BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Dalam perencanaan sistem penyaluran air buangan perlu diperhatikan beberapa hal pokok yang sangat penting untuk diketahui, diantaranya mengenai sumber air buangan yang akan disalurkan. Menurut Burton (1979), ada beberapa jenis sumber air buangan, antara lain: 1. Air buangan domestik Air buangan domestik berasal dari proses pemakaian air bersih dalam rumah tangga. 2. Air buangan industri Air buangan industri berasal dari proses industri, dan komposisinya tergantung dari jenis produksinya. 3. Infiltrasi Yaitu adanya air yang menelusup ke dalam tanah yang disebabkan adanya kebocoran pipa dari suatu saluran. Selain sumber air buangan, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan juga dan menjadi dasar penting dalam perencanaan sistem penyaluran air buangan. Hal-hal tersebut yaitu jenis pengaliran, sistem pengelolaan, sistem penyaluran, prinsip pengaliran air buangan, jenis-jenis pipa air buangan, dan pola jaringan, yang akan diuraikan sebagai berikut: 1. Jenis Pengaliran Air Buangan Menurut Burton (1979), ada 2 macam jenis pengaliran yang digunakan pada sistem penyaluran air buangan, yaitu:
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Dalam perencanaan sistem penyaluran air buangan perlu diperhatikan beberapa hal pokok
yang sangat penting untuk diketahui, diantaranya mengenai sumber air buangan yang akan
disalurkan. Menurut Burton (1979), ada beberapa jenis sumber air buangan, antara lain:
1. Air buangan domestik
Air buangan domestik berasal dari proses pemakaian air bersih dalam rumah tangga.
2. Air buangan industri
Air buangan industri berasal dari proses industri, dan komposisinya tergantung dari jenis
produksinya.
3. Infiltrasi
Yaitu adanya air yang menelusup ke dalam tanah yang disebabkan adanya kebocoran pipa
dari suatu saluran.
Selain sumber air buangan, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan juga dan menjadi
dasar penting dalam perencanaan sistem penyaluran air buangan. Hal-hal tersebut yaitu jenis
pengaliran, sistem pengelolaan, sistem penyaluran, prinsip pengaliran air buangan, jenis-jenis
pipa air buangan, dan pola jaringan, yang akan diuraikan sebagai berikut:
1. Jenis Pengaliran Air Buangan
Menurut Burton (1979), ada 2 macam jenis pengaliran yang digunakan pada sistem
penyaluran air buangan, yaitu:
a. Pengaliran secara gravitasi, yaitu pengaliran yang bersifat terbuka dalam saluran
tertutup. Pengaliran ini memanfaatkan gaya gravitasi dalam saluran;
b. Pengaliran yang bertekanan atau pengaliran yang menggunakan pompa, yaitu
pengaliran yang terjadi karena adanya pemompaan yang dilakukan dalam saluran
tertutup akibat muka air yang tidak dapat berhubungan secara bebas dengan atmosfer.
2. Sistem pengelolaan air buangan terdiri (Babbit, 1960):
a. Sistem setempat/on site sanitation/sistem individual
Untuk masyarakat berpendapatan rendah, yang tidak memungkinkan adanya
sistem penyaluran air buangan;
Area pedesaan: simple pit latrines, bucket latrines, ventilated pit, aqua prived;
Low income: communal latrines, septic tank;
Industri: pengolahan air limbah di lokasi pabrik masing-masing.
2.2 Metode Proyeksi Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk diperlukan dalam perancangan sistem penyaluran air buangan
yang akan digunakan untuk jangka waktu panjang. Hal ini penting dilakukan agar bangunan
tersebut dapat digunakan sesuai dengan periode desain yang telah direncanakan dan tidak
menimbulkan masalah pada masa yang akan datang. Ada beberapa jenis metode yang dipakai
untuk menentukan proyeksi penduduk, diantaranya (Suwarno,2010):
2.2.1 Metode Aritmatika/Linear
Metode ini didasarkan pada angka kenaikan penduduk rata-rata setiap tahun. Metode ini
digunakan jika data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relatif sama setiap
tahunnya. Metode ini juga merupakan metode proyeksi dengan regresi sederhana.
Dimana: Y = nilai variabel Y berdasarkan garis regresi, populasi ke-nX = nilai independen, bilangan yang dihitung dari tahun ke tahuna = konstantab = koefisien arah garis (gradien) regresi linear
Xi = tahunYi = jumlah populasi
2.2.2 Metode Geometri
Metode ini didasarkan pada rasio pertambahan penduduk rata-rata tahunan. Sering digunakan
untuk meramal data yang perkembangannya melaju sangat cepat. Pertumbuhan penduduk di
plot pada semilog. Persamaan umumnya adalah (Suwarno,2010):
Persamaan di atas dapat dikembalikan kepada model linear dengan mengambil anti logaritma
(ln). Persamaannya adalah:
Ln Y = ln a + b.ln X ...........................................................................................................(2.5)
Persamaan tersebut linier dalam ln X dan ln Y
.…………………..................…………………....……….(2.6)
.........………………….....……….(2.7)
II-2
Dimana: Y = Nilai variabel Y berdasarkan garis regresi, populasi ke-n X = Bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal a = konstanta b = koefisien arah garis (gradien) regresi linier Xi = tahun
Yi = jumlah populasi
2.2.3 Metode Eksponensial
Metode eksponensial biasanya digunakan jika laju pertumbuhan penduduk proporsional
dengan jumlah penduduk asalnya. Metode ini sering dingunakan dalam perhitungan proyeksi
penduduk.
Pada metode ini persamaan yang digunakan adalah(Suwarno,2010):
Y = a . ebx ..............................................................................…………………...……….(2.10)
Dimana: Y = Nilai variabel Y berdasarkan garis regresi, populasi ke - n x = Bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal a = Konstanta b = Koefesien arah garis (gradien) regresi linier e = 2,7183
Dimana: Y = Nilai variable Y berdasarkan garis regresi,populasi ke-n X = Bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal a = Konstanta b = Koefisien arah garis (gradien) regresi linear.
Pemilihan Metoda Proyeksi
Pemilihan metode proyeksi dilakukan dengan menghitung standar deviasi (simpangan baku)
Th : Waktu penahanan minimum untuk pengendapan > 0,2 hariP : Jumlah orangQ : Banyaknya aliran, liter/orang/hari
Volume penampungan lumpur dan busa dihitung dengan rumus:
A = P x N xS……...…....……………..………….…..………………………………...(2.2)
Di mana :A : Penampungan lumpur yang diperlukan (dalam liter)P : Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septikN : Jumlah tahun, jangka waktu pengurasan lumpur (min 2 tahun)S : Rata-rata lumpur terkumpul (liter/orang/tahun).
25 liter untuk WC yang hanya menampung kotoran manusia.40 liter untuk WC yang juga menampung air limbah dari kamar mandi.
Volume cairan dihitung kebutuhan kapasitas penampungan untuk penahanan cairan dengan
persamaan:
B = P x Q x Th………………………..………….…..………………………...…......(2.3)
Di mana :P : Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septikQ : Banyaknya aliran air limbah (liter/orang/hari)Th : Keperluan waktu penahanan minimum dalam sehari.
Untuk tangki septik hanya menampung limbah WC (terpisah):
Dimana: Qpp = Debit puncak desain pipa persil (l/det)p = Jumlah penduduk (ribu jiwa)Qmd = Debit saluran AB harian max (l/det/1000k)Qmd = (1,1 – 1,25) Qr
2. Debit pipa servis (Qps)
Qps = ½ . n . Qpp........................................................................................................................................................................................(2.23)
Dimana: Qps = Debit pipa servis (l/det)n = Jumlah bangunan/jumlah pipa persil
3. Debit pipa lateral (Qpl) dan debit pipa mayor (PI)
Persamaan yang digunakan:
Persamaan Moduto, digunakan untuk riol retikulasi jumlah penduduk pelayanan 2000-
Qinf = Fr . Qr + L . qinf.........................................................................................................................................................(2.26)
Dimana: Qpk = Debit puncak musim kering (l/det) Qpb = Debit puncak musim basah (l/det) Qinf = Debit tambahan dari infiltrasi air hujan (l/det) m = Jumlah lajur pipa servis Qpsr = Debit puncak rata-rata pipa servis (l/det)
Persamaan Babbit, digunakan untuk penduduk 4000-1 juta jiwa.
Qinf = Fr . Qr + L . qinf...............................................................................................................................................................(2.31)
Kekasaran pipa, yang akan mempengaruhi aliran dalam saluran;
Kemudahan dalam konstruksi, mudah didapat di pasaran;
Tanah tempat penanaman pipa.
Material-material saluran yang disebut diatas mempunyai kekurangan dan kelebihan
tersendiri. Hal ini harus diperhatikan dalam pemilihan material saluran sehingga bisa
disesuaikan dengan situasi dan kondisi dimana saluran akan dibangun.
2.4.7 Pola Jaringan Saluran
Pola-pola jaringan sistem penyaluran air buangan itu adalah (Metcalf & Eddy, 1979):
1. Pola interceptor, digunakan untuk sistem terpisah dan tercampur dan umumnya digunakan
karena faktor curah hujan yang besar;
Gambar 2.31 Pola Interseptor
Sumber Metcalf & Eddy, 1979
2. Pola zona, digunakan untuk sistem tercampur dan diterapkan pada daerah pelayanan yang
terbagi-bagi oleh adanya sungai, dimana pipa penyebarangan/perlintasannya mahal ;
Gambar 2.32 Pola Zona
Sumber Metcalf & Eddy, 1979
3. Pola fan, digunakan untuk sistem terpisah dan pada daerah pelayanan yang terletak pada
suatu lembah;
Gambar 2.33 Pola Fan
II-31
Sumber Metcalf & Eddy, 1979
4. Pola radial, digunakan untuk sistem tercampur dan terpisah dengan pola jaringan
pengaliran dari tengah kota, menyebar ke segala arah memerlukan instalasi yang banyak,
dan cocok diterapkan pada daerah pelayanan yang berupa bukit.
Gambar 2.34 Pola Radial
Sumber Metcalf & Eddy, 1979
Pola Perpendicular (Tegak Lurus)
Pola ini dapat diterapkan untuk sistem jaringan penyaluran air buangan pada sistem
terpisah maupun tercampur, namun pada pola ini banyak diperlukan Bangunan Pengolahan
Air Buangan (BPAB).
Gambar 2.35 Pola Perpendicular
Sumber Metcalf & Eddy, 1979
Dalam penentuan pola jaringan yang akan dibuat pada suatu kota/wilayah/daerah
perencanaan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yakni:
Tipe saluran air buangan;
Luas dan jalur jalan;
Topografi, hidrologi, dan geologi;
Batas kota/wilayah/daerah perencanaan;
Lokasi pengolahan dan pembuangan.
2.4.8 Kedalaman Pemasangan Saluran
Penentuan kedalaman pemasangan berdasarkan pada kebiasaan dan pengalaman. Kedalaman
pemasangan juga berbeda untuk masing-masing jenis pipa penyaluran. Biasanya untuk pipa
II-32
persil 0,45 m, pipa servis 0,6 mm dan pipa lateral dan selanjutnya antara 1 s/d 1,2 m (Babbit,
1960).
2.4.8 Bangunan Pelengkap
Beberapa bangunan pelengkap dalam penyaluran air buangan (Babbit, 1960):
1. Manhole
Merupakan lubang pada jalur pipa yang berfungsi untuk mengontrol dan membersihkan
saluran. Manhole ditutup dan dilengkapi dengan ventilasi udara, ukurannya biasanya 80-100
cm. Manhole biasanya diletakkan pada:
Setiap perubahan diameter;
Setiap perubahan kemiringan saluran;
Setiap perubahan arah aliran (vertikal, horizontal > 22,5o);
Setiap pertemuan aliran/percabangan saluran.
Diameter manhole harus cukup untuk memasukkan pekerja dan peralatannya. Diameter juga
bervariasi ditiap kedalamannya. Data lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Diameter Manhole Pada Tiap Kedalaman Pipa
No Kedalaman (m)
Diameter Minimum (mm)
1 <0,8 0,82 0,8-2,1 13 >2,1 1,5
Sumber: Metcalf & Eddy, 1991
Kriteria manhole:
Dinding dan pondasi kedap air;
Harus tahan terhadap gaya luar;
Luas manhole harus cukup dimasuki operator;
Badan manhole dapat berupa beton, pasangan batu kali dan beton bertulang;
Bagian atap (tutup) harus fleksibel, mudah diperbaiki, kuat menahan gaya di atasnya,
mudah didapat di pasaran dan berfungsi sebagai vent.
Semakin besar diameter pipa maka jarak antar manhole nya juga semakin besar dan
sebaliknya, seperti yang terlihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Jarak Manhole Pada Jalur Lurus
Diameter (mm) Jarak Manhole100 – 500 50 – 100
500 – 1000 100 – 1251000 – 2000 125 – 150
> 2000 150 – 200Sumber : Metcalf & Eddy, 1991
II-33
2. Drop Manhole
Ada beberapa kriteria pemasangan drop manhole dalam sistem penyaluran air buangan,
yaitu:
Digunakan jika elevasi muka air riol penerima lebih rendah dan mempunyai beda
tinggi ≥ 0,45 m terhadap riol;
Riol pemasukan dibuat di luar manhole dengan sambungan Y atau T;
Digunakan untuk mencegah terjunan bebas air yang dapat merusak dasar manhole &
mengganggu operator.
Mengurangi gas H2S yang lepas.
Drop manhole digunakan apabila saluran yang dating (biasanya lateral), memasuki
manhole pada titik dengan ketinggian lebih dari 2 ft (0,6 m) di atas saluran
selanjutnya;
Drop manhole dipasang pada pertemuan saluran yang ketinggiannya tidak sama
(berbeda elevasi > 45 cm);
Tujuan dari pemakaian drop manhole adalah untuk melindungi orang yang masuk dan
menghindari splashing atau ceburan air buangan yang dapat merusak saluran akibat
penggerusan dan pelepasan H2S. Drop manhole yang sering digunakan:
- Tipe Z (pipa drop 90o)
- TipeY (pipa drop 45o)
(A) (B)
Gambar 2.36 Manhole Riol Tipikal (A) dan Drop Manhole (B) Sumber: Masduki, 2000
3. Terminal Clean Out
Berfungsi sebagai tempat memasukkan alat pembersih ke saluran pipa untuk penggelontoran.
Biasanya ditempatkan pada ujung pipa lateral dan dekat dengan hidran kebakaran.
II-34
4. Siphon
Siphon diperlukan bila saluran melewati jalan, sungai, jalan kereta api. Perlu diperhatikan:
Kehilangan energi, perlu diberikan tekanan udara;
Kemudahan dalam pemasangan dan pemeliharaan.
Kriteria perencanaan:
Diameter minimal 15 cm;
Pipa harus terisi penuh, agar air tetap mengalir;
Kecepatan minimal 1 m/det, bila tidak maka perlu disuntikkan udara;
Tidak boleh terlalu tajam belokannya;
Perencanaanya harus mempertimbangkan Qmin, Qmax dan Qrata-rata;
Pada awal atau akhir siphon dibuat manhole.
Perhitungan kehilangan tekanan dalam siphon sangat penting dalam perencanaan siphon,
sehingga diketahui perbedaan ketinggian pada awal dan akhir siphon. Cara menghitung
kehilangan tekanan siphon:
H = v 2 ( 1+ a+ b+ L/D )...................................................................................................(2.40) 2ga = 1 - 1.............................................................................................................................(2.41)
b = 1,5 ( 0,01989 + 0,0005078/D )....................................................................................(2.42)
Dimana: H = Kehilangan tekanan sepanjang siphon (m)v = Kecepatan aliran dalam siphon (m/det)g = Gravitasi (m/det2)a = Koefisien kontraksi pada mulut dan belokan pipa b = Koefisien gaya gesek antara air dan pipaL = Panjang pipa (m)D = Diameter pipa (m)
Sedangkan untuk menentukan dimensi pipa siphon:
Q = A . v = 1/4 D2. v ....................................................................................................(2.43)
Dimana: Q = Debit air buangan (m/det)A = Luas penampang pipa (m2)D = Diameter pipa (m)
5. Ventilasi Udara
Bangunan ini berfungsi untuk:
a. Mengeluarkan gas yang berbau;
b. Memasukkan udara segar ke saluran;
c. Mencegah timbulnya gas H2S sebagai proses dekomposisi zat organik dalam saluran;
d. Mengatur tekanan udara.
II-35
Ventilasi udara diperlukan jika perjalanan air buangan membutuhkan waktu > 18 jam ke
BPAB. Jarak ventilasi untuk aliran ideal/lancar:
X = v . t..............................................................................................................................(2.44)
Dimana: X = jarak ventilasi (m)v = kecepatan aliran (m/det)t = waktu tempuh (det)
6. Bangunan Penggelontor ( Flush tank)
Bangunan ini berfungsi untuk:
a. Mencegah pengendapan;
b. Mencegah pembusukan;
c. Menjamin tinggi berenang (dB) air buangan.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk air penggelontor:
a. Air harus bersih, tidak banyak mengandung lumpur, tidak bersifat asam dan basa,
tidak asin sehingga tidak menyebabkan korosi;
b. Air penggelontor tidak boleh menambah kotor saluran.
Penggelontoran dilakukan pada:
a. Pipa-pipa utama; pipa cabang, pipa induk dan pipa lateral, disebabkan kecilnya
kemiringan saluran sehingga mudah terjadi pengendapan;
b. Pipa-pipa daerah pelayanan kecil;
c. Awal manhole, permulaan pipa.
Banyaknya air yang dibutuhkan untuk penggelontoran tergantung pada:
a. Diameter saluran;
b. Kemiringan dan panjang pipa;
c. Kedalaman minimum (dmin);
d. Kedalaman berenang (dB).
Biasanya jumlah air penggelontoran 4 m3, kecepatan penggelontoran diatur sedemikian rupa
agar tidak terjadi water hammer. Ada dua sistem penggelontoran yang digunakan, yaitu:
1. Sistem kontinu
Sistem penggelontoran secara terus menerus dengan debit konstan.
Keuntungan sistem ini:
a. Tinggi berenang selalu tercapai dan kecepatan aliran dapat diatur;
b. Hanya butuh beberapa bangunan penggelontoran, pada awal pipa;
c. Terjadi pengenceran, sehingga beban pengolahan berkurang;
d. Kemungkinan aliran tersumbat kecil;
e. Pengoperasian mudah.
II-36
Kerugian sistem ini:
a. Diameter pipa yang dibutuhkan besar;
b. Penambahan beban hidrolis;
c. Tidak ekonomis, jika airnya dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum).
2. Sistem Berkala
Sistem penggelontoran yang hanya dilakukan saat debit air buangan mencapai debit
minimum (Qmin).
Keuntungan sistem ini:
a. Dapat diatur sesuai kebutuhan pada saat Qmin;
b. Qpenggelontor sesuai kebutuhan;
c. Dimensi pipa kecil;
d. Tidak menambah beban hidrolis.
Kerugian sistem ini:
a. Penyumbatan besar;
b. Estetika saluran kurang terjamin;
c. Butuh unit bangunan penggelontor sepanjang pipa sesuai kebutuhan;
Dimana: Vg = Volume air penggelontor (liter)Qg = Debit penggelontor (l/det)Vw = Kecepatan air gelontor (m/det)L = Panjang pipa yang digelontor (m)Ag = Luas penampang basah saat dg (m2)Amin = Luas penampang basah saat dmin (m2)Vmin = Kecepatan air saat Qmin (m/det) Dg = Kedalaman titik berat penampang air penggelontor = 2/5 dg dmin = Kedalaman titik berat penampang pada Qmin = 2/5 dmin
Persyaratan gelontor adalah apabila dmin dari air buangan pada pipa saluran (dmin) < tinggi
berenangnya (dB) dimana dB = dg, berkisar antara 5-10 cm.
II-37
Air yang digunakan untuk menggelontor dapat berasal dari:
1. Air Tanah
Air ini cukup bersih, tapi dalam pemanfaatannya kita butuh tenaga untuk menaikkannya,
dan butuh biaya konstruksi dan pemeliharaan;
2. Air Hujan
Air ini berasal dari sistem drainase kota dengan membuat Connection between the Sewer
and Drainage system (CSD). Sistem ini akan mengurangi tenaga manusia, murah, airnya
bersih karena menggunakan saringan. Penggunaan air ini sangat tergantung besar dan
lamanya curah hujan dan butuh pemeliharaan terhadap saringannya;
3. Air Hidran
Keuntungan menggunakan air ini, airnya bersih, tidak mengandung pasir dan padatan.
Namun biayanya besar dan kita butuh tenaga ahli untuk operasi dan pemeliharaannya;
4. Air Sungai
Keuntungan penggunaan air ini: biayanya kecil, dan kuantitasnya besar. Tapi air sungai
banyak mengandung zat padat terlarut, dan debitnya tergantung pada musim.
7. Pompa dan Rumah Pompa
Fungsi pompa dalam penyaluran air:
a. Mengangkat air dari tempat yang rendah ke yang lebih tinggi;
b. Memindahkan air buangan dari suatu zona ke zona lain;
c. Menghindari galian yang lebih dalam.
Rumah pompa dilengkapi dengan sumur pengumpul (wetwell) dengan waktu detensi 10-30
menit. Pompa yang biasa digunakan adalah pompa centrifugal non clogging yang terbagi
atas:
Axial flow
Digunakan untuk air hujan. Karakteristik pompa ini: mahal, tekanan < 9 meter dan Ns =
8000-16000 rpm
Mixed flow
Digunakan untuk air hujan dan juga air buangan. Pompa ini memiliki Ns = 4200-9000
rpm dan paling murah
Radial flow
Digunakan untuk air buangan, dan banyak yang menggunakannya karena jarak antara
impellernya jauh, sehingga memperkecil penyumbatan. Ns = 4200-6000 rpm dan harganya
sedang.
II-38
Ns adalah spesific speed yang menunjukkan efisiensi dari pompa.