-
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu
Pengetahuan
atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘scince’
(Trianto, 2010:136).
Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin
‘scientia’ yang berarti
tahu. Menurut Jujun Suriasumantri dalam Trianto (2010:136)
dalam
perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang
berarti Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas
dan
bertentangan dengan etimologi.
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan
bumi,
di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati
indera maupun
yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu dalam
menjelaskan
hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA
atau ilmu kealaman
adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda
mati (Kardi dan
Nur dalam Trianto 2010:136).
Menurut Wahyana dalam Trianto (2010:136) mengatakan bahwa IPA
adalah
suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan
dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangannya
tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh
adanya metode
ilmiah dan sikap ilmiah.
Permendiknas (No. 22 tahun 2006)Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
-
8
proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara
ilmiah.
Berdasarkan definisi IPA menurut para ahli tersebut, maka yang
dimaksud
dengan IPA dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari
tentang bumi dan
isinya baik makhluk hidup maupun benda mati.
2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA
Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, ada tujuh tujuan mata
pelajaran
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), yaitu:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran
tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan
masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,
menjaga dan
melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.3 Ruang Lingkup IPA
Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 ruang lingkup mata
pelajaran
IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
-
9
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair,
padat dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya
dan pesawat sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda
langit lainnya.
Table 2.1
Berikut ini table Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar IPA SD
kelas 4
Semester I tahun pelajaran 2013/2014.
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami hubungan antara
struktur organ tubuh manusia
dengan fungsinya, serta
pemeliharaannya
1.3 Mendeskripsikan hubungan antara
struktur panca indera dengan
fungsinya
1.4 Menerapkan cara memelihara
kesehatan panca Indera
2.1.4 Pembelajaran Kooperatif
2.1.4.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2009:22) mengatakan bahwa pembelajaran
kooperatif
berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu
secara bersama-
sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu
kelompok atau satu
tim. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengelompokkan
siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang
berhasil yang
mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik
(Nur dalam
Isjoni (2009:27).
Menurut Agus Suprijono(2009:54) Pembelajaran kooperatif adalah
konsep
yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk
yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Pembelajaran kooperatif
dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam
proses pembelajaran
menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil
(Effandi
Zakaria dalam Isjoni, 2009:21).
-
10
Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif menurut para ahli
tersebut,
maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang
menekankan pembelajaran secara berkelompok, dimana setiap
individu
mempunyai tanggung jawab masing-masing didalam kelompoknya
untuk
mencapai tujuan bersama.
Berikut ini ada beberapa langkah-langkah pembelajaran
kooperatif
menurut Rusman (2012:211), dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut
ini :
Tabel 2.2
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan
motivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan
dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan
pentingnya topik yang akan dipelajari dan
memotivasi siswa belajar.
Tahap 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui
bahan bacaan.
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membimbing setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efektif dan efisien.
Tahap 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Tahap 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
-
11
kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
Sumber : Rusman ( 2012:211 )
2.1.5 Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif menurut Isjoni
(2009:27),
yaitu sebagai berikut.
1. Setiap anggota memiliki peran
2. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa
3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan
juga teman-
teman sekelompoknya
4. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal
kelompok
5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan
2.1.6 Unsur-unsur Pembelalajaran Kooperatif
Roger dan David dalam Anita Lie (2004:31) mengatakan bahwa
tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk
mencapai hasil
yang maksimal, ada lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu
:
1. Saling Ketergantungan Positif
Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun
tugas
sedemikian rupa sehungga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan
tugasnya sendiri, agar yang lain bisa mencapai tujuan
mereka.
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama.
Jika tugas dan
pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran
cooperative
learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk
melakukan yang
terbaik.
-
12
3. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka
dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para
pembelajar untuk
membentuk kelompok yang menguntungkan semua anggota. Hasil
pemikiran
beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari
satu kepala saja.
4. Komunikasi Antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan
berbagai
keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam
kelompok,
pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua
siswa
mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.
5. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka
agar
selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads
Together)
2.1.7.1 Pengertian NHT (Numbered Heads Together)
Menurut Miftahul Huda (2011:92) Pada dasarnya NHT merupakan
varian
dari diskusi kelompok. Teknis pelaksaaannya hampir sama dengan
diskusi
kelompok. Pertama-tama guru meminta siswa untuk duduk
berkelompok-
kelompok. Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai
guru memanggil
nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru tidak
memberitahukan
nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. Begitu
seterusnya hingga
semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan
memastikan semua
siswa benar-benar terlibat dalam diskusi.
Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif
struktural,
yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang
untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Menurut Slavin dalam Miftahul
Huda
(2011:130) model NHT yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok
untuk
memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok.
Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan
adanya
-
13
kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Para
siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan
untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan
dibentuknya
kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada
siswa agar
dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam
kegiatan-kegiatan
belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran
berpusat pada siswa,
yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang
untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan
penguasaan akademik. Berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud
dengan
pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam penelitian ini adalah
adalah
pembelajaran yang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang
anggotanya
terdiri dari 4-5 orang secara heterogen, dimana setiap siswa
masing-masing
mempunyai nomor, kemudian nomor tersebut akan dipanggil oleh
guru untuk
menjawab pertanyaan. Miftahul Huda (2011:138) mengemukakan tiga
tujuan
yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe
NHT yaitu :
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing
ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang tepat.
2. Meningkatkan kerjasama siswa
3. Pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk
mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara
lain berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau
menjelaskan ide
atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
2.1.7.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT
Menurut Ibrahim (2000:29) ada enam langkah dalam proses
pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu
:
-
14
1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai
dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Pembentukan Kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa
kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap
siswa dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang
dibentuk
merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial,
ras, suku, jenis
kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan
kelompok
digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam
menentukan masing-
masing kelompok.
3. Setiap Kelompok Harus Memiliki Buku Paket atau Buku
Panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku
paket
atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS
atau
masalah yang diberikan oleh guru.
4. Diskusi Masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa
sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa
berpikir bersama
untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban
dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang
telah diberikan
oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat
spesifik sampai yang
bersifat umum
5. Memanggil Nomor Anggota Atau Pemberian Jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari
tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban
kepada siswa di kelas.
6. Memberi Kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan
yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
-
15
2.1.7.3 Kelebihan Model NHT (Numbered Heads Together)
Berikut ini ada beberapa kelebihan dari model pembelajaran
kooperatif tipe
NHT (Numbered Heads Together), yaitu :
1. Siswa berani mengemukakan pendapat
2. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa
3. Menyenangkan siswa dalam belajar
4. Dapat mengembangkan sikap positif siswa
5. Mampu mengembangkan sikap kepemimpinan siswa
6. Mampu mengembangkan rasa ingin tahu siswa
7. Mampu meningkatkan rasa percaya diri siwa
2.1.7.4 Kelemahan Model NHT (Numbered Heads Together)
Berikut ini ada beberapa kelemahan dari model pembelajaran
kooperatif
tipe NHT (Numbered Heads Together), yaitu :
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh
guru
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
3. Kelas menjadi ribut jika guru tidak dapat menguasai kelas
dengan baik
2.1.7.5 Tujuan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT
(Numbered Heads Together) Dalam Pembelajaran IPA
Adapun tujuan dari penggunaan model kooperatif tipe NHT (Number
Head
Together) dalam pembelajaran IPA adalah sebagai berikut :
1. Menggairahkan siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar
mengajar
2. Agar siswa bisa berinteraksi dengan baik dengan kelompok di
kelas
3. Melatih siswa agar berani untuk mengemukakan pendapat
4. Melatih siswa untuk berpikir
2.2Belajar dan Hasil Belajar
2.2.1 Belajar
Menurut Gagne dalam Suprijono (2009:2), “belajar adalah
perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui
aktivitas, Morgan
-
16
dalam Suprijono (2009:3), “belajar merupakan perubahan perilaku
yang bersifat
permanen sebagai hasil pengalaman”, Yamin (2007:96) belajar
merupakan proses
orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap, Ibrahim dan
Syaodih
(2010:35), “belajar merupakan serangkaian upaya untuk
mengembangkan
kemampuan-kemampuan dan sikap seta kemampuan intelektual,
sosial, afektif,
maupun psikomotor”.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah
proses mendapatkan pengetahuan sebagai hasil pengalaman dan
perubahan
tingkah lakunya dapat diamati.
Prinsip belajar yang pertama adalah perubahan perilaku.
Perubahan
perilaku memiliki ciri-ciri seperti :
a. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup,
b. Permanen atau tetap,
c. Bertujuan dan terarah, dan
d. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
Prinsip belajar yang kedua adalah belajar merupakan proses.
Belajar
terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
Dan prinsip
belajar yang ketiga belajar merupakan bentuk pengalaman.
Tujuan belajar adalah untuk mendapat pengetahuan sehingga
mampu
berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis,
menerima orang lain dan
sebagainya.
2.2.2 Hasil Belajar
Menurut Hermawan (2011:10.20), “hasil belajar mengacu pada
sesuatu
yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan
pembelajaran yang
dilakukan”, Udin (2011:4.42), “hasil belajar dinilai melalui
beragam cara dan
perwujudan menggunakan berbagai bentuk”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahawa hasil
belajar
merupakan suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa
setelah
mengalami aktivitas belajar. Dan hasil belajar tersebut
digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran dalam mencapai tujuan pembelajaran.
-
17
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain faktor
dari luar
(ekstern) yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah
lingkungan fisik
dan non fisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti
riang gembira,
menyenangkan), lingkungan social budaya, lingkungan keluarga,
program seklah,
guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Guru
merupakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab
guru merupakan
manajer atau sutradara dalam kelas. Oleh karena itu guru
dituntut agar mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan
menantang.
Faktor dari dalam (intern) berpengaruh terhadap hasil belajar
diantaranya
motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri.
Faktor dari dalam diri
siswa yang mempengaruhi adalah motivasi.
2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered
Heads Together), telah dilakukan peneliti lain. Penelitiannya
berbentuk skripsi,
yang dilakukan oleh Alustina Isyuniarsih (2012) yang berjudul
“Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Afektif pada Mata
Pelajaran IPA
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) Pada
Siswa Kelas 5 SD Negeri 03 Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten
Blora
Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah
terjadi peningkatan hasil belajar kognitif dan hasil belajar
afektif siswa untuk
mata pelajaran IPA kelas 5 semester II tahun pelajaran
2011/2012. Peningkatan
hasil belajar siswa pada kondisi awal siswa yang tuntas 8 orang
(33,33%) dan
yang tidak tuntas 16 orang atau (66,67%). Pada siklus I siswa
yang tuntas 22
orang (91,67%) dan yang tidak tuntas 2 orang (8.33%). Sedangkan
pada siklus II
semua siswa yang terdiri dari 24 orang tersebut sudah memenuhi
KKM atau dapat
dikatakan tuntas 100%. Sedangkan untuk untuk penigkatan hasil
belajar afektif
pada kondisi awal kurang aktif (41,67%), pada siklus I menjadi
cukup aktif
(45,83%) dan pada siklus II menjadi aktif (58%). Dengan demikian
dapat di
simpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif
Numbered Heads
Together dapat meningkatkan hasil belajar afektif siswa kelas 5
SDN 03
-
18
Ngumbul, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora Semester Genap
Tahun
Pelajaran 2011/2012.
Laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuni Winarti (2012)
yang
berjudul “Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together)
untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri
Banyumudal 02, Kabupaten Wonosobo, Semester 2 Tahun Pelajaran
2011/2012.
Hasil yang diperoleh dai penelitian ini adalah terjadi
peningkatan keaktifan untuk
mata pelajaran IPA kelas 5 semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.
Siswa yang
mencapai KKM 65 dari 32 siswa sebanyak 17 siswa atau 53,13%
tuntas dan
sebanyak 15 siswa atau 46,87% belum tuntas. Nilai rata-ratanya
adalah 66,25,
sedangkan nilai tertinggi adalah 88 dan nilai terendah adalah 52
dan siklus II
sebanyak sebanyak 36 siswa atau 100% dari jumlah siswa mencapai
ketuntasan
siklus II siswa yang mencapai KKM 65 sebanyak 36 siswa atau 100%
dan tidak
ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT ) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
2.4 Kerangka pikir
Berdasarkan latar belakang, pada pembelajaran IPA dikelas 4 yang
masih
bersifat konvensional, guru belum memberikan kegiatan yang bisa
membuat siswa
berinteraksi dalam pembelajaran sehingga menyebabkan masih ada
siswa yang
belum bisa mendapat hasil belajar yang memuaskan masih dibawah
KKM yang
telah ditentukan oleh sekolah adalah > 61. Karena siswa tidak
fokus dalam
pembelajaran. Hal ini mengakibatkan 10 orang anak 36 (%) dari 28
siswa hasil
belajarn IPA pada pokok bahasan tentang materi alat indera pada
manusia masih
dibawah KKM.
Dalam mengatasi hal tersebut, penulis melakukan perbaikan
proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT
(Numbered Head Together). Salah satu kebutuhan yang menyebabkan
seseorang
mempunyai motivasi mengaktualisasikan dirinya adalah kebutuhan
untuk diterima
dalam suatu masyarakat atau kelompok. Demikian juga dengan
siswa, mereka
-
19
akan berusaha untuk mengaktualisasikan dirinya, misalnya
melakukan kerja keras
yang hasilnya dapat memberikan sumbangan bagi
kelompoknya.Sehingga, dengan
upaya tersebut maka siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran,
kemampuan
dalam menyelesaikan masalah dapat meningkat sehingga hasil
belajar siswa dapat
mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan, serta
keterampilan guru dan
aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat meningkat.
Berdasarkan beberapa teori mengenai penerapan Model
Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) maka terdapat
suatu gagasan
atau pendapat dari penulis. Gagasan ini disajikan akan tampak
seperti pada bagan
2.1 berikut :
-
20
Bagan 2.1 Kerangka Pikir
Pembelajaran menggunakan metode konvensional
a. Guru dominan
menggunakan ceramah
dan penghafalan
b. Teacher centered
c. Kurang mengaktifkan
kooperatif siswa
a. Siswa jenuh dalam
pembelajaran
b. Siswa kurang fokus
dalam pembelajaran
c. Keaktifan hanya
ditunjukkan sebagian
siswa
Hasil belajar IPA
siswa rendah di
bawah KKM ≤ 61
Diterapkan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT dalam
pembelajaran IPA
Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan
kondisi awal agar
mencapai kondisi akhir yang di inginkan, peneliti melakukan
penelitian tindakan
kelas yang direncanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan
pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together
(NHT):
1. Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok.
2. Penyajian materi pelajaran
3. Kegiatan kelompok baik diskusi maupun melakukan percobaan
4. Membagikan nomor pada tiap siswa
5. Evaluasi
6. Penghitungan ulang skor awal
7. Penghargaan kelompok
Kegiatan
pembelajaran lebih
bermakna
Hasil belajar IPA siswa kelas 4
meningkat di atas KKM ≥ 61
Siswa lebih aktif
dalam
pembelajaran
-
21
Berdasarkan Kajian Teori dan Kerangka berpikir, maka diduga
bahwa untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan
penerapan model Tipe
NHT (Numbered Heads Together) dalam pembelajaran.
2.5 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir yang diuraikan, maka hipotesis
tindakan
yang diajukan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe
NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan hasil belajar
IPA siswa
kelas 4 SDN Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
semester
1tahun pelajaran 2013/2014