BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1
Diagnosis dan Intervensi Komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau
masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian
melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis
dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan
dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan
diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang
menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga
dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh
pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik,
metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan
masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).
(Notoatmodjo, 2007).2.2Teori Pengetahuan
2.2.1
Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan merupakan hasil Tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
subyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia
yaitu indra penglihatan, pendengaran penciuman, rasa, dan raba.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat berperan
untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita
dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.
Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu
oleh orang lain. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi
(Prasetyo, 2007).
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat
dekat, media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan
tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinannya
tersebut (Istiari, 2000).Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu
proses dengan menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang
terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan (Hidayat, 2007).
2.2.2 Cara Mendapatkan Pengetahuan Dari berbagai macam cara yang
telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: 1. Cara
Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan. Cara-cara penemuan
pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum ditemukan metode
ilmiah, yang meliputi :a. Cara Coba Salah (Trial Dan Error) Cara
coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut
tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak
berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai
didapatkan hasil mencapai kebenaran.
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas Di mana pengetahuan diperoleh
berdasarkan pada otoritas atau kekuasaa baik tradisi, otoritas
pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu
pengetahuan. c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila
dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah
yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.
d. Melalui Jalan Pikiran Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan
kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah
menggunakan jalan pikiran. 2. Cara Modern dalam Memperoleh
Pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut
metode penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2007).
2.2.3 Tingkat Pengetahuan
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall).Menurut Notoatmodjo (2007),
pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,
yaitu: 1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, Tahu ini adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain :
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar mengenai obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
meteri tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh
menyimpulkan, merencanakan, dan sebagainya terhadap obyek yang
telah dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks dan situasi yang lain. Dalam menggunakan
prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle)
didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata - kata
kerja. Dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokan, dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang telah
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.2.2.4Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkatan Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Sukmadinata (2007)
mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut ini:
1. Faktor internal Faktor internal meliputi jasmani dan rohani.
Faktor jasmani adalah tubuh orang itu sendiri, sedangkan faktor
rohani adalah psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi
afektif dan kognitifnya. 2. Faktor eksternal a. Tingkat
pendidikan
Pendidikan berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari
luar. Orang berpendidikan tinggi akan memberi respon lebih rasional
terhadap informasi yang datang. Tingkat pendidikan berarti
bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang
lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. (Sarwono, 1992, yang
dikutip Nursalam, 2001).
Pendidikan diklasifikasikan menjadi : Pendidikan tinggi:
akademi/ PT Pendidikan menengah: SLTP/SLTA Pendidikan dasar :
SD
Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media
masa, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan (Koentjaraningrat, 1997, dikutip Nursalam, 2001).
Ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah,
seseorang dengan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit
menerima pesan, mencerna pesan, dan informasi yang disampaikan
(Effendi, 1998).
Wiet Hary dalam Notoatmodjo (1993) menyebutkan bahwa tingkat
pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap
dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya, semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya.
b. Papan media masa
Media masa, baik cetak maupun elektronik merupakan sumber
informasi yang dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang
yang lebih sering mendengar atau melihat media masa (tv, radio, dan
majalah) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan
dengan orang yang tidak pernah mendapat informasi dari media
masa.
c. Ekonomi
Keluarga dengan status ekonomi tinggi lebih mudah mencukupi
kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder dibandingkan dengan
keluarga status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan
akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.
d. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang
berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi.
Faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai
komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi.
e. Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya. Orang yang
berpengalaman mudah menerima informasi dari lingkungan sekitar
sehingga lebih baik dalam mengambil keputusan. Pengetahuan yang
dipengaruhi oleh faktor tersebut di atas merupakan hal yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengaruh dari
intelektual, afektif, kognitif dan pengalaman manusia sebagai
subjek akan mempengaruhi pengetahuannya terhadap suatu objek yang
terjadi melalui pengindraan.
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is the best
teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman
merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu
cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang
dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2007).
Pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi tiap
individu, maka pengalaman mempunyai kaitan dengan pengetahuan.
seseorang yang mempunyai pengalaman banyak akan menambah
pengetahuan (Cherin, 2009)
2.2.5 Sumber Pengetahuan
Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya
diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat
dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-
pemimpin masyarakat baik formal maupun informal ahli agama,
pemegang peerintahan, dan sebagainya (Notoatmojo, 2007).
2.2.6 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang
ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan di atas. Pengukuran tingkat pengetahuan
dimaksudkan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan
disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Selanjutnya dilakukan
penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan
diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo, 2007).
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor
jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan
100% dan hasilnya berupa persentasi dengan rumus yang digunakan
sebagai berikut:
Secara umum tingkat pengetahuan dapat dibagi menjadi 3,
yaitu
1) Kategori Baik
: 79-100 %
2) Kategori Cukup : 56-78 %
3) Kategori Kurang: Rp 2.000.000/ bulan
Menengah: Rp.1.500.000-2.000.000/ bulanRendah: <
Rp.1.500.000/ bulan
Ordinal
5.Hubungan SosialInteraksi antara responden dengan keluarga lain
di lingkungan sekitar berupa ajakan oleh tetangga kepada responden
dan ajakan responden kepada tetangga dalam menginformasikan tentang
rumah sehat.KuesionerWawancaraBaik, jika 2Ordinal
6.PengalamanSesuatu yang pernah dirasakan, didengarkan, dan
dialami oleh responden dalam hal rumah sehat.KuesionerWawancara
Baik, jika 2Buruk, jika < 2
Nominal
Tabel 2.2. Definisi Operasional Diagnosis dan Intervensi
`Komunitas Area Masalah Pengetahuan Olahraga Pada Daerah Keluarga
Binaan RT 002/ RW 04 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten TangerangJasmani
Faktor Internal
Rohani
Pendidikan
Pengetahuan
Paparan Media Massa
Ekonomi
Faktor Eksternal
Hubungan Sosial
Pengalaman
Pendidikan
Paparan Media Massa
Ekonomi
Hubungan Sosial
Pengetahuan
Tentang Rumah Sehat
Pengalaman
44