Top Banner
6 pada penggorengan dengan suhu 160-230 0 C. Selanjutnya juga dikeringkan secara bertahap pada suhu 150 0 C selama 10-15 menit dilanjutkan dengan suhu 110 0 C selama 15-20 menit lalu suhu 100 0 C selama 10-15 menit dan terakhir 80-90 0 C selama 30 menit sehingga kadar air mencapai 3,29% (Wang et al., 2000). Kedua proses tersebut menyebabkan kandungan polifenol terutama golongan flavonol terutama quercetin dan flavanol dalam bentuk monomer cathecin tetap dipertahankan (Zaveri, 2005). 2.1.3 Taksonomi Tumbuhan Teh Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Tumbuhan berkeping dua) Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Theales Famili : Theaceae
49

BAB II (1)

Dec 17, 2015

Download

Documents

hjugu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

7

pada penggorengan dengan suhu 160-2300C. Selanjutnya juga dikeringkan secara bertahap pada suhu 1500C selama 10-15 menit dilanjutkan dengan suhu 1100C selama 15-20 menit lalu suhu 1000C selama 10-15 menit dan terakhir 80-900C selama 30 menit sehingga kadar air mencapai 3,29% (Wang et al., 2000). Kedua proses tersebut menyebabkan kandungan polifenol terutama golongan flavonol terutama quercetin dan flavanol dalam bentuk monomer cathecin tetap dipertahankan (Zaveri, 2005).2.1.3 Taksonomi Tumbuhan TehKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (Tumbuhan berkeping dua)Sub Kelas: DilleniidaeOrdo: ThealesFamili: TheaceaeGenus: CamelliaSpesies: Camellia sinensis (L.)OK var assamica (UPT Materia Medica, 2014).

(Effendi et al., 2010) Gambar 2.1 Tanaman teh hijau2.1.4 Morfologi Tanaman Teh Tanaman teh, Camelia sinensis, termasuk jenis tanaman perdu yang tumbuh subur di daerah beriklim tropis dan subtropis. Tanaman ini dapat tumbuh mencapai 914 cm, namun umumnya dipangkas menjadi 60 cm sampai 150 cm untuk pembudidayaan. Daun teh muda berwarna hijau muda dan mempunyai rambut-rambut pendek putih di bagian bawah daun, sedangkan daun tua berwarna hijau tua. Daun teh berbentuk oval dengan tepi bergerigi tajam dan berukuran panjang 4-15 cm, lebar 2-5 cm. Bunga teh berwarna putih kekuningan, berbau harum, berdiameter 2,54 cm dan umumnya dapat terlihat berkelompok sekitar 7-8 petal atau tunggal (Handoko, 2007). 2.1.5 Habitat dan Distribusi Geografis Kondisi tanah dan iklim adalah faktor terpenting dalam pembudidayaan teh. Tanaman teh dapat tumbuh pada tanah dengan pH 4,5-6,5 dengan pengairan yang baik dan cukup dalam. Normalnya, teh ditanam di tanah yang miring namun dapat juga ditanam di daerah yang datar. Kebutuhan air pada tanaman teh relatif lebih tinggi daripada kebanyakan tanaman lainnya. Sehingga teh tumbuh sangat baik pada daerah dengan curah hujan 1000 mm tiap tahunnya. Suhu yang diperlukan untuk tumbuh maksimal adalah 120C hingga 300C. Suhu di bawah 00C dan di atas 350C sangat menghambat pertumbuhan tanaman teh (Pervaiz et al., 2009)2.4.6 Kandungan Kimia Teh HijauDaun teh mengandung zat-zat yang larut dalam air, seperti katekin, kafein, asam amino, dan berbagai gula. Setiap 100 gram daun teh mem-punyai kalori 17 kj dan mengandung 75-80% air, 16-30% katekin, 20% protein, 4% karbohidrat, 2,5-4,5% kafein, 27% serat, dan 6% pektin (Widyaningrum, 2013)Daun teh hijau yang sudah kering mengandung asam amino seperti asam glutamat, triptofan, glisin, serin, asam aspartat, tirosin, valin, leusin, treonin, arginin, dan lisin; karbohidrat misalnya selulosa, pektin, glukosa, fruktosa, dan sukrosa ; lipid yaitu asam alfa linoleat dan stigmasterol; serta beberapa mineral seperti Ca, Mg, Cr, Mn, Fe, Cu, Zn, Mo, Se, Na, P, Co, Sr, Ni, K, F and Al. Selain itu golongan polifenol seperti flavonol dan flavanol juga sangat melimpah pada teh hijau (Cabrera et al., 2006).Golongan flavonol yang dapat ditemukan pada teh hijau meliputi quercetin, kaempferol, myricetin. Sedangkan flavanol yang terbanyak adalah dalam bentuk monomer yaitu catechin. Terdapat 4 catechin utama yaitu EGCG, EGC, ECG, dan EC (Obaid et al, 2011). Di samping itu, beberapa studi terbaru menunjukkan bahwa polifenol dari teh hijau secara signifikan meningkatkan kualitas penyembuhan luka dan pembentukan bekas luka dalam model tikus, baik produksi kolagen dan kolagenase aktivitas yang sangat ditekan (Zhang et al., 2006). Kandungan pada teh hijau dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1 Komposisi kandungan zat kimia dalam teh

(Widyaningrum, 2013)2.1.7 EGCG EGCG merupakan salah satu jenis catechin yang terbanyak di teh hijau. Catechin adalah jenis polifenol golongan flavonoid dengan subtipe flavanol monomer. Pada daun teh hijau terdapat berbagai macam catechin selain EGCG, namun EGCG merupakan golongan catechin terbanyak yaitu sebesar 170,1 mg/100g daun teh hijau kering (Michalowska et al, 2007). EGCG yang merupakan polifenol utama di dalam teh hijau, mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan seperti sebagai antioksidan, anti inflamasi, anti atherogenic agent, dan lainnya (Mereles, 2011)Studi juga telah menunjukkan bahwa EGCG mungkin memiliki peran dalam meningkatkan penyembuhan luka, jaringan parut, dan penyakit fibrosis lainnya (Klass et al, 2009).

(Zaveri, 2005)Gambar 2.2 Struktur kimia Epigallocatechin-3-gallate

2.1.8 ECG Pada penelitian lainnya menunjukkan bahwa ECG, dapat meningkatkan kualitas pembentukan bekas luka dan serat serat kolagen. Selain itu, ECG juga dapat membantu memperbaiki serta meningkatkan jumlah pembuluh darah yang sebelumnya rusak. Hal ini berkaitan dengan tingkat protein VEGF, protein angiogenik yang dikenal paling kuat (Kapoor et al., 2004).2.2 Anatomi Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5m2 dengan berat kira kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang essensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. (Djuanda, 2009).Kulit merupakan organ tubuh terluas yang menutupi seluruh tubuh. Berfungsi sebagai pelindung yang melawan panas, cahaya, luka, dan infeksi, kulit juga meregulasi suhu tubuh, menyimpan air dan lemak, sebagai organ sensor, mencegah kehilangan air, dan mencegah masuknya bakteri. (Rush, 2009)Warna kulit berbedabeda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi serta warna hitam kecoklatan pada genitalia dewasa. Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan, dan yang berambut kasar pada kepala. Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin), lapisan subkutis (hipodermis). Pembagian struktur kuit dapat dilihat pada gambar 2.1.

(Rook, 2010)Gambar 2.3 Lapisan kulit

2.2.1 Epidermis Terdapat pada permukaan tubuh dengan ketebalan bervariasi antara 0,07 mm sampai dengan 0,12 mm, namun dapat mencapai ketebalan 0,08 mm pada telapak tangan dan 1,4 mm pada telapak kaki. Epidermis adalah epitel berlapis gepeng tersusun oleh banyak lapis sel yang disebut keratinosit. Mereka secara tetap diperbaharui melalui mitosis sel dalam lapisan basal, secara berangsurangsur digeser ke permukaan epitel. Selama perjalanan, mereka berdiferensiasi memperbesar dan mengumpulkan filamen keratin makin banyak dalam sitoplasmanya. Mendekati permukaan, mereka mati dan badan sel mirip sisik mati itu secara perlahan dilepaskan. Waktu yang digunakan untuk mencapai permukaan adalah 2030 hari. Modifikasi struktur selama perjalanan ini disebut sitomorfosis dari sel epidermis (Rook, 2010). Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidium, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Lapisan epidermis tersebuti tampak seperti pada gambar 2.2. (Hunter, 2003)Gambar 2.4 Lapisan Epidermis

1) Lapisan Bagian Tanduka. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri dari atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk) (Djuanda, 2009). Lapisan ini terdiri dari 2530 sisik tidak hidup yang sangat terkeratinisasi dan semakin gepeng saat mendekati permukaan kulit. Permukaan terbuka dari stratum korneum mengalami pergantian ulang yang konstan atau deskuamasi. Ada pembaharuan yang konstan pada sel yang terdeskuamasi melalui pembelahan sel di lapisan basalis. Sel tersebut bergerak ke arah atas, arah permukaan, mengalami keratinisasi, dan kemudian mati. Dengan demikian, seluruh permukaan tubuh terbuka ditutup oleh lembaran sel epidermis mati. Keseluruhan lapisan epidermis akan diganti dari dasar ke atas setiap 1530 hari (Sloane, 2004). b. Stratum lusidium terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan selsel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapan yangan atau kaki (Djuanda, 2009). Lapisan ini jernih dan tembus cahaya dari sel sel gepeng tidak bernukleus yang mati atau yang hampi mati dengan ketebalan empat sampai tujuh lapis sel (Sloane, 2004) c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butirbutir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum tampak jelas di tangan dan kaki (Djuanda, 2009).2) Lapisan Germinatifa. Stratum spinosum (stratum malphigi) atau disebut pula prickle cell layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbrntuk poligonal yang besarnya berbedabeda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen , dan inti terletak di tengahtengah. Sel-sel ini semakin dekat ke permukaan semakin gepeng bentuknya. Di antara sel sel stratum spinosum terdapat jembatan jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatanjembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara selsel spinosum terdapat pula sel Langerhans. Selsel Stratum spinosum banyak mengandung glikogen (Djuanda, 2009).b. Stratum basale terdiri atas selsel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermoepidermal berbaris seperti pagar (pallisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Selsel basal ini mengadakan mitosis dang berfungsi reprouktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu selsel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan antar sel dan sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes) (Djuanda, 2009).Fungsi epidermis: proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit), dan pengenalan alergen (sel Langerhans). 2.2.2 Dermis Dermis mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, folikel rambut, kelenjar keringat, berkas kolagen, fibroblas, dan nervus. Dermis dijaga kesatuannya oleh protein yang dinamakan kolagen, dibuat oleh fibroblast. Lapisan ini juga mengandung reseptor nyeri dan sentuh (Rush, 2009). Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu pars papilare dan pars retikulare (Djuanda, 2009).1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah. 2. Pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut - serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblast. Serabut kolagen dibentuk oleh fibrolblas, membentuk ikatan (bundle) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga semakin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah mengambang serta lebih elastis.Fungsi dermis: struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forses dan respon inflamasi (Djuanda, 2009). 2.2.3 Lapisan Subkutis (hipodermis) Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi selsel lemak di dalamnya. Selsel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Selsel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan selsel lemak disebut penikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokalisasinya. Di abdomen mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superfisialis) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian in pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening. Fungsi subkutis: melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, control bentuk tubuh, dan mechanical shock absorber (Djuanda, 2009).2.2.4 Fungsi Kulit 1) Pengontrol suhu tubuhSuhu normal (bagian dalam) tubuh, yaitu visera dan otak adalah 360 C sampai 37,50C. Suhu kulit sedikit lebih rendah. Persyarafan vasomotorik mengendalikan arteriol kutan dengan dua cara yaitu vasokonstriksi dan vasodilatasi. Pada saat vasodilatasi, arteriol memekar, kulit menjadi lebih panas dan kelebihan panas cepat terpencar dan hilang, sedangkan pada saat vasokonstriksi pembuluh darah dalam kulit mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, keringat hampir dihentikan dan hilangnya panas diatasi. Pengendalian pelepasan panas, ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan tubuh (Pearce, 2011).1. Pelindung atau proteksi Sebagai penutup tubuh, kulit melindungi tubuh dari trauma mekanis, radiasi, kimiawi, dan dari kuman infeksius. Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air.1. Penerima rangsangRasa sentuhan yang disebabkan rangsangan pada ujung syaraf didalam kulit berbeda-beda menurut ujung syaraf yang dirangsang, yang berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.1. Pengeluaran (ekskresi)Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium, dan zat kimia lainnya. Air dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air trans epidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari.1. PenyimpananKulit dan jaringan dibawahnya bekerja sebagai tempat penyimpanan air, jaringan adipose di bawah kulit merupakan tempat penyimpanan lemak utama pada tubuh.1. Penunjang penampilanFungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus, putih, dan bersih akan dapat menunjang penampilan. Fungsi lain dari kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat maupun kontraksi otot penegak rambut (Sjamsuhidayat, 2010). 2.3 Luka Bakar 2.3.1 Definisi Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu (termal). Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang tidak merusak epitel kulit maupun hanya merusak sebagian dari epitel. Biasanya dapat pulih dengan penanganan konservatif. Luka bakar dengan ketebalan penuh merusak semua sumbersumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan bisa membutuhkan eksisi dan cangkok kulit jika luas (Pierce, 2007).Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik di rumah, tempat kerja bahkan di jalan atau tempat-tempat lain (Moenadjat, 2009).Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan atau kerusakan jaringan yang disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia atau bendabenda fisik yang menghasilkan efek baik memanaskan atau mendinginkan (Anto, 2007).2.3.2Etiologi Luka BakarPenyebab dari luka bakar tersebut:1. ThermalMerupakan penyebab yang paling sering memindahkan kekuatan dari sumber panas kepada tubuh (lidah api, permikaan yang panas, logam yang panas dan lelehan-lelehan yang panas).2. Bahan kimia1. Di industri: asam kuat atau basa kuat diantaranya asam hidrokloride atau alkali1. Di rumah tangga: drainase alat pembersih (terkena secara tidak sengaja) cat, desinfektan.3. ListrikDisebabkan oleh percikan atau busur atau oleh arus listrik yang menyalur ke tubuh.4. Luka bakar karena radiasi5. Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite) (Moenadjat, 2009). 2.3.3 Patofisiologi Luka Bakar Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan aliran darah melewati kapiler meningkat menjadikan kulit berwarna kemerahan dan terjadi ekstravasasi cairan dari ekstravaskuler menyebabkan oedema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, dan masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua (Pusponegoro, 2010). Selain itu ujung-ujung saraf sensorik teriritasi yang menyebabkan nyeri (Noer, 2006).Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik.2.3.4 Klasifikasi Luka Bakar2.3.4.1 Berdasarkan Dalamnya Luka Bakar a. Derajat I Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial), kulit kering hiperemik berupa eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus selama 36 hari atau 5 7 hari. (Pusponegoro, 2005; Anto, 2007). Luka bakar dengan derajat I tampak seperti gambar 2.3.

(Evers, 2010) Gambar 2.5 Luka Bakar derajat I

b. Derajat II Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung ujung saraf sensorik teriritasi. Dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:1. Derajat II dangkal (IIA) Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas terdiri dari corium / dermis. Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea masih banyak. Terdapat gelembung berisi cairan, berkeringat, merah memucat dengan penekanan, dan nyeri. Semua ini merupakan benih benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu selama 1014 hari atau 720 hari. (Pusponegoro, 2005; Anto, 2007). Luka bakar dengan derajat IIA tampak seperti gambar 2.4.

(Evers, 2010) Gambar 2.6 Luka Bakar derajat II Dangkal/II A 1. Derajat II dalam (IIB) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisasisa jaringan epitel tinggal sedikit. Organorgan kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea tinggal sedikit. Terdapat gelembung berisi cairan (rapuh), basah atau kering berminyak, berwarna dari putih sampai merah, tidak memucat dengan penekanan. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhannya terjadi dalam waktu lebih lama (21 hari atau 1 bulan). (Pusponegoro, 2005; Anto, 2007). Luka bakar dengan derajat IIB tampak seperti gambar 2.5.

(Evers, 2010) Gambar 2.7 Luka Bakar derajat II Dalam/II B 1. Derajat III Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bullae. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung-ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan (Pusponegoro, 2005; Anto, 2007). Luka bakar dengan derajat III tampak seperti gambar 2.6.

(Evers, 2010) Gambar 2.8 Luka Bakar Derajat III

2.3.4.2 Berdasarkan Luas Luka Bakar Wallace membagi tubuh menjadi beberapa bagian, yang masing masing bernilai 9% atau kelipatan dari 9 yang dikenal dengan nama Rule of Wallace (Noer, 2006).

(Lelitasari, 2012) Gambar 2.9 Pembagian Luas Luka Bakar pada Dewasa

Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1 % dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun (Moenadjat, 2009). Tabel 2.2 Pembagian Luas luka Bakar berdasarkan Lund atau BrowderUsia (tahun)0151015Dws

A-1 kepala (muka-belakang)9 8 6 5 4 3

B-1 paha (muka-belakang)2 2 44 4 4

C-1 kaki (muka-belakang)2 2 2 33 3

(Senarath-Yapa et al, 2009) 2.3.4.3 Berdasarkan Berat dan Ringannya Luka Bakar American Burn Association membagi berat dan ringannya luka bakar berdasarkan derajat dan presentase luka bakar, yaitu: 1. Luka Bakar Ringan.- Luka bakar derajat II