Top Banner
10 BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN HISTORIS 2.1 ISLAM 2.1.1 Definisi Islam Kata Islam berasal dari kata salama yang berarti damai atau selamat. Dalam Al- Quran, kata tersebut digunakan dengan beberapa tambahan dan perubahan. Contohnya adalah salm yang berarti damai, aslama yang berarti menyerah, istaslama-taslim-mustaslimun yang berarti penyerahan total kepada Allah, saliim yang berarti suci, bersih serta kata salaam yang berarti kesejahteraan. Adapun makna kata Islam secara umum adalah satu perilaku atau tindakan dan amalan taat dan patuh kepada seluruh perintah Allah Swt. melalui ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. Sedangkan, pengertian Islam secara khusus dapat diketahui dalam sebuah hadis qudsi yakni ketika Nabi Muhammad Saw. ditanya oleh Malaikat Jibril tentang Islam dan beliau menjawab: “Islam ialah mengucap (kalimat syahadat) ‘aku bersaksi bahwasanya tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah’, mendirikan shalat, menunaikan zakat, shaum pada bulan Ramadhan, dan haji bagi yang mampu”. Islam sesungguhnya bukan hanya agama religius, seperti halnya agama-agama lain di dunia. Lebih jauh dari itu, Islam merupakan agama ideologi yang merupakan dasar dalam kehidupan manusia. Sedangkan, dasar yang paling penting dalam Islam sendiri adalah ketauhidan akan keesaan sang pencipta dan hal itu tersirat serta tersurat dalam ikrar seorang Muslim ketika bersyahadat “Asyhadu anlaa ilaha
20

BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

Mar 10, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN HISTORIS

2.1 ISLAM

2.1.1 Definisi Islam

Kata Islam berasal dari kata salama yang berarti damai atau selamat. Dalam Al-

Quran, kata tersebut digunakan dengan beberapa tambahan dan perubahan.

Contohnya adalah salm yang berarti damai, aslama yang berarti menyerah,

istaslama-taslim-mustaslimun yang berarti penyerahan total kepada Allah, saliim

yang berarti suci, bersih serta kata salaam yang berarti kesejahteraan. Adapun

makna kata Islam secara umum adalah satu perilaku atau tindakan dan amalan taat

dan patuh kepada seluruh perintah Allah Swt. melalui ajaran yang disampaikan oleh

Nabi Muhammad Saw. Sedangkan, pengertian Islam secara khusus dapat diketahui

dalam sebuah hadis qudsi yakni ketika Nabi Muhammad Saw. ditanya oleh Malaikat

Jibril tentang Islam dan beliau menjawab:

“Islam ialah mengucap (kalimat syahadat) ‘aku bersaksi bahwasanya tiada tuhan

selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah’, mendirikan shalat,

menunaikan zakat, shaum pada bulan Ramadhan, dan haji bagi yang mampu”.

Islam sesungguhnya bukan hanya agama religius, seperti halnya agama-agama

lain di dunia. Lebih jauh dari itu, Islam merupakan agama ideologi yang merupakan

dasar dalam kehidupan manusia. Sedangkan, dasar yang paling penting dalam Islam

sendiri adalah ketauhidan akan keesaan sang pencipta dan hal itu tersirat serta

tersurat dalam ikrar seorang Muslim ketika bersyahadat “Asyhadu anlaa ilaha

Page 2: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

11

illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah”; yakni meyakini bahwa Allah itu

esa dan tidak ada sembahan lain yang layak untuk ditandingkan dengan Allah.

Islam disebut sebagai agama ideologi karena ajaran-ajaran Islam tidak hanya

seputar perbuatan hamba dengan tuhannya saja (religius), tetapi juga pokok-pokok

ajaran Islam ialah untuk mengatur manusia agar bahagia dunia akhirat, baik itu

hubungannya antara manusia dan rabb-Nya (Allah), antara manusia dan manusia

lainnya, serta antara manusia dan dirinya sendiri.

2.1.2 Sejarah Singkat

Ajaran Islam bersifat universal. Dalam ajaran Islam tercakup ajaran tentang

hubungan sosial dengan makhluk yang lainnya. Dalam hal bernegara pun Islam dapat

dikatakan sebagai agama ideologi karena Islam mampu mempersatukan semua

bangsa, semua ras, dan suku dalam naungan syariat Allah dan dalam satu

pemerintahan yakni khilafah Islamiyah, yang ditegakkan di atas ide mendasar

(aqidah) yang berasal dari tuntunan wahyu, dan bukan berdasarkan undang-undang

atau hukum buatan.

Negara yang didirikan di atas landasan undang-undang atau hukum buatan

tidak akan akan bisa meraih kebangkitan dan kesejahteraan. Bahkan sebaliknya,

negara tersebut akan mundur dari kebangkitan. Contohnya adalah Uni Soviet yang

didirikan berdasarkan sistem hukum atau undang-undang manusia yakni

komunisme. Sistem hukum dan undang-undang tersebut akhirnya malah membawa

keruntuhan dan menyebabkan hilangnya persatuan Soviet di peta dunia. Lain halnya

dengan negara dengan sistem Islam. Memang, negara Islam atau kekhalifahan

Page 3: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

12

sekarang ini belum ada—belum bangkit kembali. Yang ada hanyalah negara dengan

mayoritas penduduk beragama Islam tetapi tidak melaksanakan syariat secara

konsisten dan menyeluruh. Salah satu penyebab hal itu adalah pengkhianatan yang

dilakukan oleh pengkhianat umat Islam, Mustafa Kemal, yang telah mengganti

khilafah yang terakhir pada abad tersebut dengan sekularisme. Akan tetapi, mari kita

tengok sejarah pemerintahan Nabi Muhammad Saw. pada masa-masa awal

munculnya Islam hingga didirikannya negara Islam di Madinah pada 622 Masehi

atau pada tahun pertama Hijriah. Ketika itu, Nabi Muhammad Saw. menyampaikan

risalahnya yang pertama dan yang paling dasar, yakni aqidah ketauhidan kepada

umatnya bahwa Allah itu satu, tidak beranak dan tidak pula diperanakan.

“Katakanlah: ‘Dialah Allah Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang

bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada pula

diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” (QS. Al-Ikhlash

[112]: 1-4).

Asas utama tersebutlah yang menjadikan umat Muhammad Saw. terbentuk

secara kokoh tentang ketauhidan di dalam jiwanya, yang selanjutnya melahirkan

ahlakul karimah para pengikutnya disertai dengan semangat membela agama fitrah

sehingga muncul pada akhirnya sebuah komunitas masyarakat madani yang

menerapkan aturan-aturan Allah (Syari’at Islam) dalam setiap kehidupan mereka.

Dan hal tersebut berlanjut hingga berabad-abad kemudian setelah Nabi Muhammad

saw wafat.

Page 4: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

13

Namun, pada 1942, Turki, basis terakhir kekuatan kekhalifahan Islamiyah (Bani

Utsmaniyyah) hancur diluluhlantakkan oleh Mustafa Kemal, seorang pengkhianat,

yang mendapat dukungan dari para kapitalis-sekularis Barat yang sedari awal tidak

menyukai sistem khilafah—aqidah dan syariatnya. Menurut mereka, kaum

imperialis—yakni para liberalis dan kapitalis—Islam dapat membahayakan

kepentingan ekonomi, dominasi pemikiran, dan sistem hukum mereka di Eropa,

Afrika, dan Asia. Maka, berakhirlah masa kepemimpinan Islam selama 1300 tahun

lebih disebabkan sikap sentimen dan phobia kaum imperealis kepada Islam.

Sedangkan, pada abad ini, ketika orang-orang meneriakkan HAM (Hak Azasi

Manusia), demokrasi, feminisme, dan globalisasi sesungguhnya hal tersebut adalah

bentuk upaya kaum imperealis untuk mengubah paradigma dan persepsi masyarakat

dunia serta, sekali lagi, untuk memberantas akar-akar aqidah dan syariat Islam yang

masih tersisa pada jiwa-jiwa umat Muslim yang masih bertahan. Sebab, selama umat

Muslim masih teguh dengan aqidah Islamnya, akan sulit bagi kaum kapitalis untuk

menguasai dunia.

Sedangkan, pada abad ini, ketika orang-orang meneriakkan HAM (Hak Azasi

Manusia), demokrasi, feminisme, dan globalisasi sesungguhnya hal tersebut adalah

bentuk upaya kaum imperealis untuk mengubah paradigma dan persepsi masyarakat

dunia serta, sekali lagi, untuk memberantas akar-akar aqidah dan syariat Islam yang

masih tersisa pada jiwa-jiwa umat Muslim yang masih bertahan. Sebab, selama umat

Muslim masih teguh dengan aqidah Islamnya, akan sulit bagi kaum kapitalis untuk

menguasai dunia.

Page 5: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

14

Lantas, mengapa umat Islam yang menjadi sasaran? Sejarah mencatat bahwa

sejak Islam muncul hingga perluasan wilayah dan kejayaannya, para kapitalis

menganggap Islam sebagai sebuah ancaman yang serius dan berupaya memerangi

Islam hingga ke akar-akarnya. Peperangan dahsyat yang tercatat dalam sejarah salah

satunya adalah Perang Salib yang ternyata bukan hanya sekadar perang untuk

berebut kekuasaan dan wilayah, melainkan juga perang untuk mempertahankan

ideologi, pengaruh, dan harta yang mengorbankan begitu banyak tentara dan sipil.

Sejarah pun mencatat bahwa perang tersebut dilakukan hanya demi sebuah

prestise, legalitas kekuasaan, dan harga diri kaum kapitalis yang tidak pernah

menyerah—terbukti dengan cara mereka mengadili umat Islam secara membabi buta

setelah kemenangan berada di pihak Kristen. Mereka dengan sengaja

mengikutsertakan pendeta-pendeta dan mencoba merayu kaum Nasrani sipil agar

turut serta memerangi (baca: membantai) umat Islam dengan dalih merebut dan

mempertahankan tanah suci Yerusalem dengan janji-janji surga dan surat penebusan

dosa.

Kemudian, muncul aksi-aksi anarkis beserta ide-idenya yang tersebar dalam

berbagai revolusi, yang dimulai dengan Revolusi Petani tahun 1381 di Inggris hingga

era kebangkitan global tahun 1986. Kaum kapitalis kemudian mulai beralih kepada

kaum anarki dan komunisme pada saat Revolusi Bolsheviks sekitar 1921. Saat itu,

anarkisme dan komunisme memang sedang “booming” karena adanya ketidakpuasan

kaum proletar terhadap kaum borjuis. Terjadilah perang antara kebebasan manusia

dari penguasa tiran. Tentu saja, hal tersebut akan sangat merugikan bagi para kaum

kapitalis jika mereka—proletar, kaum pekerja, dan kaum yang tertindas—terus

Page 6: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

15

memberontak tanpa adanya tindakan pencegahan. Akhirnya, kaum kapitalis dapat

bernapas lega karena masalah itu dapat diselesaikan dengan tangan dingin dan

tertutup. Masyarakat dunia tidak banyak yang tahu tentang kelamnya kapitalisme

pada masa lampau. Di sisi lain, komunisme dan anarkisme pun telah menjadi bangkai

dan sekarat bersamaan dengan runtuhnya Uni Soviet.

Kini, yang tersisa untuk menjadi saingan kapitalisme hanyalah ideologi Islam.

Adapun paham demokrasi, liberal, dan lainnya sesungguhnya adalah anak-anak

kandung dari kapitalisme itu sendiri sehingga senantiasa mendukung kapitalisme.

Paham-paham tersebut dibuat untuk membodohi kaum tertindas (para manusia kelas

bawah dan menengah) dan untuk melegitimasi “penjajahan terselubung” kaum

kapitalis terhadap objek-objek keuntungan mereka, yakni manusia kelas pekerja dan

sumber daya alam.

Apa bukti dari hal-hal yang dijabarkan tersebut? Ide demokrasi adalah sistem

manusia yang semu dan utopia. Sesungguhnya, demokrasi adalah sistem yang

ambiguos alias tidak tentu dan tidak pasti karena realitasnya bermacam-macam dan

bertolak belakang. Demokrasi di Amerika dipimpin oleh kaum kapitalis sehingga

menyebabkan kemenangan mutlak kaum kapitalis dalam setiap “penarikan suara”.

Salah satu contoh nyata dari hegemoni kapitalis Barat adalah peristiwa Pemilihan

Umum I di Aljazair yang dilaksanakan pada 26 Desember 1991. Saat itu, FIS—Front

Islamiyah de Salute—memperoleh kemenangan luar biasa—yaitu 167 kursi dari 203

kursi parlemen—tetapi dibreidel kemenangannya oleh pemerintah Aljazair dengan

bantuan sepenuhnya dari pemerintah Amerika Serikat dan Prancis.

Page 7: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

16

Bukti lainnya adalah pernyataan yang diungkapkan oleh salah seorang pejabat

tinggi Departemen Pertahanan Amerika Serikat dalam usahanya menumpas gerakan

Islam, khususnya “pemerintahan Islam”, sebagai berikut:

“Amerika Serikat juga khawatir akan potensi dampak negatif dari

pemerintahan Islam di Aljazair pada saat terjadi proses perdamaian Arab-Israel

dan efek dari aksi spionase Mesir dan Afrika Utara” (Media Dakwah; Januari 2002)

Demokrasi sama sekali tidak ada faedahnya bagi kaum mayoritas, dalam hal ini,

para kelas pekerja dan terutama umat Islam. Bahkan, suara-suara mereka yang

tertampung dalam Komite HAM-pun (yang konon didukung oleh demokrasi) nyaris

hanya sekadar formalitas buatan kapitalis untuk menutup mulut dan sekadar menjadi

pengejewantahan semu hak azasi manusia di dunia. Bukti konkret hal itu adalah

ketika Amerika Serikat dengan “gagah berani” menginvasi Irak dengan alasan yang

tidak masuk akal dan jelas dibuat-buat. Selain itu, jika memang benar HAM telah

ditegakkan di muka bumi ini, mengapa pula negara-negara yang katanya menjunjung

tinggi Universal Declaration of Human Rights pada 1948 hanya bisa memprotes dan

mengutuk perbuatan Amerika Serikat dalam menginvasi Irak dan Afghanistan tanpa

tindakan lebih lanjut? Lucunya, sang penjajah sendiri, yaitu Amerika Serikat dengan

lantang dan semangat terus-menerus meneriakkan tentang hak azasi manusia di

muka bumi.

Lalu, di mana letak hak azasi manusia itu? Mungkin lebih tepatnya terletak di

mulut kaum kapitalis karena tangan kanannya adalah sekularisme sedangkan tangan

kirinya demokrasi. Keduanya adalah sistem manusia bobrok yang dijalankan demi

Page 8: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

17

keuntungan individual yang materialistis. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin

semakin miskin. Yang kuat memakan yang lemah dan yang lemah layak mati.

Ironisnya, umat Islam justru mengadopsi sistem tersebut untuk membunuh

dirinya sendiri. Hanya sebagian kecil dari umat Islam yang sadar akan hal tersebut.

Hingga saat ini, kelompok Islam radikal fundamentalis yang mempertahankan

dienullah, seperti pemerintahan Taliban di Afghanistan dan Abu Sayyaf di Filipina,

dianggap sebagai teroris. Bahkan, mereka yang mengaku sebagai orang Islam pun

terpancing oleh opini Barat yang sengaja meleburkan definisi terorisme dengan jihad

Islam agar masyarakat dunia beranggapan bahwa Islam sama dengan ideologi-

ideologi yang lain yang hanya sekadar tempel nama di dunia saja demi kepentingan

kekuasaan dan nafsu duniawi.

2.2 ANARKI

2.2.1 Pengertian

Kata anarki adalah tiruan dari kata asing seperti anarchy (Inggris) dan anarchie

(Belanda/Jerman/Perancis). Kata ini sebenarnya berasal dari bahasa Yunani, yaitu

anarchos atau anarchia. A berarti tidak ada, tidak, tidak ingin, sedangkan archos

berarti pemerintahan, penguasa, kepala, pengatur, penanggung jawab. Dengan

demikian, anarchos bisa berarti tanpa pemerintah atau tanpa penguasa. Lebih jauh

lagi, definisi “tanpa peraturan” merupakan turunan dari kata “tanpa pemerintah”,

sama halnya dengan “tanpa undang-undang”, “tanpa hukum”, atau

“inkonstitusional”. Sedangkan, anarkisme sendiri ialah anarki yang di-ideologi-kan

dan bagi orang yang berprinsip anarki disebut anarkis.

Page 9: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

18

Dalam konotasi positif, anarkisme merupakan ideologi sosial yang tidak mau

menerima pemerintahan yang berkuasa secara otoriter. Kaum anarki sendiri lebih

cenderung berpendapat bahwa anarkisme itu ialah: “Nobody being boss over

anybody else—tidak ada orang yang menjadi penguasa di atas orang lain” (OpenMind

9; Anarchy: 2-7). Sedangkan, dalam konotasi negatif, anarkisme merupakan

keyakinan yang tidak mengakui sedikit pun hukum atau tatanan nilai dan secara aktif

terlibat dalam meningkatkan situasi chaos (kacau) dengan menghancurkan tatanan

masyarakat. Tentu saja, definisi secara negatif ini tidak lahir dari kaum anarki sendiri.

Definisi ini, demi kepentingan ideologi tertentu (dalam hal ini, tentu saja,

kapitalisme) dipakai dan disebarluaskan dalam kamus-kamus, tapi kemudian ditafsir

dan ditambah-bumbui sehingga menjadi “sebuah keadaan ketiadaan hukum atau

kekacauan politik karena kekosongan pemerintahan”

(http://www2.rnw.nl/rnw/id/tema/budaya/anarki.html; Leo Murbandono: 15

Desember 2000).

Lalu, definisi manakah yang dapat kita ambil? Alangkah tak adilnya jika kita

memilih definisi yang kedua yaitu definisi dalam konotasi negatif dengan

mengartikan anarkisme sebagai musuh negara (karena tidak mengakui adanya

negara) dan mencap langsung bahwa anarki memang layak mendapat predikat

tersebut berdasarkan kamus-kamus dan definisi umum yang sudah biasa dimengerti

oleh orang kebanyakan.

Menurut penulis, ada baiknya jika kita mencoba untuk menelusuri kembali

sejarah panjang dari anarkisme itu sendiri: dari mana ia berasal, pengaruh,

pergerakannya, serta sistem-sistem dari anarkisme itu sendiri. Perlu juga dibahas

Page 10: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

19

bagaimana “sebuah” anarki dahulu kala posisinya begitu membahayakan bagi kaum

kapitalis.

2.2.2 Sejarah Singkat

Sejarah anarkisme sendiri keberadaannya sudah lebih dari 2 abad. Dari abad

ke-17, oleh kaum buruh di Eropa semisal Rusia dan Spanyol, anarkisme menyebar ke

Amerika dan Asia. Tercatat pula bahwa pada abad ke-19 kaum anarki menyebar luas

ke Italia, Prancis, dan Spanyol. Sepanjang sejarah, orang-orang selalu berusaha untuk

bebas dari segala macam bentuk penindasan yang dilakukan oleh kaum borjuis

(kapitalis) dan mencoba untuk melawan hegemoni kapitalisme serta berusaha untuk

mewujudkan impiannya tersebut dengan perjuangan, baik untuk dirinya sendiri

maupun komunitas dan terkadang juga masuk ke dalam gerakan yang lebih besar.

Dimulai sejak Revolusi Petani tahun 1381 hingga peristiwa Poll Tax Riot (sebuah

kerusuhan besar menentang dinaikkannya pajak) di Inggris, orang-orang telah

bersikap untuk melawan penindasan.

Mengapa anarki identik dengan melawan penindasan, terutama melawan para

kapitalis? Pada mulanya, praktik anarki telah dilakukan jauh-jauh hari oleh tatanan

masyarakat adat pada zaman dahulu. Masyarakat pada zaman tersebut hidup damai

dan berdampingan serta bersama-sama secara kolektif membangun suatu masyarakat

yang makmur tanpa adanya pemerintah ataupun negara. Mungkin orang-orang

modern seperti kita menganggapnya sebagai bangsa yang primitif dan barbar, tanpa

aturan, seenak adat, dan dianggap sebagai bangsa yang tak beradab. Namun faktanya,

hingga saat ini, masih terdapat suku-suku “anarkis” yang hidup secara kolektif dan

Page 11: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

20

tinggal di pedalaman yang harus selalu bertahan dari segala macam manipulasi oleh

tangan-tangan korporasi dan para pemilik modal dibantu oleh militer. Salah satu

contohnya adalah penjajahan para kulit putih terhadap orang-orang Indian di

Amerika. Penghancuran ini begitu merusak cara hidup mereka dan memaksakan

hidup mereka dari yang asalnya bekerja dengan saling menguntungkan, untuk

kemudian diubah menjadi bekerja demi upah.

Ide-ide anarkis merefleksikan hasrat-hasrat dasar manusia untuk membebaskan

diri dari segala macam tekanan dan penindasan yang dilakukan oleh kaum borjuis

atau kapitalis, utamanya penindasan terhadap kaum petani dan pekerja. Refleksi

sejarah ini tergambar dalam Taoisme di Timur hingga gerakan Freethinking di Eropa

yang banyak dianut oleh para petani heretik di wilayah tersebut hingga terjadinya

gerakan anarkis pada abad ke-19. Ide-ide dan aksi-aksi anarkis tersebut mulai

menyebar ke berbagai revolusi yakni dimulai dengan Revolusi Petani pada 1381 di

Inggris hingga era kebangkitan global pada 1968.

Bagaimanapun, harapan orang-orang untuk bebas dari penindasan selalu saja

mendapat hambatan dan penjegalan serta dihancurkan oleh kekuatan-kekuatan yang

tidak setuju dengan terciptanya dunia bebas tanpa penindasan kelas. Entah itu

dilakukan oleh kaum liberal, reformis, Marxis-Leninis, atau siapa pun. Berikut ini

peristiwa-peristiwa anarkis yang selalu saja dihancurkan oleh kekuatan-kekuatan

tersebut:

1. Pada masa kediktatoran Bolsheviks sekitar tahun 1921, saat pelaut-pelaut

Petrograd bersama-sama dengan kaum buruh menduduki kota Kronstad yang

merupakan kota pertahanan milik Bolsheviks, para pejuang Kronstad tersebut

Page 12: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

21

akhirnya habis dibantai oleh Tentara Merah Bolsheviks. Setelah itu, Trotsky

berkata, “Pada akhirnya, pemerintah Soviet dengan tangan besi telah membawa

Rusia lepas dari anarkisme”.

2. Dalam Revolusi Jerman tahun 1918, ide-ide anti-negara telah diletakkan ke dalam

praktik. Berbagai anarkosindikalisme (berasal dari bahasa Prancis yang artinya

serikat, telah menjadi sebuah gerakan para pekerja yang mengorganisasikan diri

melalui federasi-federasi) didirikan. Organisasi-organisasi tersebut

mendeklarasikan bahwa mereka independen dan berotonomi penuh. Namun

kemudian, gerakan ini juga dihancurkan oleh aliansi dari pemerintah sosialis

bersama milisi-milisi fasis, leftist yang pro-negara, dan kaum sayap kanan yang

kesemuanya bersatu menghancurkan anarkosindikalisme tersebut.

3. Pada tahun 1900, di Argentina, kaum anarkosindikalis mengorganisasikan

pemogokan massal secara beruntun hingga hal tersebut memaksa pemerintah

untuk memberlakukan keadaan darurat negara hingga lima kali.

4. Pada tahun 1936, di Spanyol, para pekerja (terutama mereka yang tergabung

dalam CNT sebuah serikat anarkis) melawan kudeta militer yang dilancarkan oleh

kaum fasis. Gerakan ini dihancurkan pertama kalinya oleh pemerintahan

demokratis ketika pada awalnya pemerintahan ini yang dibiarkan berkembang

oleh para anarkis karena mengatasnamakan persatuan anti-fasis kemudian malah

berbalik memihak kepada kaum fasis.

5. Selain itu, pada tahun 1970-an, marak penentangan terhadap sistem kerja upahan,

yang gerakan yang paling terkenal terjadi di Italia. Sabotase, pemogokan yang

Page 13: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

22

disertai dengan aksi-aksi vandalisme dilakukan sebagai taktik untuk melepaskan

diri dari kontrol perserikatan leftist dan partai-partainya.

Setelah banyak dari jaringan mereka yang tersebar ke seluruh Eropa dan

Amerika dihancurkan, anarkis kemudian diposisikan sebagi penjahat dan kambing

hitam atas semua tindakan seperti pengeboman dan pembunuhan para politikus dan

para tokoh ekonomi yang sebenarnya dilakukan oleh para individu yang mengalami

demoralisasi. Pengkambinghitaman para anarkis sering disebut “Propaganda by the

Deed” sehingga pada akhirnya kata anarkis berhasil diselewengkan pada makna yang

lebih kepada terjadinya bentuk kekerasan. Maka, sejak saat itu, tidaklah

mengherankan jika anarki selalu diidentikkan dengan penghancuran dan penjarahan.

Salah satu contohnya penjarahan mal, toko, dan rumah-rumah yang dihuni oleh WNI

keturunan, perampasan hak orang lain, rasisme, dan pembunuhan (OpenMind 9;

Anarchy: 4 dan thesis_archieve cyberresistance.com; Tank Boy: 20 Januari 2005).

“Pengkambinghitaman tersebut pada sekitar tahun 1970-an mengalami

penentangan dengan sendirinya saat di Eropa Barat dan Amerika terbentuk

gerilya-gerilya kota yang tersebar. Mereka rata-rata bukanlah kaum anarkis

melainkan kaum Marxis. Gerakan-gerakan gerilya dalam kota yang bersenjata

menjadi populer di era tahun 70-an.

Selain itu, tahun 1970-an juga memperlihatkan mulai meningkatnya

penentangan terhadap sistem kerja upahan, yang gerakan paling terkenal terjadi

di Italia. Sabotase, pemogokan yang disertai dengan aksi-aksi vandalisme

sebagai taktik untuk melepaskan diri dari kontrol perserikatan leftist dan partai-

partainya sering kali digunakan. Semua itu dilancarkan untuk kembali

menempatkan bahwa kebutuhan pokok manusia ada di atas kepentingan

pengerukan profit” (thesis_archieve cyberresistance.com; Tank Boy: 20 Januari

2005).

Page 14: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

23

Inilah apa yang terjadi pada seluruh dunia. Di Brazil, ratusan dari ribuan petani

yang mengorganisasikan diri dalam MST (organisasi gerakan para petani hamba)

menduduki lahan-lahan pertanian untuk kemudian dikerjakan secara kolektif. Dalam

sebuah kerusuhan di Los Angeles beberapa tahun lalu, kaum miskin perkotaan

melakukan revolusi, merampok, dan membuat komunitas mereka tertutup bagi

pemerintah. Tahun 1994, kaum Zapatista memapankan zona otonomi di berbagai

desa di daerah Chiapas, Meksiko. Aksi-aksi mereka, sebagai tanggapan atas

diberlakukannya kebijakan-kebijakan pasar bebas, menginspirasikan ide-ide

perlawanan bagi banyak orang di seluruh dunia.

Para anarkis tumbuh dan berkembang di Barat sebagai kontra-kultur terhadap

hegemoni budaya dan sistem. Bahkan, di beberapa negara Eropa justru partai sosialis

yang memenangi pemilu. Anarkisme sendiri merupakan turunan dari sosialis,

walaupun dalam segi pergerakan dan kultur mereka berbeda dengan kaum sosialis.

Mereka kebanyakan adalah sosialis-anarkis dan biasanya melakukan aksi-aksi demo

menentang kapitalisme, globalisasi, dan sejenisnya. Ciri-ciri mereka sangat khas,

biasanya mereka berdemo sambil membawa bendera hitam bersilang merah,

memakai balaclava (biasanya orang-orang black bloc). Mereka selalu membawa

bendera hitam sebagai lambang penghapusan warna yang sering kali dibeda-bedakan

dan menyebabkan manusia dibedakan karena perbedaan warna kulit, bendera, dan

sebagainya.

“Hitam adalah penghapusan dari segala warna. Penghapusan warna yang selalu

dibeda-bedakan dan yang membuat manusia dibeda-bedakan oleh warna dari

benderanya. Hitam adalah sebuah ungkapan kemarahan. Sebuah kemarahan

terhadap sistem hierarki yang menghapuskan nilai-nilai kemanusian. Hitam

Page 15: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

24

adalah warna duka cita. Duka cita yang dipersembakan pada semua ribuan

korban yang jatuh dalam menegakan nilai-nilai kemanusiaan. Duka cita untuk

semua kaum pekerja yang dirampok (dijatuhi pajak) untuk dibayarkan pada

sebuah usaha penghapusan nilai kemanusiaan. Duka cita pada semua bentuk

pemikiran untuk dunia yang terang, yang lalu dihapuskan dan dibuat gelap oleh

penguasa. Hitam adalah sebuah warna untuk menghibur segala duka cita

tersebut. Tapi. hitam juga warna yang indah. Warna dari sebuah kebulatan

tekad, ketetapan hati, kekuatan. Hitam adalah warna dari sebuah misteri, warna

dari sebuah pengharapan dari kegelapan akan sebuah kehidupan yang segar,

yang baru, dan yang lebih baik”.

(pengkhianatyangtelahmusnah; punx.zip: 20 Januari 2005)

Tercatat dalam sejarah bagaimana kelompok-kelompok anarkis selalu

menggunakan bendera hitam sebagai lambang, seperti yang terjadi di Ukraina.

Kelompok milisi anarkis Ukraina, Makhovist, yang aktif sekitar tahun 1900 di Rusia

memakai bendera berwarna hitam dengan tulisan “Land and Liberty” dengan tinta

merah di tengahnya. Kemudian, kelompok pejuang Revolusioner Zapatista di

Meksiko menggunakan bendera hitam dan gambar tengkorak dan tulang yang

disilangkan (Jolly Roger) dengan tulisan “Land and Liberty”. Selain itu, dilaporkan

juga bahwa penggunaan bendera hitam terjadi ketika perang kaum petani di Jerman

pada tahun 1525. Namun begitu, mereka tetap sadar bahwa kaum kapitalis, walaupun

hanya segelintir orang mampu menghadang mereka.

2.2.4 Anarkisme di Indonesia

Komunitas anarkis di Indonesia sendiri terbagi-bagi dan cenderung lebih

kepada sosialis karena akar sosialis versi Lenin lebih kental di sini. Contoh organisasi

yang cukup mapan dan sudah melebarkan sayapnya hingga ke buruh-buruh tertindas

Page 16: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

25

adalah Partai Rakyat Demokratik (PRD) dan Forum Kota (FORKOT) yang kerap kali

dan dapat dipastikan ikut serta dalam demo-demo buruh di Indonesia. Sebagian dari

kaum anarkis ini ada yang eksis bahkan menerapkan pola hidup anarkis, seperti di

Yogyakarta. Di Yogyakarta ada kampung kaum Anarkis Pasifis. Mereka nyata. Mereka

membentuk komunitas sendiri, bercocok tanam tanpa peduli apa pun, dan menjadi

komunal yang terpisah. Hanya saja, sangat sulit bagi mereka untuk bertahan dalam

hidup yang serba-kapitalistik ini dan tidak jarang ada yang berubah haluan,

menyerah, dan akhirnya bersikap hedon. Walaupun begitu, ideologi mereka tidak

sepenuhnya hilang begitu saja.

2.3 KAPITALISME

2.3.1 Pengertian

Kapitalisme secara etimologis berasal dari kata caput, yang artinya kepala,

kesejahteraan, dan kehidupan. Makna modal dalam kapital seharusnya

diinterpretasikan sebagai titik kebahagiaan. Dengan makna kesejahteraan, definisi

kapital mulai dikembangkan dengan akumulasi keuntungan yang diperoleh dalam

setiap transaksi ekonomi. Oleh sebab itu, interpretasi awal dari kapitalisme adalah

proses pengusahaan kesejahteraan untuk bisa memenuhi kebutuhan. Dalam definisi

ini, sebetulnya kapitalisme mempunyai definisi yang konstruktif-manusiawi. Namun,

dalam perkembangannya, kapitalisme—terutama sejak Revolusi Industri—

didefinisikan sebagai paham yang mau melihat serta memahami proses pengambilan

dan pengumpulan modal balik yang diperoleh dari setiap transaksi komoditas

ekonomi. Pada saat itu pula kapitalisme tidak hanya dilihat sebagai ideologi teoretis,

Page 17: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

26

tapi berkembang juga menjadi paham yang memengaruhi tingkah laku ekonomi

manusia (www.sosialista.org: AG. Eka Wenats Wuryanta).

Adapun definisi lain dari kapitalisme ialah sistem ekonomi yang mendasarkan

asas kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi, kepentingan pribadi, serta motif

pencarian keuntungan sebagai perangsang utama kegiatan ekonomi yang di dalamnya

ada persaingan bebas untuk mendapatkan tenaga kerja, sumber daya mentah, serta

produksi.

2.3.2 Sejarah Singkat

Kapitalisme sesungguhnya telah ada sejak zaman dulu pada bibit-bibit

pemikiran masyarakat feodal yang berkembang di Babilonia, Mesir, Yunani, dan

kekaisaran Roma. Kapitalisme zaman ini dinamakan dengan kapitalisme purba atau

Commercial Capitalism. Pada zaman itu, perdagangan lintas suku dan kekaisaran

sudah berkembang dan membutuhkan sistem hukum ekonomi untuk menjamin

keadilan perdagangan yang dilakukan oleh para pedagang, tuan tanah, dan

rohaniawan. Bahkan, Max Weber pernah menyatakan bahwa akar kapitalisme

berawal dari sistem Codex Luris Romae sebagai aturan main ekonomi yang banyak

dipakai oleh kaum pedagang di Eropa, Asia Timur jauh, Asia Barat, dan Afrika Utara.

Aturan main sistem ini sebetulnya dimanfaatkan untuk memapankan sistem

pertanian feodal. Dari aturan ini pula muncul istilah “borjuis” yang mengelompokkan

sistem feodalisme yang disempurnakan dengan sistem hukum ekonomi tersebut.

Kelompok borjuis ialah kelompok tuan tanah, bangsawan, dan rohaniawan yang

tinggal di tempat yang luas dan besar.

Page 18: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

27

Pada perkembangan selanjutnya, kaum Merkantilis mengadopsi sistem hukum

tersebut dan dikenal sebagai “kode etik” dan tata cara perdagangan. Mereka memakai

kapitalisme sebagai tahap lanjutan sistem sosial ekonomi yang dibentuk. Tatanan

ekonomi dan politik yang berkembang memerlukan hukum dan etika yang relatif

mapan. Pada saat itulah terjadi persaingan dalam sistem pasar, keuangan, dan tata

cara barter serta perdagangan yang dianut oleh kaum Merkantilis. Kaum Merkantilis

kemudian mulai mengubah wacana baru tentang pasar. Kemudian, pada saat mereka

membicarakan pasar dan perdagangan, mau tak mau, mereka mulai membicarakan

barang dagang (komoditas) dan nilai lebih yang disebut dengan The Surplus Value.

Dari akar penyebutan inilah, wacana tentang keuntungan dan profit menjadi bagian

integral dalam kapitalisme hingga abad pertengahan.

Adalah Adam Smith yang menuangkan ajaran kapitalisme yang bersumber dan

berakar pada pandangan filsafat ekonomi klasik dalam karyanya berjudul Wealth of

Nation (1776). Selain Adam Smith, yang umumnya disebut sebagai tokoh perintis

pandangan ekonomi klasik adalah dua pemikir ekonomi lainnya yakni David Ricardo

dan James Mill. Namun, banyak juga pengikut dan pemikir lainnya yang dimasukan

dalam kategori ekonom klasik seperti halnya Adam Smith, seperti Jeremy Bentham,

Thomas Robert Malthus, atau J.B. Say. Keseluruhan filsafat pemikiran penganut

ekonomi klasik tersebut dibangun di atas landasan filsafat ekonomi liberalisme.

Mereka percaya pada kebebasan individu (personal liberty), pemilikan pribadi

(private property), dan inisiatif individu serta usaha swasta (private enterprise).

Kepercayaan dan pandangan ini disebut liberal jika dibandingkan pandangan lain

pada waktu itu yakni Merkantilisme yang membatasi perdagangan dan industri.

Page 19: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

28

Kapitalisme kemudian muncul kembali dengan kuat seiring dengan munculnya

sekularisme pada saat puncak Revolusi Prancis dan semakin berkembang ketika

Revolusi Industri di Inggris dimulai. Pada masa-masa itu, terjadi perkembangan

kapitalisme yang sangat pesat. Kini, tidak bisa dipungkiri bahwa kapitalisme—yang

awalnya hanya berorientasikan kepada kepemilikan modal berlanjut kepada

keuntungan nilai lebih dan, seiring dengan berjalannya waktu, politik negara dan

kebudayaan serta pemuasan akan kebutuhan materi—berubah menjadi sebuah

ideologi mapan yang hampir memengaruhi seluruh perekonomian di dunia. Bukan

hanya sektor ekonomi yang telah terkontaminasi oleh kapitalisme, tetapi juga sektor

kebudayaan, sektor politik negara, pola perilaku, dan bahkan agama tidak luput dari

pengaruh kapitalisme. Kapitalisme telah menjadi sebuah hegemony culture yang

dalam praktik maupun teorinya telah menjadikan kepuasan materi sebagai sebuah

kebutuhan dasar bagi manusia. Kapitalisme dengan segala isme-isme turunannya

semisal demokrasi, HAM, dan globalisasi telah mendominasi dunia menuju sebuah

praktik hedonisme dan egoisme.

Pada abad 21 ini, kekuatan kapitalisme semakin mendominasi sistem politik di

negara-negara adidaya maupun di dunia ketiga. Ideologi yang pada awalnya hanya

digunakan pada perekonomian kaum feodal zaman dulu, kini berubah menjadi

kekuatan raksasa yang abstrak yang menjadi pedoman bagi dalang-dalang tragedi

serta peristiwa-peristiwa di dunia. Salah satu contohnya adalah persengketaan

Palestina-Israel, Perang Afghanistan yang konon katanya untuk memburu Osama bin

Laden—sang teroris versi AS—padahal, perang tersebut terjadi demi kepentingan

Pipanisasi Pemerintah Amerika Serikat. Kemudian, invasi Irak. Dengan dalih

Page 20: BAB II Anarki, Kapitalisme & Islam

29

penggunaan senjata pemusnah massal oleh Irak, AS menyerbu dan menewaskan

jutaan manusia tak bersalah. Padahal, semua warga dunia mengecam dan tahu bahwa

tindakan AS itu didasari oleh “kehausan akan minyak”. Konon, cadangan minyak di

Irak sebesar 115 juta barrel, bahkan beberapa perusahaan minyak memperkirakan

jumlah sebenarnya dua kali lipat dari angka tersebut. Sedangkan, AS harus selalu

mengimpor minyak sekitar 11 juta barrel per hari disebabkan oleh industrinya yang

memiliki ketergantungan terhadap minyak.

Sejumlah negara besar seperti Prancis dan Jerman mengecam dan mengutuk

tindakan AS ini, begitu pula dengan negara-negara di Timur Tengah. Demonstrasi-

demonstrasi terjadi setiap hari di kedubes AS di seluruh dunia. Hanya itu. Mereka

tidak dapat melakukan lebih dari itu kepada AS disebabkan sangat kuatnya pengaruh

kapitalisme di dunia internasional. Mereka tidak dapat melakukan embargo ekonomi

kepada AS seperti halnya dulu AS mengembargo Irak ketika Perang Teluk. Bahkan,

PBB pun dibuat tak berdaya dan seolah-olah merupakan alat mainan yang siap

dibubarkan jika berani mengusik AS.

Apa yang menyebabkan AS begitu berkuasa di dunia? Sistem propagandanya-lah

yang patut kita telusuri. AS mempunyai sistem informasi teknologi yang canggih yang

mampu mengubah paradigma dan opini publik sesuai dengan yang diharapkan

mereka. Mereka menyusupkan sejumlah informasi-informasi yang tidak sesuai

dengan kebenaran dan dipermak agar AS mendapat dukungan dari masyarakat

dunia. Sejarah ditulis ulang seolah-olah AS (baca: kapitalisme) adalah pahlawan dan

patut dijadikan contoh. Padahal, kita semua tahu—bahkan Noam Chomsky, warga AS

sendiri, Profesor Linguistik di MIT—bahwa AS sendiri adalah teroris internasional.