Top Banner
25

BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

Mar 10, 2019

Download

Documents

doanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan
Page 2: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

6

BAB II.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Habitat Satwa Liar

Habitat adalah lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup

dan berkembang secara alami (UU No.5 Th 1990). Habitat juga merupakan

tempat sekelompok organisme (populasi) termasuk organisme lain dan juga

lingkungan abiotiknya. Menurut Alikodra (2002) habitat satwaliar adalah

kawasan yang baik abiotik maupun biotik merupakan satu kesatuan dan

dipergunakan sebagai tempat hidup dan perkembangbiakan satwa liar

tersebut. Suatu habitat merupakan hasil interaksi komponen abiotik dan

komponen biotik meliputi suhu, kelembaban, air, udara, iklim, topografi,

tanah dan ruang sedangkan komponen biotik terdiri dari vegetasi, fauna dan

manusia.

Habitat mempunyai fungsi dalam menyediakan makanan (food), air

(water), dan pelindung (cover). Jika seluruh kebutuhan hidup satwa liar

terdapat di dalam habitatnya, populasi akan tumbuh sampai terjadi

persaingan dengan populasi lainya. Pertumbuhan populasi sangat ditentukan

oleh jumlah minimum dari faktor abiotik dan biotik yang membatasi

kehidupannya. Faktor-faktor ini bervariasi sesuai dengan jenis satwa liar,

kondisi musim yang kritis, dan kondisi habitat setempat (Alikodra, 2002).

Morrison (2002) mendefinisikan habitat sebagai sumberdaya dan

kondisi yang ada di suatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu

spesies. Habitat merupakan organism-specific; ini menghubungkan

kehadiran spesies, populasi, atau individu (satwa dan tumbuhan) dengan

sebuah kawasan fisik dan karakteristik biologi. Habitat terdiri lebih dari

sekedar vegetasi; merupakan jumlah kebutuhan sumberdaya khusus suatu

spesies.

Page 3: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

7

Genus Presbytis mempunyai rentang vertikal habitat yang luas dari

permukaan laut daerah tropis sampai garis salju di pegunungan tinggi

(Walker, 1954). Genus ini dapat ditemukan pada altitude yang tinggi di

Himalaya (3.659 m dpl), pada zona kering di India dan Ceylon, di hutan

hujan India-cina, dan diantara pasang surut rawa mangrove di Malaya dan

Borneo (Napier and Napier, 1967). Menurut Supriatna dan Wahyono (2000)

habitat asli rekrekan (Presbytis fredericae) adalah hutan tropic atau

pegunungan mulai dari ketinggian 350 hingga 1.500 m dpl.

Satwa liar dapat menempati tipe habitat yang beranekaragam, baik

hutan maupun bukan hutan. Satwa liar menempati habitat sesuai dengan

lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya (Alikodra,

1990). Sedangkan menurut Bailey (1984) tipe-tipe habitat yang diperlukan

oleh suatu satwa biasanya diidentifikasi dengan mengamati berbagai

fungsinya misalnya untuk makan (freding), bertelur, atau bersarang

(nesting). Tipe vegetasi dapat dikatakan sebagai manifestasi dari karakter

habitat karena umumnya syarat-syarat hidup suatu jenis satwa selalu

melibatkan aspek vegetasi (Dasman, 1981)

Satwa liar tidak mengunakan seluruh kawasan hutan yang ada sebagai

habitatnya tetapi hanya menempati beberapa bagian secara selektif. Seleksi

habitat merupakan suatu hal yang penting bagi satwa liar karena mereka

dapat bergerak secara mudah dari suatu habitat lainya untuk mendapatkan

makanan, air reproduksi atau menempati tempat baru yang menguntungkan.

Pemilihan habitat oleh satwa liar dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu

ketersediaan mangsa (pakan), mengindari pesaing dan menghindari predator

(Moris, 1987).

Menurut Fitria (2012) distribusi primata dipengaruhi oleh karakteristik

habitat. Salah satu karakteristik habitat yang sangat penting bagi kehidupan

primata seperti rekrekan adalah penutupan lahan. Hasil penelitian

penggunaan habitat rekrekan di Gunung Slamet menunjukan bahwa

rekrekan yang ada di Gunung Slamet lebih banyak ditemukan di lereng

bagian selatan, dimana didaerah ini merupakan habitat yang didominasi oleh

Page 4: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

8

hutan primer dan sekunder. Ini berarti bahwa pemilihan habitat oleh

rekrekan lebih mengarah pada karakter penutupan lahan (kanopi vegetasi)

dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. Satwa memilih habitat

melalui sebuah proses hirarki keruangan (Johnson, 1980; Hutto,1985)

Djuwantoko (1986) mengartikan habitat adalah sebagai tempat hidup

populasi satwa liar untuk berkembang biak dengan optimal. Habitat ideal

bagi satwa adalah yang mencakup kebutuhan biologis dan ekologis satwa

bersangkutan. Artinya, habitat satwa dapat memenuhi kebutuhan biologis

satwa (makan, minum, berlindung, bermain, berkembang biak) dan dapat

memenuhi kebutuhan fungsi ekologis dalam ekosistem.

Secara sederhana habitat satwa liar sering diartikan sebagai tipe

vegetasi disebabkan karena umumnya syarat-syarat hidup suatu jenis satwa

liar selalu melibatkan aspek vegetasi. Fachrul (2007), mendefinisikan

vegetasi sebagai masyarakat tumbuhan yang terbentuk oleh berbagai

populasi jenis tumbuhan yang terdapat di dalam suatu wilayah ekosistem

serta memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu.

Vegetasi merupakan kumpulan individu-individu tumbuhan yang

membentuk suatu kesatuan yang saling bergantung satu sama lain (Mueller-

Dombois dan Ellenberg, 1974). Kedudukan vegetasi bagi satwa liar sangat

penting, baik satwa yang hidup di savana, tundra, hutan, maupun daerah-

daerah basah (wetlands) di seluruh bagian dunia. Hal ini berkaitan dengan

fungsi vegetasi yang sangat berperan dalam penyediaan kebutuhan satwa

terhadap pakan, perlindungan, air dan lingkungan tempat tinggal. Beberapa

jenis satwa sangat tergantung kepada vegetasi sepanjang hidupnya dan

beberapa jenis lainnya hanya membutuhkan vegetasi sebagai sumber pakan

dan cover. Istilah vegetasi dapat berarti satu pohon, satu jenis di suatu

tempat tertentu atau gabungan beberapa tumbuhan atau jenis di suatu

bentang lahan

Page 5: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

9

2. Taksonomi Rekrekan

Taksonomi Rekrekan (Presbytis fredericae) berdasarkan data IUCN

(2012), adalah sebagai berikut:

Klas : Mamalia

Ordo : Primata

Sub ordo : Antropoidae

Famili : Cercopithecoidae

Sub famili : Colobinae

Genus : Prebytis

Spesies : Prebytis fredericae

Menurut Supriatna (2008), menyatakan bahwa berdasarkan pertemuan

IUCN pada bulan Maret tahun 2000 di Florida, para ahli primata dunia

mencatat jumlah dan jenis primata dunia yang mengalami penambahan.

Penambahan terjadi karena adanya penemuan jenis baru atau revisi jenis-

jenis yang sudah ada. Seperti pemisahan Kukang menjadi dua jenis,

Nycticebus caucang (ditemukan di Sumatera) dan Nycticebus javanicus

(ditemukan di Jawa), kemudian Orangutan juga menjadi dua jenis,

Orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan Orangutan Kalimantan (Pongo

pygmaeus). Pada jenis lutung terjadi perubahan nama dari Lutung Hitam

(Presbytis cristatus) menjadi (Trachipithecus villous), serta peningkatan

dari sub-species menjadi spesies, seperti terjadi pada Rekrekan (Presbytis

fredericae) yang hanya ditemukan di Jawa Tengah, yang sebelumnya

merupakan sub-species (Presbytis comata fredericae)

3. Morfologi

Prebytis fredericae adalah monyet yang berukuran antara 42-61cm

dengan kepala bulat, hidung pesek, dan perut besar. Ekor umumnya lebih

panjang dari pada tubuhnya. Monyet ini memiliki tungkai kecil dan

ramping serta ekor lebih panjang dari ukuran kepala sampai badannya,

memiliki ketebalan ekor seragam dari pangkal hingga ujung, rambut yang

Page 6: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

10

menutupi tubuhnya cukup panjang dan tebal, rambut di kepala membentuk

jambul dan berujung runcing, alis meremang kaku mengarah ke depan

(Napier dan Napier, 1967).

Ciri khas dari Rekrekan (Presbytis fredericae) adalah warna rambut

yang kelabu kecokelatan, sedang bagian perut (ventral) mulai dari dagu,

bagian dalam tangan, kaki hingga ekor berwarna putih keabu-abuan.

Panjang tubuh dari ujung hingga tungging antara 42-61 cm dengan panjang

ekor antara 43-68 cm. Berat tubuh rekrekan dewasa 5-7 kg (Supriatna dan

Wahyono, 2000).

4. Perilaku Rekrekan

Sukarsono (2009) menyatakan secara umum hewan akan membentuk

kelompok sosial di alam liar. Pada hewan-hewan yang hidup berkelompok

atau bergerombol akan membentuk kelompok yang terorganisir dengan erat

dan akan saling mengikuti. Berkelompok akan memberi keuntungan

bersama maupun individu, diantaranya efisiensi energi, perlindungan, dan

keberlangsungan reproduksi.

Sebaran geografi rekrekan (Presbytis fredericae) yang merupakan

satwa endemik Jawa Tengah, ditemukan di sekitar Gunung Slamet dan

pegunungan sekitarnya, seperti: Gunung Cupu, Gunung Merbabu, Gunung

Sindoro dan Gunung Sumbing. Pada saat menjelajah kelompok rekrekan

bergerak bersama-sama dengan jantan kadang-kadang berada di belakang.

Daerah jelajah harian Rekrekan (Presbytis fredericae) antara 750-1.500 m.

Dalam satu kelompok biasa dijumpai 3-8 ekor yang terdiri dari jantan dan

beberapa betina, serta lutung muda dalam asuhan induknya (Supriatna dan

Wahyono, 2000). Hasil penelitian di Gunung Slamet menujukan bahwa

jumlah individu dalam setiap kelompok rekrekan Gunung Slamet antara 3 –

11 individu yang terdiri dari satu jantan dan beberapa betina serta anaknya

(Fitria, 2012).

Alikodra (2002), mendefinisikan perilaku sebagai kebiasaan-

kebiasaan satwa liar dalam aktivitas hidupnya, seperti sifat berkelompok,

Page 7: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

11

waktu aktif, wilayah pergerakkan, cara mencari makan, cara membuat

sarang, hubungan sosial, tingkah laku bersuara, interaksi dengan jenis lain,

cara kawin, dan melahirkan anak. Satwa liar mempunyai berbagai perilaku

fisiologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Untuk

mempertahankan kehidupannya, mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang

agresif, melakukan persaingan dan kerja sama untuk mendapatkan makanan,

pelindung, pasangan untuk kawin, reproduksi, dan sebagainya. Pada satwa

liar dikenal adanya perilaku makan/ingestif, perilaku membuang

kotoran/eliminatif, perilaku seksual, perilaku pemeliharaan anak/epimelitik,

perilaku menentang/agonistik, perilaku meniru/alelomimetik, perilaku

mencari perlindungan, dan perilaku memeriksa. Perilaku dapat juga

diartikan sebagai gerak-gerik organisme sehingga perilaku merupakan gerak

atau perubahan, dari bergerak ke tidak bergerak sama sekali, atau diam.

5. Aktivitas Harian Rekrekan

Dilihat dari cara bergeraknya, Rekrekan (Presbytis fredericae)

termasuk ke dalam “Old world Brachiating Type”, yaitu satwa yang

bergerak dengan menggunakan keempat anggota badan untuk berjalan

(quadrapedal), dan cara pergerakannya ada beberapa macam :

a. Brachiating (berjalan); bergerak dari cabang pohon ke cabang pohon

lain dengan menggunakan keempat anggota badannya.

b. Leaping (melompat); pergerakan dengan cara melonpat dari satu cabang

pohon ke cabang pohon lain.

c. Arm swingging (menggantung); pergerakan dengan menggantung dan

berayun dari satu cabang ke cabang pohon lainnya, baik menggunakan

satu tangan atau dua tangan.

d. Climbing (memanjat); gerakan memanjat secara kontinyu, biasanya

berupa gerakan vertikal dengan menggunakan tangan untuk menarik

tubuhnya ke atas, sedangkan kedua kakinya digunakan untuk

mendorong.

Page 8: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

12

Aktivitas harian Rekrekan (Presbytis fredericae) pada saat bergerak

pada dahan yang besar mereka menggunakan keempat anggota tubuhnya

(quadropedal). Namun, pada saat pindah pohon mereka sering meloncat

untuk mencapai dahan atau pohon didepannya. Seperti jenis lutung pada

umumnya, Rekrekan bersifat arboreal atau menghabiskan sebagian

waktunya di pohon, dan aktif pada siang hari atau diurnal (Supriatna dan

Wahyono, 2000).

6. Status Konservasi

Status konservasi Rekrekan (Presbytis fredericae) dalam CITES

(Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna

and Flora) sudah masuk dalam Appendix II, yaitu jenis satwa liar yang

perdagangannya diatur dan dipantau secara ketat. Sedangkan menurut IUCN

satwa ini dimasukkan dalam kategori genting (endangered), yaitu jenis

satwa liar dengan resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam dalam waktu

dekat, dan beresiko menjadi kritis. Jenis ini semula dianggap sebagai anak

jenis Presbytis comata atau surili, maka Rekrekan (Presbytis fredericae)

sebenarnya sudah dilindungi sejak surat keputusan perlindungan Surili

(Ptresbytis comata) dikeluarkan. Surat keputusan perlindungan tersebut

antara lain:

a. Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 5 April 1979, Nomor

247/Kpts/Um/1979 tentang Jenis-jenis Satwa Liar yang Dilindungi;

b. Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 5 Desember 1979, Nomor

757/Kpts/Um/12/1979 tentang Penetapan Tambahan Jenis-jenis Satwa

Liar yang Dilindungi;

c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

d. Surat Keputusan Menteri Kehutanan tanggal 10 Juni 1991, Nomor

301/Kpts/II/1991 tentang Inventarisasi Satwa Liar yang Dilindungi

Undang-Undang;

Page 9: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

13

e. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan

Tumbuhan dan Satwa.

f. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi

Alam No. 132/IV-KKH/2011 tentang penetapan Empat Belas Spesies

terancam punah yang dijadikan Spesiae Prioritas Utama untuk

peningkatan populasi 3 % pada tahun 2010 – 2014.

7. Taman Nasional Gunung Merbabu

Taman Nasional Gunung Merbabu ditunjuk berdasarkan Keputusan

Menteri Kehutanan No : 135/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004 tentang

Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung dan Taman Wisata Alam pada

Kelompok Hutan Gunung Merbabu seluas ± 5.725 Ha. Secara geografis

terletak pada koordinat 1100

26' 22" BT dan 70

27' 13" LS. Secara

administrasi, kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu terletak di 3 (tiga)

kabupaten, yaitu Kabupaten Boyolali seluas 2.415 ha (sisi Selatan dan

Timur), Kabupaten Semarang seluas 1.150 ha (sisi Utara) dan Kabupaten

Magelang seluas 2.160 ha (sisi Barat), (Rencana Strategis TNGMb, 2012)

Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb) secara definitif

ditetapkan sebagai UPT Departemen Kehutanan berdasarkan Peraturan

Menteri Kehutanan Nomor P.29/Menhut-II/2006 tanggal 2 Juni 2006

tentang perubahan atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6186/Kpts-

II/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional. Wilayah

Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merbabu terdiri dari 2 (dua) seksi

pengelolaan, yaitu : Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I

Kopeng di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dan Seksi Pengelolaan

Taman Nasional Wilayah II Krogowanan di Kecamatan Sawangan

Kabupaten Magelang.

Berdasarkan Keputusan Kepala Balai TNGMb nomor

SK.114/BTNGMb/2012 tanggal 27 Desember 2012 tentang Penunjukan dan

Resort pada Balai Taman Nasional Gunung Merbabu, maka SPTN Wilayah

I Kopeng terdiri dari 2 Resort (Resort Semuncar dan Resort Kalipasang)

Page 10: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

14

yang secara administrasi berada dalam wilayah Kabupaten Boyolali dan

Kabupaten Semarang sedangkan SPTN Wilayah II Krogowanan terdiri dari

2 Resort (Resort Wonolelo dan Resort Wekas) yang secara administrasi

berada di Kabupaten Boyolali dan Magelang. Kawasan Taman Nasional

Gunung Merbabu berbatasan dengan 37 Desa dalam 7 Kecamatan yang

berada di 3 Kabupaten tersebut

Tabel 1. Nama Kabupaten, Kecamatan, dan Desa yang Berbatasan

Langsung dengan Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu

No Kabupaten Kecamatan Desa Keterangan

1 2 3 4 5

1 Magelang Sawangan Wonolelo Wulunggunung Banyuroto Pakis Ketundan Kaponan Kenalan Gondangsari Jambewangi Muneng Munengwarangan Daleman Kidul Petung Banyusidi Pakis Kragilan Pogalan Ngablak Genikan Jogonayan Tejosari Candimulyo Surodadi

2 Boyolali Ampel Njlarem

Ngadirojo

Sampetan

Ngargoloko

Candisari

Ngagrong

Selo Jeruk

Senden

Tarubatang

Selo

Samiran

Lencoh

Page 11: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

15

Jrakah

3 Semarang Getasan Kopeng

Jetak

Batur Enclave

Tajuk Enclave

Sumber: Statistik Balai Taman Nasional Gunung Merbabu, 2012

a. Keadaan Fisik dan Biologi

1) Keadaan Fisik

Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu terletak pada

ketinggian ± 600 – 3.142 mdpl dengan topografi sebagian besar

merupakan daerah strato (pegunungan). Bentuk lapangan berbukit-bukit

sampai bergunung-gunung dengan jurang dan tebing curam mulai

kemiringan 30° hingga 80°. Gunung Merbabu memiliki bentuk lahan

lereng atas bebatuan lepas-lepas (piroklastik) yang tidak terkikis kuat.

Dari segi potensi hidrogeologis, bentuk lahan ini lebih mampu

menyimpan air karena didasari oleh aliran lava dan pecahan batuan lava

yang menjadi media masuknya air hujan ke dalam tanah, dengan

demikian banyak dijumpai sumber-sumber air yang mampu memenuhi

ketersediaan air hingga musim kemarau. Daerah ini khususnya terbentuk

pada lereng bagian Utara dan Barat.

Pada sebagian lereng yang lain, yaitu lereng Selatan dan Timur,

bentuk lahan piroklastik terbentuk sebagai akibat lelehan lava. Wilayah

ini adalah daerah bayangan hujan (leeward side), sehingga tidak

mempunyai tenaga potensial untuk mengangkut materi vulkanik kecuali

terbawa banjir yang dapat terjadi pada waktu tertentu. Sebagai akibatnya

daerah ini secara hidrogeologis kurang mampu menyimpan air,

Karenanya sumber-sumber air yang ada hanya memiliki debit yang kecil.

Gunung Merbabu tergolong gunung api tua yang sudah tidak aktif

lagi. Gunung ini berada pada ketinggian + 3.142 m dpl. Gunung Merbabu

mempunyai 7 (tujuh) puncak, yaitu Puncak Pertapaan, Puncak Watutulis,

Page 12: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

16

Puncak Gegersapi, Puncak Syarif, Puncak Ondorente, Puncak Kenteng

Songo dan Puncak Trianggulasi. Puncak-puncak Gunung Merbabu dapat

dicapai melalui jalur pendakian yaitu melalui Dusun Kedakan Desa

Kenalan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, Dusun Genting Desa

Tarubatang Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, Dusun Tekelan Desa

Batur dan Dusun Cuntel Desa Kopeng Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang ( BTNGMb, 2013)

2) Keadaan Biologi

Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki 3 (tiga) tipe

ekosistem (Van Steenis, 2006), yaitu :

a) Ekosistem hutan hujan tropis musim pegunungan rendah (1.000 –

1.500 mdpl); sebagian besar terdiri dari jenis tanaman Pinus (Pinus

merkusii) dan Puspa (Schima noronhae), yang merupakan hutan

sekunder. Jenis tanaman Pinus (Pinus merkusii) yang mendominasi

pada tipe ekosisitem ini, merupakan vegetasi yang ditanam oleh

Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, pada saat masih berstatus

hutan lindung.

b) Ekosistem hutan hujan tropis musim pegunungan tinggi (1.500 -

2.400 mdpl); ditumbuhi Dempul (Glochidion sp.), Jurang

(Villebrunea rubescens), Lotrok (Nauclea obtuse), Luwing (Ficus

hispida), Akasia (Acacia decurens), Puspa (Schima noronhae),

Kemlandingan gunung (Albizia montana), Sowo (Engelhardia

serrata), Tanganan (Schefflera elliptica) dan Pasang (Quercus

spicata).

c) Ekosistem hutan tropis musim sub-alpin (2.400 – 3.142 mdpl);

terletak pada puncak Gunung Merbabu yang ditumbuhi rumput,

Edelweis (Anaphalis javanica), dan Cantigi (Vaccinium

varingivolium).

Page 13: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

17

Potensi flora maupun fauna di Taman Nasional Gunung Merbabu

antara lain potensi flora adalah Akasia dekuren (Acacia decurrens),

Cantigi (Dodonea viscose), Dempul (Glochihidion sp.), Kemlandingan

gunung (Albizzia montana), Kebeg (Ficus fulva), Kersenan (Trema

orientale), Krangeyan (Litsea cubeba), Krembik/Waru gunung (Hibiscus

macrophyllus), Lotrok (Neuclea obtuse), Lowa (Ficus glomerata),

Luwing (Hibiscus hispida), Pasang (Quercus spicata), Picis (Nauclea

lanceolata), Puspa (Schima noronhae), Rukem (Flocourtia inermis),

Serut (Streblus asper), Sowo (Engelhardia serrata), Tanganan, Tengsek,

Umbel-umbelan (Aleuritis fordii), Wilodo (Ficus fistula), Wuru (Litsea

sp.), Bintami (Podocarpus sp.), Kina (Chincona spec.), Beringin (Ficus

sp), Pampung dan Cemara Gunung.

Sedangkan Fauna yang dapat dijumpai di kawasan Taman Nasinal

Gunung Merbabu antara lain Lutung hitam (Tracypithecus auratus),

Rekrekan/Lutung kelabu (Presbytis fredericae), Kera ekor panjang

(Macaca fascicularis), Kijang (Muntiacus muntjak), Musang (Herpates

javanica), Landak (Histrix sp.) dan Luwak (Paradoxurus

hermaproditus). Untuk jenis burung/aves terdapat 53 spesies, antara lain

Elang hitam (Ictinaetus malayensis), Alap-alap sapi (Falco moluccensis),

Kipasan ekor merah (Rhipidura phoenicura), Cekakak jawa (Nalcyon

cyannoventris), Takur bututut (Megalaima corvina), Tepus leher putih

(Stachyris thoracica), Ciung air jawa (Macronous flavicollis), Walet

linchi (Collocalia linchi), Kacamata gunung (Zosterops montanus), Ceret

gunung (Cettia vulcania), Anis gunung (Turdus poliocephalus) dan lain

lain.

b. Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu

ditempuh dari beberapa kota di Jawa Tengah dengan rute antara lain

sebagai berikut :

Page 14: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

18

1) Solo/Surakarta – Boyolali – Selo – Kawasan Taman Nasional

Gunung Merbabu dengan jarak tempuh + 65 km dengan

menggunakan roda 4 dapat ditempuh dalam jangka waktu + 1 jam

30 menit.

2) Semarang – Salatiga – Kopeng – Kawasan Taman Nasional

Gunung Merbabu dengan jarak tempuh + 70 km dengan

menggunakan roda 4 dapat ditempuh dalam jangka waktu + 2 jam.

3) Jogyakarta – Magelang – Ketep – Kawasan Taman Nasional

Gunung Merbabu dengan jarak tempuh + 80 km dengan

menggunakan roda 4 dapat ditempuh dalam jangka waktu + 2 jam

(Rencana Strategis BTNGMb Tahun 2010-2014)

c. Iklim

Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan Gunung

Merbabu mempunyai iklim tipe B dengan nilai Q = 31,42 % dengan curah

hujan berkisar antara 2.000 – 3.000 mm/tahun dan suhu sepanjang tahun

berkisar antara 17 ° – 30 °C.

d. Hidrologi

Gunung Merbabu merupakan kawasan pengatur tata air daerah di

bawahnya. Pada kawasan yang termasuk wilayah Kabupaten Boyolali

terdapat beberapa sungai yang mengalir diantaranya Kali Babrik, Kali

Tanggi, Kali Soko, Kali Rejoso, Kali Jarak dan Kali Batang. Beberapa

sumber mata air yang muncul dimanfaatkan sebagai sumber air bagi

masyarakat disekitarnya seperti Tuk Sipendok, Tuk Muncar, Tuk Buyaran,

Tuk Sampetan, Tuk Grenjeng (Kecamatan Ampel), Tuk Babon, Tuk

Gentong, Tuk Talangan (Kecamatan Selo). Dari beberapa mata air tersebut,

Tuk Sipendok mempunyai debit air yang paling besar, yaitu ± 30 liter/detik.

Sedangkan pada kawasan yang termasuk wilayah Kabupaten

Magelang beberapa sungai yang mengalir diantaranya Kali Sendoyo, Kali

Candiroto, Kali Kediran, Kali Mangu, Kali Grenjengan dan Kali Marong.

Page 15: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

19

Beberapa mata air yang muncul di beberapa lokasi kawasan gunung

dimanfaatkan sebagai sumber air bagi masyarakat setempat, seperti Tuk

Abang yang dimanfaatkan oleh penduduk Dusun Candran dan Desa

Wonolelo, Umbul Nglempong Sikendi dan Umbul Kukusan yang

dimanfaatkan oleh Penduduk Dusun Kenalan dan Dusun Kewiran.

Kondisi hidrologi Gunung Merbabu dipengaruhi oleh aspek geofisik

permukaan. Dari sifat morfologi, lereng Gunung Merbabu ke arah wilayah

Boyolali didominasi oleh batuan lava, sedang ke arah wilayah Magelang

lebih didominasi oleh batuan bermateri piroklasik. Ditinjau dari aspek cuaca

dan iklim wilayah Boyolali merupakan daerah bayangan hujan (leeward

side) sedang wilayah Magelang merupakan wilayah hujan (windward side).

Sebagai konsekuensinya ditinjau dari aspek hidrogeologi Gunung Merbabu

memiliki potensi hidrologi yang cukup mencolok. Ketersediaan air di

wilayah Magelang lebih permanen daripada daerah Boyolali. Kondisi sungai

yang mengalir ke arah lereng Barat lebih permanen daripada ke arah lereng

Timur. Banyak mata air dijumpai di lereng Barat mulai dari mata air

Sobleman yang menjadi hulu Sungai Bulak dan Sungai Gendil. Mata air

Kecitran mengalir ke Kali Mangu dan yang cukup besar mata air Ketundan

yang mengalir ke Sungai Soti.

Kondisi yang menarik ditinjau dari aspek hidrologi adalah pada

peralihan lereng Timur dan lereng Selatan. Di daerah peralihan ini

ditemukan fenomena peralihan kondisi basah dan kering. Batas wilayah

kering yang tegas di wilayah Desa Ngagrong dan kondisi basah dijumpai di

wilayah Desa Selo.

e. Topografi

Sesuai dengan klasifikasi kelerengan lahan (SK Menteri Pertanian

Nomor 837/Um/11/1980) dan analisis peta kemiringan lereng (Satyatama,

2008), diperoleh bahwa sebagian besar kawasan Taman Nasional Gunung

Merbabu memiliki kemiringan lereng kelas II (8 – 15 %) atau landai. Secara

keruangan untuk kemiringan lereng kelas II tersebar hampir merata di

Page 16: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

20

sekeliling lereng Gunung Merbabu mulai dari lahan kawasan hutan hingga

lahan milik. Kemiringan lereng kelas II terdapat di wilayah Desa

Gondangsari dan Tejosari, sebagian lagi tersebar di wilayah Desa Banyuroto

dan Candisari.

Kemiringan lereng kelas III (16 – 25 %) atau agak curam sebagian

besar tersebar di wilayah Kecamatan Ampel di lereng Gunung Merbabu

bagian Timur dan di wilayah Kecamatan Pakis di lereng Gunung Merbabu

bagian Barat. Kemiringan lereng kelas IV (26 – 40%) dengan klasifikasi

curam berada diantara kemiringan lereng kelas III, seperti yang terjadi di

wilayah Desa Candisari, Boyolali dan wilayah Ketundan, Pakis, Magelang.

Sedangkan lereng Kelas V (>40%) atau sangat curam hanya terdapat pada

puncak atau igir (ring wall) Gunung Merbabu yang seolah-olah mengelilingi

puncaknya.

f. Geologi dan Tanah

Gunung Merbabu tidak mempunyai kawah aktif karena tergolong

gunung api tua. Puncak Merbabu berupa dataran tinggi yang lebar,

merupakan deretan beberapa puncak yang tersebar secara terpisah. Karena

jumlah puncak yang tergolong banyak, sebagian pendaki kemudian

menjuluki Gunung Merbabu sebagai The Seven Summit in Central of java.

Gunung Merbabu terbentuk oleh proses-proses yang berasal dari aktivitas

gunung api (vulkanik), sehingga bentuk lahannya secara umum adalah

bentuk lahan vulkan. Materi yang dilepaskan oleh gunung berapi dapat

berupa material lepas atau juga berupa lelehan lava. Endapan material yang

dilepaskan oleh letusan gunung api tersebut membentuk karakteristik

permukaan bumi yang khas, sehingga berpengaruh juga pada sifat

permukaan bumi tersebut. Begitu juga pada Gunung Merbabu yang pernah

meletus pada tahun 1560 dan 1797, menghasilkan endapan yang berasal dari

material lepas dan material lelehan lava. Proses pengikisan yang

berlangsung pada gunung ini mulai dari terkikis kuat hingga terkikis sedang.

Page 17: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

21

Proses pengikisan yang terkuat terletak pada bagian lereng gunung

sebelah Selatan hingga Barat Daya, yaitu mulai dari Desa Lencoh, Jrakah

hingga Wonolelo dan tersebar pada wilayah lereng atas. Proses erosi yang

kuat ditandai oleh banyaknya lereng terjal dan igir-igir yang lancip serta

lembah yang curam. Pada bagian Barat dari Gunung Merbabu ini, proses

erosi bersifat sedang hingga kuat, baik pada lereng atas maupun pada lereng

tengah. Material yang terdapat pada bagian ini merupakan material

piroklastik. Kondisi semacam ini banyak terdapat pada lereng atas di Desa

Kenalan dan Desa Pogalan yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Pakis.

Karakteristik erosi ditandai oleh adanya fenomena igir-igir yang agak

tajam, tetapi tidak setajam pada bagian yang tererosi kuat.

Pada bagian Utara dan bagian Tenggara, didominasi oleh material

bekas lelehan lava (lava flow). Hal ini ditandai dengan bentuk permukaan

yang bergelombang dan banyak ditemui singkapan batuan. Pada kedua

daerah ini, proses erosi bersifat sedang dan ditandai oleh bentuk igir-igir

yang tidak terlalu tajam dan pola alirannya tidak begitu rapat. Hal ini

disebabkan karena material endapan lelehan lava lebih resisten daripada

material endapan piroklastik. Bentukan proses ini tersebar mulai dari lereng

atas hingga lereng tengah. Sebelah Utara terletak pada daerah sekitar

Kopeng dan sebelah Tenggara pada daerah sekitar Selo.

Bagian Timur Laut hingga Timur lereng Gunung Merbabu,

didominasi oleh proses erosi tingkat sedang dengan material endapan

piroklastik, menyerupai lereng atas, mapun pada lereng tengah sepeti yang

terletak di daerah Ngadirejo – Candisari Kecamatan Ampel. Proses erosi

sedang ditandai oleh pola aliran yang tidak terlalu rapat dan igirnya juga

tidak terlalu tajam.

g. Tata Guna Lahan

Pada umumnya daerah pengunungan didominasi oleh semak belukar,

terutama mulai dari lereng tengah hingga lereng atas. Begitu juga pada

Gunung Merbabu, sebaran semak belukar terdapat pada lereng tengah

Page 18: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

22

hingga lereng atas. Pada wilayah lereng tengah, perbandingan antara

penggunaan lahan kebun campur/perkebunan dan semak belukar cukup

imbang dan di beberapa tempat di Sawangan dan Selo juga ditemui sebaran

rumput dan lahan kosong. Aktivitas manusia banyak terdapat pada lereng

bawah, yang ditandai dengan adanya tegalan di lereng Timur Laut hingga

Selatan dan sawah mulai dari lereng Utara hingga lereng Barat Daya.

Tanaman tegalan yang terdapat pada lereng Gunung Merbabu merupakan

jenis sayur mayur dan buah. Sayur-sayuran dan buah-buahan tersebut

didistribusikan ke kota-kota sekitar Jawa Tengah, seperti Yogjakarta,

Surakarta dan Semarang. Kondisi alam demikian, memang sangat cocok

untuk pertanian tersebut, sehingga sebagian besar masyarakatnya hidup dari

hasil bercocok tanam komoditas ini.

Bentuk penggunaan lahan di lereng Gunung Merbabu secara dominan

dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: (1) di lereng Barat

merupakan daerah basah, banyak mata air dan sungai permanen, seperti

yang terjadi mulai dari unit geoekologi Denokan – Jrakah, Sobleman –

Kecritan, Damar–Ngablak, dan Kopeng–Ngaduman. Pada lahan milik

banyak dijumpai sawah irigasi, sedang pada kawasan hutan berupa tegakan

Pinus rapat cukup luas dan pada lereng atas dan puncaknya berupa belukar

rapat, (2) di lereng bagian Timur yang merupakan daerah bayangan hujan,

mata air kecil hingga hampir tidak ada, sungai tidak permanen bahkan

sering terjadi banjir, seperti yang terjadi pada unit geoekologi Sidorejo–

Ngargoloka dan Ngagrong– Selowangan. Pada bagian ini lahan milik

didominasi tanaman tembakau dan jagung, sedang pada kawasan hutan

ditumbuhi tegakan Pinus jarang tidak begitu luas, dan pada lereng atas

hingga puncak berupa semak belukar jarang.

Kondisi topografi berbukit dan bergunung membuat masyarakat

beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar lahan kering

digunakan masyarakat untuk berladang (tegal/kebun) dengan berbagai jenis

tanaman sayur, buah serta tanaman perkebunan.

Page 19: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

23

Gambar 1. Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb)

Page 20: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

24

8. Posisi Penelitian dalam Bidang Lingkungan Hidup

Dalam konteks Ilmu Lingkungan Hidup, penelitian mengenai

pengelolaan Taman Nasional Gunung Merbabu sebagai upaya Konservasi

Rekrekan (Presbytis fredericae) adalah merupakan upaya melestarikan

nilai-nilai penting yang terkandung di kawasan Taman Nasional Gunung

Merbabu meliputi potensi keanekaragaman hayati, perlindungan fungsi

hidro-orologi, dan potensi pariwisata alam. Kekayaan sumberdaya alam

hayati yang dimiliki kawasan TNGMb cukup beragam dengan nilai

konservasi tinggi (high value conservation). Rekrekan (Presbytis

fredericae) merupakan salah satu jenis primata endemik Provinsi Jawa

Tengah yang hanya dapat dijumpai pada beberapa kawasan saja, seperti

Gunung Slamet, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.

Spesies ini yang pada awalnya diklasifikasikan sebagai anak jenis dari Surili

(Presbytis comata) ini dikategorikan International Union for the

Conservation of Nature (IUCN) dalam status genting (endangered)

sehingga perlu upaya-upaya konservasi untuk pelestariannya.

Sesuai dengan azas-azas pengetahuan lingkungan penelitian ini

termasuk dalam azas-azas lingkungan antara lain :

a. Azas keempat yaitu untuk semua kategori sumber daya alam, kalau

pengadaannya sudah mencapai optimum, pengaruh unit pengadaannya

sering menurun dengan penambahan sumber alam sampai ke suatu

tingkat maksimum

b. Azas ketujuh yaitu kemantapan keanekaragaman suatu komunitas

lebih tinggi dialam lingkungan yang “mudah diramal”

c. Azas ketiga belas yaitu lingkungan secara fisik mantap (dewasa)

memungkinkan terjadinya keanekaragaman biologi dalam ekosistem

yang mantap (dewasa), yang kemudian dapat menggalagkan

kemantapan populasi

Page 21: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

25

d. Azas keempat belas (Derajat pola keteraturan naik turunnya populasi

bergantung pada jumlah keturunan dalam sejarah populasi

sebelumnya yang nantinya akan mempengaruhi populasi itu.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang terkait dengan rekrekan sudah pernah dilakukan

sebelumnya antara lain : populasi dan distribusi rekrekan di lereng selatan

Gunung Slamet Jawa Tengah oleh Setiawan, dkk (2007), karakteristik

habitat rekrekan di lereng timur Gunung Slamet Jawa tengah oleh Agustin

(2007), pendugaan tempat-tempat yang menarik untuk melihat lutung

abu/rekrekan sebagai obyek daya tarik wisata alam di Taman Nasional

Gunung Merbabu oleh Haryoso (2011) penggunaan habitat oleh rekrekan di

lereng Gunung Slamet Jawa Tengah oleh Fitria (2012) dan survei distribusi

dan populasi rekrekan di Taman Nasional Gunung Merbabu oleh Handayani

(2013).

Rincian penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan tema

tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Penelitian yang terkait dengan tema

No

Nama dan

Judul

Penelitian

Tahun Metode

Penelitian

Hasil

penelitian Keterangan

1 2 4 5 6 1 Setiawan, dkk/

populasi dan

distribusi

rekrekan di lereng

selatan Gunung

Slamet Jawa

Tengah

2007 Metode : Line

taransect method

(Buchland

et.al.,1993); analisis

& estimasi populasi

menggunakan

pendekatan

perpendiculars

distance dalam

program komputer

DISTANCE 5.0

Estimasi

populasi di

lereng selatan

Gunung Slamet

(36,6559 m2)

adalah 219

individu dengan

kepadatan 5,96

individu/km2

Biodiversitas

volume 8 nomor

4

2 Agustin/

karakteristik

habitat rekrekan

di lereng timur

Gunung Slamet

Jawa tengah

2007 Untuk mengetahui

habitat mikro dan

makro digunakan

metode poit centered

quarter method

Analisis data :

Habitat mikro :

jenis pohon

pakan & cover

didominasi

pohon anggrung

(Trema

Skripsi Fakultas

Kehutanan

UGM

Page 22: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

26

Analisis deskriptif

kuantitatif

orientale), jenis

pakan non

pohon

didoninasi

pandan

(Pandanus

amboniensi)

Habitat makro

di dominasi

pohon panggang

(Travesia

sundaica), non

pohon

didominasi siri-

sirihan (Piper)

3 Haryoso /

pendugaan

tempat-tempat

yang menarik

utuk melihat

rekrekan/rekrekan

sebagai obyek

daya tarik wisata

alam di Taman

Nasional Gunung

Merbabu

(TNGMb)

2011 Pengamatan visual

dengan metode Berau

of Land Management

pada tiga alternative

jalur (Bundas,

Nggancik dan Jurang

Bangke

Keberadaan

rekrekan pada

TNGMb di

Blok Pandean

& Nglorokan;

alternative

jalusr wisata

satwa liar yang

dipilih adalah

jalur jurang

bangke

Tesis Fakultas

Kehutanan

UGM

4 Fitria /

penggunaan

habitat oleh

rekrekan di lereng

gunung Slamet

Jawa Tengah

2012 Level lanskap ;

variable diinterpretasi

dengan data SIG &

dianalisis dengan

analisis geostatik;

level homerange

dengan mengikuti

pola pergerakan

harian (daily range).

Kharakteristik habitat

dengan metode jalur

untuk jenis tumbuhan

pohon saja; level

habitat mikro; metode

animal centered

method (untuk

mendata

kharakteristik habitat)

& frequency of

accurance (untuk

mendata sumber

pakan)

Karakteristik

Habitat

rekrekan di

gunung Slamet

: a) Level

landskap, pada

hutan primer &

sekunder, hutan

tanaman, kebun

campuran,

elevasi 644-

2024 mdpl,

lebih menyukai

lereng selatan;

b) level

homerange,

diameter pohon

38-51 cm,

tinggi 15-25 m,

jumlah jenis

23-81

keragaman

jenis 2,98-4,15;

c) level site

spesifik,

koposisi pakan

81, 65 %,

pucuk daun

muda, 2,79%,

daun tua,

6,70% buah,

4,83 % biji 0,29

cendawan

Disertasi

Fakultas

Kehutanan

UGM

Lanjutan Tabel 2.

Page 23: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

27

5 Handayani /

Survei on

distribution and

population of the

Javan Grizzled

Langur at Mount

Merbabu National

Park

2013 Population data will

be collected with

distance sampling

method following

transect line. Each

group will be

indentified by age

and split as adult,

sub adult, juvenile

and infant

Primate group

distribution wil be

mapped using GIS

applications

Habitat type used

by javan langur will

collected using

Nested sampling,

by marking

sampling plot 20 x

20 meter for tree,

10 x 10 meters for

sampling

Skripsi Fakultas

Kehutanan

UGM

C. Kerangka Berpikir

Taman Nasional Gunung Merbabu mempunyai arti penting bagi

daerah sekitarnya, baik dari segi ekologis, ekonomis, sosial budaya dan

sebagai pelindung sistem penyangga kehidupan. Sebagai habitat bagi flora

dan fauna rekrekan (Presbytis fredericae) merupakan satwa endemik di

Taman Nasional Gunung Merbabu kondisi saat ini mengalami penurunan

habitat baik secara kuantitas maupun kualitas. Penurunan terjadi akibat

disebabkan oleh kerusakan habitat akibat terjadinya kebakaran hutan dan

rendahnya suber pakan yang tersedia di dalam kawasan Taman Nasional

Gunung Merbabu yang berimplikasi pada penurunan keanekaragaman

hayati dan ekosistem rekrekan (Presbytis fredericae) yang merupakan salah

satu jenis primata endemik Taman Nasional Gunung Merbabu.

Spesies ini dikategorikan International Union for the Conservation of

Nature (IUCN) dalam status genting (endangered) dan terancam punah

sehingga perlu upaya-upaya konservasi untuk pelestariannya. Rekrekan

merupakan jenis primata pemakan buah dan biji-bijian, mereka berperan

Lanjutan Tabel 2.

Page 24: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan

28

dalam penyebaran biji-bijian/benih (seed dispersal), keseimbangan dan

kelestarian ekosistem hutan.

Penelitian terhadap Rekrekan (Presbytis fredericae) merupakan upaya

Pengawetan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, serta menjaga nilai

konservasi tingkat tinggi (high value conservation) terhadap potensi

keanekaragaman hayati, perlindungan fungsi hidro-orologi, dan potensi

pariwisata alam. Jika digambarkan dalam kerangka berpikir adalah

sebagai berikut :

.

Terjadinya Alih

Fungsi Lahan Tingkat Keanekaragaman Hayati Taman

Nasional Gunung Merbabu (TNGMb)

Inventarisasi

1. Jumlah rekrekan

2. Variasi vegetasi

3. Kegiatan masyarakat disekitar

hutan

Bencana Alam

Perburuan Liar Reproduksi yang

lambat

Gambar 2. Alur Kerangka Berpikir

Perubahan Kondisi Biofisik TNGMb

1. Penurunan populasi rek-rekan

2. Penurunan keanekaragaman hayati

Penelitian

1. pengelolaan rekrekan dan upaya

pelestarianya

2. Tingkat keanekaragaman vegetasi

3. Tingkat kepedulian penduduk

terhadap rekrekan

Mendapatkan

1. Pengelolaan rekrekan

2. Keanekaragaman vegetasi

3. Peran serta masyarakat

Pengelolaan Habitat Rekrekan dan

Rekomendasi

Page 25: BAB II. - abstrak.ta.uns.ac.id · dan keragaman jenis vegetasi yang masih baik. ... Taksonomi Rekrekan ... Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan