BAB IIKAJIAN TEORI
A. Lahan Lahan merupakan material dasar dari suatu lingkungan
yang diartikan berkaitan dengan sejumlah karakteristik alami yakni
iklim, geologi, tanah, topografi, hidrologi dan biologi (Aldrich,
1981). Penggunaan lahan merupakan aktivitas manusia pada dan dalam
kaitannya dengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak
dari citra. Lahan juga dapat diartikan sebagai lingkungan fisik
yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta
benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap
penggunaan lahan (Arsyad, 2007 dalam Widiastuti, 2012).Menurut Baja
(2012), Lahan juga merupakan luasan tertentu dari permukaan yang
memiliki ciri tertentu yang mungkin stabil atau terjadi siklus baik
di atas atau di bawah luasan tersebut meliputi atmosfir, tanah,
geologi, hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan, dan dipengaruhi
oleh kegiatan manusia (ekonomi, sosial, budaya) di masa lampau dan
sekarang, dan selanjutnya mempengaruhi potensi penggunaannya pada
masa yang akan datang. Lahan selalu dikaitkan dengan aktivitas
manusia dalam pemanfaatan tanah, sehingga bersifat stabil atau
labil tergatung dari sifat-sifat tanah tersebut, siklus yang
terjadi di alam dan faktor-faktor lain yang berhubungan (Baja,
2012:61).Dalam perspektif perencanaan tata guna lahan, lahan
menurut Dent dan Young (1981) dalam Baja (2012:61), didefinisikan
sebagai ruang yang terdiri dari seluruh elemen lingkungan fisik
sejauh memiliki potensi dan pengaruh terhadap penggunaan lahan.
Oleh karena itu, lahan tidak hanya merujuk pada tanah tetapi juga
termasuk aktivitas yang berhubungan dengan semua faktor yang
relevan dari lingkungan biofisik seperti geologi, bentuk lahan,
topografi, vegetasi dan termasuk aktivitas dibawah, pada dan di
atas permukaan tanah. Serta faktor yang berkaiatan dengan kegiatan,
ekonomi, sosial dan budaya (Baja, 2012:62).Lahan terbangun (built
up area) merupakan lahan yang sudah mengalami proses pembangunan
atau perkerasan yang terjadi di atas lahan tersebut. Ada juga yang
menyebut lahan terbangun sebagai lingkungan terbangun. T. Bartuska
dan G. Young (1994) dalam Yuliastuti, (2010) menjelaskan definisi
lingkungan terbangun (built environment) sebagai segala sesuatu
yang dibuat, disusun dan dipelihara oleh manusia untuk memenuhi
keperluan manusia untuk menengahi lingkungan secara keseluruhan
dengan hasil yang mempengaruhi konteks lingkungan. Lingkungan
terbangun tersebut meliputi bangunan, fasilitas umum dan sarana
lainnya.B. Perubahan Penggunaan LahanIstilah penggunaan lahan (land
use), berbeda dengan istilah penutup lahan (land cover).
Perbedaannya, istilah penggunaan lahan biasanya meliputi segala
jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam
memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis
kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu.
Menurut Malingreau (1979), penggunaan lahan merupakan campur tangan
manusia baik secara permanen atau periodik terhadap lahan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan,
spiritual maupun gabungan keduanya. Penggunaan lahan merupakan
unsur penting dalam perencanaan wilayah. Bahkan menurut Campbell
(1996), disamping sebagai faktor penting dalam perencanaan, pada
dasarnya perencanaan kota adalah perencanaan penggunaan lahan.
Penggunaan lahan merupakan proses yang dinamis, berubah terus
menerus, sebagai hasil perubahan pola dan besarnya aktiitas manusia
sepanjang waktu, sehingga masalah yang berkaitan dengan lahan
merupakan masalah yang kompleks (Saefulhakim dan Nasoetion,
1995).Perubahan penggunaan lahan adalah perubahan penggunaan atau
aktivitas terhadp suatu lahan yang berbeda dari aktivitas
sebelumnya, baik untuk tujuan komersial mapupun industri (Kazaz,
2001 dalam Peruge, 2013 : 5). Sementara menurut Muiz (2009),
perubahan penggunaan lahan diartikan sebagai suatu proses perubahan
lahan sebelumnya ke penggunaan lain yang bersifat permanen mapun
sementara dan merupakan konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan
dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang
sedang berkembang baik untuk tujuan komersil maupun industri.
perubahan penggunaan lahan dan penutupan lahan pada umumnya dapat
diamati dengan menggunakan data spasial dari peta penggunaan lahan
dan penutupan lahan dari titik tahun yang berbeda. data
penginderaan jauh sepert citra satelit, radar, dan foto udara
sangat berguna dalam pengamatan perubahan penggunaan
lahan.Perubahan fungsi lahan atau pergeseraan fungsi lahan adalah
lahan yang mengalami peralihan pemanfaatan misalnya pertanian yang
disebabkan oleh perubahan pola pemanfaatan lahan, faktor lain yang
mempengaruhi adalah sarana dan prasarana terhadap perkembangan
kawasan (Husin, 2000 dalam Rahayu 2010:16).Haeruddin (1997) dalam
Rahayu (2010) mengemukakan masalah lahan di indonesia yaitu
:1.Terjadinya kemunduran produktivitas yang tidak disertai usaha
konversi lahan.2.Terjadiya kemunduran produktivitas lahan sebagai
akibat penggunaan yang tidak sesuai kemampuan.3.Terdesaknya lahan
pertania yang relatif subur oleh jenis penggunaan lahan non
pertanian di daerah perkotaan. Perubahan penggunaan lahan yang
cepat merupakan kenyataan banyak tempat di indonesia. sebagai
perubahan penggunaan lahan yang optimum yang diharapkan karena
menuju kepada penggunaan lahan yang berkesinambungan dan berwawasan
lingkungan. sebagian lainnya merupakan perubahan atau penurunan
lahan yang tidak terkendalikan mengarah pada kerusakan lahan.
(Rahayu 2010:16).Menurut silalahi (1992) dalam rahayu (2010:17)
dalam usaha untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai
pola pemanfaatan lahan suatu daerah, langkah pertama yang harus
dilakukan ilaha mengadakan penyederhanaan sebutan dari jenis-jenis
pemanfaatn lahan yang beraneka ragam. misalnya dengan membuat
klasifikasi penggunaan lahan secara sistematis. Sitorus (1986)
dalam (Rahayu:17), istilah klasifikasi lahan telah digunakan secara
luas dalam berbagai bidang studi. Oleh karena itu istilah tersebut
mempunyai banyak perbedaa dalam pengertiannya. klasifikasi lahan
didefinisikan sebagai pengaturan-pengaturan satuan lahan kedalam
berbagai kategori berdasarkan sifat-sifat lahan atau kesesuaiannya
untuk berbagai penggunaan.Proses perubahan pola pemanfaatan lahan
dapat diikuti atau dilihat dari citra satelit berbagai tahun.
Dengan perbandingan itu dapat dilihat bertambahnya luas daerah
permukiman dan berkurangnya lahan pertanian bagitu pula sebaliknya
(Soerwanto, 1994 dalam Rahayu, 2010:18).Konversi lahan adalah
proses alih fungsi lahan khususnya dari lahan pertanian ke non
pertanian atau dari lahan non pertanian ke lahan pertanian.
konversi lahan non pertanian ke lahan pertanian merupakan proses
konversi dalam rangka program ekstensifikasi pertanian. konversi
lahan pertanian ke non pertanian mengalami laju yang tinggi untuk
keperluan pertumbuhan industri dan memenuhi kebutuhan permukiman
penduduk yang masih relatif tinggi (Sihaloho, 2004 dalam
Mutmainnah, 2013:14).Menurut Husin (2000) dalam rahayu (2010:16),
Perubahan fungsi lahan atau pergeseraan fungsi lahan adalah lahan
yang mengalami peralihan pemanfaatan mislanya pertanian yang
disebabkan oleh perubahan pola pemenafaatan lahan, faktor lain yang
mempengaruhi adalah sarana dan prasarana terhadap perkembangan
kawasan. Selain itu, Haeruddin (1997) dalam Rahayu (2010)
mengemukakan masalah lahan di Indonesia yaitu :1. Terjadinya
kemunduran produktivitas yang tidak disertai usaha konversi lahan2.
Terjadiya kemunduran produktivitas lahan sebagai akibat penggunaan
yang tidak sesuai kemampuan. 3. Terdesaknya lahan pertanian yang
relatif subur oleh jenis penggunaan lahan non pertanian di daerah
perkotaan. Perubahan penggunaan lahan yang cepat merupakan
kenyataan banyak tempat di indonesia. sebagai perubahan penggunaan
lahan yang optimum yang diharapkan karena menuju kepada penggunaan
lahan yang berkesinambungan dan berwawasan lingkungan. sebagian
lainnya merupakan perubahan atau penurunan lahan yang tidak
terkendalikan mengarah pada kerusakan lahan (Rahayu, 2010:16).
Menurut Zulkaidi (1999) dalam Rahayu (2010:25), Tahapan dalam suatu
proses perubahan fungsi kawasan terjadi dari fungsi lama ke fungsi
baru ialah :1.Penetrasi, terjadinya penerobosan fungsi baru ke
dalam fungsi yang homogen dan mempengaruhi bentuk-bentuk penggunaan
lahan perkotaan. gejala penetrasi dipengaruhi oleh aksesibilitas
dari dan ke daerah sekitar kota utama, kondisi topografi, kondisi
hidrigrafi dan rencana tata ruang wilayah yang berlaku.2.Invasi,
terjadinya serbuan fungsi baru yang lebih besar dari tahap
penetrasi tetapi belum mendominasi fungsi utama, yang pada umumnya
terjadi di pinggiran kota meruapakn penggunaan lahan non urban
menjadi penggunaan lahan urban.3.Suksesi, terjadinya pergantian
sama sekali dari fungsi lama ke fungsi baru.4.Dominasi, terjadi
perubahan proporsi penggunaan lahan yang didominasi dari penggunaan
lama ke penggunaan baru.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan LahanTerdapat
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan yang
dikemukan oleh beberapa peneliti terdahulu. 1. Menurut Harini
(2007) dalam Susilo (2013), terdapat enam faktor yang menentukan
perkembangan daerah yang menjadi pemicu terjadinya konversi lahan
yakni ketersediaan fasilitas umum, aksesibilitas, karakteristik
lahan, karakteristik kepemilikan lahan, inisiatif pengembangan
perumahan oleh developer dan kebijakan pemerintah. Selain itu,
pertumbuhan penduduk yang berakibat pada meningkatnya kepadatan
juga berdampak pada meningkatnya kebutuhan lahan akan permukiman.
2. Menurut Hermawan (2012), Faktor yang mendorong perubahan
lahan/konversi lahan yakni aspek ketetanggan lahan, jaringan jalan,
hierarki kota, kemiringan lereng 1-15%. Selain itu, faktor
penghambat perubahan lahan yakni kemiringan lereng >15%,
keberadaan hutan lindung, ruang terbuka dan tubuh air. 3. Wijaya
dan Susilo (2013) mengatakan bahwa terdapat dua jenis faktor yang
mempengaruhi perkembangan lahan terbangun yakni faktor pendorong
dan faktor penghambat. Faktor pendorong berupa jarak terhadap pusat
kegiatan, jarak terhadap pusat industri, jarak terhadap pusat
ekonomi, jarak terhadap pusat kegiatan, jarak terhadap jalan utama,
jarak terhadap jalan non utama dan jarak terhadap lahan terbangun
eksisting. Sedangkan faktor penghambat berupa kedaan relief
(kemiringan lereng). 4. Skole dan Tucker (1993) dalam Karsidi
(2004), menyatakan bahwa dinamika perubahan penggunaan lahan sangat
dipengaruhi oleh faktor manusia seperti faktor pertumbuhan penduduk
(jumlah dan distribusinya) dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu,
juga dipengaruhi oleh faktor fisik berupa topografi, jenis tanah
dan iklim. 5. Peruge (2013) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi kemiringan lereng, kawasan industri, keberadaan
kawasan permukiman, jaringan jalan, dan rencana jalan.6. Barlowe
(1986) dalam Peruge (2013:6), Dalam menentukan penggunaan lahan
terdapat empat faktor penting yang perlu dipertimbangkan yaitu :
faktor fisik lahan, faktor ekonomi dan faktor kelembagaan. Selain
itu, faktor kondisi sosial budaya masyarakat setempat juga akan
mempengaruhi pola penggunaan lahan. Pertambahan jumlah penduduk
berarti pertambahan terhadap masyarakat dan kebutuhan lain yang
dapat dihasilkan oleh sumberdaya lahan. Permintaan terhadap
hasil-hasil pertanian meningkat dengan adanya pertambahan penduduk.
Demikian pula permintaan erhadap hasil non pertanian seperti
kebutuhan perumahan dan sarana prasarana wilayah. Peningkatan
pertumbuhan penduduk dan peningkatan kebutuhan material ini
cenderung menyebabkan persaingan dalam penggunaan lahan. Perubahan
penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat
dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal, pertama
adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin
meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya
tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Beberapa hal yang
diduga sebagai penyebab proses perubahan penggunaan lahan antara
lain :a) Besarnya tingkat urbanisasi dan lambatnya proses
pembangunan di pedesaanb) Meningkatnya jumlah kelompok golongan
berpendapatan menengah hingga atas di wilayah perkotaan yang
berakibat tingginya permintaan terhadap permukiman.c) Terjadinya
transformasi di dalam struktur perekonomian yang pada gilirannya
akan menggeser kegiatan pertanian/lahan hijau khususnya di
perkotaan.d) Terjadinya fragmentasi pemilihan lahan menjadi
satuan-satuan usaha dengan ukuran yang secara ekonomi tidak
efisien.7. Silalahi (1992) dalam Rahayu (2010:33) mengemukakan
bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap penggunaan lahan
dapat disebutkan secara berurutan adalah faktor institusi/hukum
pertanahan, faktor fisik, faktor ekonomi dan faktor kependudukan.
8. Barlowe (1986) dalam Silalahi (1992) mengemukakan bahwa faktor
fisiklah yang paling berpengaruh terhadap perkembangan penggunaan
lahan disamping faktor ekonomi dan penduduk.9. Sitorus (1986) dalam
Rahayu (2010:33) mengemukakan bahwa faktor sosial ekonomi akan
menjadi lebih penting pada saat menentukan penggunaan lahan
optimum. Faktor sosial ekonomi tersebut meliputi letak lahan dalam
hubungannya dengan pasar, transportasi, permukiman dan aktivitas
manusia lainnya. Secara Umum, Faktor yang mempengaruhi perubahan
pemanfaatan lahan perkotaan :1.Faktor geografisMenurut Zulkaidi
(1999) dalam Rahayu (2010), Hidup dan matinya suatu kota tidak
lepas dari faktor ini, karena menyangkut sumber alam dan potensi
yang terdapat dalam lingkungan kota. Faktor geografis yang
dimaksud, karena berada dipersimpangan jalan, menyebabkan kota
berkembang dengan baik. 2.TopografiMenurut Yunus (2000) dalam
Rahayu (2010), Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan
kota yaitu kondisi topografi suatu wilayah. perkembangan suatu kota
cenderung terjadi pada wilayah-wilayah yang datar dan bukan
sebaliknya pada wilayah dengan kondisi topografi yang tidak begitu
datar. walaupun demikian, bukan berarti pada wilayah dengan
topografi yang tidak datar tidak terdapat permukiman atau
perkembangan fisik kota lainnya tetapi jika dibandingkan dengan
daerah yang bertopografi datar, perkembangannya tidak signifikan
dari waktu ke waktu. Hoyt dalam teori sektor menyatakan bahwa
daerah permukiman yang bernilai sewa tinggi cenderung berkembang ke
arah bagian-bagian dari kota yang terbuka untuk pengembangan lebih
lanjut open country dan tidak terdappat penghalang fisikal baik
alami maupun artifisial, stabilitas tanahnya tinggi, topografinya
relatif datar atau mempunyai kemiringan yang kecil, air tnahnya
relatif dangkal, relief mikronya tidak menyulitkan untuk
pembangunan.3.Faktor Politik (Peraturan Pemerintah)4.Faktor
Fisika.Tumbuhnya pusat-pusat kegiatanPusat kegiatan baru yang
terbentuk di daerah lain akan berkembang dan meluas dengan pola
tata guna tanahnya sendiri, hal ini disebabkan karena masing-masing
daerah kegaiatan mempunyai latar belakang lingkungannya sendiri.
Pertumbuhan dasar tematis, pertumbuhan lateral suatu kota tipe ini
tidak mengikuti arah jalur transportasi yang ada, tetapi lebih
banyak dilatarbelakangi oleh keadaan khusus, sebagai contoh dengan
didirikannya beberapa pusat kegiatan yang berada diluar kota,
seperti pariwisata, perdagangan dan juga pendidikan sehingga akan
menarik penduduk untuk bertempat tinggal di daerah sekitarnya. Di
lingkungan pusat kegiatan yang baru ini akan timbul susasna
perkotaan yang secara administratif mungkin terpish dengan kota
yang ada. Oleh karena itu, jarak atara pusat kegiatan yang baru
dengan daerah perkotaan yang lama bisa jadi tidak terlalu jauh,
maka pertumbuhan selanjutnya adalah pusat yang lama dengan pusat
yang baru akan bergabung menjadi satu (Raldi H,K, 2001 dalam Rahayu
2010:28).b.Ketersediaan Fasilitas Dan InfrastrukturDalam suatu
wilayah keberadaan sarana/fasilitas dan infrastruktur sangatlah
penting bagi masyarakat yang bermukim dan berkegiatan di dalamnya.
Keberadaan sarana ini sangat penting oleh karena merupakan tempat
memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan masyarakat dalam
menjalani kehidupan sehari-harinya, begitupun dengan ketersediaan
infrastruktur akan menunjang kehidupan masyarakat. Oleh karena itu,
masyarakat akan bermukim dan melakukan kegiatan pada wilayah yang
mudah untuk menjangkau sarana-sarana tersebut yang didukung dengan
ketersediaan infrastruktur. Faktor pelayanan umum merupakan faktor
penarik terhadap penduduk dan fungsi-fungsi kekotaan untuk datang
ke arahnya. Semakin banyak jenis dan macam pelayanan umum yang
terkonsentrasi pada suatu wilayah, maka makin besar daya tariknya
terhadap penduduk dan fungsi-fungsi kekotaan. Contohnya kampus,
rumah sakit, tempat ibadah, tempat rekreasi dan olahraga, bandara
dan sejenisnya (Yunus, 2000 dalam Rahayu, 2010).c.Aksesibilitas
Faktor transportasi mempunyai peran yang besar terhadap perubahan
pemanfaatan lahan, khususnya pemanfaatan lahan agraris menjadi non
agraris di daerah pinggiran kota. Yang dimaksudkan dengan
aksesibiltas dalam hal ini adalah aksesibiltas fisikal.
Aksesibilitas fisikal merupakan tingkat kemudahan suatu lokasi
dapat dijangkau oleh berbagai lokasi yang lain. Pengukuran
aksesibiltas fisikal dapat dilaksanankan dengan menilai prasarana
dan sarana transportasinya. semakin tinggi tingkat
aksesibilitasnya, maka semakin kuat daya tariknya sehingga
perkembangan fisikalnya lebih intens bila dibandingkan dengan
daerah lain yang mempunyai pertumbuhan ota yang mengikuti jaringan
transportasi yaitu pola linear. Dalam pola linear jaringan
transportasi merupakan faktor pemicu perkembangan kota bukan hanya
berupa prasarana jalan tetapi juga termasuk sungai, garis pantai
dan gunung penghalang (Yunus, 1999 dalam Rahayu 2010:30).5.Faktor
Ekonomia.Harga LahanMenurut Nurmandi dalam Yunus (1999) bahwa lahan
ditentukan oleh aksesibilitas pada jalur transportasi dan fasilitas
umum, semakin baik proksimitas atau kedekatan, semakin tinggi juga
nilai jual tanah tersebut. b. Mata Pencaharian PendudukFaktor yang
mempengaruhi penentuan lokasi permukiman oleh penduduk yaitu jenis
pekerjaan atau mata pencaharian penduduk. Dimana penduduk cenderung
bermukim pada daerah yang berdekatan dengan tempat kerjanya.
Misalnya seorang yang berprofesi sebagai nelayan akan memilih
bermukim di dekat pantai. Seperti pada teori sektor dan teori pusat
kegiatan ganda, orang-orang yang bekerja di sekitar industri akan
bermukim di sekitar lokasi industri sehingga akan terbentuk pola
ruang dimana permukiman para pekerja di sekitar lokasi industri.
6.Faktor PendudukPada faktor penduduk meliputi jumlah penduduk,
migrasi, kesehatan masyarakat dan kultur. a. Jumlah Penduduk, bila
penduduk bertambah maka dibutuhkan tempat yang lebih luas sehingga
kota dengan sendirinya akan berkembang. b. Kesehatan, adanya
kemajuan di bidang kesehatan maka segala macam penyakit dapat
diatasi. Hal ini yang menjadi daya tarik orang bermukim di kota.c.
Kultur, adanya kebudayaan yang maju dengan pendidikan, kesehatan
dan sebagainya dapat menjadi daya tarik untuk bermukim. Secara
umum, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kota juga merupakan
faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Karena secara
tidak langsung perubahan lahan menjadi salah satu unsur utama dalam
perkembangan suatu kota. D. Penginderaan Jauh Dalam Perubahan Lahan
dan Interpretasi Foto Citra1. Pengertian Penginderaan
JauhPenginderaan jauh didefinisikan sebagai suatu metode untuk
mengenal dan menentukan objek di permukaan bumi tanpa melalui
kontak langsung dengan objek tersebut. Sistem penginderaan jauh
mencakup beberapa komponen utama yaitu : sumber energi, sensor
sebagai alat perekam data, stasiun bumi sebagai pengendali dan
penyimpanan data, fasilitas pemrosesan data dan pengguna data
(Noor, 2011:156). Dari proses penginderaan jauh menghasilkan data
digital yang merekam unit terkecil atau biasa disebut pixel yang
berupa 3 dimensi (x,y,z) di dalam sistem perekam data. Kerena data
penginderaan jauh berupa data digital, sehingga dalam pengolahannya
diperlukan suatu perangkat keras dan lunak untuk memprosesnya
misalnya ERMapper, ILWIS, IDRISI, ERDAS dsb. Pada pemrosesan data
penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:a.
Pemrosesan dan analisis digital, berfungsi untuk membaca data,
menampilkan data, memodifikasi data, ekstraksi data secara
otomatik, menyimpan, mendesain format peta dan mencetak. Salah satu
contohnya ialah pembentukan citra komposit warna.b. Analisis dan
Interpretasi Visual, digunakan apabila pemrosesan data secara
digital tidak dapat dilakukan atau tidak berfungsi baik.
Interpretasi visual ini dilakukan dengan menggunakan parameter
bentuk, ukuran, rona warna, pola dan tekstur topografi.
2. Jenis Citra Satelit berdasarkan resolusinya Citra merupakan
salah satu bentuk produk atau output dari proses penginderaan jauh.
Terdapat beberapa jenis citra berdasarkan resolusinya yang bisa
digunakan sesuai fungsi dan kegunaannya, yakni :a. Resolusi
Tinggi1) QuickbirdQuickbird merupakan satelit resolusi tinggi
dengan resolusi spasial 61 cm, mengorbit pada ketinggian 450 km.
Satelit ini memiliki dua sensor utama yaitu pankromatik dan
multispektral serta 4 saluran (band). 2) WorldviewWorldview adalah
satelit yang memiliki resolusi spasial yang tinggi juga memiliki
resolusi spektral yang lebih lengkap dibandingkan produk citra
sebelumnya. Resolusi spasial yang dimiliki citra satelit WorldView
ini lebih tinggi, yaitu 0,46 m 0,5 m untuk citra pankromatik dan
1,84 m untuk citra multispektral. Worldview memiliki 8 band,
sehingga sangat memungkinkan untuk keperluan analisis spasial
sumber daya alam dan lingkungan hidup. 3) GeoEyeGeoEye merupakan
satelit pengamat bumi yang diluncurkan pada 6 september 2008 dari
Vandenberg Air Force Base, California, AS. Satelit ini mampu
memetakan gambar dengan resolusi yang sangat tinggi. GeoEye juga
merupkan satelit yang dikomersialkan dengan pencitraan gambar
tertinggi yang ada di orbit bumi. 4) Ikonos Ikonos merupakan
satelit resolusi spasial tinggi yang merekam data multispektral 4
kanal pada resolusi 4 m. Satelit ini memiliki ketinggian orbit 681
km dengan waktu pencapaian 1 sampai 3 hari (repeat cycle). Citra
ini sangat cocok untuk analisis detail misalnya wilayah perkotaan
tapi tidak efektif digunakan untuk analisis yang bersifat regional.
b. Resolusi Menengah1) SPOT (system pour Iobservation de la
terre)Satelit ini merupakan satelit komersial yang dimiliki oleh
negara Perancis dan dikembangkan oleh CNES (badan keruang-angkasaan
Perancis) bekerja sama dengan beberapa organisasi di Eropa. Satelit
ini mengorbit pada ketinggian 830 km dengan sudut inklinasi 80
derajat. Satelit ini dapat mencapai lokasi yang sama setiap 26 hari
(repeat cycle) dengan resolusi 10-20 m. 2) Landsat (Land
Satellite)Landsat merupakan jenis citra satelit yang diluncurkan
oleh Amerika Serikat pada ketinggian 705 km di atas ekuator dengan
periode orbit setiap 99 menit, dapat mencapai lokasi yang sama
setiap 16 hari. Sejak tahun 2013 Landsat telah meluncurkan landsat
8 yang melengkapi landsat sebelumnya. Landsat memiliki resolusi 30
m dan ukuran citra hasil perekaman berukuran 185 km x 185 km (1
scene). 3) AlosAlos merupakan citra yang dikembangkan oleh Jepang.
Citra Alos ini dapat dimanfaatkan untuk memantau lingkungan seperti
kepentingan kartografi, observasi wilayah, pemantauan bencana dan
sumber daya alam. 4) Aster (advanced spaceborne emission and
reflecton radiometer)Satelit Aster juga dikembangkan oleh Jepang
yang terdiri dari beberapa sensor yakni VNIR, SWIR dan TIR. Satelit
ini memiliki ketinggian orbit 707 km dengan sudut inklinasi 98,2
derajat. c. Resolusi Rendah1) NOAA (national oceanic and
atmospheric administration)Satelit NOAA merupakan satelit
meterologi yang dikembangkan oleh Amerika Serikat. Satelit ini
memiliki ketinggian orbit 833-870 km dengan sudut inklinasi 98,7
98,9 derajat. Selain itu, satelit ini mempunyai kemampuan
mengindera 2 x 24 jam (sehari semalam). 3. Pemanfaatan Data
Penginderaan Jauh dalam Perubahan LahanPenginderaan jauh telah
dimanfaatkan pada banyak aplikasi pemantauan bumi termasuk
pemantauan perubahan penggunaan lahan yang bisa dilakukan dengan
pendekatan berupa perbandingan peta tematik dalam waktu tertentu.
Interpretasi penggunaan lahan dari citra satelit dimaksudkan untuk
memudahkan deliniasi area/ unit-unit penggunaan lahan. Salah satu
syarat dari teknik sederhana yang digunakan untuk mengkaji atau
melakukan evaluasi terhadap perubahan, termasuk untuk mengetahui
sejauh mana perubahan penggunaan lahan kota telah terjadi, adalah
dengan cara menginterpretasi dua citra yang berbeda waktu
perekamannya (multitemporal). Citra satelit merupakan data yang
diperoleh dari proses penginderaan jauh. Terdapat beberapa jenis
citra yang bisa dihasilkan. Penggunaan citra tersebut akan
dilakukan sesuai kebutuhan dan tujuan, misalnya untuk melihat
penggunaan lahan bisa digunakan citra landsat.Citra landsat
merupakan citra yang dibuat dari land satellite yang semula disebut
Earth Resources Technology Satellite (ERTS) yang mengorbit di
ketinggian 920 km. Citra satelit Landsat Thematic Mapper (TM )
mempunyai resolusi 30 x 30 meter (satu pixel=pixel element) artinya
obyek yang ukurannya lebih kecil dari 30 m tidak dapat dikenali
(tidak tampak) dalam citra, sehingga lahan sawah yang ukurannya
kurang dari 30x30 meter tidak akan tampak/dikenali pada citra
satelit.Beberapa keuntungan menggunakan citra Land Sattelite
(Landsat) :a. Ketinggian satelit, satu citra menggambarkan daerah
yang luas dengan proyeksi yang mendekati orthogonal. Hal ini
memungkinkan suatu pandanga menyeluruh.b. Pencitraan yang terulang
setiap 18 hari (bahkan tiap 9 hari), memungkinkan perbandingan dua
citra atas objek yang sama pada daerah yang sama. Hal ini
menguntungkan untuk maksud monitoring obyek maupun untuk menkaji
obyek dalam berbagai musim dan kondisi.d. Keseragaman waktu,
landsat yang melewati daerah yang sama dalam jam yang sama
memungkinkan ketelitian dalam menilai erosi tanah, perubahan daerah
basah, pelaksanaan irigasi, monitoring berbagai produksi agraris
dsb.e. Keseragaman daerah luas, keseragaman perpektif atas daerah
luas memungkinkan pembuatan mosaik citra landsat untk mengkaji
daerah luas (kontinen) secara tepat, misalnya utuk inventarisasi
dalam tingkat tinjau bagi sumber daya seperti hutan, air permukaan,
jenis tanah dsb.f. Penginderaan multispektral, dengan cara ini
dapat meningkatkan kemampuan intepretasi citra. Selain itu,
penginderaan dengan menggunakan citra landsat dapat digunakan untuk
menganalisis berbagai bidang misalnya :a. Inventarisasi air
permukaanb. Kajian air tanahc. Kajian geologi dan eksplorasi
mineral serta minyak bumid. Revisi peta dalam kartografie.
Penggunaan lahan dan perencanaan kota serta regionalf. Mengkaji
kepadatan penduduk dalam hubungannya dengan penggunaan lahang.
Pengendalian dan pengelolaan lingkungan.Pada penelitian ini
menggunakan data citra satelit landsat 7 dan landsat 8. Kedua
landsat ini digabungkan sehingga saling melengkapi, hal ini
dikarenakan ada beberapa kelebihan dan kekurangan di kedua landsat
tersebut. Misalnya dibandingkan versi-versi sebelumnya, landsat 8
memiliki beberapa keunggulan khususnya terkait spesifikasi
band-band yang dimiliki maupun panjang rentang spektrum gelombang
elektromagnetik yang ditangkap. Sebagaimana telah diketahui, warna
objek pada citra tersusun atas 3 warna dasar, yaitu Red, Green dan
Blue (RGB). Dengan makin banyaknya band sebagai penyusun RGB
komposit, maka warna-warna obyek menjadi lebih bervariasi.Berikut
perbedaan berupa kelebihan dan kekurangan antara landsat 7 dan
landsat 8. Tabel 1.Perbedaan Band pada Landsat 7 dan Landsat
8Landsat 7Landsat 8
Band NameResolusi (m)Band NameResolusi (m)
Band 1 Coastal30
Band 1 Blue30Band 2 Blue30
Band 2 Green30Band 3 Green30
Band 3 Red30Band 4 Red30
Band 4 NIR30Band 5 NIR30
Band 5 SWIR 130Band 6 SWIR 130
Band 7 SWIR 230Band 7 SWIR 230
Band 8 Pan15Band 8 Pan15
Band 9 Cirrus30
Band 6 TIR30/60Band 10 TIRS 1100
Band 11 TIRS 2100
Sumber : Blog resmi
ESRIhttp://blogs.esri.com/esri/arcgis/2013/07/24/band-combinations-for-landsat-8/
Tabel 2.Perbedaan Kombinasi Band pada Landsat 7 dan Landsat
8GambarWarnaKombinasi Band
Landsat 5 dan 7Landsat 8
Color Infrared:4, 3, 25, 4, 3
Natural Color:3, 2, 14, 3, 2
False Color:5, 4, 36, 5, 4
False Color:7, 5, 37, 6, 4
False Color:7, 4, 27, 5, 3
Sumber : USGS
Pada penelitian ini hanya terfokus pada dua jenis penggunaan
lahan saja yakni objek lahan terbangun dan lahan tidak terbangun
(vegetasi) . Oleh karena itu, untuk membedakan lahan terbangun dan
bukan lahan terbangun dilakukan interpretasi citra satelit.
Interpretasi citra dilakukan dengan menggunakan 2 komposit band
baik dari citra landsat 7 maupun citra landsat 8 yakni true colour
dan false colour dengan asumsi warna yang berbeda. Berikut
perbedaan secara sistematis warna yang akan dihasilkan dari
komposit band citra landsat:
Tabel 3.Perbedaan Warna Komposit BandKomposit Band 3,2,1 (True
Colour)Komposit Band 5,4,3 (False Colour)
Objek Vegetasi (lahan tidak terbangun)Sesuai warna yang ada di
lapangan (hijau).Jingga
Objek Lahan terbangunSesuai warna yang ada di lapangan (coklat
untuk genting).Warna Biru : Semakin padat lahan terbangun di suatu
daerah rona yang terbentuk semakin cerah dan sebaliknya.
Objek JalanTidak dapat dibedakan/tersamarkan dengan objek lahan
terbangun.Dapat dibedakan dengan objek lahan terbangun.
Sumber :
http://reizapcd.blogspot.com/2012/04/kombinasi-band-dalam-citra-satelit.html
4. Interpretasi Citra SatelitInterpretasi citra merupakan proses
mengkaji foto udara atau citra satelit dengan maksud
mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut.
Proses interpretasi penggunaan lahan dapat diklasifikasikan menurut
USGS tahun 1972. Sistem ini dapat digunakan untuk citra dengan
resolusi tinggi dengan skala menengah (1:25.000 dan 1:10.000)
seperti SPOT dan Quickbird. Penggunaan skala berpengaruh terhadap
pemilihan kedetailan klasifikasi, dimana semakin besar skala yang
digunakan maka pengklasifiksian akan semakin detail (Danoedoro,
1996). Dalam melakukan interpretasi citra diperlukan sistem
klasifikasi lahan. Saat ini tidak terdapat sistem klasifikasi lahan
yang pasti atau yang menjadi standar di Indonesia. Namun, terdapat
beberapa sistem klasifikasi yang sering digunakan dalam membantu
mengklasifikasikan penggunaan lahan. Misalnya sistem klasifikasi
penggunaan lahan menurut USGS dan Anderson. Berikut tabel sistem
klasifikasi penggunaan lahan menurut Anderson dan USGS.
Tabel 4.Klasifikasi lahan menurut Anderson, 1976 :Kelas
Penggunaan Lahan dalam penelitianKelas Penggunaan Lahan Level I
menurut Anderson
Lahan terbangunUrban atau Built-up Land
Lahan Tidak Terbangun1. Agriculture Land2. Rangeland3. Forest
Land4. Water5. Wetland6. Barren Land7. Tundra8. Perennial Snow
sumber: Anderson (1976)
Tabel 5.Klasifikasi Lahan menurut USGS Pada level I dan
IITingkat ITingkat II
1.Perkotaan atau lahan terbangun1. Permukiman2. Perdagangan dan
jasa3. Industri4. Transportasi, komunikasi dan umum5. Kompleks
industry dan perdagangan6. Kekotaan campuran atau lahan bangunan7.
Kekotaan atau lahan bangunan lainnya
2.Lahan pertanian1. Tanaman semusim dan padang rumput2. Daerah
buah-buahan, bibit, dan tanaman hias3. Tempat penggembalaan
terkurung4. Lahan pertanian lainnya
3.Lahan peternakan1. Lahan tanaman/ rumput2. Lahan peternakan
semak dan belukar3. Lahan peternakan campuran
4.Lahan hutan1. Lahan hutan gugur dan musiman2. Lahan hutan yang
selalu hijau3. Lahan hutan campuran
5.Air1. Sungai dank anal2. Danau3. Waduk4. Teluk dan muara
6.Lahan basah1. Lahan hutan basah2. Lahan basah bukan hutan
7.Lahan gundul1. Dataran garam kering2. Gisik3. Daerah berpasir
selain gisik4. Batuan singkapan gundul5. Tambang terbuka,
pertambangan dan tambang kecil6. Daerah peralihan7. Daerah gundul
campuran
8.Padang lumut1. Padang lumut semak dan belukar2. Padang lumut
tanah gundul3. Padang lumut basah4. Padang lumut campuran
9.Es atau salju abadi1. Lapang salju abadi2. Glasier
Sumber : USGS
http://ddwihestiningsih.blogspot.com/2013/09/perbandingan-klasifikasi-lahan-menurut.html
Selain itu, informasi penggunaan lahan yang disajikan mengikuti
klasifikasi penggunaan lahan yang ditetapkan Surat keputusan
menteri negara agraria/ badan pertanahan nasional nomor 1 tahun
1997. secara garis besar klasifikasi penggunaan lahan tersebut
dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu penggunaan lahan
perkotaan (urban land use) dan penggunaan lahan non urban.
Penggunaan lahan urban meliputi perumahan, jasa (fasilitas umum dan
perkantoran), perdagangan, dan industri. sedangkan penggunaan lahan
non urban meliputi areal persawahan, kebuun campuran, tegalan,
tambak, semak belukar, alang-alang dan padang rumput.
E. Model Cellular AutomataCellular automata (CA) merupakan model
yang bersifat dinamis yang mengintegrasikan dimensi ruang dan
waktu. Konsep cellular automata telah dikembangkan sejak tahun
1940-an dalam bidang komputer oleh Von Neumann dan Ulam. Keunggulan
dari model celluar automata adalah dapat digunakan untuk mengkaji
suatu pola sederhana hingga pola yang kompleks dengan prinsip yang
sederhana (Singh, 2003; Benenson and Torenz, 2004). Irwin (2001)
menyatakan bahwa cellular automata bervariasi secara independen,
dimana kondisi saat ini ditentukan oleh kondisi masa lalu secara
independen. Pada Cellular automata transisi perubahan tidak hanya
berdasarkan pada kondisi sebelumnya namun juga berdasarkan pada
kondisi sel disekitarnya, dalam hal ini cellular automata
mengandung aspek keruangan. Gambaran proses dinamis dalam perubahan
suatu kondisi dapat diilustrasikan sebagai berikut. kondisi akan
datang dari suatu sel/parsel X adalah fungsi dari kondisi sel X
saat ini dan sel-sel disekitarnya. Apabila jenis tutupan lahan
pemukiman adalah kondisi mayoritas sel-sel disekitarnya dari sel X,
maka sel X akan berubah menjadi pemukiman. Algoritma yang dipakai
untuk menghitung kondisi mendatang dari suatu sel adalah merujuk
kepada kondisi cellular automata setempat. Karakteristik cellular
automata dicirikan dengan 5 sifat (Sirakoulis et al, 2000 dalam
Karsidi, 2007).1. Banyaknya dimensi keruangan (n)2. lebar/jarak
masing-masing sisi dari suatu susunan sel (w). wj adalah lebar dari
sisi ke-j dari suatu susunan sel, dimana j = 1,2,3,...n (banyaknya
sel) j.3. lebar dari tetangga terdekat suatu sel (d). (d)j adalah
jarak tetangga terdekat sepanjang sisi ke-J dari suatu susunan sel
j.4. kondisi dari sel-sel cellular automata.5. ketetapan/rule
cellular automata, sebagai fungsi arbitrari F.
Selain itu, menurut Liu (2009), cellular automata terdiri atas
lima elemen dasar pembentuknya, yaitu :1. Sel (The Cell), yaitu
satuan spasial dasar dalam sebuah ruang selular. Sel-sel dalam
sebuah cellular automaton tersusun dalam sebuah mozaik spasial.
Gridiron dua dimensi adalah bentuk yang paling umum dari sebuah
cellular automata yang digunakan dalam pemodelan pertumbuhan kota
dan perubahan guna lahan. Bagaimanapun juga, susunan lain seperti
cellular automata satu dimensi juga dikembangkan untuk
menggambarkan objek linear seperti pemodelan lalu lintas kota.2.
Keadaan (The State), menetapkan attributes dari sebuah sistem. Tiap
sel hanya dapat memiliki satu state dari sekumpulan states dalam
satu waktu. State bisa merupakan jumlah yang menunjukkan sebuah
sifat. Dalam sebuah model cellular automata perkotaan, state dari
suatu sel dapat mewakili tipe penggunaan lahan atau tutupan lahan,
seperti urban atau rural, atau beberapa tipe guna lahan yang
spesifik; atau bisa juga digunakan untuk mewakili cirilain dari
suatu kawasan urban, seperti category sosial dari penduduk.3.
Ketetanggaan (The Neighbourhood), yaitu sekumpulan sel yang
berinteraksi dengan suatu sel. Terdapat dua jenis neighbourhood
dalam ruang dimensional: von Neumann Neighbourhood (4 sel) dan
Moore Neighbourhood (delapan sel).4. Aturan Transisi (Transition
Rule), menggambarkan bagaimana state dari sebuah sel berubah
sebagai respon terhadap state sekarang dan state dari sel tetangga
(Neighbour). Ini adalah komponen dasar dari cellular automata
karena aturan ini menggambarkan proses dari sebuah sistem yang
dibuat dalam sebuah model dan merupakan komponen esensial dari
untuk berhasil dalam melakukan pemodelan yang baik.5. Waktu (The
Time), menetapkan dimensi sementara di mana sebuah cellular
automaton berada. Berdasarkan definisi cellular automata, state
dari semua sel terperbarui secara simultan dalam semua pengulangan
sepanjang waktu.
Kondisi sel X, pada waktu t = 1, adalah dihitung bergantung pada
F. F adalah fungsi dari kondisi sel X pada waktu (t) dan kondisi
sel-sel sekitarnya pada waktu (t) dikenal dengan rule/ketetapan
transisi perubahan. Gambaran sederhana dari dua dimensi cellular
automata (n=2), dengan jarak tetangga terdekat d1 = 3 dan d2 = 3,
adalah sebagai berikut :i j, j-1i-1, ji-1,j+1
I, j -1(i, j)(i,j+1)
I+1, j-1I+1, jI+1, j+1
Cellular automata adalah model sederhana dari proses
terdistribusi spasial (spatial distributed process) dalam GIS. Data
terdiri dari susunan sel-sel (grid), dan masing-masing diatur
sedemikian rupa sehingga hanya diperbolehkan berada di salah satu
dari beberapa keadaan. Dengan menggunakan informasi ini, setiap sel
menerapkan aturan sederhana untuk menentukan apakah harus berubah,
dan pada keadaan apa harus berubah. Langkah dasar tersebut diulang
terus pada seluruh susunan sel secara terus-menerus hingga
mendapatkan suatu keadaan tertentu. Rencana tata guna lahan
berkaitan dengan parameter yang kompleks, namun tetap dapat
direpresentasikan dalam bentuk satuan informasi dalam bentuk grid,
sehingga pendekatan cellular automata dapat diterapkan. Cellular
system dapat didefinisikan sebagai suatu koleksi tersusun dari
unsur-unsur serupa yang disebut cell. Struktur ini diberikan oleh
pilihan dari bentuk pixel atau biasa disebut lattice. Beberapa
lattice adalah 1 dimensi, 2 dimensi dan 3 dimensi. Sel-sel tetangga
(neighborhoods) merupakan bagian penting yang merepresentasikan
kesatuan cell yang berinteraksi langsung dengan pusat cell. Jumlah
dari sel tetangga sangat dipengaruhi oleh lattice dari sel
tersebut. Berbagai studi yang dilakukan saat ini telah
mengembangkan model pengintegrasian konsep cellular automata dengan
sistem geografis (SIG) khususnya untuk penerapan yang berfokus pada
aspek keruangan yang bersifat dinamis. sistem informasi kontemporer
sekalipun dapat mengintegrasikan dan mengelola data keruangan,
namun memiliki keterbatasan dalam pemodelan dinamis (Wagner,1997).
Melalui model cellular automata dan SIG yang berbasis raster dapat
dikembangkan menjadi model SIG yang dapat memodelkan proses
perubahan keruangan yang bersifat dinamis. Bentuk pixel cellular
automata diperlihatkan pada gambar berikut :
Central cellNeighborhoodCentral cellNeighborhood
Bentuk HexagonalBentuk Square
Gambar 1. Cellular Automata
Pada gambar 1, pusat cell ditandai dengan warna merah sedangkan
neighborhoods ditandai dengan warna magenta. Lattice yang akan
digunakan dalam sistem ini adalah berbentuk Square dengan cell
pusatnya yang berbentuk segiempat, maka sel-sel tetangganya akan
semakin banyak. Sehingga sangat cocok digunakan dalam sistem yang
dinamis. Ketetanggaan (neighborhood) artinya perubahan penggunaan
lahan pada satu piksel akan dipengaruhi oleh penggunaan lahan pada
piksel tetangganya. Dalam hal ini yang perlu didefenisikan adalah
jumlah piksel yang dianggap sebagai tetangga. Konsep ketetanggaan
ini, secara teknis diterjemahkan dengan filter/jendela, seperti
diperlihatkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Ilustrasi dari ukuran filter, (a) Filter 3x3, (b)
Filter 5x5, (c) Filter 7x7, (d) Filter Oktogonal 5x5, (3)Filter
Oktogonal 7x7, (f) Filter Cros 4 tetangga terdekat. (Sumber: Jensen
1996 dalam Peruge, 2013)
Keadaan suatu cellular automata sepenuhnya dipengaruhi oleh
variabel yang dimiliki tiap sel. Cellular automata bekerja dengan
tahapan waktu yang diskrit, dimana nilai variabel sel dipengaruhi
oleh nilai variabel sel tetangganya di tahapan waktu sebelumnya.
Tetangga dari suatu sel yaitu sel-sel yang berdekatan dengan sel
itu sendiri. Variable sel diperbaharui secara simultan, berdasarkan
kepada nilai variabel yang dimiliki sel tersebut dan tetangganya di
tahapan waktu sebelumnya, menurut aturan lokal tertentu
(Wolfram,1983 dalam Koomen E. dkk,2007). Cellular automata adalah
sebuah array dengan automata yang identik, atau dsebut juga sel
yang saling berinteraksi satu sama lain. array tersebut dapat
membentuk susunan sel 1 dimensi, 2 dimensi maupun 3 dimensi.
Susunan sel-sel tersebut dapat membentuk grid sei empat sederhana
maupun susunan lain yang lebih rumit. Berikut ilustrasi susunan sel
cellular automata :
Gambar 3. Susunan sel-sel cellular automata.(a) segiempat 1
dimensi, (b) segiempat 2 dimensi, (c) segienam 2 dimensi
Unsur-unsur pembentuk cellular automata adalah :1.
GeometriGeometri adalah bentuk sel serta bentuk sistem yang disusun
oleh sel-sel tersebut. geometri cellular automata terdiri atas
dimensi cellular automata tersebut (1-dimensi, 2-dimensi, dst), dan
bentuk geometri dari masing-masing sel penyusunnya.2. State
setState set adalah himpunan keadaan atau status yang dapat
dimiliki oleh masing-masing sel cellula automata tersebut. status
ini daat berupa angka maupun sifat tertentu. Misalnya jika
masing-masing sel merepresentasikan bagian suatu hutan maka status
dapat merepresentasikan misalnya jumlah binatang pada masing-masing
lokasi atau jenis pohon-pohon yang tumbuh disana. state set
haruslah berhingga (finite, terbatas) dan terhitung (countable,
diskrit).3. NeighbourhoodNeighbourhood atau tetangga adalah sel-sel
yang dapat mempengaruhi status suatu sel pada cellular automata.
umumnya neighbourhood suatu sel hanya meliputi sel-sel yang berada
disekitarnya (jari-jari neighbourhood r, tidak besar). Berdasarkan
strukturnya, ada banyak macam neighbourhood yang telah dikenal
secara umum, antara lain untuk geometri dua dimensi.
a. Von Neumann neighbourhood N = (U (Utara), T(timur), S
(selatan), B (Barat)), r =1
Gambar 4. Von Neumann neighbourhoodsel yang terletak ditengah
adalah sel A. sl berwarna abu-abu adalah neighbourhood dari sel
A.
b. Moore neighbourhood Model ini dikembangkan oleh Edward F.
Moore yang merupakan pelopor teori cellular automata. Moore
Neighborhood adalah konsep yang umum dan popular digunakan. Pada
proses simulasi dalam tingkat piksel, keaadaan suatu piksel akan
dipengaruhi keadaan piksel-piksel disekitrnya.Moore Neighborhood
adalah suatu bujur sangkar sederhana (biasanya berukuran 3x3
piksel) yang digunakan untuk mendefinisikan satu set sel disekitar
satu sel (x0,y0), yang diketahui dan dapat keadaan dari sel yang
diketahui. Biasanya digambarkan seperti arah mata angin. Jumlah sel
yang terdapat dalam cakupan area r, moore neighborhood adalah
bujursangkar yang jumlah selnya ganjil yakni 1, 9, 25, 49, 81
....., (2r+1)2.N = ( U (utara), TL (Timur laut), T (Timur), TG
(Tenggara), S (Selatan, BD (Barat Daya), B (Barat), BL (Barat Laut)
), r =1
r =2
r =1 r =0
Gambar 5. Moore neighbourhoodsel yang terletak ditengah adalah
sel A. Sel berwarna abu-abu adalah neighbourhoods dari sel A.
c. Margolus neighbourhood Empat buah sel bergabung membentuk
satu blok. neighbourhood suatu sel adalah sel-sel lain yang berada
pada blok yang sama dengan sel tersebut. Pada setiap time-stepi,
masing-masing blok berpindah secara diagonal sehingga blok suatu
sel berubah-ubah sesuai dengan genap atau ganjilnya time-step. Pada
gambar diatas, sel-sel yang dikelilingi oleh kotak bergaris tebal
berada pada blok yang sama.
time-step 2ktime-step 2k+1Gambar 6. Margolus neighbourhoodsel
yang terletak ditengah adalah sel A. Sel berwarna abu-abu adalah
neighbourhood dari sel A
4. Fungsi TransisiFungsi transisi adalah aturan yang menentukan
bagaimana status suatu sel berubah berdasarkan status sekarang dan
status tetangganya.5. Status Awal SelStatus awal sel adalah status
yang dimiliki oleh masing masing sel pada suatu sistem mulai
berjalan.
F. Rantai MarkovRantai markov adalah suatu bidang paling
mendasar dari studi tentang probabilitas, yang saat ini juga telah
berkembang dalam ilmu spasial, dan saat ini banyak diterapkan di
bidang penelitian perubahan tata guna lahan (land use change).
dalam teori probabilitas statistik, yang dianalisis dalam proses
markov adalah fenomena yang berubah terhadap waktu secra acak untuk
keadaan tertentu. (baja, 2012). Subclass penting ranta Markov
adalah fenomena yang berjalan acak (Random walks). Teori ini
dicirikan dengan proses acak, dimana distribusi bersyarat dari apa
yang terjadi pada masa yang akan datang, hanya bergantung pada
kondisi sekarang dan bukan pada masa lalu. Rantai markov merupakan
sebuah proses stokastik yang menggambarkan peluang pencapaian
sebuah keadaan dari keadaan lainnya. Istilah keadaan
merepresentasikan variabel yang perubahannya dimodelkan dalam
simulasi. Rantai markov adalah model yang umum digunakan untuk
memodelkan perubahan tata guna lahan dan tutupan lahan pada skala
spasial yang beragam. Markov chain merupakan proses acak dimana
semua informasi tentang masa depan terkandung di dalam keadaan
sekarang (yaitu orang tidak perllu memeriksa masa lalu untuk
menentukan masa depan). untuk lebih tepatnya, proses memiliki
properti markov, yang berarti bahwa bentuk kedepan hanya bergantung
pada keaadan sekarang, dan tidak bergantung pada bentuk sebelumnya.
dengan kata lain, gambaran tentang keadaan sepenuhnya menangkap
semua informasi yang dapat mempengaruhi masa depan dari proses
evolusi. Suatu markov chain merupakan proses stokastik berarti
bahwa semua transisi adalah probabilitas (ditentukan oleh kebetulan
acak dan dengan demikian tidak dapat diprediksi secara detail,
meskipun mungkin diprediksi dalam sifat statistik. Rantai Markov
memiliki suatu probabilitas yang bersifat stasioner, sehingga
memungkinkan rantai markov digunakan untuk model simulasi.
Probabilitas untuk perpindahan antar keadaan pada satu rentang
waktu ditampilkan dalam matriks probabilitas transisi. Untuk setiap
transisi yang dihasilkan rantai markov pada rentang waktu yang sama
memiliki nilai yang sama.Penerapan rantai markov bertujuan untuk
memperoleh probabilitas transisi, Pij, merupakan besar peluang
untuk berubah dari keadaan i ke keadaan j. Peluang tersebut dapat
digeneralisasi menjadi sebuah matriks persegi yang dinamakan
matriks probabilitas transisi (P).Perubahan landscape dan proses
difusi spasial dapat disimulasikan secara linear dan stokastik.
stokastik proses ditentukan oleh variabel acak, dan hanya
menerangkan terminologi probabilistik (Lambin 1994 dalam Karsidi,
2007). secara umum, model probabilistik ini cocok untuk proses
perubahan penggunaan tanah/tutupan lahan yang memiliki hubungan
yang rumit antara variabel yang berinteraksi, serta memiliki latar
belakang yang minim tentang informasi faktor pendorong di balik
terjadinya perubahan. pendekatan ini menjadi sangat populer dalam
pemodelan perubahan penggunaan tanah/tutupan lahan.Syarat-Syarat
Dalam Analisa Markov :Untuk mendapatkan analisa rantai markov ke
dalam suatu kasus, ada beberapa syaratyang harus dipenuhi, adalah
sebagai berikut:a. Jumlah probabilitas transisi untuk suatu keadaan
awal dari sistem sama dengan 1.b. Probabilitas-probabilitas
tersebut berlaku untuk semua partisipan dalam sistem.c.
Probabilitas transisi konstan sepanjang waktu.d. Kondisi merupakan
kondisi yang independen sepanjang waktu.
Penerapan analisa markov bisa dibilang cukup terbatas karena
sulit menemukan masalah yang memenuhi semua sifat yang diperlukan
untuk analisa markov, terutama persyaratan bahwa probabilitas
transisi harus konstan sepanjang waktu (probabilitas transisi
adalah probabilitas yang terjadi dalam pergerakan perpindahan
kondisi dalam sistem).G. Validasi KappaSecara umum koefisien Cohens
Kappa dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesepakatan (degree of
agreement) dari dua penilai dalam mengklasifikasikan obyek ke dalam
grup / kelompok dan mengukur kesepakatan alternatif metode baru
dengan metode yang sudah ada.Pada permodelan, kappa accuracy
merupakan validasi model yang sering digunakan untuk menguji
kualitas hasil klasifikasi tutupan lahan atau perubahan lahan
berbasis data penginderaan jauh adalah kappa accuracy (Jensen dalam
Peruge, 2013). Nilai Kappa membantu dalam melihat kesesuaian antara
hasil simulasi dengan kondisi aktual. Perhitungan kappa menurut
Hagen (2002), didasarkan pada tabel kontigensi. Pembuatan tabel ini
adalah tahap awal untuk membandingkan peta secara objectif.Tabel
6.Nilai Ambang Batas untuk membedakan Tingkat Kecocokan dari Nilai
KappaNilaiTingkat Kecocokan