalaman konkret.

Tahapan perkembangan kognitif anak menurut Piaget (Salkind, Neil .,

1985) terdiri dari :

a. Tahap Sensorimotor (usia 0 – 18 bulan)

Kemampuan anak tergantung sepenuhnya pada tindakan fisik dan

inderanya dalam mengenali sesuatu.

b. Tahap Pre–operational (usia 18 bulan – 6 atau 7 tahun)

Kemampuan anak untuk berfikir tentang obyek / benda, kejadian, atau

orang lain mulai berkembang. Anak sudah mulai mengenal simbol (kata – kata,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

14

angka, gerak tubuh atau gambar) untuk mewakili benda – benda yang ada

dilingkungannya. Namun cara berfikirnya masih tergantung pada obyek

konkrit, rentang waktu kekinian dan tempat dimana is berada. Mereka belum

dapat berfikir abstrak sehingga memerlukan simbol yang konkrit saat

menanamkan konsep pada mereka. Anak pada saat ini memandang sesuatu

hanya pada satu aspek saja. Selain itu anak belum bisa mengaitkan waktu

sekarang dengan masa lampau.

c. Tahap Concrete Operational (usia 8 – 12 tahun)

Pada tahap ini anak sudah dapat mengaitkan beberapa aspek masalah

pada saat bersamaan. Anak sudah berfikir abstrak dan berfikir logis dalam

memahami dan memecahkan persoalan, serta mengenal simbol – simbol.

Namun mereka masih memerlukan objek konkrit untuk belajar. Selain itu anak

sudah dapat mengaitkan apa yang terjadi sekarang dengan masa lalu

(reversibility). Pemahaman yang baik yang terbentuk pada saat ini sangat

menentukan kemampuan anak dalam berfikir abstrak pada tahap berikutnya.

c. Tahap Formal Operational (12 tahun – usia dewasa)

Anak sudah dapat berfikir abstrak dan berhipotesa. Mereka dapat

menganalisis apa yang sudah lewat dan yang akan datang. Cara berfikir mereka

tidak tergantung pada obyek konkrit di sekitarnya.

Berdasarkan uraian di atas, teori Piaget sesuai dengan salah satu prinsip

– prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu berpusat

pada potensi, perkembangan kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan

lingkungannya. Teori Piaget dapat dijadikan landasan pengembangan proses

pembelajaran IPA.

2.4.2. Penerapan Teori Piaget dalam Pembelajaran IPA Di SD

Teori Piaget dapat dipakai dalam penentuan proses pembelajaran SD

terutama pembelajaran IPA (Nasution, 2004). Implikasinya adalah Piaget

beranggapan anak bukan merupakan botol kosong yang siap di isi, melainkan

anak secara aktif akan membangun pengetahuan dunianya. Teori Piaget

mengajarkan bahwa seluruh anak mengikuti pola perkembangan yang sama

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

15

tanpa mempertimbangkan kebudayaan dan kemampuan anak secara umum.

Pembelajaran IPA di SD banyak menggunakan percobaan – percobaan nyata

dan berhasil pada anak yang lemah kemampuan kognitifnya dan anak yang

secara kebudayaan terhalangi.

Penerapan selanjutnya adalah guru harus selalu ingat bahwa anak

menangkap dan menerjemahkan sesuatu secara berbeda sehingga walaupun

anak mempunyai umur yang sama tetapi ada kemungkinan mereka mempunyai

pengertian yang berbeda tahapan suatu benda atau kejadian yang sama. Jadi

seorang individu anak adalah unik

Implikasi lainnya, apabila hanya kegiatan fisik yang diterima anak,

tudak cukup untuk menjamin perkembangan intelektual anak yang

bersangkutan. Ide – ide anak harus selalu dipakai. Piaget memberikan contoh

sementara beliau menerima seluruh ide anak, beliau juga mempersiapkan

piluhan – pilihan yang dapat dipertimbangkan oleh anak sehingga apabila ada

seorang anak yang mengatakan bahwa air yang ada diluar gelas berisi es

berasal dari lubang – lubang kecil pada gelas maka guru harus menjawab

pertanyaan itu dengan ‘bagus’. Tetapi setelah beberapa saat guru harus

mengarahkan sesuai dengan apa yang seharusnya bahwa sebenarnya air yag

ada dipermukaan luar gelas bukan berasal dari lubang – lubang kecil pada

gelas, melainkan berasal dari uao air di udara yang mengembun pada

permukaan gelas yang dingin. Jadi guru harus selalu secara tidak langsung

memberikan idenya tetapi tidak memaksakan kehendaknya. Dengan demikian

anak akan menyadari bagaimana anak tersebut bisa mendapatkan idenya.

Dengan memberikan kesempatan pada anak untuk menilai sumber

idenya akan memberikan kesempatan pada mereka untuk menilai proses

pemecahan masalah. Hal ini juga perlu dilakukan di dalam kelas. Sebagai

contoh, apabila kelas telah menyelesaikan suatu masalah, sebaiknya guru

menanyakan kembali pada siswa tentang cara mendapatkan jawaban tersebut

dan membantu kelas untuk mengulas kembali tahapan – tahapan yang dilalui

hingga menemukan jawaban atau kesimpulan itu. Maka, guru akan membantu

anak dalam proses perkembangan intelektualnya. Kesimpulannya, menurut

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

16

Piaget, proses pembelajaran di kelas harus menekankan sebagai anak faktor

yang utama.

2.5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

2.5.1. Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif

Pendekatan kontruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran

kooperatif secaraekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih dapat

menemukan dan memahami konsep – konsep yang sulit apabila mereka dapat

saling mendiskusikan konsep – konsep tersebut dengan temanya (Slavin dalam

Mansur Muslich, 2007 : 229). Dalam metode pembelajaran kooperatif, para

siswa akan duduk bersama dalam kelompokyang beranggotakan 4 – 5 orang

untuk menguasai materi yang disampaikan guru (Slavin, 1995 : 4). Selanjitnya

Slavin (1995) menemukan dua alasan, pertama, beberapa hasil

penelitianmembuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan

hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang

lain. Serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif

dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam berfikir, memecahkan masalah,

dan mengintregasikan pengetahuan dengan ketrampilan. Dari kedua alasan

tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang

dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.

Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kooperatif

banyak dipengarihu oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan

bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berfikir. Dalam pembelajaran

kooperatif pembangunan kemampuan kognitif harus diimbangi dengan

perkembangan probadi secara utuh melalui kemampuan hubungan

onterpersonal (Sanjaya : 240)

Menurut Muhammad Nur, et, al, (1996 : 1) unsur – unsur

pembelajaran kooperatif adalah seperti berikut ini :

1 Para siswa haris memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama”.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

17

2 Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri,

dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3 Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan

yang sama.

4 Para siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggung jawab sama

besarnya diantara para anggota kelompok.

5 Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

6 Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerjasama selama belajar.

7 Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Perbedaan antara kelompok pembelajaran kooperatif dan kelompok tradisional

Kelompok Pembelajaran

Kooperatif

Kelompok pembelajaran

tradisional

• Kepemimpinan bersama

• Ketergantungan yang pasif

• Keanggotaan yang heterogen

• Mempelajari keterampilan –

keterampilan kooperatif

• Tanggung jawab terhadap hasil

belajar seluruh anggota

kelompok

• Menekankan pada tugas dan

hubungan kooperatif

• Ditunjang oleh guru

• Satu hasil kelompok

• Evaluasi individu

• Satu pemimpin

• Tidak ada saling

ketergantungan

• Keanggotaan yang homogen

• Asumsi adanya keterampilan

– keterampilan sosial yang

efektif

• Tanggung jawab terhadap

hasil belajar sendiri

• Hanya menekankan pada

tugas

• Diarahkan oleh guru

• Beberapa hasil individu

• Evaluasi individu (Sumber : Muhammad Nur, 1996 : 2)

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

18

2.5.2. Variasi dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Trianto (2007 : 49), berapa variasi dalam model pembelajaran

kooperatif antara lain :

1. Student Teams Achievement Devision (STAD)

2. Tim ahli (Jigsaw)

3. Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT)

4. Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan

Numbered head Together (NHT)

2.5.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Devision (STAD)

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu

tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok –

kelompok kecil dengan jumlah anggota 4 – 5 orang siswa secara heterogen.

STAD diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian

materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Slavin (1995 : 5) menyatakan bahwa dalam STAD, para siswa dibagi

dalam tim belajar yang terdiri atas 4 – 5 orang yang merupakan campuran

menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru

menyampaikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim mereka

memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.

Selanjutnya,seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes

ini, mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Persiapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu

persiapan perangkat pembelajaran, pembentukan kelompok kooperatif yang

terdiri 4 – 5 orang siswa, penentuan soal, pengaturan tempat duduk, dan

pelaksanaan kerja kelompok.

Langkah – langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut

Ibrahim, dkk dalam Trianto (2007) didasarkan pada langkah – langkah

kooperatif yang terdiri atas 6 fase, antara lain :

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

19

1. Fase 1, menyampaikan tujuan dan motivasi siswa. guru menyampaikan

semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut

dan motivasi siswa.

2. Fase 2, menyajikan / menyampaikan informasi. Guru menyajikan

informasi kepada siswa dengan mendemonstrasikan atau melalui bahan

bacaan.

3. Fase 3, mengorganisasikan siswa dalan kelompok – kelompok belajar.

Guru menjelaskan kepada siswa tentang bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efesien.

4. Fase 4, membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru membimbing

kelompok – kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

mereka.

5. Fase 5, evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

telah diajarkan atau masing – masing kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya.

6. Fase 6, memberikan penghargaan. Guru mencari cara untuk menghargai

upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Dari tinjauan tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD

ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

mengembangkan kemampuanmengungkap ide atau gagasan, menambah

kepercayaan kemampuan berfikir siswa, belajar dari siswa lain, meningkatkan

prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, meningkatkan motivasi

dalam diri siswa, meningkatkankemampuan siswa menggunakan informasi

dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

2.6. Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya berkaitan pula dengan hasil yang dicapai

dalam belajar. Pengertian hasil belajar itu sendiri dapat diketahui dari pendapat

ahli pendidikan. Hasil belajar berasal dari kata hasil dan belajar. Agar tidak

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

20

menyimpang dari pengertian sesungguhnya maka perlu dijelaskan secara per

kata terlebih dahulu.

Hasil belajar dari gabungan kata hasil dan kata belajar. Hasil belajar

diartikan sebagai keberhasilan usaha yang dapat dicapai (Winkel,1998:162).

Hasil belajar merupakan keberhasilan yang telah dirumuskan guru berupa

kemampuan akademik. Winarno Surachmad (1981:2) menyatakan bahwa hasil

belajar merupakan nilai hasil belajar yang menentukan berhasil tidaknya siswa

dalam belajar. Hal tersebut berarti hasil belajar merupakan hasil dari proses

belajar. Dalam hasil belajar meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor (Sunaryo,1983:4).

Dari berbagai kajian definisi hasil belajar di atas maka yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika yang berupa kemampuan

akademis siswa dalam mencapai standar tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan sebelumnya dan harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran. Belajar dipengaruhi pula oleh faktor-faktor baik dari dalam

maupun dari luar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara

lain dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor

internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: 1) Kesehatan

anak, 2) Rasa aman, 3) Kemampuan dan minat, 4) Kebutuhan diri anak akan

sesuatu yang akan dipelajari (Rustiyah NK,1995:123).

Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.

1) Lingkungan belajar, iklim, dan teman belajar. 2) Motivasi dari luar (Rustiyah

NK,1995:123).

Adapun faktor yang datang dari luar diri anak, yaitu dari sekolah tempat

anak belajar seperti guru, waktu, sarana dan prasarana belajar, kurikulum,

materi, dan suasana belajar. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar, juga siswa mengalami hambatan-hambatan dalam belajar baik itu

bersifat endogen maupun bersifat eksogen. Yang bersifat endogen adalah faktor

biologis dan faktor psikologis siswa. Sedangkan faktor eksogen adalah seperti

sikap orang tua, suasana lingkungan, sosial ekonominya, dan sikap budayanya.

Untuk dapat meningkatkan belajar dengan baik maka guru harus mengenal anak

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

21

dengan baik pula karena setiap anak tidak sama persis kesulitan dan

permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian guru harus mampu meneliti

setiap kekurangan-kekurangan dalam hasil belajar siswa.

Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil

akademis yaitu hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar

mengajar yang telah dirumuskan guru baik berupa segi kognitif, afektif maupun

dari segi psikomotornya. Dalam proses belajar dan mengajar seorang guru wajib

menentukan tujuan pembelajaran baik tujuan pembelajaran umum maupun

khusus.

Mengukur keberhasilan belajar siswa atau hasil yang dicapai siswa harus

mampu mengevaluasi belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari

segi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk memudahkan guru dalam

mengukur keberhasilan belajar maka guru harus menentukan tujuan

pembelajaran khusus yang baik. Ada beberapa kriteria dalam pembuatan TPK

(Tujuan Pembelajaran Khusus) yang baik yaitu sebagai berikut.

a) Mengandung satu jenis perbuatan.

b) Dinyatakan dalam kualitas dan kuantitas penguasaan siswa.

c) Kondisi yang bagaimana yang diinginkan guru (Tim MKDK IKIP

Semarang, 1995:28).

Jadi hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil belajar yang telah dicapai

siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar dan mengajar, baik yang

menyangkut segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil yang

dimaksudkan dalam penelitian tindakan kelas ini, berupa hasil belajar yang

berupa hasil akademik siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam

jangka waktu tertentu. Hasil akademik ini berupa angka kuantitas yang dituliskan

dalam buku raport. Sedangkan dalam kaitannya dengan penelitian ini, hasil

belajar adalah peningkatan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang ditetapkan guru.

Hasil belajar yang dicapai siswa berkaitan erat dengan kesulitan belajar

dan keberhasilan belajar. Kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran

matematika dapat diketahui dari ciri-cirinya. Kesulitan belajar yaitu di mana anak

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

22

didik atau siswa tidak mampu belajar sehingga hasil di bawah potensi

intelektualnya (Alan O Ross, 1974:103). Menurut Lerner (1931:367) dalam

buku pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, (Dr. Mulyono Abdurrahman,

1999:262) adalah kekurang pahaman tentang simbol, nilai tempat, perhitungan

dan penggunaan proses yang keliru dan tulisan yang tidak terbaca.

Menurut Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah

terjemahan dari learning disability. Terjemahan tersebut diartikan sebagai

ketidakmampuan belajar. Menurut Kuffman dan Lloyd (1985:14) dikutip oleh

Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah gangguan dalam

satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan

penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut memungkinkan

menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara,

membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Learner berpendapat, ada beberapa

karakteristik anak berkesulitan belajar, yaitu :

a. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan.

b. Abnormalitas persepsi visual.

c. Assosiasi visual motorik.

d. Perverasi.

e. Kesulitan mengenal dan memahami simbol.

f. Gangguan penghayatan tubuh.

g. Kesulitan dalam bahasa dan membaca

h. Performance IQ jauh lebih rendah daripada sektor verbal IQ (Mulyono

Abdurrahman, 1999:259).

Jadi kesulitan belajar IPA disebabkan rendahnya kemampuan

intelegensi, banyaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep visual dan

adanya gangguan assosiasi visual motorik.

Gejala adanya kesulitan belajar meliputi :

a. Hasil yang rendah di bawah rata-rata kelompok kelas.

b. Hasil yang dicapai dengan usaha tidak seimbang.

c. Lambat dalam melakukan tugas belajar.

d. Menunjukkan sikap kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

23

dusta dan lain-lain.

e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (Widodo Supriyono, 1991:89).

Jenis kesulitan belajar menurut Erman Amti, (1992:67) masalah belajar

pada dasarnya digolongkan atas: (a) sangat cepat dalam belajar, b) keterlambatan

akademik, (c) lambat belajar, (d) penempatan kelas, (e) kurang motivasi dalam

belajar, (f) sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belajar dan kehadiran di

sekolah sering tidak masuk. Dengan demikian bahwa anak yang perlu mendapat

bantuan dari guru dalam hal ini adalah layanan bimbingan belajar, agar peserta

didik dapat melaksanakan kegiatan belajar secara baik dan terarah.

2.7. Hasil Penelitian Yang Relevan

Slamet Yani, Budhiyati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul

Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika pada siswa kelas IV SDN 08 Banjar Sari Tahun Pekalongan,

menunjukkan siklus I aktivitas siswa 65,41 % meningkat menjadi 85,38 % dengan

ketuntasan belajar sebesar 87,5 %. Mahanal, susriyati (2006) dalam penelitiannya

yang berjudul Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan Strategi Kooperatif

Model STAD

Pada Mata Pelajaran Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir kritis

Siswa kelas V MI Jenderal Sudirman Malang. Hasil pengamatan menunjukkan

peningkatan hasil belajar siswa siklus I ke siklus II sebesar 11,6 atau 16,94 %.

Fatimah, sri (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “ Penerapan Metode

Kooperatif Tipe STAD Guna Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran

PKN di Sekolah Dasar “ Guna ( Kajian Tindakan di Kelas VI SD 3 Nolokerto

Kendal)”. Dengan hasil kegiatan belajar dan mengajar dengan menggunakan metode

kooperatif tipe STAD, dengan nilai yang di peroleh paa siklus I yaitu 55,55 atau

18,5 % siklus II yaitu 63,70 atau 48 % samapai siklus III ternyata hasilnya sangat

memuaskan guru dan siswa dengan perolehan nilai pos tes 75,18 atau 81,5 %. Dapat

disimpulkan bahwa penerapan Metode Kooperatif Tipe STAD dalam pembelajaran

PKn sangat efektif untuk meningkatkan aktivitas siswa dan menjadikan siswa lebih

aktif dalam menerima pembelajaran.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

24

Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA di

Sekolah Dasar. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini tidak hanya untuk

pelajaran IPA di Sekolah dasar saja, tetapi dapat diterapkan dalam mata pelajaran

lain dan jenjang pendidikan yang lebih tinggi

2.8.Kerangka Berfikir

Kondisi Awal

Keaktifan siswa meningkat

Pemahaman materi meningkat

Kualitas pembelajaran diduga meningkat

Kondisi Akhir

Guru menggunakan metode

ceramah

Gambar kerangka berfikir penelitian

Komunikasi siswa tidak terjadi

Keaktifan siswa rendah

Pemahaman materi rendah

Komunikasi siswa terjadi

Guru mengharapkan metode diskusi dan model

pembelajaran kooperatif

Pelaksanaan Siklus I, Siklus II

Kualitas pembelajaran rendah

TINDAKAN

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/665/3/T1... ·  · 2012-11-20proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat

25

2.9. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka, maka hipotesis tindakan dalam penelitian

ini adalah model pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) tipe STAD

dapat meningkatkan hasil belajar tentang pemeliharaan panca indra bagi siswa

kelas IV SD Kepohkencono 01 semester 1 tahun 2011/2012