Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 5 BAB II DASAR TEORI Bab ini berisikan tentang dasar teori yang diacu dari NSPM, yang berkaitan dengan perencanaan geometrik simpang sebidang tak bersinyal. Dasar Teori yang dipakai dalam penulisan tugas akhir ini, berdasarkan pada Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sebidang Jalan Perkotaan, Pedoman Teknik T-02-2002-B Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang dan literatur yang berhubungan dengan materi bahasan. Secara rinci tinjauan pustaka dan dasar teori disajikan dalam Tabel berikut ini : Tabel 2.1 Dasar Teori No Aspek Dasar Teori 1. Perencanaan Geometrik Simpang Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sebidang Jalan Perkotaan (TPPSJP) No. 01/T/BNKT/1992 Pedoman teknik T-02-2002-B perencanaan persimpangan sebidang 2002 Standar Geometri Jalan Perkotaan (ruas jalan), RSNI T-14-2004 Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 2. Dasar-Dasar Pemrograman Java Paket J2SE Tuntunan praktis pengembangan aplikasi manajemen database dengan java 2 (SE/ME/EE)
33
Embed
BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 5
BAB II
DASAR TEORI
Bab ini berisikan tentang dasar teori yang diacu dari NSPM, yang berkaitan
dengan perencanaan geometrik simpang sebidang tak bersinyal. Dasar Teori yang
dipakai dalam penulisan tugas akhir ini, berdasarkan pada Tata Cara Perencanaan
Persimpangan Sebidang Jalan Perkotaan, Pedoman Teknik T-02-2002-B
Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang dan literatur yang berhubungan
dengan materi bahasan. Secara rinci tinjauan pustaka dan dasar teori disajikan
dalam Tabel berikut ini :
Tabel 2.1 Dasar Teori
No Aspek Dasar Teori
1. Perencanaan
Geometrik
Simpang
Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sebidang Jalan
Perkotaan (TPPSJP) No. 01/T/BNKT/1992
Pedoman teknik T-02-2002-B perencanaan
persimpangan sebidang 2002
Standar Geometri Jalan Perkotaan (ruas jalan), RSNI
T-14-2004
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997
2. Dasar-Dasar
Pemrograman
Java Paket
J2SE
Tuntunan praktis pengembangan aplikasi manajemen
database dengan java 2 (SE/ME/EE)
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 6
2.1 Pedoman TPPSJP No. 01/T/BNKT/1992
Buku Pedoman versi terdahulu sebelum Pedoman teknik No.2-2002-B. Isi
dari buku ini adalah perencanaan untuk geometrik simpang sebidang dalam kota.
Materi - materi dalam buku ini dibuat secara paket dan lebih menyeluruh
dibandingkan dengan pedoman Teknik No.2-2002-B barunya.
2.2 Pedoman Teknik No.2-2002-B Perencanaan persimpangan sebidang
2002
Standar ini merupakan lanjutan dari standar Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan Perkotaan. Pedoman ini berisikan tata cara perencanaan
persimpangan sebidang. Persimpangan yang ada dalam satu tingkat atau dalam
satu luasan bidang. Berikut ini gambar yang memperlihatkan simpang tiga
sebidang.
Gambar 2.1 Simpang Tiga Sebidang
Dalam bagian pendahuluan pada Pt T-02-2002 dituliskan bahwa, buku standar
perencanaan mempunyai maksud memberikan batasan-batasan bagi perencana
dan pengawasan didalam menerapkan pada pembangunan jalan, baik untuk
pembangunan jalan baru atau peningkatan jalan. Lalu pada bagian Umum TPPJSP
1992 dituliskan, tingkat keselamatan dan efisiensi pemanfaatan sangat bergantung
pada keadaan geometris persimpangan dan cara pengendalian lalu-lintas, misalnya
: sudut persimpangan, gradient, penggunaan lahan sekitar persimpangan,
pengaturan dengan lampu lalu-lintas, pengatur arah, lokasi halte bis, pengatur
parkir dan sebagainya.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 7
Dengan memperbaiki geometris persimpangan dan pengendalian lalu-lintas
yang benar diharapkan dapat mencegah terjadinya kecelakaan dan menjamin
kelancaran lalu-lintas.
2.2.1 Persimpangan
Pada TPPJSP 1992 Persimpangan adalah pertemuan dua lengan atau
lebih sedangkan pengertian pada Pt T-02-2002 persimpangan adalah
pertemuan dua atau lebih dari lengan/ruas jalan. Pada tipenya persimpangan
dibagi menjadi 3 buah yaitu :
- Persimpangan tanpa kanalisasi dan tidak ada pelebaran
(unchannelised and unflared), yaitu persimpangan dimana tidak ada
sistem kanal. Arus lalu-lintas dapat dikendalikan dengan lampu lalu-
lintas atau rambu lalu-lintas.
Gambar 2.2 Persimpangan Tanpa Kanalisasi dan Tidak Ada
Pelebaran
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 8
- Persimpangan tanpa kanalisasi dengan pelebaran (unchannelised and
flared), yaitu persimpangan dimana kaki-kakinya ada pelebaran agar
kendaraan depan berbelok tanpa mempengaruhi pergerakan lalu-
lintas menerus dan walaupun belum diterapkan sistem kanal.
Gambar 2.3 Persimpangan Tanpa Kanalisasi Dengan Pelebaran
- Persimpangan dengan kanalisasi (Channelised), yaitu persimpangan
dimana kendaraan yang akan membelok dipisahkan oleh marka,
pulau, bangunan pengaman yang dipakai sebagai kanalisasi. ( sumber
TPPSJP 1992, Halaman 4, daftar istilah)
Gambar 2.4 Persimpangan Dengan Kanalisasi
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 9
2.2.2 Kaki persimpangan
Kaki atau lengan persimpangan merupakan bagian persimpangan yang
menjadi perpanjangan dari titik pertemuan pada persimpangan. Dalam
TPPSJP 1992 disebutkan pada dasarnya jumlah kaki persimpangan pada
suatu persimpangan sebidang tidak boleh lebih dari 4 kaki. Jalan yang baru
sebaiknya tidak dirancang untuk dihubungkan dengan suatu persimpangan
yang telah ada, walaupun persimpangan tersebut berupa persimpangan jalan
lokal. Hambatan oleh adanya titik konflik akan naik secara drastis dengan
bertambahnya jumlah kaki pada persimpangan dan menjadi persimpangan
yang berbahaya, sehingga memerlukan suatu tingkat konsentrasi yang tinggi
bagi pengendara.
2.2.3 Perancangan Geometrik Simpang
Secara garis besar perancangan geometrik dilakukan dengan
memasukan data yang dibutuhkan, mengolah data menjadi desain awal,
menyesuaikan desain dengan kondisi lahan yang digunakan, menyesuaikan
dengan arus yang dilayani, penyesuaian dengan pertimbangan lain yang
dianggap perlu. Jika desain tidak memenuhi ketentuan, maka dilakukan
proses iterasi dalam penentuan besaran dimensi desain simpang.
2.2.4 Ketentuan Umum
Dalam Pt T-02-2002 secara garis besar dituliskan aspek-aspek
ketentuan umum, ketentuan teknis dan ketentuan dalam perancangan. Dalam
ketentuan umum dituliskan desain persimpangan sebidang harus :
1) Memenuhi aspek keselamatan, kelancaran, efisien, ekonomis dan
kenyamanan;
2) Mempertimbangkan jenis kendaraan rencana;
3) Mempertimbangkan efisiensi perencanaan;
4) Mendukung hirarki fungsi dan kelas jalan dalam suatu tatanan
sistem jaringan jalan secara konsisten;
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 10
2.2.5 Ketentuan Teknis
Dalam perancangan desain simpang diperlukan ketentuan teknis.
Ketentuan yang menentukan metode pengerjaan desain simpang. Sebagai
patokan, untuk menentukan elemen simpang yang akan digunakan dan
besaran dimensinya, berdasarkan parameter yang ditentukan.
2.2.5.1 Bentuk Persimpangan
Bentuk dasar persimpangan yang dilihat dari sudut yang terbentuk.
1) Bentuk persimpangan sebidang yang disarankan seperti
diilustrasikan pada gambar berikut yang terdiri atas simpang tiga
dan simpang empat;
Sumber Pt T-02-2002-B hal.4
Gambar. 2.5 Bentuk Persimpangan
2) Semua persimpangan sebidang dimana pertemuan lengan dengan
lengan harus saling tegak lurus (⊥), toleransi sudut/∝ bisa sampai ±
20o;
Sumber Pt T-02-2002-B hal.5
Gambar. 2.6 Sudut Persimpangan
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 11
3) Untuk hal-hal dimana kondisi medan sangat sulit (karena faktor
topografi atau lahan terbatas) maka bentuk persimpangan saling
tegak lurus sulit diperoleh, maka bentuk persimpangan bisa tidak
saling tegak lurus seperti simpang tiga tidak tegak, Simpang empat
tidak tegak, simpang tiga ganda dan simpang lima.
2.2.5.2 Daerah Persimpangan
Pada daerah persimpangan, pada keadaan minimum memiliki elemen-
elemen simpang dan bagian-bagian seperti yang diperlihatkan Gambar
potongan melintang berikut :
Sumber Pt T-02-2002-B hal.8
Gambar. 2.7 Bagian-bagian Jalan
Pada kondisi simpang yang mengalami peningkatan, akan ada
penambahan beberapa elemen simpang atau pembesaran dimensi elemen
simpang (Pt T-02-2002-B Hal.8 dari 27).
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 12
2.2.6 Ketentuan Pengerjaan
Langkah-langkah pengerjaan perancangan simpang terdapat pada
ketentuan pengerjaan. Penetapan susunan daftar pekerjaan dimulai dari
pengumpulan data, pengolahan data, perancangan dan kontrol terhadap
hasil. Tahap awal dari pengerjaan dimulai dari identifikasi lokasi yang
meliputi penetapan skala pekerjaan persimpangan baru dan peningkatan
persimpangan. Setelah itu penetapan lingkup pekerjaan perencanaan
geometrik persimpangan sebidang yang meliputi 5 tahapan secara berurut,
yaitu :
1) Pengumpulan data dasar;
2) Identifikasi lokasi persimpangan;
3) Penetapan kriteria perencanaan;
4) Perencanaan geometrik;
5) Penggambaran rencana detail.
2.2.6.1 Pengumpulan Data Dasar
Pekerjaan awal setelah penetapan lingkup kerja adalah mengumpulkan
data dasar. Data dasar yang harus disiapkan untuk perencanaan
geometrik persimpangan sebidang salah satunya adalah Volume lalu
lintas, untuk masing-masing arah pergerakan. Data dasar ini akan
digunakan untuk menentukan ketetapan pada pekerjaan selanjutnya.
2.2.6.2 Identifikasi Lokasi Persimpangan
Berdasarkan data dasar yang dikumpulkan selanjutnya tetapkan :
- Kelas dan fungsi jalan;
- Titik/koordinat pertemuan trase jalan antara jalan utama dan
jalan minor;
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 13
2.2.6.3 Kriteria Perencanaan
Pada penetapan kriteria perencanaan, terdapat dua kriteria
yang dipertimbangkan, yaitu Parameter dasar dan Pertimbangan
dasar. Parameter dasar ditetapkan berdasarkan data dasar yang
mempertimbangkan volume kendaraan, kendaraan rencana dan
kecepatan rencana. Sedangkan pertimbangan dasar
dipertimbangkan sesuai dengan ketentuan umum. Dalam
merencanakan persimpangan digunakan 2 tipe kendaraan
rencana yaitu Kombinasi semi-trailer dan Bus atau truck.
Gerakan membelok pada persimpangan akan mempunyai
dampak yang besar pada kapasitas dan tingkat pelayanannya.
Dalam merencanakan lajur membelok lebih baik berdasarkan
kendaraan rencana semi-trailer. Jari-jari yang terlalu besar,
bukan hanya tidak ekonomis tetapi juga kendaraaan yang yang
membelok ke kiri akan cenderung bergerak cepat, sehinga akan
membahayakan pejalan kaki yang menyeberang. Secara umum
ketiga jenis kendaraan yang dijadikan patokan memiliki dimensi
yang digambarkan pada Gambar 2.8 :
Sumber TPPSJP 1992 hal.11
Gambar 2.8 Dimensi Kendaraan Rencana
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 14
Kendaraan kombinasi semi-trailer sering dihitung secara
terpisah karena akan mempengaruhi dalam mendesain.
Kombinasi antara kendaraan rencana dengan gerakan membelok
dalam tahap rancangan dan desain akan menentukan lebar jalur,
jari-jari lengkung dan kanal pada persimpangan. Sedangkan
pertimbangan dasar ditentukan berdasarkan Ketentuan umum Pt
T-02-2002-B Hal 4.
2.2.6.4 Perencanaan Geometrik
Setelah ditetapkan kriteria perencanaan yang harus dipenuhi,
pekerjaan selanjutnya adalah perencanaan geometrik. Dalam
perencanaan terdapat dua sub pekerjaan yaitu penetapan elemen
geometrik simpang dan analisa kinerja simpang. Jika simpang baru maka
penetapan elemen geometrik dilakukan terlebih dahulu. Jika peningkatan
simpang maka kinerja simpang yang akan ditingkatkan harus dianalisa
terlebih dahulu kinerjanya. Pada pekerjaan analisa kinerja simpang
secara garis besar meliputi :
- Pengaturan (Bersinyal atau Tak Bersinyal);
- Kapasitas;
- Volume Lalu lintas;
- Derajat kejenuhan;
- Tundaan.
Untuk detail tahapan dari pekerjaan analisa kinerja persimpangan
mengacu pada MKJI 1997. Sedangkan untuk pekerjaan penetapan
elemen geometrik simpang dan penetapan besaran elemen geometrik
simpang mengacu kepada ketentuan teknis. Beberapa ketetapan besaran
yang berkaitan dengan lebar elemen geometrik jalan terdapat pada RSNI
T-14-2004. Setelah besaran geometrik ditetapkan dan desain geometrik
sudah melewati tahap analisa kinerja simpang, maka desain tersebut
digunakan untuk desain pakai. Desain dibuatkan menjadi gambar kerja
dengan detail sesuai dengan kebutuhan.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 15
2.3 Standar Geometrik Jalan Perkotaan (ruas jalan), RSNI T-14-2004
Standar ini merupakan penyempurnaan sebagian dari Standar Perencanaan
Geometrik untuk Jalan Perkotaan (Maret 1992) yang disusun oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum dan disesuaikan dengan buku
A Policy on Geometric Design of Highways and Streets, AASHTO tahun 2001.
Dalam buku ini terdapat ketetapan untuk besaran elemen jalan.
2.3.1 Lebar jalur
Menurut RSNI-14 Lebar jalur ditentukan oleh jumlah dan lebar lajur
serta bahu jalan. Tabel 2.2 menetapkan ukuran lebar lajur dan bahu jalan
sesuai dengan kelas jalannya. Lebar jalur minimum adalah 4,5m,
memungkinkan 2 kendaraan dengan lebar maksimum 2,1m saling
berpapasan. Papasan 2 kendaraan lebar maksimum 2,5m yang terjadi
sewaktu-waktu dapat memanfaatkan bahu jalan.
Tabel 2.2 Lebar Lajur Jalan dan Bahu Jalan
Sumber RSNI-14hal.16
Pada jalan arteri, jalur kendaraan tidak bermotor disarankan dipisah
dengan jalur kendaraan bermotor. Bila banyak kendaraan lambat, jalur boleh
lebih lebar. Lebar bahu jalan sebelah dalam pada median yang diturunkan
atau datar, minimum sebesar 0,50 m.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 16
2.3.2 Jalur Pejalan Kaki
Fasilitas pejalan kaki disediakan untuk pergerakan pejalan kaki.
Semua jalan perkotaan harus dilengkapi jalur pejalan kaki di satu sisi atau di
kedua sisi. Jalur pejalan kaki harus mempertimbangkan penyandang cacat,
dan dapat berupa :
- Jalur pejalan kaki yang tidak ditinggikan, tetapi diperkeras
permukaannya;
- Trotoar;
- Penyeberangan sebidang;
- Penyeberangan tidak sebidang (jembatan penyeberangan atau
terowongan penyeberangan);
- Penyandang cacat.
Jalur pejalan kaki yang tidak ditinggikan, harus ditempatkan di
sebelah luar saluran samping. Lebar minimum jalur pejalan kaki yang tidak
ditinggikan adalah 1,5 m. Khusus untuk jalan arteri dan kolektor di
perkotaan sangat dianjurkan berupa trotoar. Lebar trotoar harus disesuaikan
dengan jumlah pejalan kaki yang menggunakannya. Lebar minimum trotoar
ditentukan sesuai Tabel 2.3
Tabel 2.3 Lebar Trotoar
Sumber RSNI-14 hal.20
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 17
2.4 Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) BAB 3
Manual Kapasitas Jalan Indonesia ini merekam hasil akhir dari fase-fase
dalam proyek MKJI, yang meliputi bab-bab yang mencakup metoda perhitungan
untuk jalan-jalan perkotaan dan juga jalan luar kota. Lebih lanjut, manual
petunjuk untuk perangkat lunak KAJI (Kapasitas Jalan Indonesia) yang
menggunakan metoda ini juga disertakan; juga disket Kaji versi 1.1. MKJI dan
manual perangkat lunak KAJI dalam bahasa Indonesia, juga telah dikirimkan
secara tersendiri.
BAB 3 MKJI ini berhubungan dengan simpang tak bersinyal berlengan 3
dan 4, yang secara formil dikendalikan oleh aturan dasar lalu-lintas Indonesia
yaitu memberi jalan pada kendaraan dari kiri.
2.4.1 Prinsip Umum
Metode dan prosedur yang diuraikan dalam manual ini mempunyai dasar
empiris. Alasannya adalah bahwa perilaku lalu-lintas pada simpang tak
bersinyal dalam hal aturan memberi jalan, disiplin lajur dan aturan antri
sangat sulit digambarkan dalam suatu model perilaku seperti model
berhenti/beri jalan yang berdasarkan pada pengambilan celah. Perilaku
pengemudi berbeda sama sekali dengan yang ditemukan di kebanyakan
negara Barat, yang menjadikan penggunaan metode manual kapasitas dari
negara Barat menjadi tidak mungkin. Hasil yang paling menentukan dari
perilaku lalu-lintas adalah bahwa rata-rata hampir dua pertiga dari seluruh
kendaraan yang datang dari jalan minor melintasi simpang dengan perilaku
"tidak menunggu celah", dan celah kritis yang kendaraan tidak memaksa
lewat adalah sangat rendah yaitu sekitar 2 detik. Metode ini memperkirakan
pengaruh terhadap kapasitas dan ukuran-ukuran terkait lainnya akibat
kondisi geometrik, lingkungan dan kebutuhan lalu-lintas.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 18
2.4.1.1 Kapasitas
Kapasitas total untuk seluruh lengan simpang adalah hasil perkalian
antara kapasitas dasar (C0) yaitu kapasitas pada kondisi tertentu (ideal)
dan faktor-faktor penyesuaian (F), dengan memperhitungkan pengaruh