Top Banner

of 14

BAB II-1 fera.docx

Jan 10, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1.Gambaran Program Gizi di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak KotaKegiatan program gizi masyarakat yang telah dilaksanakan di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota tahun 2014, meliputi:I. Gizi MasyarakatA. Pemantauan Status Gizi (PSG) BalitaKegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG) di lakukan di wilayah bina UPTD Puskesmas kecamatan Pontianak Kota dengan sasaran bayi dan balita berusia (0-59 bulan). Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui data status gizi balita yang menjadi sample dengan tingkat validasi data yang akurat.

B. Kurang Vitamin A (KVA)Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penanggulangan kekurangan Vitamin A berupa pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi berwarna biru dosis 100.000 IU kepada Bayi usia 6 11 bulan dan Balita usia 1 5 tahun mendapat kapsul Vitamin A warna Merah dengan dosis 200.000 IU. Pendistribusian kapsul vitamin A diberikan 2 kali setahun dan dilaksanakan setiap bulan Februari dan Agustus.

C. Anemia Gizi Besi ( AGB )Program penanggulangan anemia dilakukan melalui pemberian tablet tambah darah (Fe) khususnya pada ibu hamil yang berkunjung di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota. Pada kasus ibu hamil yang menderita anemia dapat dideteksi melalui pemeriksaan kadar Haemoglobin darah ( Hb), dan langsung diberikan konseling dan leafleat mengenai bahaya anemia.

D. Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG)Kegiatan SKPG berupa laporan bulanan program gizi yang memuat sasaran dan capaian penimbangan balita yang diambil dari laporan posyandu, penimbangan di PAUD / TK, laporan bulanan dari Klinik dan Rumah Sakit., register kunjungan puskesmas/ Pustu.

E. Gangguan Akibat Kurang Yodium ( GAKY )GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) adalah penyakit yang timbul akibat makanan yang dikonsumsi sehari-hari kurang atau tidak mengandung zat iodium. Bentuk kelainan fisik dari akibat yang ditimbulkan dari GAKY itu sendiri adalah adanya pembesaran kelenjar thyroid. Survey Garam Beryodium dilaksanakan bulan Agustus 2014.

F. Pemberian PMT Balita gizi kurang, PMT- Penyuluhan dan MP ASI LokalUsia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan pekembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhannya gizinya maka periode emas menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.Untuk mencapai tumbuh kembang optimal hal penting yang harus dilakukan (Rekomendasi WHO) adalah: a. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi segera setelah bayi lahir (IMD). b. Memberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulanc. Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan.d. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.Disamping hal-hal tersebut diatas, salah satu kegiatan program perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi balita adalah dengan memberikan PMT kepada anak balita diposyandu. Pemberian PMT tersebut dilaksanakan oleh kader posyandu pada saat hari buka posyandu. Sedangkan bagi kegiatan pemberian PMT- Penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan kunjungan (D/S), serta diselingi dengan beberapa kegiatan penyuluhan.

G. Pembinaan dan Evaluasi Kegiatan PosyanduKegiatan pembinaan posyandu dilakukan setiap bulannya, melalui kegiatan posyandu yang ada di wilayah bina UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota di mana seluruh staf puskesmas dilibatkan langsung untuk turun ke posyandu berdasarkan wilayah bina masing-masing posyandu. Adapun kegiatan pembinaan posyandu ini berupa penyuluhan maupun pembinaan terhadap kader posyandu untuk lebih meningkatkan kinerja posyandu menjadi lebih baik.

II. Konsultasi Gizi Konsultasi gizi dilaksanakan setiap hari kerja dengan menggunakan perangkat computer, setiap pasien yang bermasalah dengan penyakitnya dan ingin mengetahui makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan yang berhubungan dengan penyakitnya langsung dirujuk dari Poli Umum ke Ruang Gizi. Jika membutuhkan hasil laboratorium di rujuk dulu ke ruang laboratorium.Penyakit-penyakit yang biasa diberikan konsultasi pada umumnya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit Tekanan Darah Tinggi, Diabetes Militus, Jantung, Asam Urat dan lain-lain. Selain itu klinik gizi juga melayani konsultasi berbagai penyakit infeksi seperti TBC, juga penyakit dengan gangguan pencernaan seperti types abdominalis dan gastritis. III. LAIN-LAINA. Klub Jantung Sehat Cendrawasih / Penyakit tidak menularUntuk penderita Diabetes Melitus (DM) pada khususnya setiap sabtu pagi kita himbau untuk mengikuti terapy melalui senam DM dan senam lansia.B. Klinik LaktasiKlinik ini menerima dan melayani konseling tentang ASI, petugas gizi semuanya sudah dilatih menjadi konselor ASI dengan sarana dan prasaran yang sudah lengkap. C. Kelompok peduli ASIKegiatan ini tidak berjalan lancar dan maksimal, karena kesibukan petugas, kurang waktu dan tugas rangkap untuk memantau, membina, kurang dana serta kurang dukungan masyarakat, LP dan LS.

D. Kelompok Gizi MasyarakatTiga kelurahan yaitu Mariana,Tengah,dan darat sekip telah melaksanakan kegiatan akbar pada bulan November yaitu penimbangan Massal.

Pengukuran Kinerja SPM dan IKU (2013 -2014)Tabel 1. Capaian cakupan indikator program gizi tahun 2014No.IndikatorPembilangPenyebutPersentase (%)Target(%)

1.Bayi Mendapat Asi Ekslusif 7710474,0462

2.Balita yang naik berat badannya (N/D) 1214144783,9076

3.Cakupan Balita BGM 818060,44< 11

4.Cakupan Balita mendapat kapsul vitamin A 2x pertahun 2413293382,2785

5.Cakupan Bumil mendapat Fe 90 tablet 50750999,6090

6.Cakupan pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bl dari GAKIN 33100100

7.Kelurahan Bebas Rawan Gizi 33100100

8.Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 000100

9.RT mengkonsumsi Garam Beryodium 7878100100

10.Balita yang ditimbang berat badannya (D/S) 1806316457,0870

Tabel 2. Capaian cakupan indikator program gizi 3 tahun 2014NOINDIKATORPENCAPAIAN

201220132014

1.Bayi Mendapat Asi Ekslusif 71,26%79,25%74,04 %

2.Balita yang naik berat badannya (N/D) 85,34%80,79%83,90%

3.Cakupan Balita BGM 1,75%0,23%0,44%

4.Cakupan Balita mendapat kapsul vitamin A 2x pertahun 90,39%80,00%82,27%

5.Cakupan Bumil mendapat Fe 90 tablet 97,40%97,70%99,60%

6.Cakupan pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bl dari Gakin 100%100%100%

7.Kelurahan Bebas Rawan Gizi 66,67% 100%100%

8.Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 0100%0

9.RT mengkonsumsi Garam Beryodium 98,79% 100%100%

10.Balita yang ditimbang berat badannya (D/S) 63,63%65,92%57,08%

2.2.Status GiziA. Definisi Status gizi balita adalah mencocokkan umur anak (dalam bulan) dengan berat atau tinggi badan standar tabelWHO/NCHS (World Health Organization / National Center for Health Statistics). Jika hasil berat badan anak setelah dicocokkan dengan tabelWHO/NCHSmasih kurang, maka status gizi balita dinyatakan masih kurang (WHO, 2011). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2007). Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya (Sediaoetama, 2010). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2005).Sumber :1. IGB. Supariasa, 2007.Pengantar Ilmu Gizi. Jakarta. Pustaka Pelajar2. Sediaoetama, 2010.Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jakarta: Dian Rakyat3. Sunita Almatsier, 2005.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

B. Penilaian Status GiziSecara umum penilaian status gizi dapat dilihat dengan metode langsung dan tidak langsung (Proverawati, 2010).a. Secara langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:1. AntropometriSecara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.2. KlinisPemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metode ini umumnya digunakan untuk survei klinis secara tepat (rapid clinical surveys).Survei ini dirancang untukmendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu, digunakan untuk mengetahui tingkat gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda(sign) dan gejala (symptom)atau riwayat penyakit.3. BiokimiaPenilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.4. BiofisikPenentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Carayang digunakan adalah tes adaptasi gelapb. Secara Tidak Langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga (Proverawati,2010) yaitu :1. Survei Konsumsi MakananSurvei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengindentifikasikan kelebihan dan kekurangan gizi.2. Statistik VitalPengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

3. Faktor EkologiBengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi.Sumber :Proverawati. 2010.Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Jogjakarta: Nuha Medika.

C. Masalah GiziHasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) th 2013 secara Nasional diperkirakan Prevalensi Balita Gizi Buruk dan Kurang sebesar 19,6 %. Jumlah ini jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2007, terjadi peningkatanyaitu dari 18,4 %. Bila dilakukan konversi ke dalam jumlah absolutnya, maka ketika jumlah Balita tahun 2013 adalah 23.708.844, sehingga jumlah Balita Giburkur sebesar 4.646.933 Balita.Apabila ditinjau menurut provinsi, terlihat ada 19 provinsi yang mempunyai proporsi lebih tinggi dari angka Nasional. Proporsi tertinggi Balita Giburkur terdapat pada provinsi Nusa Tenggara Timur (33%). Sedangkan proporsi terendah Giburkur pada provinsi Bali (13,2 %). Kalimantan Barat sendiri menempati peringkat ke-6 untuk prevalensi gizi buruk dan gizi kurang. (Riskesdas, 2013).

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi status giziAda beberapa faktor yang sering merupakan penyebab gangguan gizi, baik langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi khususnya gangguan gizi pada bayi dan balita adalah tidak sesuai jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Beberapa faktor yang yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak balita antara lain (Proverawati, 2010):a. PengetahuanDalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguh pun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya. Dengan demikian kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan cukup. Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh menjadi penyebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan balita. Masalah gizi karena kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dibidang memasak akan menurunkan konsumsi makan anak., keragaman bahan dan keragaman jenis makanan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebebasan.b. PersepsiBanyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanyak digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapat menurunkan harkat keluarga. jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein, dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.c. Kebiasaan atau pantanganBerbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan atau daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.d. Kesukaan jenis makanan tertentuKesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagaifaddismemakanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.e. Jarak kelahiran yang terlalu rapatBanyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adik yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawat secara baik. Anak Dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang.f. Sosial ekonomiKeterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.g. Penyakit infeksiInfeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.

2.3.Penimbangan BalitaA. Metode AntropometriPenilaian antropometri merupakan metode penilaian status nutrisi melalui ukuran tubuh tertentu. Penggunaan dan intrepretasi pengukuran pertumbuhan kemungkinan sangat berbeda menurut tujuan klinis (individual) atau tujuan kesehatan masyarakat (populasi secara keseluruhan). Pemilihan indeks antropometri ditentukan oleh tujuan kegiatan penilaian status gizi, sifat-sifat dan gambaran status gizi yang ditujukan berbagai indkes, serta kemungkinan memperoleh data antropometri mengingat kesediaan alat ukur (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI, 2011).

B. Penilaian dan PelaporanPenilaian status gizi anak secara antropometri dapat dilakukan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI, 2011) sebagai berikut:a. Indek BB/UBerat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang member gambaran tentang massa tubuh, yaitu otot dan lemak (Riyadi, 2005). Menurut Gibson (2007) berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral tulang didalam tubuh, tetapi tidak dapat menggambarkan perubahan yang terjadi pada keempat komponen tersebut. Indeks ini dapat digunakan untuk mengetahui terjadinya malnutrisi akut dan digunakan secara luas untuk menilai Kekurangan Energi Protein (KEP) dan gizi lebih. Indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi pada masa kini. Pengukuran berat badan menurut umur pada umumnya untuk anak merupakan cara standar yang digunakan untuk pertumbuhan. Indeks ini biasanya digunakan untuk pemantauan status gizi anak jangka waktu singkat atau individual. Indeks berat badan menurut umur ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan indeks BB/U ini sebagai berikut:1. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti2. Sensitive untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek3. Dapat mendeteksi kelebihan berat badan4. Pengukuran lebih objektif5. Peralatan mudah dibawa dan relatif murah6. Pengukuran mudah dilaksanakan dan teliti7. Tidak banyak memakan waktuKekurangan indeks BB/U ini sebagai berikut:1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi bila terjadi oedema2. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk kelompok umur dibawah lima tahun3. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuranPengukuran dengan menggunakan Z skor diperoleh dengan cara mencari selisih nilai individual subjek dengan nilai median referensi, setelah itu nilai dibandingkan dengan nilai standar deviasi referensi sebagai berikut:1. Gizi lebih, bila Z_scoreterletak > + 2 SD2. Gizi baik, bila Z_scoreterletak dari > -2 SD s/d + 2 SD3. Kurang gizi, bila Z_scoreterletak dari < -2 SD sampai > -3 SD4. Gizi buruk, bila Z_scoreterletak < -3 SDb. Indeks TB/BBIndeks tunggal TB/BB atau BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi masa kini, dan biasanya digunakan bila data umur yang akurat sulit diperoleh. Karena indeks ini dapat menggambarkan proporsi BB relatif terhadap TB, maka indek ini merupakan indikator kekurusan atau yang lebih dikenal denganwasting. Indeks ini digunakan untuk mengevaluasi dampak gizi dan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek. Kelebihan indeks ini) sebagai berikut:1. Bebas terhadap pengaruh umur dan ras2. Dapat membedakan keadaan anak dalam penilaian berat badan relatif terhadap tinggi badan.Kekurangan indeks ini sebagai berikut:1. Tidak dapat menggambarkan apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi atau kelebihan tinggi badan karena faktor umur sering tidak diperhatikan.2. Sering terjadi kesalahan membaca angka hasil pengukuran, terutama bila pembacaan dilakukan oleh tenaga yang kurang professional.3. Kesulitan dalam mengukur panjang badan anak baduta atau tinggi badan balita.Cara menilai Z skor indeks BB/TB sebagai berikut:1. Normal, bila Z_scoreterletak > -2 SD s/d + 2 SD2. Pendek, bila Z_scoreterletak dari < -2 SDc. Indeks PB/UIndeks PB/U lebih menggambarkan status gizi masa lalu. Indeks ini erat kaitannya dengan masalah social ekonomi, oleh karena itu indeks ini dapat digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan social ekonomi masyarakat. Indeks ini kuga digunakan dalam pemantauan status gizi jangka panjang, karena indeks ini lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi perubahan status gizi yang sifatnya musiman. Kelebihan yang dimiliki indeks PB/U sebagai berikut:1. Indikator yang baik untuk mengetahui kurang gizi pada masa lampau2. Peralatan mudah dipindahkan dan dapat dibuat secara lokal3. Pengukuran lebih objektif4. Jarang orangtua yang keberatan anaknya diukurKekurangan indeks ini sebagai berikut:1. Diperlukan indeks lain dalam menilai intervensi karena perubahan TB tidak banyak terjad I dalam waktu yang singkat2. Membutuhkan beberapa teknik pengukuran seperti: alat ukur panjang badan untuk anak umur kurang dari 2 tahun, dan alat ukur tinggi badan untuk anak lebih dari 2 tahun3. Memerlukan tenaga terlatih untuk melakukan pengukuran4. Memerlukan 2 orang untuk mengukur panjang badan anak5. Umur yang kadang-kadang sulit diperolehCara menilai Z skor indeks PB/U sebagai berikut1. Gemuk, bila Z_scoreterletak dari > + 2 SD2. Normal, bila Z_scoreterletak dari>-2 SD sampai + 2 SD3. Kurus (Wasted), bila Z_scoreterletak dari - 3 SD4. Kurus sekali, bila Z_scoreterletak < -3 SDd. Ambang Batas (Cut of Points)Dalam antropemteri gizi, median = persentil 50 dan nilai median ini dinyatakan = 100% (untuk standar). Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk mendapatkan ambang batas (Proverawati, 2010).

Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri

e. Penilaian status gizi Berdasarkan KMSMenurut Departemen Kesehatan Republik Indoensia (2005) kurva pertumbuhan pada KMS dapat mengikuti tiga arah sebagai berikut:1. Petumbuhan baikBila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut berada pada jalur pertumbuhan normalnya yaitu: jika kurva pertumbuhan bergerak secara horizontal pada jalur pita hijau 2. Pertumbuhan membaikBila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan adanya pengejaran (cath-up) terdapat pada jalur pertumbuhan normal yaitu jika kurva pertumbuhan menunjuk ke arah jalur pertumbuhan normalnya atau bergerak ke arah pita hijau 3. Pertumbuhan bayi memburukBila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan adanya penyimpangan dari jalur pertumbuhan normalnya yaitu : jika kurva pertumbuhan menunjuk keluar dari jalur pertumbuhan normalnya baik ke arah atas (gizi lebih) atau ke arah bawah (BGM) 4. Status Gizi KurangRendahnya status gizi berpengaruh terhadap kondisi kesehatan Balita, dampak gizi kurang (Supariasa, 2007) sebagai berikut:1. Perkembangan motorik tergangguFungsi zat gizi pada masa Balita adalah untuk perkembangan dan pertumbuhan. Gizi pada Balita juga digunakan untuk pemeliharaan tubuh. Kondisi kurang gizi berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan khususnya perkembangan motorik anak.2. Penyakit giziKondisi status gizi kurang apa bila terus berlanjut dapat mengakibatkan penyakit gizi seperti marasmus, kwashiokor dan marasmus kwashiorkor.3. Tingkat kecerdasanTingkat kecerdasan dipengaruhi oleh asupan zat-zat gizi dari pra konsepsi sampai dengan masa Balita, karena pertumbuhan otak paling cepat pada usia Balita. Oleh karena itu perkembangan otak optimla diperlukan kondisi status gizi yang baik.

Sumber :1. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI, 2011.Gizi dan Kesehatan2. Riyadi. 2005.Asuhan Keperawatan. Jogjakarta: graham Media3. Depkes RI. 2005. Balita BGM. http//:www.bank.data.depkes.go.4. Depkes RI. 2006.Pengukuran Antropometri. Jakarta