33 BAB II Dinamika Kopi Dunia dan Indonesia Berbicara tentang kopi, komoditas ini memiliki sejarah panjang mulai dari asal usul hingga menjadi sebuah budaya. Kopi di dunia mengalami dinamika ketika abad ke 19 pada saat bangsa Eropa mulai melakukan penjelajahan ke negara-negara di berbagai belahan dunia, kopi yang berasal dari Ethiopia dibawa oleh bangsa Eropa ke Negara- negara koloni di berbagai belahan dunia untuk di kultivasi. Setelah era tersebut, pada gelombang kopi pertama kopi di produksi secara masal dan dengan harga yang dapat dijangkau oleh segala lapisan masyarakat kemudian pada gelombang kopi kedua, kedai kopi waralaba menyebar dari negara maju ke negara berkembang, dan terakhir pada era gelombang kopi ketiga, kopi seduh manual menjadi tren di seluruh dunia dan kopi yang enak dengan kualitas yang cukup bagus dapat dinikmati oleh hamper semua orang. Pada bab ini, penulis akan memaparkan tentang bagaimana proses dinamika kopi di seluruh dunia hingga di Indonesia. Pada bab ini juga akan memaparkan tentang organisasi kopi dunia dan Negara-negara penghasil kopi di dunia. Kemudian dinamika kopi di dunia mulai dari industri kopi global hingga budaya kopi yang ada di Indonesia sebelum masuknya third wave coffee culture.
38
Embed
BAB II Dinamika Kopi Dunia dan Indonesiaeprints.umm.ac.id/59173/46/BAB II.pdf · Dinamika Kopi Dunia dan Indonesia Berbicara tentang kopi, komoditas ini memiliki sejarah panjang mulai
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
33
BAB II
Dinamika Kopi Dunia dan Indonesia
Berbicara tentang kopi, komoditas ini memiliki sejarah panjang mulai dari
asal usul hingga menjadi sebuah budaya. Kopi di dunia mengalami dinamika ketika
abad ke 19 pada saat bangsa Eropa mulai melakukan penjelajahan ke negara-negara
di berbagai belahan dunia, kopi yang berasal dari Ethiopia dibawa oleh bangsa
Eropa ke Negara- negara koloni di berbagai belahan dunia untuk di kultivasi.
Setelah era tersebut, pada gelombang kopi pertama kopi di produksi secara masal
dan dengan harga yang dapat dijangkau oleh segala lapisan masyarakat kemudian
pada gelombang kopi kedua, kedai kopi waralaba menyebar dari negara maju ke
negara berkembang, dan terakhir pada era gelombang kopi ketiga, kopi seduh
manual menjadi tren di seluruh dunia dan kopi yang enak dengan kualitas yang
cukup bagus dapat dinikmati oleh hamper semua orang.
Pada bab ini, penulis akan memaparkan tentang bagaimana proses dinamika
kopi di seluruh dunia hingga di Indonesia. Pada bab ini juga akan memaparkan
tentang organisasi kopi dunia dan Negara-negara penghasil kopi di dunia.
Kemudian dinamika kopi di dunia mulai dari industri kopi global hingga budaya
kopi yang ada di Indonesia sebelum masuknya third wave coffee culture.
34
2.1 Sejarah Awal Mula Perdagangan Kopi di Dunia
Ketika membahas mengenai dinamika kopi dunia, maka tidak bisa lepas dari
sejarah awal mula kopi tersebut mulai diperdagangkan dan dibudidayakan secara
luas. Pada sub bab ini penulis akan menjelaskan bagaimana dinamika
perkembangan kopi di dunia dimulai dari gelombang pertama, gelombang kedua
dan ketiga. Dalam bagian ini penulis menemukan bahwa dinamika kopi di mulai
dari bangsa eropa yang membawa gelombang kopi pertama karena pada abad ke
19, kopi merupakn minuman yang bernilai tinggi, dan bangsa eropa pada saat itu
mempunyai kapasitas untuk mengembangkan dan menjualnya karena pada saat itu,
mereka lah peradaban yang maju dan suka menjelajah karena mereka mempunyai
misi 3G, yaitu Gold, Glory, Gospel, terus berlanjut sampai melahirkan kopi dalam
kemasan yang mampu dijangkau oleh semua kalangan.Kemudian berlanjut pada era
gelombang kopi kedua yang ditandai dengan banyaknya kedai-kedai kopi waralaba
yang menyajikan kopi ala Italia, dengan beragam resep baru yang menciptakan
sebuah budaya baru dan iklim baru kepada penikmatnya. Dan terakhir adalah
gelombang kopi ketiga dimana pada era ini, kopi semakin berkembang bukan hanya
tentang sebuah barang dagangan tapi juga tentang bagaimana menciptakan iklim
yang berkeberlangsungan antar penikmat kopi dan petani, kepedulian para
penikmat kopi pada era ini semakin tinggi37.
1. Awal Penyebaran Kopi Oleh Bangsa Eropa
37Mark Pendergrast, 1999,Uncommon Grounds: The History of Coffee and How It Transformed Our
World, Choice Reviews Online, vol. 37 (New York: Basic Book.
35
Kopi bermula dari Benua Afrika sekitar tahun 800 SM dan banyak
dikonsumsi oleh bangsa Ethiopia, karena itulah kopi banyak terdapat di benua
tersebut. Kopi memasuki Eropa pada abad ke 15 oleh seorang saudagar dari Venesia
namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar maka bangsa eropa mulai
berusaha untuk membudidayakannya. Belanda merupakan salah satu negara eropa
pertama yang berhasil membudidayakan kopi dengan membawa bibit tanaman
tersebut ke Pulau Jawa pada tahun 1690 untuk dikultivasi secara massal mengingat
pulau Jawa memiliki iklim yang ideal untuk ditanami kopi dan pada saat itu Pulau
Jawa merupakan wilayah jajahan Belanda sehingga memberikan keuntungan
berupa tenaga kerja dan lahan terhadap mereka38.
Saat kesultanan Turki Ottoman menduduki Yaman pada tahun 1536 dan
dengan cepat menjadi komoditas penting di Kesultanan Turki. Kopi-kopi yang
berada di Turki diekspor dari sebuah pelabuhan di Yaman yang bernama Mocha
sehingga mendapatkan sebutan “Kopi Mocha”. Karena perdagangan kopi
memberikan keuntungan besar, Kesultanan Turki mencoba memonopoli segala
tanaman kopi di Yaman dengan cara tidak mengizinkan kopi-kopi tersebut keluar
meskipun sudah diseduh atau disangrai untuk menghindari terjual ke orang lain39.
2. Era kopi mulaidiproduksi secara masal.
Seperti yang disebutkansebelumnyabahwa kopi pertama kali di bawa oleh
Bangsa Eropa, mereka juga memulai memproduksi kopi secara masal karena kopi
sendiri merupakan minuman yang mempunyai nilai jual tinggi dan memiliki
38 Ibid hal 31 39 Ibid Hal. 31
36
permintaan yang tinggi, kemudian mereka mencoba untuk membuat kopi tersebut
mudah didapatkan oleh orang banyak, maka mulailah beberapa perusahaan
memproduksi kopi secara masal. Perusahaan yang memproduksi kopi ini mencoba
membuat kopi tersebut sepraktis mungkin dan semudah mungkin didapatkan. Salah
satu perusahaan pertama yang sukses mengembangkan kopi instan adalah Nestlè
dengan Nescafe sebagai line up produksi kopi pertama mereka mulai
mengembangkan produk pada masa perang dunia kedua. Kebutuhan dunia akan
kopi pada masa itu cukup tinggi, sehingga menjadi kesempatan besar untuk para
pengusaha untuk mengembangkan bisnis di bidang ini.40
Kopi diproduksi secara masal karena untuk memenuhi permintaan pasar.
Tumbuhnya permintaan konsumen menyebabkan produsen harus memenuhi
perminntaan pasar, terutama untuk wilayah Eropa dan Amerika Serikat. Konsumsi
kopi di kedua negara tersebut cukup tinggi, karena itu permintaan mereka akan kopi
terus tumbuh. Pada tahun 2018/2019, jumlah ekspor kopi diseluruh dunia
meningkat dari 8,1% ke angka 129.432 juta karung kopi/60kg41.
Kebutuhan kopi di pasar Eropda dan Amerika serikat merupakan pasar
terbesar yang dipenuhi oleh negara – negara produsen kopi seperti Indonesia.
Negara Uni Eropa tercatat pada tahun 2016/2017 secara keseluruhan tercatat
mengkonsumsi kopi senanyak 2,53 juta ton atau 26,8% dari total keseluruhan
konsimpi kopi dunia disusul oleh Amerika Serikat yang mengkonsumsi sebanyak
40 Ibid hal 295 41International Coffee Organization, Monthly Export Statistic – September 2019, diakses dalam
era memiliki cara yang berbeda dalam menyebarkan pengaruh gelombang kopi
tersebut, pula setiap fase memili faktor sebab dan akibat terjadinya gelombang kopi
tersebut. Gelombang kopi merupakan hasil dari evolusi budaya minum kopi dari
waktu ke waktu yang mempengaruhi perilaku dan selera para penikmat kopi. Pada
setiap gelombang, pasar yang dibidik pun berbeda-beda.
2.2.1 First Wave Coffee
Pada gelombang kopi pertama, penjualan kopi terfokus pada penyajian yang
praktis dengan penyajian kopi dalam kemasan instan yang dapat langsung
dinikmati. Kopi instan sangat populer pada masa perang dunia pertama karena
praktishingga membuat kopi instan mencapai kejayaannya pada tahun 1970 karena
diketahui hampir sepertiga kopi diolah menjadi kopi instan45. Kopi menjadi
komoditas global dimulai pada tahun 1800-an tidak lepas dari peranan Bangsa
Eropa yang mulai menanam kopi di daerah jajahannya. Sekitar 1920 sampai 1930-
an industri kopi Eropa berkembang secara paralel bersama dengan Amerika Serikat
karena negara-negara Eropa utara memiliki tingkat konsumsi kopi perkapita lebih
tinggi daripada Amerika serikat. Pada tahun 1938, pera pebisnis kopi di eropa
mencemaskan usaha mereka seiring terjadinya perang, bahkan satu tahun kemudian
Hitler membuat kebijakan yaitu dengan mengurangi impor kopi Jerman sampai
40% dan menjadikan seluruh persediaan kopi di Jerman sebagai pasokan untuk
konsumsi militer. Pada tahun yang sama, seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman,
Henry Nestle yang tinggal di Vevey, Swiss, berhasil meluncurkan Nescafe, kopi
45Mark Pendergrast, 1999, Uncommon Grounds: The History of Coffee and How It Transformed
Our World, Choice Reviews Online, vol. 37 New York: Basic Books. Hal 464
41
bubuk instan yang telah ditingkatkan yang kemudian menjadi produk paling sukses
di dunia pada era itu karena menggunakan teknologi yang berbeda untuk menjaga
citarasa kopi yang lebih enak daripada kopi yang ada di pasaran saat itu. Bisa di
bilang, pada era First Wave Coffee ini, menjadikan kopi merupakan minuman yang
praktis dan dapat langsung di nikmati semua orang tanpa perlu waktu lama46.
Produk-produk dari First Wave Coffee ini masih ada sampai sekarang dan
dijual bebas di banyak toko retail hingga warung pinggir jalan dalam kemasan saset
ataupun kalengan dan botolan yang siap minum dengan berbagai merk dagang
seperti Kapal Api, Torabika, dan lain-lain yang cukup sukses menguasai pasaran
kopi instan di Indonesia.
Berdasarkan penjelasan di atas bisa kita lihat bahwa kunci terjadinya First
Wave Coffee Culture ini adalah persebaran tumbuhan kopi yang dilakukan oleh para
pedagang-pedagang kopi baik dari timur tengah maupun Eropa. Namun yang
memiliki peranan terbesar adalah bangsa Eropa karena pada masa itu, mereka
menjalankan misi Gold, Glory, Gospel. Tumbuhan kopi yang merupakan minuman
primadona yang berasal dari benua Afrika mulai di budidayakan di daerah jajahan
bangsa eropa seperti Amerika Selatan dan Asia. Negara-negara penghasil kopi
terbesar seperti Brazil, Vietnam, dan Indonesia merupakan wilayah kolonial Bangsa
Eropa pada masa itu. Kopi dalam kemasa yang lahir pada era ini muncul karena
permintaan akan konsumsi kopi semakin meningkat dan para konsumen kopi
membutuhkan kopi yang praktis. Dampak dari First Wave Coffee Culture ini ada
munculnya perusahaan-perusahaan kopi besar yang produksi kopi secara masal.
46Ibid hal 266
42
2.2.2 Second Wave Coffee Culture
Era ini ditandai dengan munculnya gerai-gerai kopi waralaba yang
menyediakan kopi ala italia dengan beberapa resep baru yang di modifikasi. Gerai
waralaba yang paling ikonik dan berperan besar dalam menggagas Second Wave
Coffee ini adalah Starbucks. Didirikan di Seattle, Amerika Serikat pada tahun 1971
oleh Jerry Baldwin, Zev Siegl dan Gordon Bowker telah menyita perhatian nasional
dengan konsep mereka dengan menyajikan kopi enak menyediakan tempat yang
bagus untuk bersosisalisasi dan menaikkan citra orang-orang yang mampir ke
tempat mereka47.
Era Second Wave Coffee ini memang di kuasai gerai-gerai waralaba besar.
Kopi yang disajikan pun berada di tingkat “Industri” atau berada di kelas kedua
dalam strata biji kopi. Starbucks walaupun didirikan pada tahun 1971, mencapai
puncak kejayaannya pada tahun 1980-an dengan didirikannya beberapa gerai
cabang dan menyediakan banyak menu minuman yang bergaya Italia yang menjadi
highlight dari dalam Second Waave Coffee Culture ini. Menu-menu seperti Latte,
Cappuccino, Frappe merupakan menu minuman bergaya Italia48 yang berbahan
dari espresso yang memiliki perbedaan terhadap rasio kopi dan susu yang
dievaporasi.
Pada tahun 2000-an merupakan puncak kejayaan dari second wave dengan
banyak di bukanya gerai-gerai kopi gelombang kedua, walaupun Starbucks yang
merupakan salah satu aktor yang dianggap memprakarsai gelombang ini, namun
47Ibid hal 276 48Ibid hal, 463
43
tidak hanya mereka yang menyajikan kopi, waralaba lain juga ikut serta
meramaikan dunia perkopian pada tahun tersebut seperti Dunkin Donuts, J.Co
walaupun kopi bukan menu utama dari gerai mereka, kopi tetap menjadi pilihan di
menu mereka sebagai pendamping produk yang mereka jual.
Di Indonesia sendiri, gerai-gerai kopi ini bisa ditemui hampir di setiap kota
besar, terutama di pusat perbelanjaan. Untuk pelanggannya sendiri kebanyakan
berasal dari kalangan kelas menengah hingga menengah keatas dengan ragam usia
dari remaja hingga orang dewasa dengan beragam profesi. Pada gerai-gerai kopi
yang bernuansa Second Wave Coffee Culture bukan hanya kopi yang menjadi
tujuan utama orang kesana, melainkan sebagai sebuah prestise sebagai penanda
kelas sosial sambil bersosialisasi dengan orang-orang.
2.2.3 Third Wave Coffee Culture
Third wave coffee culture ditandai dengan trennya kopi seduh manual dan
kopi spesialti, semenjak SCAmenetapkan protokol standar kopi spesialti adalah 80
– 100, kopi spesialti dan seduh manual menjadi sebuah ciri khas dari third wave
coffee culture. Kopi yang enak sekarang dapat lebih mudah dijangkau oleh segala
lapisan masyarakat. Ketika third wave coffee culture menjadi tren di dunia,
konsumsi kopi domestik baik itu arabika maupun robusta ikut meningkat49.
Third wave coffee culture ini menciptakan sebuah iklim baru dalam dunia
kopi. Sekarang tidak sulit untuk menemukan kopi enak dan berkualitas karena dapat
dengan mudah kita menemukan kopi yang enak dan berkualitas. Third wave coffee
ini lebih memeratakan kopi tersebut kepada orang banyak, mulai dari orang awam
49Andi Haswidi, Loc cit hal 123.
44
hingga kalangan tertentu. Dapat disimpulkan bahwa third wave coffee culture
merupakan sebuah budaya baru yang mengubah pola dan pandangan masyarakat
mengenai kopi tersebut.
Bermula dari Amerika Serikat, tepatnya di Wrecking Ball Coffee, San
Fransisko pada tahun 2002, fenomena third wave coffee culture sekarangmenyebar
hampir ke seluruh dunia, terutama di negara – negara berkembang. Negara-negara
berkembang sangat terbantu dengan fenomena ini karena memberikan dampak
terhadap GDP dan GNP. Third wave coffee culture menjadi ‘kendaraan’ terhadap
negara berkembang penghasil kopi selain menaikkan GDP dan GNP juga
menjadikan kopi sebagai salah satu identitas dari negara penghasil kopi. Dalam segi
bisnis pun, third wave coffee culture memberikan cara baru yang berbeda, ketika
memasuki era ini, orang – orang selain mencari kualitas juga membutuhkan
kuantitas yang banyak untuk mencukupi kebutuhan kopi yang terus meningkat dari
tahun ke tahun50.
Third wave coffee culture menarik perhatian banyak pihak, selain pihak
pemerintah, juga ada NGO yang berkonsentrasi untuk mengembangkan kopi di
dunia, salah satunya adalah SCA, yang membantu negara berkembang penghasil
kopi untuk meningkatkan kualitas hasil panen dan membatu mengembangkan
sumber daya manusia, baik itu petani ataupun para roaster51, dan barista52di seluruh
dunia melalui program yang mereka jalankan. Pada ketiga gelombang tersebut,
masing-masing mempunyai proses yang hampir sama, namun dengan cara dan
50 Josh, The Three (or Four) Waves of Coffee Explained, diakses dalam
https://colettICOffee.com/the-three-or-four-waves-of-coffee-explained/ (3/12/2019 12:40 WIB) 51Roaster:Sebutan bagi ahli sangrai biji kopi 52Barista: sebutan bagi peracik kopi
terhadap kopi itu sendiri. Ketika Starbucks sudah mulai membuka gerai kopinya di
luar negara asal, dari situlah mereka memberikan dampak yang cukup besar
terhadap gaya hidup masyarakat, sebagai salah satu pengaruh globalisasi ekonomi,
dampak tersebut dapat dirasakan di Indonesia63. Starbucks masuk ke Indonesia
pertama kali pada tahun 2002, gerai pertama mereka dibuka di Plaza Indonesia
tepatnya pada tanggal 17 Mei 2002. Lokasi Starbucks yang berada di pusat
perbelanjaan membuat pasar mereka di Indonesia didominasi oleh kalangan
menengah keatas. Ketika Starbucks masuk ke Indonesia, kopi mulai menjadi bagian
dari gaya hidup masyarakat, kopi di Starbucks mencerminkan gaya hidup yang
prestise.
3. Wrecking Ball Coffee
Wrecking Ball Coffee Roaster merupakan salah satu Roaster kopi asal
Amerika Serikat, terpatnya di San Fransisko. Perusahaan kopi ini merupakan pioner
dari third wave coffee culture. Tren kopi Spesialti 64saat ini merupakan salah satu
pengaruh dari perusahaan ini, dimana kedua pendiri dari perusahaan tersebut yaitu
Trish Rotthgeb dan Nicholas Cho mengkritisi tentang para roaster kopi yang
menggoreng kopi mereka sampai ke level dark roast65, sementara mereka
menggunakan level yang berbeda-beda, menyesuaikan dengan karakter kopinya.
Kopi spesialti yang merupakan kopi dengan kualitas premium yang sebenarnya,
menyajikan kopi dengan karakter rasa alami. Hal ini kemudian banyak diadaptasi
63Starbucks, About Us, Diakses dalam http://www.Starbucks.co.id/about-us/our-
heritage/Starbucks-in-indonesia (4/09/2019 15:37 ) 64 Kopi Spesialti: Kopi Pilihan dengan kualitas premium yang memiliki karakter rasa yang beragam 65 Dark Roast: Gorengan kopi dengan warna biji yang gelap