10 BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN HISTORIS 2.1 ISLAM 2.1.1 Definisi Islam Kata Islam berasal dari kata salama yang berarti damai atau selamat. Dalam Al- Quran, kata tersebut digunakan dengan beberapa tambahan dan perubahan. Contohnya adalah salm yang berarti damai, aslama yang berarti menyerah, istaslama-taslim-mustaslimun yang berarti penyerahan total kepada Allah, saliim yang berarti suci, bersih serta kata salaam yang berarti kesejahteraan. Adapun makna kata Islam secara umum adalah satu perilaku atau tindakan dan amalan taat dan patuh kepada seluruh perintah Allah Swt. melalui ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. Sedangkan, pengertian Islam secara khusus dapat diketahui dalam sebuah hadis qudsi yakni ketika Nabi Muhammad Saw. ditanya oleh Malaikat Jibril tentang Islam dan beliau menjawab: “Islam ialah mengucap (kalimat syahadat) ‘aku bersaksi bahwasanya tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah’, mendirikan shalat, menunaikan zakat, shaum pada bulan Ramadhan, dan haji bagi yang mampu”. Islam sesungguhnya bukan hanya agama religius, seperti halnya agama-agama lain di dunia. Lebih jauh dari itu, Islam merupakan agama ideologi yang merupakan dasar dalam kehidupan manusia. Sedangkan, dasar yang paling penting dalam Islam sendiri adalah ketauhidan akan keesaan sang pencipta dan hal itu tersirat serta tersurat dalam ikrar seorang Muslim ketika bersyahadat “Asyhadu anlaa ilaha
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS DAN HISTORIS
2.1 ISLAM
2.1.1 Definisi Islam
Kata Islam berasal dari kata salama yang berarti damai atau selamat. Dalam Al-
Quran, kata tersebut digunakan dengan beberapa tambahan dan perubahan.
Contohnya adalah salm yang berarti damai, aslama yang berarti menyerah,
istaslama-taslim-mustaslimun yang berarti penyerahan total kepada Allah, saliim
yang berarti suci, bersih serta kata salaam yang berarti kesejahteraan. Adapun
makna kata Islam secara umum adalah satu perilaku atau tindakan dan amalan taat
dan patuh kepada seluruh perintah Allah Swt. melalui ajaran yang disampaikan oleh
Nabi Muhammad Saw. Sedangkan, pengertian Islam secara khusus dapat diketahui
dalam sebuah hadis qudsi yakni ketika Nabi Muhammad Saw. ditanya oleh Malaikat
Jibril tentang Islam dan beliau menjawab:
“Islam ialah mengucap (kalimat syahadat) ‘aku bersaksi bahwasanya tiada tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah’, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, shaum pada bulan Ramadhan, dan haji bagi yang mampu”.
Islam sesungguhnya bukan hanya agama religius, seperti halnya agama-agama
lain di dunia. Lebih jauh dari itu, Islam merupakan agama ideologi yang merupakan
dasar dalam kehidupan manusia. Sedangkan, dasar yang paling penting dalam Islam
sendiri adalah ketauhidan akan keesaan sang pencipta dan hal itu tersirat serta
tersurat dalam ikrar seorang Muslim ketika bersyahadat “Asyhadu anlaa ilaha
11
illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah”; yakni meyakini bahwa Allah itu
esa dan tidak ada sembahan lain yang layak untuk ditandingkan dengan Allah.
Islam disebut sebagai agama ideologi karena ajaran-ajaran Islam tidak hanya
seputar perbuatan hamba dengan tuhannya saja (religius), tetapi juga pokok-pokok
ajaran Islam ialah untuk mengatur manusia agar bahagia dunia akhirat, baik itu
hubungannya antara manusia dan rabb-Nya (Allah), antara manusia dan manusia
lainnya, serta antara manusia dan dirinya sendiri.
2.1.2 Sejarah Singkat
Ajaran Islam bersifat universal. Dalam ajaran Islam tercakup ajaran tentang
hubungan sosial dengan makhluk yang lainnya. Dalam hal bernegara pun Islam dapat
dikatakan sebagai agama ideologi karena Islam mampu mempersatukan semua
bangsa, semua ras, dan suku dalam naungan syariat Allah dan dalam satu
pemerintahan yakni khilafah Islamiyah, yang ditegakkan di atas ide mendasar
(aqidah) yang berasal dari tuntunan wahyu, dan bukan berdasarkan undang-undang
atau hukum buatan.
Negara yang didirikan di atas landasan undang-undang atau hukum buatan
tidak akan akan bisa meraih kebangkitan dan kesejahteraan. Bahkan sebaliknya,
negara tersebut akan mundur dari kebangkitan. Contohnya adalah Uni Soviet yang
didirikan berdasarkan sistem hukum atau undang-undang manusia yakni
komunisme. Sistem hukum dan undang-undang tersebut akhirnya malah membawa
keruntuhan dan menyebabkan hilangnya persatuan Soviet di peta dunia. Lain halnya
dengan negara dengan sistem Islam. Memang, negara Islam atau kekhalifahan
12
sekarang ini belum ada—belum bangkit kembali. Yang ada hanyalah negara dengan
mayoritas penduduk beragama Islam tetapi tidak melaksanakan syariat secara
konsisten dan menyeluruh. Salah satu penyebab hal itu adalah pengkhianatan yang
dilakukan oleh pengkhianat umat Islam, Mustafa Kemal, yang telah mengganti
khilafah yang terakhir pada abad tersebut dengan sekularisme. Akan tetapi, mari kita
tengok sejarah pemerintahan Nabi Muhammad Saw. pada masa-masa awal
munculnya Islam hingga didirikannya negara Islam di Madinah pada 622 Masehi
atau pada tahun pertama Hijriah. Ketika itu, Nabi Muhammad Saw. menyampaikan
risalahnya yang pertama dan yang paling dasar, yakni aqidah ketauhidan kepada
umatnya bahwa Allah itu satu, tidak beranak dan tidak pula diperanakan.
“Katakanlah: ‘Dialah Allah Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” (QS. Al-Ikhlash
[112]: 1-4).
Asas utama tersebutlah yang menjadikan umat Muhammad Saw. terbentuk
secara kokoh tentang ketauhidan di dalam jiwanya, yang selanjutnya melahirkan
ahlakul karimah para pengikutnya disertai dengan semangat membela agama fitrah
sehingga muncul pada akhirnya sebuah komunitas masyarakat madani yang
menerapkan aturan-aturan Allah (Syari’at Islam) dalam setiap kehidupan mereka.
Dan hal tersebut berlanjut hingga berabad-abad kemudian setelah Nabi Muhammad
saw wafat.
13
Namun, pada 1942, Turki, basis terakhir kekuatan kekhalifahan Islamiyah (Bani
Utsmaniyyah) hancur diluluhlantakkan oleh Mustafa Kemal, seorang pengkhianat,
yang mendapat dukungan dari para kapitalis-sekularis Barat yang sedari awal tidak
menyukai sistem khilafah—aqidah dan syariatnya. Menurut mereka, kaum
imperialis—yakni para liberalis dan kapitalis—Islam dapat membahayakan
kepentingan ekonomi, dominasi pemikiran, dan sistem hukum mereka di Eropa,
Afrika, dan Asia. Maka, berakhirlah masa kepemimpinan Islam selama 1300 tahun
lebih disebabkan sikap sentimen dan phobia kaum imperealis kepada Islam.
Sedangkan, pada abad ini, ketika orang-orang meneriakkan HAM (Hak Azasi
Manusia), demokrasi, feminisme, dan globalisasi sesungguhnya hal tersebut adalah
bentuk upaya kaum imperealis untuk mengubah paradigma dan persepsi masyarakat
dunia serta, sekali lagi, untuk memberantas akar-akar aqidah dan syariat Islam yang
masih tersisa pada jiwa-jiwa umat Muslim yang masih bertahan. Sebab, selama umat
Muslim masih teguh dengan aqidah Islamnya, akan sulit bagi kaum kapitalis untuk
menguasai dunia.
Sedangkan, pada abad ini, ketika orang-orang meneriakkan HAM (Hak Azasi
Manusia), demokrasi, feminisme, dan globalisasi sesungguhnya hal tersebut adalah
bentuk upaya kaum imperealis untuk mengubah paradigma dan persepsi masyarakat
dunia serta, sekali lagi, untuk memberantas akar-akar aqidah dan syariat Islam yang
masih tersisa pada jiwa-jiwa umat Muslim yang masih bertahan. Sebab, selama umat
Muslim masih teguh dengan aqidah Islamnya, akan sulit bagi kaum kapitalis untuk
menguasai dunia.
14
Lantas, mengapa umat Islam yang menjadi sasaran? Sejarah mencatat bahwa
sejak Islam muncul hingga perluasan wilayah dan kejayaannya, para kapitalis
menganggap Islam sebagai sebuah ancaman yang serius dan berupaya memerangi
Islam hingga ke akar-akarnya. Peperangan dahsyat yang tercatat dalam sejarah salah
satunya adalah Perang Salib yang ternyata bukan hanya sekadar perang untuk
berebut kekuasaan dan wilayah, melainkan juga perang untuk mempertahankan
ideologi, pengaruh, dan harta yang mengorbankan begitu banyak tentara dan sipil.
Sejarah pun mencatat bahwa perang tersebut dilakukan hanya demi sebuah
prestise, legalitas kekuasaan, dan harga diri kaum kapitalis yang tidak pernah
menyerah—terbukti dengan cara mereka mengadili umat Islam secara membabi buta
setelah kemenangan berada di pihak Kristen. Mereka dengan sengaja
mengikutsertakan pendeta-pendeta dan mencoba merayu kaum Nasrani sipil agar
turut serta memerangi (baca: membantai) umat Islam dengan dalih merebut dan
mempertahankan tanah suci Yerusalem dengan janji-janji surga dan surat penebusan
dosa.
Kemudian, muncul aksi-aksi anarkis beserta ide-idenya yang tersebar dalam
berbagai revolusi, yang dimulai dengan Revolusi Petani tahun 1381 di Inggris hingga
era kebangkitan global tahun 1986. Kaum kapitalis kemudian mulai beralih kepada
kaum anarki dan komunisme pada saat Revolusi Bolsheviks sekitar 1921. Saat itu,
anarkisme dan komunisme memang sedang “booming” karena adanya ketidakpuasan
kaum proletar terhadap kaum borjuis. Terjadilah perang antara kebebasan manusia
dari penguasa tiran. Tentu saja, hal tersebut akan sangat merugikan bagi para kaum
kapitalis jika mereka—proletar, kaum pekerja, dan kaum yang tertindas—terus
15
memberontak tanpa adanya tindakan pencegahan. Akhirnya, kaum kapitalis dapat
bernapas lega karena masalah itu dapat diselesaikan dengan tangan dingin dan
tertutup. Masyarakat dunia tidak banyak yang tahu tentang kelamnya kapitalisme
pada masa lampau. Di sisi lain, komunisme dan anarkisme pun telah menjadi bangkai
dan sekarat bersamaan dengan runtuhnya Uni Soviet.
Kini, yang tersisa untuk menjadi saingan kapitalisme hanyalah ideologi Islam.
Adapun paham demokrasi, liberal, dan lainnya sesungguhnya adalah anak-anak
kandung dari kapitalisme itu sendiri sehingga senantiasa mendukung kapitalisme.
Paham-paham tersebut dibuat untuk membodohi kaum tertindas (para manusia kelas
bawah dan menengah) dan untuk melegitimasi “penjajahan terselubung” kaum
kapitalis terhadap objek-objek keuntungan mereka, yakni manusia kelas pekerja dan
sumber daya alam.
Apa bukti dari hal-hal yang dijabarkan tersebut? Ide demokrasi adalah sistem
manusia yang semu dan utopia. Sesungguhnya, demokrasi adalah sistem yang
ambiguos alias tidak tentu dan tidak pasti karena realitasnya bermacam-macam dan
bertolak belakang. Demokrasi di Amerika dipimpin oleh kaum kapitalis sehingga
menyebabkan kemenangan mutlak kaum kapitalis dalam setiap “penarikan suara”.
Salah satu contoh nyata dari hegemoni kapitalis Barat adalah peristiwa Pemilihan
Umum I di Aljazair yang dilaksanakan pada 26 Desember 1991. Saat itu, FIS—Front
Islamiyah de Salute—memperoleh kemenangan luar biasa—yaitu 167 kursi dari 203
kursi parlemen—tetapi dibreidel kemenangannya oleh pemerintah Aljazair dengan
bantuan sepenuhnya dari pemerintah Amerika Serikat dan Prancis.
16
Bukti lainnya adalah pernyataan yang diungkapkan oleh salah seorang pejabat
tinggi Departemen Pertahanan Amerika Serikat dalam usahanya menumpas gerakan
Islam, khususnya “pemerintahan Islam”, sebagai berikut:
“Amerika Serikat juga khawatir akan potensi dampak negatif dari
pemerintahan Islam di Aljazair pada saat terjadi proses perdamaian Arab-Israel
dan efek dari aksi spionase Mesir dan Afrika Utara” (Media Dakwah; Januari 2002)
Demokrasi sama sekali tidak ada faedahnya bagi kaum mayoritas, dalam hal ini,
para kelas pekerja dan terutama umat Islam. Bahkan, suara-suara mereka yang
tertampung dalam Komite HAM-pun (yang konon didukung oleh demokrasi) nyaris
hanya sekadar formalitas buatan kapitalis untuk menutup mulut dan sekadar menjadi
pengejewantahan semu hak azasi manusia di dunia. Bukti konkret hal itu adalah
ketika Amerika Serikat dengan “gagah berani” menginvasi Irak dengan alasan yang
tidak masuk akal dan jelas dibuat-buat. Selain itu, jika memang benar HAM telah
ditegakkan di muka bumi ini, mengapa pula negara-negara yang katanya menjunjung
tinggi Universal Declaration of Human Rights pada 1948 hanya bisa memprotes dan
mengutuk perbuatan Amerika Serikat dalam menginvasi Irak dan Afghanistan tanpa
tindakan lebih lanjut? Lucunya, sang penjajah sendiri, yaitu Amerika Serikat dengan
lantang dan semangat terus-menerus meneriakkan tentang hak azasi manusia di
muka bumi.
Lalu, di mana letak hak azasi manusia itu? Mungkin lebih tepatnya terletak di
mulut kaum kapitalis karena tangan kanannya adalah sekularisme sedangkan tangan
kirinya demokrasi. Keduanya adalah sistem manusia bobrok yang dijalankan demi
17
keuntungan individual yang materialistis. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin miskin. Yang kuat memakan yang lemah dan yang lemah layak mati.
Ironisnya, umat Islam justru mengadopsi sistem tersebut untuk membunuh
dirinya sendiri. Hanya sebagian kecil dari umat Islam yang sadar akan hal tersebut.
Hingga saat ini, kelompok Islam radikal fundamentalis yang mempertahankan
dienullah, seperti pemerintahan Taliban di Afghanistan dan Abu Sayyaf di Filipina,
dianggap sebagai teroris. Bahkan, mereka yang mengaku sebagai orang Islam pun
terpancing oleh opini Barat yang sengaja meleburkan definisi terorisme dengan jihad
Islam agar masyarakat dunia beranggapan bahwa Islam sama dengan ideologi-
ideologi yang lain yang hanya sekadar tempel nama di dunia saja demi kepentingan
kekuasaan dan nafsu duniawi.
2.2 ANARKI
2.2.1 Pengertian
Kata anarki adalah tiruan dari kata asing seperti anarchy (Inggris) dan anarchie
(Belanda/Jerman/Perancis). Kata ini sebenarnya berasal dari bahasa Yunani, yaitu
anarchos atau anarchia. A berarti tidak ada, tidak, tidak ingin, sedangkan archos
berarti pemerintahan, penguasa, kepala, pengatur, penanggung jawab. Dengan
demikian, anarchos bisa berarti tanpa pemerintah atau tanpa penguasa. Lebih jauh
lagi, definisi “tanpa peraturan” merupakan turunan dari kata “tanpa pemerintah”,
sama halnya dengan “tanpa undang-undang”, “tanpa hukum”, atau
“inkonstitusional”. Sedangkan, anarkisme sendiri ialah anarki yang di-ideologi-kan
dan bagi orang yang berprinsip anarki disebut anarkis.
18
Dalam konotasi positif, anarkisme merupakan ideologi sosial yang tidak mau
menerima pemerintahan yang berkuasa secara otoriter. Kaum anarki sendiri lebih
cenderung berpendapat bahwa anarkisme itu ialah: “Nobody being boss over
anybody else—tidak ada orang yang menjadi penguasa di atas orang lain” (OpenMind
9; Anarchy: 2-7). Sedangkan, dalam konotasi negatif, anarkisme merupakan
keyakinan yang tidak mengakui sedikit pun hukum atau tatanan nilai dan secara aktif
terlibat dalam meningkatkan situasi chaos (kacau) dengan menghancurkan tatanan
masyarakat. Tentu saja, definisi secara negatif ini tidak lahir dari kaum anarki sendiri.
Definisi ini, demi kepentingan ideologi tertentu (dalam hal ini, tentu saja,
kapitalisme) dipakai dan disebarluaskan dalam kamus-kamus, tapi kemudian ditafsir
dan ditambah-bumbui sehingga menjadi “sebuah keadaan ketiadaan hukum atau
kekacauan politik karena kekosongan pemerintahan”
(http://www2.rnw.nl/rnw/id/tema/budaya/anarki.html; Leo Murbandono: 15
Desember 2000).
Lalu, definisi manakah yang dapat kita ambil? Alangkah tak adilnya jika kita
memilih definisi yang kedua yaitu definisi dalam konotasi negatif dengan
mengartikan anarkisme sebagai musuh negara (karena tidak mengakui adanya
negara) dan mencap langsung bahwa anarki memang layak mendapat predikat
tersebut berdasarkan kamus-kamus dan definisi umum yang sudah biasa dimengerti
oleh orang kebanyakan.
Menurut penulis, ada baiknya jika kita mencoba untuk menelusuri kembali
sejarah panjang dari anarkisme itu sendiri: dari mana ia berasal, pengaruh,
pergerakannya, serta sistem-sistem dari anarkisme itu sendiri. Perlu juga dibahas
19
bagaimana “sebuah” anarki dahulu kala posisinya begitu membahayakan bagi kaum
kapitalis.
2.2.2 Sejarah Singkat
Sejarah anarkisme sendiri keberadaannya sudah lebih dari 2 abad. Dari abad
ke-17, oleh kaum buruh di Eropa semisal Rusia dan Spanyol, anarkisme menyebar ke
Amerika dan Asia. Tercatat pula bahwa pada abad ke-19 kaum anarki menyebar luas
ke Italia, Prancis, dan Spanyol. Sepanjang sejarah, orang-orang selalu berusaha untuk
bebas dari segala macam bentuk penindasan yang dilakukan oleh kaum borjuis
(kapitalis) dan mencoba untuk melawan hegemoni kapitalisme serta berusaha untuk
mewujudkan impiannya tersebut dengan perjuangan, baik untuk dirinya sendiri
maupun komunitas dan terkadang juga masuk ke dalam gerakan yang lebih besar.
Dimulai sejak Revolusi Petani tahun 1381 hingga peristiwa Poll Tax Riot (sebuah
kerusuhan besar menentang dinaikkannya pajak) di Inggris, orang-orang telah
bersikap untuk melawan penindasan.
Mengapa anarki identik dengan melawan penindasan, terutama melawan para
kapitalis? Pada mulanya, praktik anarki telah dilakukan jauh-jauh hari oleh tatanan
masyarakat adat pada zaman dahulu. Masyarakat pada zaman tersebut hidup damai
dan berdampingan serta bersama-sama secara kolektif membangun suatu masyarakat
yang makmur tanpa adanya pemerintah ataupun negara. Mungkin orang-orang
modern seperti kita menganggapnya sebagai bangsa yang primitif dan barbar, tanpa
aturan, seenak adat, dan dianggap sebagai bangsa yang tak beradab. Namun faktanya,
hingga saat ini, masih terdapat suku-suku “anarkis” yang hidup secara kolektif dan
20
tinggal di pedalaman yang harus selalu bertahan dari segala macam manipulasi oleh
tangan-tangan korporasi dan para pemilik modal dibantu oleh militer. Salah satu
contohnya adalah penjajahan para kulit putih terhadap orang-orang Indian di
Amerika. Penghancuran ini begitu merusak cara hidup mereka dan memaksakan
hidup mereka dari yang asalnya bekerja dengan saling menguntungkan, untuk
kemudian diubah menjadi bekerja demi upah.
Ide-ide anarkis merefleksikan hasrat-hasrat dasar manusia untuk membebaskan
diri dari segala macam tekanan dan penindasan yang dilakukan oleh kaum borjuis
atau kapitalis, utamanya penindasan terhadap kaum petani dan pekerja. Refleksi
sejarah ini tergambar dalam Taoisme di Timur hingga gerakan Freethinking di Eropa
yang banyak dianut oleh para petani heretik di wilayah tersebut hingga terjadinya
gerakan anarkis pada abad ke-19. Ide-ide dan aksi-aksi anarkis tersebut mulai
menyebar ke berbagai revolusi yakni dimulai dengan Revolusi Petani pada 1381 di
Inggris hingga era kebangkitan global pada 1968.
Bagaimanapun, harapan orang-orang untuk bebas dari penindasan selalu saja
mendapat hambatan dan penjegalan serta dihancurkan oleh kekuatan-kekuatan yang
tidak setuju dengan terciptanya dunia bebas tanpa penindasan kelas. Entah itu
dilakukan oleh kaum liberal, reformis, Marxis-Leninis, atau siapa pun. Berikut ini
peristiwa-peristiwa anarkis yang selalu saja dihancurkan oleh kekuatan-kekuatan
tersebut:
1. Pada masa kediktatoran Bolsheviks sekitar tahun 1921, saat pelaut-pelaut
Petrograd bersama-sama dengan kaum buruh menduduki kota Kronstad yang
merupakan kota pertahanan milik Bolsheviks, para pejuang Kronstad tersebut
21
akhirnya habis dibantai oleh Tentara Merah Bolsheviks. Setelah itu, Trotsky
berkata, “Pada akhirnya, pemerintah Soviet dengan tangan besi telah membawa
Rusia lepas dari anarkisme”.
2. Dalam Revolusi Jerman tahun 1918, ide-ide anti-negara telah diletakkan ke dalam
praktik. Berbagai anarkosindikalisme (berasal dari bahasa Prancis yang artinya
serikat, telah menjadi sebuah gerakan para pekerja yang mengorganisasikan diri
melalui federasi-federasi) didirikan. Organisasi-organisasi tersebut
mendeklarasikan bahwa mereka independen dan berotonomi penuh. Namun
kemudian, gerakan ini juga dihancurkan oleh aliansi dari pemerintah sosialis
bersama milisi-milisi fasis, leftist yang pro-negara, dan kaum sayap kanan yang
kesemuanya bersatu menghancurkan anarkosindikalisme tersebut.
3. Pada tahun 1900, di Argentina, kaum anarkosindikalis mengorganisasikan
pemogokan massal secara beruntun hingga hal tersebut memaksa pemerintah
untuk memberlakukan keadaan darurat negara hingga lima kali.
4. Pada tahun 1936, di Spanyol, para pekerja (terutama mereka yang tergabung
dalam CNT sebuah serikat anarkis) melawan kudeta militer yang dilancarkan oleh
kaum fasis. Gerakan ini dihancurkan pertama kalinya oleh pemerintahan
demokratis ketika pada awalnya pemerintahan ini yang dibiarkan berkembang
oleh para anarkis karena mengatasnamakan persatuan anti-fasis kemudian malah
berbalik memihak kepada kaum fasis.
5. Selain itu, pada tahun 1970-an, marak penentangan terhadap sistem kerja upahan,
yang gerakan yang paling terkenal terjadi di Italia. Sabotase, pemogokan yang
22
disertai dengan aksi-aksi vandalisme dilakukan sebagai taktik untuk melepaskan
diri dari kontrol perserikatan leftist dan partai-partainya.
Setelah banyak dari jaringan mereka yang tersebar ke seluruh Eropa dan
Amerika dihancurkan, anarkis kemudian diposisikan sebagi penjahat dan kambing
hitam atas semua tindakan seperti pengeboman dan pembunuhan para politikus dan
para tokoh ekonomi yang sebenarnya dilakukan oleh para individu yang mengalami
demoralisasi. Pengkambinghitaman para anarkis sering disebut “Propaganda by the
Deed” sehingga pada akhirnya kata anarkis berhasil diselewengkan pada makna yang
lebih kepada terjadinya bentuk kekerasan. Maka, sejak saat itu, tidaklah
mengherankan jika anarki selalu diidentikkan dengan penghancuran dan penjarahan.
Salah satu contohnya penjarahan mal, toko, dan rumah-rumah yang dihuni oleh WNI
keturunan, perampasan hak orang lain, rasisme, dan pembunuhan (OpenMind 9;
Anarchy: 4 dan thesis_archieve cyberresistance.com; Tank Boy: 20 Januari 2005).
“Pengkambinghitaman tersebut pada sekitar tahun 1970-an mengalami
penentangan dengan sendirinya saat di Eropa Barat dan Amerika terbentuk
gerilya-gerilya kota yang tersebar. Mereka rata-rata bukanlah kaum anarkis
melainkan kaum Marxis. Gerakan-gerakan gerilya dalam kota yang bersenjata
menjadi populer di era tahun 70-an.
Selain itu, tahun 1970-an juga memperlihatkan mulai meningkatnya
penentangan terhadap sistem kerja upahan, yang gerakan paling terkenal terjadi
di Italia. Sabotase, pemogokan yang disertai dengan aksi-aksi vandalisme
sebagai taktik untuk melepaskan diri dari kontrol perserikatan leftist dan partai-
partainya sering kali digunakan. Semua itu dilancarkan untuk kembali
menempatkan bahwa kebutuhan pokok manusia ada di atas kepentingan
pengerukan profit” (thesis_archieve cyberresistance.com; Tank Boy: 20 Januari
2005).
23
Inilah apa yang terjadi pada seluruh dunia. Di Brazil, ratusan dari ribuan petani
yang mengorganisasikan diri dalam MST (organisasi gerakan para petani hamba)
menduduki lahan-lahan pertanian untuk kemudian dikerjakan secara kolektif. Dalam
sebuah kerusuhan di Los Angeles beberapa tahun lalu, kaum miskin perkotaan
melakukan revolusi, merampok, dan membuat komunitas mereka tertutup bagi
pemerintah. Tahun 1994, kaum Zapatista memapankan zona otonomi di berbagai
desa di daerah Chiapas, Meksiko. Aksi-aksi mereka, sebagai tanggapan atas
diberlakukannya kebijakan-kebijakan pasar bebas, menginspirasikan ide-ide
perlawanan bagi banyak orang di seluruh dunia.
Para anarkis tumbuh dan berkembang di Barat sebagai kontra-kultur terhadap
hegemoni budaya dan sistem. Bahkan, di beberapa negara Eropa justru partai sosialis
yang memenangi pemilu. Anarkisme sendiri merupakan turunan dari sosialis,
walaupun dalam segi pergerakan dan kultur mereka berbeda dengan kaum sosialis.
Mereka kebanyakan adalah sosialis-anarkis dan biasanya melakukan aksi-aksi demo
menentang kapitalisme, globalisasi, dan sejenisnya. Ciri-ciri mereka sangat khas,
biasanya mereka berdemo sambil membawa bendera hitam bersilang merah,
memakai balaclava (biasanya orang-orang black bloc). Mereka selalu membawa
bendera hitam sebagai lambang penghapusan warna yang sering kali dibeda-bedakan
dan menyebabkan manusia dibedakan karena perbedaan warna kulit, bendera, dan
sebagainya.
“Hitam adalah penghapusan dari segala warna. Penghapusan warna yang selalu
dibeda-bedakan dan yang membuat manusia dibeda-bedakan oleh warna dari
benderanya. Hitam adalah sebuah ungkapan kemarahan. Sebuah kemarahan
terhadap sistem hierarki yang menghapuskan nilai-nilai kemanusian. Hitam
24
adalah warna duka cita. Duka cita yang dipersembakan pada semua ribuan
korban yang jatuh dalam menegakan nilai-nilai kemanusiaan. Duka cita untuk
semua kaum pekerja yang dirampok (dijatuhi pajak) untuk dibayarkan pada
sebuah usaha penghapusan nilai kemanusiaan. Duka cita pada semua bentuk
pemikiran untuk dunia yang terang, yang lalu dihapuskan dan dibuat gelap oleh
penguasa. Hitam adalah sebuah warna untuk menghibur segala duka cita
tersebut. Tapi. hitam juga warna yang indah. Warna dari sebuah kebulatan
tekad, ketetapan hati, kekuatan. Hitam adalah warna dari sebuah misteri, warna
dari sebuah pengharapan dari kegelapan akan sebuah kehidupan yang segar,
yang baru, dan yang lebih baik”.
(pengkhianatyangtelahmusnah; punx.zip: 20 Januari 2005)
Tercatat dalam sejarah bagaimana kelompok-kelompok anarkis selalu
menggunakan bendera hitam sebagai lambang, seperti yang terjadi di Ukraina.
Kelompok milisi anarkis Ukraina, Makhovist, yang aktif sekitar tahun 1900 di Rusia
memakai bendera berwarna hitam dengan tulisan “Land and Liberty” dengan tinta
merah di tengahnya. Kemudian, kelompok pejuang Revolusioner Zapatista di
Meksiko menggunakan bendera hitam dan gambar tengkorak dan tulang yang
disilangkan (Jolly Roger) dengan tulisan “Land and Liberty”. Selain itu, dilaporkan
juga bahwa penggunaan bendera hitam terjadi ketika perang kaum petani di Jerman
pada tahun 1525. Namun begitu, mereka tetap sadar bahwa kaum kapitalis, walaupun
hanya segelintir orang mampu menghadang mereka.
2.2.4 Anarkisme di Indonesia
Komunitas anarkis di Indonesia sendiri terbagi-bagi dan cenderung lebih
kepada sosialis karena akar sosialis versi Lenin lebih kental di sini. Contoh organisasi
yang cukup mapan dan sudah melebarkan sayapnya hingga ke buruh-buruh tertindas
25
adalah Partai Rakyat Demokratik (PRD) dan Forum Kota (FORKOT) yang kerap kali
dan dapat dipastikan ikut serta dalam demo-demo buruh di Indonesia. Sebagian dari
kaum anarkis ini ada yang eksis bahkan menerapkan pola hidup anarkis, seperti di
Yogyakarta. Di Yogyakarta ada kampung kaum Anarkis Pasifis. Mereka nyata. Mereka
membentuk komunitas sendiri, bercocok tanam tanpa peduli apa pun, dan menjadi
komunal yang terpisah. Hanya saja, sangat sulit bagi mereka untuk bertahan dalam
hidup yang serba-kapitalistik ini dan tidak jarang ada yang berubah haluan,
menyerah, dan akhirnya bersikap hedon. Walaupun begitu, ideologi mereka tidak
sepenuhnya hilang begitu saja.
2.3 KAPITALISME
2.3.1 Pengertian
Kapitalisme secara etimologis berasal dari kata caput, yang artinya kepala,
kesejahteraan, dan kehidupan. Makna modal dalam kapital seharusnya
diinterpretasikan sebagai titik kebahagiaan. Dengan makna kesejahteraan, definisi
kapital mulai dikembangkan dengan akumulasi keuntungan yang diperoleh dalam
setiap transaksi ekonomi. Oleh sebab itu, interpretasi awal dari kapitalisme adalah
proses pengusahaan kesejahteraan untuk bisa memenuhi kebutuhan. Dalam definisi
ini, sebetulnya kapitalisme mempunyai definisi yang konstruktif-manusiawi. Namun,
dalam perkembangannya, kapitalisme—terutama sejak Revolusi Industri—
didefinisikan sebagai paham yang mau melihat serta memahami proses pengambilan
dan pengumpulan modal balik yang diperoleh dari setiap transaksi komoditas
ekonomi. Pada saat itu pula kapitalisme tidak hanya dilihat sebagai ideologi teoretis,
26
tapi berkembang juga menjadi paham yang memengaruhi tingkah laku ekonomi
manusia (www.sosialista.org: AG. Eka Wenats Wuryanta).
Adapun definisi lain dari kapitalisme ialah sistem ekonomi yang mendasarkan
asas kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi, kepentingan pribadi, serta motif
pencarian keuntungan sebagai perangsang utama kegiatan ekonomi yang di dalamnya
ada persaingan bebas untuk mendapatkan tenaga kerja, sumber daya mentah, serta
produksi.
2.3.2 Sejarah Singkat
Kapitalisme sesungguhnya telah ada sejak zaman dulu pada bibit-bibit
pemikiran masyarakat feodal yang berkembang di Babilonia, Mesir, Yunani, dan
kekaisaran Roma. Kapitalisme zaman ini dinamakan dengan kapitalisme purba atau
Commercial Capitalism. Pada zaman itu, perdagangan lintas suku dan kekaisaran
sudah berkembang dan membutuhkan sistem hukum ekonomi untuk menjamin
keadilan perdagangan yang dilakukan oleh para pedagang, tuan tanah, dan
rohaniawan. Bahkan, Max Weber pernah menyatakan bahwa akar kapitalisme
berawal dari sistem Codex Luris Romae sebagai aturan main ekonomi yang banyak
dipakai oleh kaum pedagang di Eropa, Asia Timur jauh, Asia Barat, dan Afrika Utara.
Aturan main sistem ini sebetulnya dimanfaatkan untuk memapankan sistem
pertanian feodal. Dari aturan ini pula muncul istilah “borjuis” yang mengelompokkan
sistem feodalisme yang disempurnakan dengan sistem hukum ekonomi tersebut.
Kelompok borjuis ialah kelompok tuan tanah, bangsawan, dan rohaniawan yang
tinggal di tempat yang luas dan besar.
27
Pada perkembangan selanjutnya, kaum Merkantilis mengadopsi sistem hukum
tersebut dan dikenal sebagai “kode etik” dan tata cara perdagangan. Mereka memakai
kapitalisme sebagai tahap lanjutan sistem sosial ekonomi yang dibentuk. Tatanan
ekonomi dan politik yang berkembang memerlukan hukum dan etika yang relatif
mapan. Pada saat itulah terjadi persaingan dalam sistem pasar, keuangan, dan tata
cara barter serta perdagangan yang dianut oleh kaum Merkantilis. Kaum Merkantilis
kemudian mulai mengubah wacana baru tentang pasar. Kemudian, pada saat mereka
membicarakan pasar dan perdagangan, mau tak mau, mereka mulai membicarakan
barang dagang (komoditas) dan nilai lebih yang disebut dengan The Surplus Value.
Dari akar penyebutan inilah, wacana tentang keuntungan dan profit menjadi bagian
integral dalam kapitalisme hingga abad pertengahan.
Adalah Adam Smith yang menuangkan ajaran kapitalisme yang bersumber dan
berakar pada pandangan filsafat ekonomi klasik dalam karyanya berjudul Wealth of
Nation (1776). Selain Adam Smith, yang umumnya disebut sebagai tokoh perintis
pandangan ekonomi klasik adalah dua pemikir ekonomi lainnya yakni David Ricardo
dan James Mill. Namun, banyak juga pengikut dan pemikir lainnya yang dimasukan
dalam kategori ekonom klasik seperti halnya Adam Smith, seperti Jeremy Bentham,
Thomas Robert Malthus, atau J.B. Say. Keseluruhan filsafat pemikiran penganut
ekonomi klasik tersebut dibangun di atas landasan filsafat ekonomi liberalisme.
Mereka percaya pada kebebasan individu (personal liberty), pemilikan pribadi
(private property), dan inisiatif individu serta usaha swasta (private enterprise).
Kepercayaan dan pandangan ini disebut liberal jika dibandingkan pandangan lain
pada waktu itu yakni Merkantilisme yang membatasi perdagangan dan industri.
28
Kapitalisme kemudian muncul kembali dengan kuat seiring dengan munculnya
sekularisme pada saat puncak Revolusi Prancis dan semakin berkembang ketika
Revolusi Industri di Inggris dimulai. Pada masa-masa itu, terjadi perkembangan
kapitalisme yang sangat pesat. Kini, tidak bisa dipungkiri bahwa kapitalisme—yang
awalnya hanya berorientasikan kepada kepemilikan modal berlanjut kepada
keuntungan nilai lebih dan, seiring dengan berjalannya waktu, politik negara dan
kebudayaan serta pemuasan akan kebutuhan materi—berubah menjadi sebuah
ideologi mapan yang hampir memengaruhi seluruh perekonomian di dunia. Bukan
hanya sektor ekonomi yang telah terkontaminasi oleh kapitalisme, tetapi juga sektor
kebudayaan, sektor politik negara, pola perilaku, dan bahkan agama tidak luput dari
pengaruh kapitalisme. Kapitalisme telah menjadi sebuah hegemony culture yang
dalam praktik maupun teorinya telah menjadikan kepuasan materi sebagai sebuah
kebutuhan dasar bagi manusia. Kapitalisme dengan segala isme-isme turunannya
semisal demokrasi, HAM, dan globalisasi telah mendominasi dunia menuju sebuah
praktik hedonisme dan egoisme.
Pada abad 21 ini, kekuatan kapitalisme semakin mendominasi sistem politik di
negara-negara adidaya maupun di dunia ketiga. Ideologi yang pada awalnya hanya
digunakan pada perekonomian kaum feodal zaman dulu, kini berubah menjadi
kekuatan raksasa yang abstrak yang menjadi pedoman bagi dalang-dalang tragedi
serta peristiwa-peristiwa di dunia. Salah satu contohnya adalah persengketaan
Palestina-Israel, Perang Afghanistan yang konon katanya untuk memburu Osama bin
Laden—sang teroris versi AS—padahal, perang tersebut terjadi demi kepentingan
Pipanisasi Pemerintah Amerika Serikat. Kemudian, invasi Irak. Dengan dalih
29
penggunaan senjata pemusnah massal oleh Irak, AS menyerbu dan menewaskan
jutaan manusia tak bersalah. Padahal, semua warga dunia mengecam dan tahu bahwa
tindakan AS itu didasari oleh “kehausan akan minyak”. Konon, cadangan minyak di
Irak sebesar 115 juta barrel, bahkan beberapa perusahaan minyak memperkirakan
jumlah sebenarnya dua kali lipat dari angka tersebut. Sedangkan, AS harus selalu
mengimpor minyak sekitar 11 juta barrel per hari disebabkan oleh industrinya yang
memiliki ketergantungan terhadap minyak.
Sejumlah negara besar seperti Prancis dan Jerman mengecam dan mengutuk
tindakan AS ini, begitu pula dengan negara-negara di Timur Tengah. Demonstrasi-
demonstrasi terjadi setiap hari di kedubes AS di seluruh dunia. Hanya itu. Mereka
tidak dapat melakukan lebih dari itu kepada AS disebabkan sangat kuatnya pengaruh
kapitalisme di dunia internasional. Mereka tidak dapat melakukan embargo ekonomi
kepada AS seperti halnya dulu AS mengembargo Irak ketika Perang Teluk. Bahkan,
PBB pun dibuat tak berdaya dan seolah-olah merupakan alat mainan yang siap
dibubarkan jika berani mengusik AS.
Apa yang menyebabkan AS begitu berkuasa di dunia? Sistem propagandanya-lah
yang patut kita telusuri. AS mempunyai sistem informasi teknologi yang canggih yang
mampu mengubah paradigma dan opini publik sesuai dengan yang diharapkan
mereka. Mereka menyusupkan sejumlah informasi-informasi yang tidak sesuai
dengan kebenaran dan dipermak agar AS mendapat dukungan dari masyarakat
dunia. Sejarah ditulis ulang seolah-olah AS (baca: kapitalisme) adalah pahlawan dan
patut dijadikan contoh. Padahal, kita semua tahu—bahkan Noam Chomsky, warga AS
sendiri, Profesor Linguistik di MIT—bahwa AS sendiri adalah teroris internasional.