9 BAB II A. Kajian Teori 1. Kecepatan a. Pengertian Kecepatan Kecepatan adalah kemampuan bergerak dengan kemungkinan kecepatan tercepat, ditinjau dari sistem gerak, kecepatan adalah kemampuan dasar mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat otot untuk menampilkan gerakan-gerakan pada kecepatan tertentu. Dari sudut pandang mekanika, kecepatan diekspresikan sebagai rasio antara jarak dan waktu dalam buku Ismaryati (Bompa, 1990:57) Menurut Sukadiyanto, (2010:174) kecepatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk menjawab rangsang dalam waktu secepat (sesingkat) mungkin. Kecepatan sebagai hasil perpaduan dari panjang ayunan tungkai dan jumlah langkah. Dimana gerakan panjang ayunan dan jumlah langkah merupakan serangkaian gerak yang sinkron dan kompleks dari sistem neuromuscular. Dengan bertambahnya panjang ayunan dan jumlah langkah akan meningkatkan kecepatan bergerak. Untuk itu dalam membahas unsur kecepatan selalu berpijak pada konsep dasarnya yaitu : perbandingan antara waktu dan jarak, sehingga unsur kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (kecepatan gerak). Artinya, agar dapat bergerak cepat tergantung dari kecepatan reaksi saat awal gerak, kemampuan tubuh menempuh jarak dengan waktu tertentu, serta frekuensi langkah larinya. Sedangkan menurut Sajoto (1995:9), Kecepatan (speed) adalah, kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Seperti dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda, panahan dan lain-lain. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat- singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu
58
Embed
BAB II A. Kajian TeoriDaya tahan kecepatan menentukan kesanggupan seseorang mengatasi kerja intensif selama 20-30 detik. Kemampuan ini tergantung ... terkait dengan variasi yang besar.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
A. Kajian Teori
1. Kecepatan
a. Pengertian Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan bergerak dengan kemungkinan
kecepatan tercepat, ditinjau dari sistem gerak, kecepatan adalah
kemampuan dasar mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat otot untuk
menampilkan gerakan-gerakan pada kecepatan tertentu. Dari sudut
pandang mekanika, kecepatan diekspresikan sebagai rasio antara jarak
dan waktu dalam buku Ismaryati (Bompa, 1990:57)
Menurut Sukadiyanto, (2010:174) kecepatan adalah kemampuan
otot atau sekelompok otot untuk menjawab rangsang dalam waktu
secepat (sesingkat) mungkin. Kecepatan sebagai hasil perpaduan dari
panjang ayunan tungkai dan jumlah langkah. Dimana gerakan panjang
ayunan dan jumlah langkah merupakan serangkaian gerak yang sinkron
dan kompleks dari sistem neuromuscular. Dengan bertambahnya panjang
ayunan dan jumlah langkah akan meningkatkan kecepatan bergerak.
Untuk itu dalam membahas unsur kecepatan selalu berpijak pada konsep
dasarnya yaitu : perbandingan antara waktu dan jarak, sehingga unsur
kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit
waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (kecepatan gerak).
Artinya, agar dapat bergerak cepat tergantung dari kecepatan reaksi saat
awal gerak, kemampuan tubuh menempuh jarak dengan waktu tertentu,
serta frekuensi langkah larinya.
Sedangkan menurut Sajoto (1995:9), Kecepatan (speed) adalah,
kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan
dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Seperti dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda, panahan dan
lain-lain.
Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan
yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu
10
yang sesingkat-singkatnya. (Harsono:1988:216). Kecepatan adalah jarak
di bagi waktu (Kent, 1994 dalam tesis Slamet 2001 hal 2).
Bompa dan Haff (dalam syafruddin, 2012), mengatakan bahwa
kecepatan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu jarak
tertentu dengan cepat. Sedangkan menurut Sukadiyanto (2008) kecepatan
adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerak atau serangkaian
gerak secepat mungkin sebagai jawaban terhadap rangsang.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian kecepatan,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa kecepatan adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan gerak-gerakan yang sejenis secara berturut-
turut dengan kecepatan tinggi untuk menempuh jarak tertentu dengan
waktu yang sesingkat-singkatnya.
b. Macam-macam Kecepatan
Secara umum kecepatan mengandung pengertian kemampuan
seseorang untuk melakukan gerak atau serangkaian gerak secepat
mungkin sebagai jawaban terhadap rangsang. Dalam menjawab rangsang
dapat dalam bentuk gerak atau serangkaian gerak yang dilakukan secepat
mungkin. Menurut sukadiyanto (2010:174), Untuk itu ada dua macam
kecepatan, yaitu kecepatan reaksi dan kecepatan gerak. Kecepatan reaksi
adalah seseorang dalam menjawab suatu rangsang dalam waktu sesingat
mungkin. Kecepatan reaksi dibedakan menjadi reaksi tunggal dan reaksi
majemuk. Sedangkan kecepatan gerak adalah kemampuan seseorang
melakukan gerak atau serangkaian gerak dalam waktu secepat mungkin.
Kecepatan gerak dibedakan menjadi gerak siklus dan non siklus. Selain
kedua macam kecepatan tersebut masih ada istilah yang menggunakan
unsur kecepatan, yaitu ketahanan kecepatan atau stamina.
Kecepatan reaksi tunggal adalah kemampuan seseorang untuk
menjawab rangsang yang telah diketahui arah dan sasarannya dalam
waktu sesingkat mungkin. Artinya, sebelum melaksanakan gerakan
dalam benak fikiran olahragawan sudah ada persepsi dan arah serta
sasaran rencana motorik yang akan dilakukan. Sehingga kondisi
rangsang sudah dapat diprediksi sebelum gerak dilakukan.
11
Sebagai contoh, apabila pluit berbunyi satu kali yang dilakukan
adalah lari cepat, berbunyi dua kali jalan, berbunyi tiga kali jogging.
Pada contoh ini peranan utama yang berfungsi menerima rangsang
adalah indera pendengar. Contoh lain, dimana rangsang yang diterima
melalui indera penglihatan, apabila tangan pelatih menunjuk kekanan
yang dilakukan adalah lari kesamping kiri olahragawan, bila menunjuk
kiri lari kesamping kanan olahragwan, menunjuk kebelakang lari
mundur, kedepan lari kedepan. Pada kedua contoh tersebut sebelum
melakukan gerakan olahragwan sudah mengetahui gerak yang
seharusnya dilakukan sesuai dengan penjelasan dari pelatih, sehingga
membentuk gerak yang akan dilakukan sesuai dengan persepsi yang
diterimanya.
Kecepatan reaksi majemuk adalah kemampuan seseorang untuk
menjawab rangsang yang belum diketahui arah dan sasaranya dalam
waktu yang sesingkat mungkin. Artinya, sebelum melaksanakan gerakan
dalam dalam benak fikiran olahragawan sudah ada persepsi, tetapi belum
diketahui arah dan sasaran rencana motor (gerak) yang akan dilakukan.
Sebagai contoh, pelatih bola basket memegang dua bola ditangan kanan
dan kiri dengan kedua lengan diluruskan kekanan dan kiri, anak didik
berdiri menghadap ke pelatih dan tugasnya adalah menangkap bola yang
dijatuhkan oleh pelatih hanya satu, bias bola di tangan kanan atau bola di
tangan kiri pelatih. Dengan demikian persepsi yang diterima anak latih
adalah tentang tugasnya untuk meangkap bolabasket sebelum mantul dua
kali. Sedangkan gerak yang dilakukan belum dapat direncanakan karena
arahnya belum diketahui, bola yang berada ditangan kanan atau yang
ditangan kiri.
Kecepatan gerak adalah kemampuan seseorang melakukan gerak
atau serangkaian gerak dalam waktu secepat mungkin. Kecepatan gerak
dapat dibedakan menjadi gerak siklus dan non siklus. Kecepatan gerak
siklus atau sprint adalah kemampuan system neuromuskuler untuk
melakukan serangkaian gerak dalam waktu sesingkat mungkin. Gerak
siklus adalah satu macam aktivitas yang dilakukan secara
12
berkesinambungan atau gerak yang berangkai. Contohnya antara lain
dalam bentuk, jalan, berenang, lari, bersepeda.
Sedangkan kecepatan non siklus adalah kemampuan sistem
neuromuskuler untuk melakukan gerak tunggal dalam waktu sesingkat
mungkin. Bentuk dalam gerak non siklus adalah gerak yang dilakukan
hanya dalam satu kali gerak atau gerak tunggal. Contoh gerak tunggal,
antara lain dalam bentuk: melempar, menendang, melompat, dan
meloncat.
Ketahanan kecepatan atau orang awam lebih suka menyebutkan
dengan istilah stamina adalah kemampuan mempertahankan kecepatan
dalam jangka waktu yang relative lama. Stamina selalu diperlukan pada
hamper semua cabang Olahraga pertandingan atau perlombaan. Pada
latihan stamina unsur-unsur yang dapat ditingkatkan, diantaranya adalah
power anaerobic alaktik, power anaerobic glikolitik, dan kapasitas
anaerobik glikolitik.
Power anaerobik adalah kemampuan tubuh dalam bekerja secara
eksplosif dan mengambil oksigen secara maksimal untuk mencukupi
kebutuhan seluruh jaringan yang memerlukan. Power anaerobi alaktik
menjamin tingkat kualitas ketahanan khusus (jangka pendek) dan
kekuatan kecepatan. Selain itu power anaerobik glikolotik akan
menjamin pemeliharaan kecepatan yang tinggi dan untuk mengawali
gerak akselerasi. Kapasitas anaerobik glikolitik adalah kemampuan
seseorang untuk tetap dapat beraktivitas meskipun dalam keadaan
kekurangan oksigen dan tetap mampu memberikan toleransi terhadap
akumulasi (penimbunan) asam laktat.
c. Faktor-faktor yang membatasi kemampuan kecepatan
Kecepatan (speed) merupakan salah satu elemen kondisi fisik
yang tidak hanya sulit ditingkatkan, akan tetapi juga membutuhkan
proses latihan yang lama dan selain dari itu sulit dipertahankan jika telah
mencapai prestasi puncak. Hal ini disebabkan banyak faktor yang
mempengaruhi prestasi kecepatan seseorang atau atlet. Menurut
Jonath/krempel (1981:48-49) dalam buku Syafruddin 2012, mengatakan
13
bahwa kemampuan kecepatan dibatasi oleh factor-faktor sebagai berikut
ini :
a. Kekuatan otot
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa kemampuan
kecepatan tidak bisa berkembang tanpa kekuatan otot yang memadai
karena kekuatan otot merupakan suatu persyaratan mutlak dari kecepatan
gerakan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan suatu kecepatan maksimal
diperlukan pertama sekali otot yang kuat dan terlatih.
b. Viskositas otot
Perkembangan/peningkatan kecepatan gerakan yang dapat
dicapai secara maksimal berpengaruh negatif ketika otot dalam keadaan
dingin dengan viskositas yang tinggi. Dengan kata lain, kecepatan tidak
dapat berkembang ketika otot dalam keadaan tidak panas (dingin)
dengan viskositas yang tinggi.
c. Kecepatan reaksi
Kecepatan reaksi atau kemampuan reaksi merupakan kemampuan
seseorang menjawab/merespon suatu sinyal (stimulus) dengan kecepatan
tinggi.
d. Kecepatan kontraksi
Kecepatan kontraksi berhubungan dengan struktur dan
kemampuan otot secara fisiologis karena kecepatan kontraksi lebih
ditentukan oleh jenis serabut otot putih/cepat (fast twitch) dibandingkan
jenis serabut otot merah/lambat (slow twitch). Kecepatan gerakan dan
power ditentukan terutama oleh serabut otot cepat dan daya tahan lebih
ditentuka oleh serabut otot lambat (Syafruddin, 2012).
e. Koordinasi
Koordinasi disini dimaksudkan adalah kerjasama atau saling
pengaruh antara system persyarafan pusat atau central nervous system, di
singkat CNS dan otot yang bekerja, yang sangat berpengaruh terhadap
kecepatan gerak.
f. Ciri-ciri Anthropometri
14
Ciri-ciri bangunan tubuh manusia seperti perbandinagn panjang
tungkai dan badan, dan panjang lengan memegang peran penting dalam
meningkatkan kecepatan, akan tetapi tidak bisa dilatih. Hal ini
disebabkan anthropometri tubuh setiap orang tumbuh dan berkembang
secara alami sesuai dengan faktor genetik bawaan yang dimiliki.
g. Daya Tahan Anaerobik atau daya tahan kecepatan
Daya tahan kecepatan menentukan kesanggupan seseorang
mengatasi kerja intensif selama 20-30 detik. Kemampuan ini tergantung
dari kapasitas otot dan energy yang dihasilkan saat mengalami defisit
(kekurangan).
Menurut Owen Anderson (12 : 2013), kebanyakan pelari dan
pelatih menyadari bahwa faktor genetic mempengaruhi lari.
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang menentukan kecepatan motorik (Jonath/Krempel, 1981.
Dalam buku syafrudin, 2012)
d. Analisis mekanika Kecepatan Lari 100 Meter
Lari 100 meter pada dasarnya adalah gerak seluruh tubuh ke
depan secepat mungkin yang dihasilkan oleh gerakan dari langkah-
langkah kaki dalam menempuh jarak 100 meter, yang unsur pokoknya
adalah panjang langkah dan kecepatan frekuensi langkah hal ini sesuai
dengan pendapat Hay (1993: 396) bahwa kecepatan lari atlet tergantung
dari kedua faktor yang mempengaruhi, yaitu:
Kecepatan Motor
Kekuatan otot
Viskositas ototkoordinasi
Kecepatan reaksi
KecepatanKontraksi
CiriantropometriDaya tahan anaerobik umum
15
1.) Panjang langkah adalah jarak yang ditempuh oleh setiap langkah
yang dilakukan.
1) Frekuensi langkah jumlah langkah yang diambil pada suatu waktu
tertentu (yang disebut sebagai irama atau kecepatan langkah).
Kecepatan lari sangat tergantung kepada besarnya panjang langkah
dan frekuensi langkah, maka penting untuk mempertimbangkan faktor-
faktor yang menentukan ukuran tersebut.
1.) Panjang langkah
Panjang langkah yang dilakukan oleh seorang pelari dapat dianggap
sebagai jumlah dari ketiga jarak yang berbeda.
Gamabar 2.2 Kontribusi Total Panjang Langkah Pelari (Hay 1993: 398)
(a) Jarak tinggal landas (takeoff distance) adalah jarak
horizontal ketika pusat gravitasi menghadap ke ujung kaki
yang tinggal landas pada saat kaki tersebut meninggalkan
tanah.
(b) Jarak terbang (flight distance) adalah jarak
horizontal ketika pusat gravitasi berjalan pada saat pelari ada di
udara.
(c) Jarak pendaratan (landing distance) adalah jarak
horizontal ketika ujung kaki yang ada didepan menghadap ke
pusat gravitasi pada saat pelari mendarat Hay (1993: 398)
16
Yang pertama dari ketiga kontribusi tersebut tergantung kepada
kedudukan tubuh atlet pada saat tinggal landas (takeoff). Seberapa jauh
pelari menjulurkan kaki penopangnya sebelum kaki meninggalkan tanah,
dan sudut yang dibuat dengan horizontal pada saat itu memiliki arti penting
dalam kaitannya dengan kedudukan tubuh. Sudut yang dibuat oleh kaki
dengan garis horizontal pada saat kaki memutuskan hubungan dengan tanah
terkait dengan variasi yang besar.
Gambar 2.3 Jarak Pusat Gravitasi Pelari pada Saat Kaki
Meninggalkan Landasan dengan Sudut Kemeringan Badan
Bervariasi (Hay, 1993: 399)
Sudutnya bervariasi antara sekitar 30º ketika pelari meninggalkan
blok sampai mendekati 60º ketika ia mendekati langkah yang penuh. Jarak
horizontal dari ujung jari ke pusat gravitasi berkurang dari 90 cm menjadi 40
cm. pada bagian lari tersebut dimana atlet tidak menyentuh tanah, jarak
horizontal yang pelari tempuh ditentukan oleh faktor-faktor yang mengatur
terbangnya semua proyektil semacam itu, yaitu kecepatan, sudut, dan tinggi
pelepasan dan resistensi udara yang ditemui saat terbang (flight). Terpenting
dari hal ini adalah kecepatan pelepasan, sebuah jumlah yang pada dasarnya
ditentukan oleh kekuatan reaksi tanah yang dikerahkan pada atlet. Hal ini
nantinya merupakan hasil dari kekuatan (gaya), terutama dari juluran
pinggul, lutut, sendi pergelangan kaki, yang dikerahkan oleh pelari terhadap
tanah.
17
Jarak horizontal dari ujung jari kaki yang didepan sampai garis
gravitasi pada saat atlet mendarat adalah yang terkecil diantara kontribusi
panjang langkah keseluruhan. Ukurannya dibatasi oleh kebutuhan mendarat
seefisien mungkin. Saat mengayunkan kaki bawah kedepan tepat didepan
kaki yang mendarat tampaknya merupakan cara yang tepat bagi pelari untuk
mendambah panjang langkah, gerakan kaki kedepan ketika ketika pelari
menyentuh tanah menimbulkan reaksi kebelakang (sejenis reaksi baling-
baling atau mengerem) yang mengurangi kecepatan pelari kedepan (Hay,
1993: 399).
2.) Frekuensi Langkah
Jumlah langkah yang dilakukan oleh atlet dalam suatu waktu tertentu
oleh beberapa waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu langkah,
semakin lama waktu yang diperlukan, maka semakin sedikit langkah yang
dapat dilakukan oleh atlet dalam suatu waktu tertentu, dan sebaliknya.
Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu langkah dapat dianggap
sebagai jumlah waktu ketika atlet (1) bersentuhan dengan tanah; dan (2) di
udara. Ketika pelari menghabiskan sekitar 67% waktu dari setiap langkah
pada sentuhan dengan tanah dalam beberapa langkah pertama, maka angka
ini turun menjadi 40-45% ketika kecepatan tertinggi didekati.
Waktu saat atlet bersentuhan dengan tanah diatur terutama oleh
kecepatan otot kaki sebagai penopang yang dapat mengarahkan tubuh
kedepan kemudian kedepan dan keatas ke fase terbang berikutnya. Waktu
yang dihabiskan oleh atlet di udara ditentukan oleh kecepatan dan ketinggian
pusat gravitasi pada saat tinggal landas dan oleh resistensi udara yang
ditemui pada saat terbang (Hay, 1993: 400).
Usaha untuk meningkatkan panjang langkah dan frekuensi langkah
dalam lari 100 meter dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang
paling efektif adalah dengan meningkatkan kondisi fisik yang menunjang
kecepatan lari 100 meter dan meningkatkan penggunaan efesiensi teknik lari
sprint.
18
e.) Teknik Lari Cepat 100 Meter
Kecepatan lari 100 meter dapat ditingkatkan melalui peningkatan
efesiensi dalam penggunaan teknik yang ada. Penggunaan teknik yang baik
dapat meningkatkan efesiensi gerakan sehingga kecepatan lari 100 meter
dapat meningkat. Gerakan lari jarak pendek (sprint) merupakan gerakan
mengais (pawing movement). Badan bergerak maju akibat dari gaya dorong
ke belakang terhadap tanah. Gaya maju ini dan efesiensi penggunaannya
merupakan kunci kecepatan yang dapat dikembangkan oleh pelari. Ada tiga
teknik dasar dalam lari jarak pendek (sprint), yaitu:
1) Teknik Start
Start merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam lari
cepat. Pelari harus dapat melakukan start dengan reaksi cepat. Untuk itu
pelari harus dapat menggunakan teknik start yang efisien selain itu unsure
yang tidak kalah penting dalam lari yaitu teknik gerakan lari cepat. Faktor
utama yang menetukan kecepatan lari adalah panjang langkah dan frekuensi
langkah. Pelari dapat mencapai prestasi jika frekuensi langkah larinya
bertambah cepat dan panjang. Agar frekuensi langkahnya bertambah cepat,
maka titik berat badan jatuh didepan telapak kaki, sehingga menimbulkan
reaksi yang lebih cepat untuk bergerak ke depan.
Pada aba-aba starter “diatas sasaran,” atlet bergerak kedepan dan
mengambil posisi dengan tangan tepat dibelakang garis start, kaki diatas blok
start, dan lutut kaki belakang bersandar ditanah (Gambar 2.3). Pada aba-aba
“siap”, atlet mengangkat lutut kaki belakang dari tanah, kemudian menaikan
pinggul dan menggeser pusat gravitasi kedepan (Gambar 2.3 [b]). Terakhir,
ketika senjata ditembakan, atlet mengangkat tangan dari lintasan,
mengayunkan tangan dengan giat (satu kedepan dan satu kebelakang), dan
dengan juluran kedua kaki yang kuat mendorong tubuh kedepan menjauh dari
blok dan menuju langkah lari yang pertama (Gambar 2.3[c] sampai [e].
19
Gambar 2.4 Teknik Start Lari Sprint (Hay, 1993: 403)
Ada jenis pokok start yaitu, bunch start, medium start, dan long start.
Perbedaan ketiga jenis tersebut terletak pada jarak longitudinal antar kaki yaitu,
pada jarak antar ujung jari salah satu kaki dengan ujung jari kaki yang lain,
seperti yang diukur pada arah lari. Pada bunch start, ujung jari kaki belakang
diletakkan hampir sejajar dengan tumit kaki depan. Jarak antar ujung ke ujung
jari adalah pada urutan 25-30. Pada medium start, lutut kaki belakang
diletakkan sehingga berlawanan satu titik didepan bagian kaki depan saat atlet
berada pada posisi “diatas tanda anda”. Penempatan semacam itu menghasilkan
jarak dari ujung jari ke ujung jari antara 40 cm dan 55 cm. long start yang
jarang digunakan, lutut kaki belakang diletakan sejajar dengan atau sedikit
dibelakang tumit kaki depan, pada posisi “diatas tanda anda”. Jarak dari ujung
ke ujung yang dihasilkan berada pada urutan 60-70 cm ( Hay 1993: 403).
Tiap-tiap teknik start memiliki perbedaan, yang membedakan antara
ketiga teknik tersebut adalah jarak antara posisi kaki depan dengan belakang,
menurut Jonath, Haag dan Kremple (1989: 45) jarak antara posisi tumit ke
tumit adalah sebagai berikut, (a) pendek: 14-28 cm, (b) sedang: 35-42 cm, (c)
panjang: 50-70 cm. penggunaan teknik start jongkok dalam lari cepat dapat
disesuaikan dengan postur tubuh dan panjang tungkai pelari. Pada setiap
perlombaan lari cepat, untuk start biasahnya digunakan start block. Pelari
tinggal mengatur jarak antara block depan dengan belakang sesuai dengan
teknik start jongkok mana yang akan digunakan.
20
2) Teknik Lari Cepat (Sprinting)
Gerakan dasar sprinting sangat penting bukan hanya dalam lintasan dan
lapangan melainkan juga dalam beberapa olahraga lainnya. Walaupun
kesuksesan dalam sprinting jelas tergantung kepada kemampuan sesorang atlet
untuk memadukan gerakan kaki, lengan, batang tubuh dan sebagainya,
kedalam suatu keseluruhan yang terkodinir secara lancar. Gerakan setiap
anggota badan dalam lari 100 meter sebagai berikut :
a. Gerakan kaki
Gerakan kaki saat lari adalah berulang-ulang (siklus). Setiap kaki secara
bergiliran mendarat di tanah, lewat dibawah dan dibelakang tubuh, dan
kemudian meninggalkan tanah untuk bergerak kedepan lagi siap untuk mendarat
berikutnya. Siklus ini dapat dibagi menjadi:
1. Fase topangan yang dimulai saat kaki mendarat dan berakhir ketika
pusat gravitasi atlet lewat didepannya.
2. Fase gerakan yang dimulai ketika fase topangan berakhir dan
berakhir saat kaki meninggalkan tanah.
3. Fase pemulihan dimana kaki menjauh dari tanah dan dibawah
kedepan mempersiapkan untuk pendaratan berikutnya. (Hay, 1993:
406)
b. Lengan
Fase gerakan kaki seseorang atlet, pinggul diputar kebelakang
kedepan pada sebuah bidang horizontal. Ketika lutut kiri dibawa
kedepan dan keatas pada fase pemulihan dalam siklus kaki kiri, maka
pinggul (yang dilihat dari atas) berputar searah jarum jam. Batas
putaran arah jarum jam dicapai ketika lutut mencapai titik tertingginya
didepan tubuh. Selanjutnya, ketika kaki kiri diturunkan kearah lintasan
dan kaki kanan memulai gerakannya kedepan dan keatas, maka
pinggul mulai berputar berlawanan dengan arah jarum jam dicapai
ketika lutut kanan mencapai titik tertingginya didepan tubuh.
Gerakan putaran pinggul menimbulkan reaksi berlawanan pada
tubuh bagian atas atlet karena, ketika lutut kiri mengayun kedepan dan
keatas, lengan kanan mengayun kedepan dan keatas dan lengan kiri
21
kebelakang dan keatas untuk mengimbangi gerakan kaki ini.
Selanjutnya, ketika kaki diturunkan, dan kaki kanan mulai bergerak
kedepan, gerakan lengan dibalik. Walaupun bahu juga dapat diputar
untuk mengimbangi gerakan pinggul, putaran semacam itu harus relatif
lambat. Untuk menghindari komplikasi yang mungkin diperkenalkan
oleh kelambatan ini, sprinter yang baik menggunakan sebuah gerakan
lengan dari jangkauan dan kekuatan tersebut sehingga tidak dibutuhkan
kontribusi dari bahu untuk mencapai kesetaraan (keseimbangan) yang
diperlukan antara gerakan pinggul dengan reaksi tubuh atas.
Pada gerakan lengan ini, lengan dijulurkan ke sudut kanan pada
siku dan diayunkan kebelakang dan kedepan dan sedikit kedalam
disekitar sumbu melalui bahu. Pada ayunan kedepan tangan berada
setingi bahu dan pada batas belakang sejajar dengan atau sedikit
debelakang pinggul (Hay, 1993: 410).
c. Tubuh
Pada fase topangan dan gerakan, atlet mengerahkan gaya
vertikal dan horizontal terhadap tanah. Reaksi yang sama dan
berlawanan yang ditimbulkan cendrung mempercepat atlet pada arah
dimana mereka bergerak dan, apabila mereka tidak bergerak melalui
pusat gravitasi, untuk mempercepat dirinya dengan sudut, dapat dilihat
pada gambar 2.4.
22
Gambar 2.5 kemiringan Tubuh Pelari (Hay, 1993: 411)
Melakukan penyesuaian yang tepat pada kemiringan tubuh dan
memodifikasi momen-momen yang terlibat, sprinter yang baik
mengontrol tubuh disekitar sumbu transversal (melintang). Ketika
sprinter bergerak kedepan dan kebelakang kearah blok start, maka
komponen horizontal dari gaya reaksi tanah sangat besar. Untuk
mencegah efek putaran kebelakang dari gaya yang menjadi sangat
dominan ini, sprinter miring kedepan, yang menjaga lengan reaksi
horizontal tetap kecil dan lengan reaksi vertikal tetap besar. Pada
langkah-langkah yang berurutan, kecepatan kedepan sprinter yang
lebih besar membuatnya semakin sulit untuk mengerahkan gaya
horizontal dengan ukuran yang sama seperti pada permulaan. Untuk
mencegah kecendrungan putaran kedepan pada reaksi vertikal yang
menjadi dominan dan mungkin menyebabkan sebuah sandungan, atlet
mengangkat tubuh ketika gaya horizontal berkurang ukurannya.
Pada saat sprinter telah mencapai kecepatan tertinggi, maka
gaya horizontal yang dikerahkan terhadap tanah telah berkurang pada
titik dimana efek akselerasi yang dihasilkan hanya cukup untuk
mengimbangi efek perlambatan dari resistensi udara. Kecendrungan
putaran kebelakang dari kedua gaya tersebut juga telah berkurang dan
kebutuhan akan kemiringan tubuh kedepan tidak ada lagi. Akan tetapi,
masih ada suatu kebutuhan untuk melawan kecenderungan resistensi
23
udara dan reaksi horizontal putaran kebelakang yang kecil. Jika hal ini
tidak dilakukan, maka tubuh pada akhirnya akan berputar kepada
posisi dimana atlet tidak dapat menerapkan gaya horizontal terhadap
tanah yang diperlukan untuk mempertahankan kecepatan (Hay, 1993:
412).
3) Teknik Finish
Unsur lari cepat tidak kalah pentingnya dengan teknik start dan teknik
lari (gerakan sprint) adalah masuk finish. Keberhasilan memasuki garis finish
sangat menentukan terhadap pencapaian prestasi dalam lari cepat. Hal ini
terutama nampak pula saat terjadi persaingan yang sangat ketat, dimana dua
orang pelari atau lebih memasuki garis finish dengan waktu yang bersamaan,
maka yang lebih berpeluang menjadi juara tentunya adalah pelari yang lebih
menguasai teknik memasuki garis finish.
Pada perlombaan lari penentuan kedatangan di garis finish berpedoman
pada posisi batang tubuh bagian atas yaitu, bahu atau dada. Saat memasuki garis
finish pelari harus berusaha membawa togok (tubuh) yaitu bahu atau dada
secepat mungkin untuk menyentuh pita finish, dengan cara merebahkan badan
atau memutar bahu ke depan dalam. Menurut Soegito, Bambang W dan
Ismaryati (1993: 101) dalam lari jarak pendek (sprint) dikenal tiga teknik
melewati garis finsh yaitu:
a. Berlari terus secepat mungkin, kalau mungkin bahkan menambah
kecepatan seakan-akan garis finish masih 10 meter di belakang garis finish
yang sesungguhnya.
b. Setelah sampai ± 1 meter di depan garis finsh merebahkan badan kedepan
seperti orang jatuh tersungkur tanpa mengurangi kecepatan.
c. Setelah sampai digaris finsh memutar bahu kanan atau kiri tanpa
mengurangi kecepatan.
Lari jarak pendek menuntut pengerahan kekuatan dan kecepatan
maksimal guna menempuh jarak dalam waktu sesingkat mungkin oleh karena
itu, atlet harus memiliki start yang baik, mampu menambah kecepatan dan
mempertahankan kecepatan maksimal untuk jarak yang tersisa. Lari jarak
24
pendek membutuhkan reaksi yang cepat, akselerasi yang baik dan teknik yang
efesien.
Keberhasilan pelari cepat 100 meter, terletak pada penggunaan tenaga
maksimal untuk mendorong tubuh ke depan, tinggi lutut, dan penempatan kaki
tepat dibawah titik berat tubuh. Kecepatan pelari jarak pedek, tergantung pada
kemampuan atlet untuk mengkombinasikan gerakan langkah kaki, lengan atas,
lengan bawah, telapak tangan, badan, dan lain-lain dalam satu kesatuan
koordinasi.
Menurut Nicholas Ratamess (383 : 2012) Fase berlari mulai dengan
posisi awal, akselerasi, dan kecepatan maksimum. Posisi awal adalah penting
untuk mencapai stabilitas yang optimal memungkinkan pasukan pendorong
maksimal untuk percepatan. Percepatan ditandai dengan peningkatan
kecepatan. Setelah atlet mulai mempercepat dan mencapai kecepatan puncak
atau kecepatan, beberapa fase dapat diidentifikasi yang membantu pelatih
dalam menekankan teknik yang tepat (Gambar. 2.6). berlari bisa ditandai
dengan dua fase utama: (a) fase penerbangan dan (b) fase dukungan. Fase
penerbangan menjelaskan gerak kaki yang tidak bersentuhan dengan tanah. Hal
ini dapat lebih lanjut dipecah menjadi awal, tengah, dan akhir fase
penerbangan. Tahap awal penerbangan menggambarkan pemulihan gerak kaki
kembali dari waktu ia meninggalkan tanah sampai ada fleksi lutut moderat dan
hip lanjut hiperekstensi. Pinggul dan lutut berkurang kecepatannya otot rotasi
mundur dari paha dan kaki bagian bawah / kaki. Tahap midflight
menggambarkan gerakan kaki belakang dengan meningkatnya fleksi lutut dan
posisi fleksi pinggul paha sejalan dengan batang tubuh. Tahap akhir
penerbangan menggambarkan gerak untuk persiapan kontak dengan tanah. Itu
hip flexes depan dan lutut meluas untuk mencapai optimal posisi landing
unilateral dan menandakan awal dari fase dukungan. Fase dukungan
menggambarkan gerak kaki yang bersentuhan dengan tanah. Bisa lanjut
dipecah menjadi fase dukungan awal dan akhir.
Tahap dukungan awal menggambarkan gerakan kaki seperti itu kontak
tanah. Pengereman dan penyerapan shock take menempatkan sebagai pinggul
meluas, lutut sedikit fleksi, dan dorsiflexes pergelangan kaki. Tahap dukungan
25
akhir menggambarkan tiga perpanjangan kaki untuk memaksimalkan kekuatan
pendorong selama push-off sehingga terus gerak pusat gravitasi (COG) ke
depan. ekstensi tiga melibatkan hip dan ekstensi lutut dan fleksi pergelangan
kaki plantar. Akhir segmen fase dukungan akhir menyimpulkan dengan leg
propulsi meninggalkan tanah menunjukkan awal dari fase penerbangan awal.
siklus berulang untuk durasi sprint.
Gambar 2.6 fase dalam lari sprint
1. Metode Latihan
a. Pengertian Latihan
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang tidak terlepas dari
aktifitas latihan, meskipun dalam meningkatkan kualitas fungsi sistem
organ tubuh, menjaga kondisi fisik, dan meningkatkan kebugaran atau
kesegaran jasmani pada masyarakat umum maupun para atlit. Istilah
latihan berasal dari kata dalam bahasa inggris yang dapat mengandung
beberapa makna seperti: practice, exercises, dan training. Dalam istilah
bahasa Indonesia kata-kata tersebut semuanya mempunyai arti yang
sama yaitu latihan. Namun, dalam bahasa inggris kenyataanya setiap kata
tersebut memiliki maksud yang berbeda-beda. Dari beberapa istilah
tersebut, setelah diaplikasikan dilapangan memang Nampak sama
kegiatannya yaitu aktifitas fisik.
Pengertian latihan yang berasal dari kata practice adalah aktivitas
untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan
26
menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan
cabang olahraganya. Artinya, selama dalam kegiatan proses berlatih
melatih agar dapat menguasai keterampilan gerak cabang olahraganya
selalu dibantu dengan menggunakan berbagai peralatan pendukung.
Sebagai contoh, apabila seorang pemain sepakbola agar dapat mengiring
bola dalam penguasaanya penuh, maka diperlukan practice dalam
menggiring bola. Untuk itu diperlukan alat bantu seperti pancang yang
disusun berjarak 1 meter sebanyak 10 pancang. Pemain tersebut berusaha
lari sambil menggiring bola dengan cara zig-zag melewati pancang-
pancang. Dalam proses berlatih melatih practice sifatnya sebagai bagian
dari proses latihan yang berasal dari kata exercises. Artinya, dalam setiap
proses latihan yang berasal dari kata exercises pasti ada bentuk latihan
practice.
Pengertian latihan yang berasal dari kata exercises adalah
perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan
kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah
olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Latihan exercises
merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih untuk
satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan. Misalnya,
susunan materi latihan dalam satu kali tatap muka pada umumnya
berisikan antara lain : (1) Pembukaan/pengantar latihan, (2) pemanasan
(warming up), (3) latihan inti, (4) latihan tambahan (suplemen), dan (5)
cooling down/penutup. Latihan yang dimaksudkan oleh kata exercises
tersebut adalah materi dan bentuk latihan yang ada pada latihan inti dan
latihan tambahan (suplemen). Sedangkan materi dan bentuk latihan
dalam pembukaan, pemanasan, dan cooling down pada umumnya sama,
bagi istilah practice maupun istilah exercises. Latihan exercises sifatnya
sebagai bagian dari istilah kata training yang dilakukan pada saat latihan
harian atau dalam satu kali tatap muka.
Pengertian latihan yang berasal dari kata Training adalah
penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan
berolahraga yang berisikan materi teori, dan praktik, metode, dan aturan
27
pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sarsan yang akan dicapai.
(Sukadiyanto, 2010). Sedangkan menurut Harre dalam dalam nossek
dalam sukadiyanto, (2010) latihan yang berasal dari kata training adalah
suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga dengan
pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan
teratur, sehingga dapat meningkatkan kesiapan dan kemampuan
olahragwan. Dengan demikian pengertian latihan yang berasal dari kata
training dapat disimpulkan sebagai suatu proses penyempurnaan
kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktik,
menggunakan metode, dan aturan pelaksanaan dengan pendekatan
ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga
tujuan latihan dapat tercapai tepat pada waktunya.
Salah satu ciri dari latihan, baik yang berasal dari practice,
exersices, maupun training, adalah adanya beban latihan. Oleh karena
diperlukan beban latihan selama proses berlatih melatih agar hasil latihan
dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap, dan
sosial olahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai dengan
waktu yang singkat dan dapat bertahan relatif lebih lama. Khusus latihan
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas fisik olahragwan secara
keseluruhan dapat dilakukan dengan cara latihan dan pembebanan yang
dirumuskan seperti berikut :
= +
Sasaran utama dari latihan fisik adalah untuk meningkatkan
kualitas kebugaran energy (energy fitness) dan kebugaran otot (muscular
fitness). Kebugaran energi meliputi peningkatan kemampuan aerobik dan
anaerobik baik yang alaktid maupun yang laktid. Untuk kebugaran otot
meliputi peningkatan kemampuan biomotor yang meliputi : kekuatan,
ketahanan, kecepatan, power, kelentukan, keseimbangan, koordinasi, dan
kelincahan.
Kualitas fisik latihan Beban
28
Beban latihan merupakan rangsang motor (gerak) yang dapat
diatur dan dapat dikontrol oleh pelatih maupun olahragawan untuk
memperbaiki kualitas fungsional berbagai peralatan tubuh. Ada 2 macam
beban latihan, yaitu beban luar dan beban dalam. Beban luar adalah
rangsang motor yang dapat diatur dan dikontrol oleh pelatih maupun
olahragwan dengan cara memvariasikan komponen-komponen latihan
(intetensitas, volume, recovery, dan interval). Sedangkan yang dimaksud
dengan beban dalam adalah perubahan fungsional yang terjadi pada
peralatan tubuh sebagai akibat dari pengaruh beban luar. Perubahan
fungsi peralatan tubuh yang dikarenakan pengaruh beban luar, antara lain
meliputi : a) perubahan morfologis (struktural) dari luas penampang
lintang otot, (b) perubahan faal dan biokimia, yakni sistem paru dan
sirkulasi darah sehingga proses metabolisme menjadi lebih baik, serta
kapasitas vital lebih besar, dan (c) perubahan psikologis, yakni
meningkatnya kemampuan olahragwan dalam menerima stress (tekanan),
tetap berkonsentrasi, dan dapat mengatasi tantangan (hambatan) yang
lebih berat.
Sebelum memulai latihan ada yang perlu di ingat bahwa sebelum
melakukan inti latihan harus adanya pemanasan atau warming up. Tujuan
dari pemanasan itu sendiri adalah agar meningkatkan suhu tubuh dan
meminimalisir cedera. Menurut David joyce dan Daniel lawindon
(2014:52) berjalan adalah salah satu cara terbaik untuk memulai kegiatan
Olahraga.
b. Ciri-ciri latihan
Berdasarkan uraian tentang pengertian latihan yang meliputi
practice, exercise, dan training, serta pendukung pencapaian tujuan
latihan yaitu dengan pembebanan, maka dapat disimpulkan maka tugas
utama dalam latihan adalah menggali, menyusun, dan mengembangkan
konsep berlatih melatih dengan memadukan antara pengalaman praktis
dan pendekatan ilmiah, sehingga proses berlatih melatih dapat
berlangsung tepat, cepat, efektif dan efesien. Untuk itu proses latihan
tersebut selalu bercirikan antara lain :
29
a. Suatu proses untuk mencapai tingkat kemampuan yang lebih baik
dalam berolahraga, yang memerlukan waktu tertentu (pentahapan),
serta memerlukan perencanaan yang tepat dan cermat.
b. Proses latihan harus teratur dan bersifat progresif. Teratur maksudnya
latihan harus dilakukan secara ajeg, maju, dan berkelanjutan
(kontinyu). Sedangkan bersifat progresif maksudnya adalah materi
latihan diberikan dari yang mudah ke yang suka, dari yang sederhana
ke yang lebih sulit (kompleks), dan dari yang ringan ke yang lebih
berat.
c. Pada setiap satu kali tatap muka (satu sesi/satu unit latihan) harus
memiliki tujuan dan sasaran
d. Materi latihan harus berisikan materi teori dan praktek, agar
pemahaman dan penguasaan keterampilan menjadi relative
permanen.
e. Menggunakan metode tertentu, yaitu cara paling efektif yang
direncanakan secara bertahap dengan memperhitungkan faktor
kesulitan, kompleksitas gerak, dan penekanan pada sasaran latihan.
c. Tujuan dan Sasaran Latihan
Objek dari proses latihan adalah manusia yang harus ditingkatkan
kemampuan, keterampilan, dan penampilannya dengan bimbingan
pelatih. Oleh karena anak latih merupakan satu totalitas system psikofisik
yang kompleks, maka proses latihan sebaiknya tidak hanya
menitikberatkan pada aspek fisik saja, melainkan juga harus melatihkan
aspek psikis secara seimbang dengan fisik. Untuk itu, aspek psikis harus
diberikan dan mendapatkan porsi yang seimbang dengan aspek fisik
dalam setiap sesi latihan, yang disesuaikan dengan periodesasi latihan.
Jangan sampai proses latihan yang berlangsung hanya “merobotkan
manusia”, akan tetapi harus “mamanusiakan manusia” yaitu
memandirikan olahragawan.
Tujuan latihan secara umum adalah membantu para Pembina,
pelatih, guru Olahraga agar dapat menerapkan dan memiliki kemampuan
30
konseptual serta keterampilan dalam membantu mengungkapkan
potetensi olahragawan mencapai puncak prestasi. Sedangkan sasaran
latihan secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan dan
kesiapan olahragwan dalam mencapai puncak prestasi. Rumusan tujuan
dan sasaran latihan dapat bersifat untuk yang jangka panjang maupun
yang jangka pendek. Adapun sasarn dan tujuan latihan secara garis besar,
untuk (a) meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan
meneyeluruh, (b) mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang
khusus, (c) menambah dan menyempurnakan teknik, (d)
mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik, dan pola
bermain, (e) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan
dalam bertanding.
a. Meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan
menyeluruh.
Setiap proses latihan selalu berorientasi untuk meningkatkan
kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh. Kualitas fisik dasar
ditentukan oleh tingkat kebugaran energi dan kebugaran otot. Kebugaran
energy meliputi system aerobik dan anaerobik baik yang lakitid maupun
alaktid.
b. Mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang khusus.
Latihan untuk meningkatkan potensi fisik khusus untuk setiap
cabang Olahraga, sasaranya berbeda-beda satu dengan yang lain. Hal itu
antara lain disesuaikan dengan kebutuhan gerak, lama pertandingan, dan
predominan system energi yang digunakan oleh cabang Olahraga,
sehingga akan mendukung olahragawan dalam menampilkan potensi
kemampuan yang dimiliki.
c. Menambah dan menyempurnakan teknik.
Sasaran dari latihan di antaranya adalah untuk meningkatkan dan
menyempurnakan teknik agar menjadi benar. Sebab teknik yang benar
dari awal selain akan menghemat tenaga untuk gerak sehingga mampu
bekerja lebih lama dan berhasil baik, juga merupakan landasan dasar
menuju prestasi yang lebih tinggi.
31
d. Mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik, dan
pola bermain.
Dalam latihan selalu mengajarkan startegi, taktik dan pola
bermain untuk dapat menyusun strategi diperlukan ketajaman dan
kejelian dalam menganalisis kelebihan dan kekurangan baik anak
latihnya sendiri maupun calon lawan. Sedankan untuk mengajarkan takti
harus didahului dengan penguasaan praktek tentang pola-pola bermain.
Dengan latihan semacam ini akan menambah kepandaian dan membantu
olahragawan dalam mengatasi berbagai situasi dilapangan, sehingga
melatih kemandirian olahragawan.
e. Meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan
dalam bertanding.
Latihan harus melibatkan dan meningkatkan aspek kondisi psikis
olahragwan. Sebab aspek psikis merupakan salah satu faktor pendukung
dalam pencapaian prestasi maksimal, yang sering kali masih
mendapatkan porsi latihan yang relative sedikit dari pada latihan teknik
dan fisik. Aspek fisik juga memberikan sumbangan yang besar, tetapi
umumnya sudah dipersiapkan jauh sebelum kompetisi, sehingga bila
dites kemampuam fisik dan teknik sesuai parameter cabang olahraganya
menjelang pertandingan rata-rata baik. Namun, saat bertanding seringkali
hasilnya belum memuaskan seperti hasil tes fisik dan teknik sebelum
bertanding, hal itu disebabkan antara lain oleh perubahan keadaan psikis.
Sebab Pada saat pertandingan aspek psikis memberikan sumbangan yang
terbesar hingga mencapai 90%.
d. Efek dari latihan kecepatan
Efek psikologis dari latihan kecepatan belum banyak ditemukan,
hal ini berbeda dengan hal ketahanan. Tetapi beberapa perubahan yang
terjadi akibat latihan kecepatan (Mansur :2010) adalah sebagai berikut :
1. Perubahan serabut otot, peningkatan yang terjadi pada ukuran serabut
otot, total isi Phospagen otot dan konsentrasi enzim untuk memisahkan
glikogen menjadi asam laktat dan menurunkan energi tinggi Phospagen.
32
Perbaikan ini berhubungan erat dengan peningkatan alactacit dan
kapasitas energi laktacid anaerobic.
2. Anaerobic Power, perbaikan pada kedua fungsi, pengerahan dan
kecepatan pada otot sudah diteliti secara umum. Hal ini telah
ditampakkan melalui perbaikan pada tenaga anaerobik dan kecepatan.
3. Tenaga Aerobik, Hanya sedikit peningkatan dalam VO2max setalah
latihan kecepatan. Pengaruh akan lebih signifikan ketika kegiatan sprint
jarak pendek dilakukan dengan periode recovery singkat, karena pada
saat itu system cardiorespiratory akan berperan lebih besar. Sekalipun
jarak sprint diperpanjang, biasanya volume tersebut tidak cukup untuk
menstimulasi adaptasi aerobic secara signifikan.
4. Penyadaran neuromuskuler (syaraf-otot), merupakan manifestasi
eksternal pada perbaikan mekanik. Program latihan sprint yang
dilakukan secara sistematis mempunyai pengaruh terhadap peningkatan
panjang langkah, kecepatan perpindahan langkah an singkronisasi gerak.
Sistem syaraf otot bertanggungjawab atas penyempurnaan ekspresi
sprint.
Sedangkan menurut Giri Wiarto (2012 : 160) latihan Olahraga
yang dilakukan secara teratur dan kontinu akan memberikan manfaat
yang sangat besar bagi kesehatan tubuh. Hal ini karena dengan
melakukan latihan Olahraga akan terjadi banyak perubahan-perubahan.
Perubahan tersebut antara lain :
1. Efek latihan pada perubahan biokimia tubuh
a. Perubahan aerobik
- Meningkatnya kandungan myoglobin
- Meningkatnya oksidasi glikogen
- Meningkatnya jumlah dan ukuran mitokondria
- Meningkatnya aktifitas enzim-enzim pada siklus kreb’s dan system
transport elektron
- Meningkatnya glikogen otot
- Meningkatnya oksidasi lemak
- Meningkatnya simpanan trigliserida otot
33
- Meningkatnya ketersediaan lemak sebagai bahan bakar
- Meningkatnya aktifitas enzim yang terlibat dalam aktifitas, transport
dan pemecahan asam lemak
b. Perubahan anaerobik
- Meningkatnya kapasitas sistem ATP-PC
- Meningkatnya simpanan ATP dan PC otot
- Meningkatnya aktifitas enzim yang memecah dan membentuk ATP
- Meningkatnya kapasitas glikolitik
- Meningkatnya aktifitas enzim glikolitik
c. Perubahan pada serabut otot cepat dan otot lambat
- Meningkatnya kapasitas aerobik yang sama pada kedua tipe serabut
otot
- Meningkatnya kapasitas glikolitik yang lebih besar pada serabut otot
cepat. Hypertrophy yang selektif, serabut otot cepat sprint training,