BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bagian dari kehidupan yang sifatnya mutlak, baik dalam kehidupan seseorang, maupun dalam kehidupan keluarga, masyarakat serta bangsa dan negara. Olehnya itu pemerintah selalu berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Sehubungan dengan itu berbagai usaha telah ditempuh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan tersebut, antara lain penyempurnaan dan perbaikan kurikulum, pemantapan proses belajar mengajar serta pengembangan lembaga-lembaga pendidikan. Salah satu faktor keberhasilan pendidikan adalah kemampuan guru yang baik dalam mengajar. Dalam proses pembelajaran seorang guru dituntut untuk meningkatkan kualitas diri dalam mengembangkan strategi mengajar yang mengarah kepada 1
196
Embed
BAB I · Web viewPeneliti menjelaskan kepada siswa agar dapat bekerja sama dengan teman kelompoknya, karena pada akhir pembelajaran, guru akan memberikan penghargaan kepada kelompok
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu bagian dari kehidupan yang
sifatnya mutlak, baik dalam kehidupan seseorang, maupun dalam kehidupan
keluarga, masyarakat serta bangsa dan negara. Olehnya itu pemerintah selalu
berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Sehubungan dengan itu berbagai
usaha telah ditempuh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas
pendidikan tersebut, antara lain penyempurnaan dan perbaikan kurikulum,
pemantapan proses belajar mengajar serta pengembangan lembaga-lembaga
pendidikan.
Salah satu faktor keberhasilan pendidikan adalah kemampuan guru
yang baik dalam mengajar. Dalam proses pembelajaran seorang guru dituntut
untuk meningkatkan kualitas diri dalam mengembangkan strategi mengajar
yang mengarah kepada keaktifan optimal belajar siswa. Dengan demikian
seorang guru dituntut untuk mampu menggunakan metode mengajar yang
sesuai dan tepat, agar siswa dapat dengan mudah memahami pelajaran yang
akan diajarkan terutama dalam mengajarkan matematika. Seorang guru harus
mampu menilai dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan materi ajar.
Berdasarkan hasil observasi ketika Peneliti melaksanakan Praktek
Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) di SMA Negeri 7 Palu, dan dialog
1
dengan salah seorang guru matematika, diperoleh informasi bahwa sebagian
besar siswa kelas X masih mengalami kesulitan dalam memahami dan
menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).
Contoh kesalahan yang dilakukan siswa dalam materi SPLDV adalah:
Nini dapat menjahit 5 buah rok setiap minggu, sedangkan Ulun dapat menjahit
10 buah rok setiap minggu, waktu yang tersedia adalah 6 minggu, banyak rok
yang akan dijahit yaitu 50 lembar. Tentukan berapa minggu mereka bekerja?
Jawaban siswa:
Misal: Nini = x
Ulun = y
Persamaannya:
x + y = 5
x – y = 10
Jawab:
x + y = 5
x - y = 10 +
2x = 15
x = 7,5
x = 7,5 x 6 = 45
x + y = 10
x – y = 5 –
2y = 5
y = 2,5
y = 2,5 x 6 = 15
Jadi, lama bekerja Nini adalah 45 minggu dan Ulun adalah 15 minggu.
Adapun letak kesalahan siswa yaitu mereka kurang menganalisis soal yang
diberikan.
Jawaban yang seharusnya siswa berikan yaitu:
Misal : Waktu yang dibutuhkan Nini = x
2
Waktu yang dibutuhkan Ulun = y
Model matematikanya adalah :
x + y = 6
5x + 10 y = 50
Kemudian persamaan diatas dieleminasikan :
x + y = 6 x 5 5 x + 5y = 30
5x + 10 y = 50 x 1 5x + 10 y = 50 -
- 5y = - 20
y = 4
Subtitusikan nilai y ke dalam salah satu persamaan :
5x + 10 y = 50
5x + 10(4)=50
5x = 50 – 40
5x = 10
x = 2
Jadi, lama kerja Nini adalah 2 minggu sedangkan Ulun adalah 4 minggu.
Menurut pandangan peneliti, permasalahan tersebut disebabkan
karena pengetahuan yang diperoleh siswa hanya merupakan hasil
penyampaian dari guru, bukan hasil pengalaman siswa sendiri. Hal ini
menyebabkan siswa kurang memahami dan mudah lupa terhadap konsep
yang diajarkan, sehingga mengakibatkan siswa sering melakukan kesalahan
dalam menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan penerapan suatu pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa mengaitkan materi yang dipelajari
dengan situasi dunia nyata, sehingga materi yang dipelajarinya mudah
terekam dalam memori dan tidak mudah dilupakan.
3
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dimaksud adalah
pendekatan CTL. Pendekatan CTL menekankan agar siswa dapat mengaitkan
materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata, yang pada gilirannya
akan mendorong siswa membuat pengetahuan yang akan dimiliki dengan
menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan kondisi ini,
siswa akan lebih memahami tentang apa yang mereka pelajari sehingga
materi pelajaran yang diperolehnya tidak mudah begitu saja dilupakan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan mengadakan suatu
penelitian dengan judul ” Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X G SMA
Negeri 7 Palu dalam Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana penerapan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa Kelas X G SMA Negeri 7 Palu dalam menyelesaikan soal
cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X G SMA Negeri 7 Palu dalam
menyelesaikan soal cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
D. Manfaat Penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
4
a. Bagi siswa
Siswa diharapkan dapat belajar lebih aktif dan mampu berinteraksi dalam
menyampaikan pendapat melalui Pendekatan CTL. Dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pokok bahasan Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel, dan meningkatkan semangat belajar
matematika.
b. Bagi guru
Sebagai bahan masukan atau informasi untuk memperoleh gambaran
mengenai penerapan Pendekatan CTL untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Sehingga dapat dijadikan alternatif pembelajaran matematika di
kelas.
c. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan dan memperbaiki mutu
pendidikan di sekolah khususnya pelajaran matematika.
d. Bagi peneliti
Sebagai calon guru, peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan
sebagai bahan rujukan untuk pengembangan penelitian pembelajaran
matematika lebih lanjut.
E. Batasan Istilah
Agar tidak terjadi salah penafsiran tentang istilah dalam penelitian ini,
maka perlu pembatasan istilah sebagai berikut:
5
1. Hasil Belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar. Hasil yang dimaksud berkaitan dengan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV.
2. Pendekatn Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata, membuat hubungan pengetahuan yang akan
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan
melibatkan komponen utamanya yaitu: konstruktivisme, inquiry, bertanya,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.
3. Soal cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) adalah soal-
soal yang berhubungan dengan materi SPLDV yang dinyatakan dalam
bentuk kalimat-kalimat tertulis, yang model matematikanya hanya
berbentuk linear dan linear.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Hasil Belajar Matematika
Belajar merupakan kegiatan pokok dalam keseluruhan proses
pendidikan. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat
ditentukan oleh proses belajar. Belajar dapat membawa perubahan pada
individu yang belajar. Perubahan itu merupakan perubahan tingkah laku dari
yang kurang baik menjadi lebih baik. “Belajar terjadi apabila ada hasil yang
dapat diperlihatkan” (Nasution, 1982:141). Jadi, belajar dapat terjadi apabila
ada sesuatu diingat dan ada hasilnya dari apa yang dipelajari.
Menurut Kaluge (Jaeng, 2007:3) bahwa belajar kognitif adalah
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang nampak. Belajar adalah seluruh rangkaian kegiatan yang
dilakukan seseorang secara sadar (mandiri atau berinteraksi dengan
lingkungan/orang lain), yang mengakibatkan perubahan pada dirinya berupa
pemahaman, pengetahuan, keterampilan, dan perubahan perilaku yang
sifatnya relatif permanen.
Dalam proses pembelajaran matematika pada setiap jenjang
pendidikan tidak semua siswa dapat menyerap dan memahami materi yang
diberikan. Hal ini disebabkan oleh karakter, potensi dan intelegensi yang
berbeda-beda dari setiap siswa. Rendahnya hasil belajar matematika siswa
merupakan indikator rendahnya penguasaan mereka terhadap konsep-konsep
7
matematika. Oleh karena itu, untuk meningkatkan hasil belajar siswa
seoptimal mungkin, maka siswa perlu menguasai pengetahuan dasar terlebih
dahulu sebelum suatu konsep diberikan kepada mereka.
Hasil belajar adalah “suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dangan lingkungannya”
(Slameto, 1995:2). Pendapat ini mengharapkan suasana pembelajaran di
sekolah selalu melibatkan benda-benda real di sekitar siswa.
Hasil belajar juga diartikan “kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya”. (Sudjana, 2004:22).
merumuskan hasil belajar sebagai pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, kapabilitas dan keterampilan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar matematika adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah
melaksanakan kegiatan belajar matematika. Hasil itu dikategorikan tingkat
penguasaan siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya
sehingga mereka dapat memperoleh pengalaman belajar baik aspek kognitif
(pengetahuan), efektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses
pembelajaran matematika.
2. Pengertian Pendekatan CTL
Definisi tentang pembelajaran kontekstual banyak versi yang dapat
ditemukan. Dalam Depdiknas(2002:5), pembelajaran kontekstual adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
8
diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa, membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari dengan melibatkan tujuh komponen utamanya, yaitu: konstruktivisme
(constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan
penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Secara singkat masing-
masing dapat di jelaskan sebagai berikut:
a). Konstruktivisme
Konstruktivisme (construktivism) merupakan landasan berpikir
(filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Dengan
dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’
bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam
proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
b). Bertanya
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran kontekstual.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi
siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi.
9
Mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
c). Menemukan
Menemukan (inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa diharapkan bukan hasil mengingat fakta-fakta, tetapi hasil dari
inquiry sendiri. Langkah-langkah kegiatan inquiry yaitu: (1) merumuskan
masalah, (2) mengamati, (3) menganalisis dan menyajikan hasil, dan (4)
mengkomunikasikan.
d). Masyarakat Belajar
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, guru
disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-
kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang
anggotanya heterogen dalam kemampuan akademiknya.
e). Pemodelan
Penerapan pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya
model, namun model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan,
mendemonstrasikan bagaimana guru agar para siswanya untuk belajar,
dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswa melakukannya.
Pemodelan dapat berupa demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep
atau aktivitas belajar, dan mengoperasikan sesuatu.
10
f). Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir kebelakang tentang apa-apa saja sudah dilakukan pada masa
lalu. Siswa menyimpan apa yang dipelajarinya sebagai pengetahuan yang
baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,aktivitas,atau
pengetahuan yang baru diterima. Kunci dari semua itu adalah bagaimana
pengetahuan itu mengendap dibenak siswa. Siswa mencatat apa yang
sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru. Pada akhir
pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan
refleksi.
g). Penilaian yang Sebenarnya
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, Data yang
dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah untuk mencari
informasi tentang siswa belajar. Penilaian menekankan proses
pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari
kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses
pembelajaran.
Kemampuan belajar siswa dinilai dari proses, bukan hasil. Prinsip
utama assessment dalam pembelajaran kontekstual tidak hanya menilai
apa yang diketahui siswa, tetapi juga apa yang dapat dilakukan siswa.
11
Penilaian ini mengutamakan kualitas hasil kerja siswa dalam
menyelesaikan suatu tugas.
3. Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang
berpusat pada guru dengan menggunakan penjelasan dan pemodelan yang
digabung dengan latihan dan umpan balik dalam mengajarkan konsep dan
keterampilan (Usman HB 2004 : 105).
Selanjutnya fase-fase pembelajaran langsung dengan pendekatan CTL
dapat dijabarkan pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Fase-Fase Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan CTL.
No. Fase Pembelajaran Langsung Komponen Utama CTL
I. PendahuluanFase 1 : Pengantar/pengenalan
Komponen ke 2: BertanyaKomponen ke 6: Refleksi
II. Kegiatan IntiFase 2 : Presentasi/Penyajian
Komponen ke 1: KonstruktivismeKomponen ke 2: BertanyaKomponen ke 3: InquiryKomponen ke 5: Pemodelan
Fase 3 : Latihan Terbimbing Komponen ke 2: Bertanya
Komponen ke 3: Inquiry
Kompenen ke 4: Masyarakat belajar
III. Penutup
Fase 4 : Latihan Mandiri
Komponen ke 2 : Bertanya
Komponen ke 6 : Refleksi
Komponen ke 7 : Penilaian sebenarnya
12
Kegiatan-kegiatan dari ke 4 fase tersebut adalah : fase
pengenalan/pengantar, pada fase ini guru mempersiapkan siswa untuk belajar,
menyampaikan tujuan pembelajaran, meninjau kembali pelajaran
sebelumnya, dan memberikan suatu dasar pemikiran untuk materi yang baru.
Fase presentasi/penyajian yaitu guru menerangkan konsep baru atau
menjelaskan sambil memodelkan keterampilan-keterampilan yang diajarkan.
Fase latihan terbimbing, pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berlatih keterampilan baru. Fase latihan mandiri yaitu guru
meminta para siswa untuk mengerjakan tugas-tugas berdasarkan keterampilan
yang baru dimiliki.
4. Tinjauan materi soal cerita SPLDV
Salah satu materi dalam matematika yang penting untuk dipelajari
dan perlu ditingkatkan mutu pembelajaran adalah materi yang disajikan
dalam bentuk soal cerita. Soal bentuk cerita biasanya merupakan soal terapan
yang dihubungkan dengan masalah sehari-hari, diantaranya adalah materi
soal cerita SPLDV.
Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) materi soal
cerita SPLDV diajarkan dikelas X pada semester ganjil (semester satu).
Materi ini terdapat dalam pokok bahasan sistem persamaan linear dua
variabel, dengan standar kompetensinya adalah: menggunakan operasi, dan
sifat manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan
sistem persamaan linear dua variabel. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah
13
merancang model matematika yang berkaitan dengan sistem persamaan
linear, menyelesaikan modelnya, dan menafsirkan hasil yang diperoleh.
Saat penyampaian materi ini, bentuk model matematika yang
diharapkan dapat diselesaikan siswa berdasarkan soal cerita yang diberikan
adalah soal cerita yang model matematikanya terdiri dari persamaan linear
dan linear.
Langkah-langkah menyelesaikan soal cerita SPLDV menurut Johanes
(2003:145) adalah sebagai berikut:
1. membaca soal dengan teliti sehingga permasalahannya mudah dimengerti, yaitu mengetahui apa yang diberikan (diketahui) dan apa yang ditanyakan.
2. menanyakan suatu besaran yang tidak diketahui dalam satu variabel, misalnya x dan y.3. menyusun model matematikanya dalam bentuk sistem persamaan.4. menyelesaikan sistem persamaan tersebut dan memeriksa jawabannya.
Berikut ini disajikan contoh soal cerita SPLDV yang proses
jawabannya mengikuti langkah-langkah di atas.
Contoh 1. Ani membeli 4 buah pulpen dan 2 buah buku seharga Rp.
24.000,00, sedangkan Ida membeli 5 buah pulpen dan 2 buah
buku seharga Rp. 27.000,00. Tentukan berapa harga satu buah
pulpen dan satu buah buku ?
Penyelesaian:
Misalkan : x = harga sebuah pulpen
y = harga sebuah buku
Model matematikanya
14
4x + 2y = 24.000 ……(1)
5x + 2y = 27.000 …….(2)
Eleminasikan persamaan (1) dan (2)
4x + 2y = 24.000
5 x + 2 y = 27.000 -
- x = -3000
x = 3000 ……(3)
Subtitusikan persamaan (3) ke persamaan (1)
4(3000) + 2y = 24.000
2y = 24.000 – 12.000
2y = 12.000
y = 6.000
Jadi, harga satu buah pulpen adalah 3.000 rupiah dan harga satu buah buku
adalah 6.000 rupiah.
Contoh 2. Sebuah gedung kesenian berkapasitas 300 orang. Penonton kelas
I harga karcisnya adalah Rp. 10.000,00, dan penonton kelas II
harga karcisnya adalah Rp. 6.000,00. Jika setelah pertunjukkan
terkumpul dana hasil penjualan karcis sebesar Rp. 2.000.000,00.
Berapakah jumlah penonton pada masing-masing kelas?
Penyelesaian:
Misalkan : a = penonton kelas I
b = penonton kelas II
15
Model matematikanya :
a + b = 300
10.000a + 6.000 b = 2.000.000
a + b = 300 a = 300 – b
a = 300 – b disubtitusikan pada 10.000a + 6.000b = 2.000.000 maka :
10.000(300-b) + 6.000b = 2.000.000
3.000.000 – 10.000b + 6.000b = 2.000.000
– 10.000b + 6.000b = 2.000.000 – 3.000.000
- 4.000b = – 1.000.000
b = 250
Untuk b = 250 disubtitusi ke a = 300 – b, maka a = 300 – 250
a = 50
Jadi, jumlah penonton kelas I adalah 50 orang dan jumlah penonton kelas II
adalah 250 orang.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian.
Dalam penelitian ini, akan digunakan rancangan tindakan partisipan,
dengan bentuk penelitian tindakan kelas. Peneliti terlibat langsung dalam
proses penelitian sejak awal sampai dengan akhir penelitian yang berupa
laporan hasil penelitian.
Adapun pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif menghasilkan data secara tertulis maupun
lisan dari aktivitas atau perilaku subyek yang diamati pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Untuk kelancaran pelaksanaan penelitian ini,
maka dalam penelitian ini akan dibantu oleh teman mahasiswa Program
17
Studi Pendidikan Matematika dan guru matematika kelas X G SMA Negeri 7
Palu dalam pengumpulan data.
Rancangan penelitian ini mengacu pada model penelitian yang
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto, 2007: 16) yang
terdiri atas 4 komponen yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan (4) refleksi.
1.
B. Setting dan Subyek Penelitian
18
Keterangan:
0 = Refleksi awal
1 = Rencana tindakan siklus I
2 = Tindakan pada siklus I
3 = Observasi pada siklus I
4 = Refleksi pada siklus I
5 = Rencana tindakan siklus II
6 = Tindakan pada siklus II
7 = Observasi pada siklus II
8 = Refleksi pada siklus II
a = Siklus I
b = Siklus II
5
66
0
1
2
3
4
a
78
b
Gambar 1 Diagram Alur Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas X G SMA Negeri 7 Palu. Subyek
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X G SMA Negeri 7 Palu, yang
terdaftar pada tahun ajaran 2008/2009. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan
atas informasi dari salah seorang guru matematika di sekolah tersebut yang
menyatakan bahwa siswa kelas X G SMA Negeri 7 Palu kurang memahami
masalah yang diberikan yaitu pada pokok bahasan sistem persamaan linear
dua variabel terutama dalam menyelesaikan soal cerita sehingga
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Pada penelitian ini, peneliti
sebagai instrumen utama, bertindak sebagai pemberi tindakan, pengamat,
pengumpul data dan menganalisis data. Oleh karena itu, peneliti terlibat
langsung dalam penelitian dan dituntut kehadirannya.
C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data.
a. Jenis Data.
Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif yang
diperoleh dari hasil observasi, hasil wawancara, dan aktivitas siswa yang
akan dideskripsikan secara alami, selain itu mulai dari data sebelum
tindakan (tes awal), selama tindakan (pada saat pembelajaran berlangsung)
serta sesudah tindakan pembelajaran dilakukan (tes akhir setiap tindakan)
untuk mengetahui kemampuan belajar siswa. Mengingat jenis penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas, maka data kualitatif dijadikan
sebagai pegangan utama (Maleong, 1999:20). Selain itu juga data
kuantitatif sebagai ukuran hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan.
b. Teknik Pengumpulan Data.
19
1). Tes Tertulis
Pengumpulan data dengan tes dilakukan sebelum dan sesudah
tindakan. Tes yang diberikan sebelum tindakan bertujuan untuk
mengumpulkan informasi, tentang pengetahuan awal siswa mengenai
materi sistem persamaan linear dua variabel. Tes dilakukan dengan 2
cara, yaitu secara individu dan kelompok. Tes individu diberikan saat
setiap tindakan berakhir dan tes secara kelompok dilakukan dengan
menggunakan LKS. Keduanya bertujuan untuk memperoleh data serta
memberikan gambaran tentang sejauh mana hasil belajar siswa terhadap
materi yang diberikan dengan menggunakan pendekatan CTL tercapai.
2). Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
pemahaman siswa dalam pembelajaran, materi sistem persamaan linear
dua variabel yang diperoleh melalui tes setiap akhir tindakan.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara tidak dibuat
secara berstruktur, tetapi bersumber dari hasil pekerjaan siswa dan
jawaban-jawaban yang muncul dari pertanyaan sebelumnya.
Selanjutnya pada saat wawancara berlangsung, siswa dibimbing untuk
melakukan perbaikan pada kesalahan yang dilakukannya.
3). Observasi
Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung untuk mendokumentasikan aktivitas yang dilakukan oleh
20
subyek dalam penelitian dan peneliti (guru). Observasi ini dilakukan
oleh peneliti, teman sejawat, (mahasiswa pendidikan matematika) dan
guru matematika di sekolah tersebut. Data diambil dengan
menggunakan lembar observasi. Tujuannya adalah untuk mengamati
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.
4). Catatan Lapangan.
Catatan lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang tidak
terekam dalam lembar observasi dan wawancara. Catatan ini memuat
segala aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Instrumen
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan dibantu oleh instrumen
yang lain yaitu:
1) Penilaian Minat dan Sikap
Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sikap siswa
terhadap pembelajaran sistem persamaan linear dua variabel yang
menggunakan model pembelajaran langsung dengan pendekatan
CTL dan sebagai bahan pertimbangan guru (peneliti) untuk
memperbaiki cara kerjanya dalam mengajar.
2). Penilaian Diri (Student Self-Assesment)
Penilaian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi
tentang diri siswa dengan menilai dirinya sendiri yang
berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita sistem persamaan linear dua variabel.
D. Teknik Analisis Data
21
Analisis data dilakukan dengan mengacu pada model Miles dan
Usman H.B. 2001. CTL dan Pandangan Aliran Konstruktivis Terhadap Pembelajaran Matematika. Bahan ajar tidak diterbitkan. Palu: FKIP Universitas Tadulako.
Usman, U. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Vicharys, Atma. 2006. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Penjumlahan dan Pengurangan pada Bilangan Pecah di Kelas VII SMP GKST Palu. Palu: FKIP Universitas Tadulako.
Wardani, A. 2007.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wirodikromo, S. 2006. Matematika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
66
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1
SOAL TES AWAL
Petunjuk!
1. Tulislah nama, hari dan tanggal pelaksanaan evaluasi ini pada lembar jawaban
yang telah disediakan!
2. Kerjakan terlebih dahulu soal yang dianggap lebih mudah.
KRITERIA PENILAIAN SKOR SOALTES AKHIR TINDAKAN SIKLUS I
1. Skor max : 500 = bila tidak menjawab2 = jawaban salah5 = menuliskan diketahui10 = menuliskan diketahui dan ditanyakan20 = mampu memisalkan masalah dengan variabel25 = mampu memodelkan masalah ke dalam bentuk matematika30 = mampu menyelesaikan masalah tetapi kurang tepat 40 = mampu menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode subtitusi dan eliminasi 50 = mampu menyelesaikan masalah dan menyimpulkannya sehingga
Jawaban benar
2. Skor max : 500 = bila tidak menjawab3 = jawaban salah5 = menuliskan diketahui10 = menuliskan diketahui dan ditanyakan20 = mampu memisalkan masalah dengan variabel25 = mampu memodelkan masalah ke dalam bentuk matematika30 = mampu menyelesaikan masalah tetapi kurang tepat 40 = mampu menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode subtitusi dan eliminasi 50 = mampu menyelesaikan masalah dan menyimpulkannya sehingga
Jawaban benar
86
Lampiran 10
LEMBAR OBSERVASIAKTIVITAS GURU DI KELAS
TINDAKAN SIKLUS I
Nama Sekolah : SMA Negeri 7 PaluMata Pelajaran : MatematikaPokok Bahasan : Sistem Persamaan Linear Dua VariabelSub Pokok Bahasan : Menyelesaikan Soal Cerita SPLDVNama Peneliti : SaskiaHari/Tanggal : Kamis/27 November 2008
Petunjuk!Berikut ini daftar pengelolaan aktivitas belajar dengan menerapkan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, yang dilaksanakan oleh guru di kelas X G. Berikan tanda ( √ ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat anda!
No. Aspek yang Diamati Penilaian
1 2 3 4I PENDAHULUAN
Fase 1 : Pengantar / Pengenalan Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Menyampaikan materi prasyarat.
Memotivasi siswa dan memberikan pertanyaan.
II KEGIATAN INTIFase 2 : Presentasi / Penyajian Menyajikan materi pelajaran dengan mengajukan masalah
sehari-hari yang terkait dengan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel dan cara menyelesaikannya.
Memberikan petunjuk kepada siswa mengenai kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok.
Mengontrol pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
87
Fase 3 : Latihan Terbimbing
Mengkoordinir siswa ke kelompok-kelompok belajar.
Mengarahkan siswa untuk membaca dan memahami masalah dan memberikan bantuan seperlunya.
Mendorong siswa untuk menemukan cara menyelesaikan masalah dalam LKS 1.
Mendorong siswa untuk mendiskusikan jawaban dengan teman sekelompoknya.
Memberikan bantuan kepada siswa seperlunya dengan memberikan jawaban yang ditanyakan siswa.
Mendorong siswa untuk menuliskan jawaban hasil kerja kelompoknya di papan tulis.
III PENUTUPFase 4 : Latihan Mandiri Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan.
Menutup diskusi kelas dengan memberi pujian kepada kelompok terbaik.
Memberikan tes akhir.
IV PENGELOLAAN WAKTUV SUASANA KELAS (ANTUSIAS GURU)
Keterangan:1 = Tidak Baik2 = Kurang Baik3 = Cukup Baik4 = Baik
Pengamat
88
Lampiran 11
LEMBAR OBSERVASIAKTIVITAS SISWA DI KELAS
TINDAKAN SIKLUS I
Nama Sekolah : SMA Negeri 7 Palu Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Sistem Persamaan Linear dan Linear Sub Pokok Bahasan : Menyelesaikan Soal Cerita SPLDVNama Peneliti : SaskiaInforman : Hari/Tanggal : Kamis/27 November 2008Petunjuk!Berikan tanda ( √ ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat anda!No. Aspek yang Diamati Penilaian
1 2 3 4I PENDAHULUAN
Fse 1 : Pengantar/Pengenalan1. Memperhatikan penjelasan dari guru.2. Menjawab pertanyaan atau bertanya
II KEGIATAN INTIFase 2 : Presentasi/Penyajian1. Memperhatikan penjelasan guru.2. Menjawab pertanyaan guru atau bertanya jika ada yang belum dipahami.Fase 3 : Latihan Terbimbing1. Membaca dan memahami masalah.2. Menyelesaikan masalah dalam LKS 1 secara berkelompok.3. Mendiskusikan jawaban dengan teman sekelompoknya.4. Aktif daalam kelompok.
III PENUTUPFase 4 : Latihan Mandiri1. Memperhatikan penjelasan guru dan menyimpulkan materi bersama guru.2. Menyelesaikan tes akhir.
IV SUASANA KELAS (Antusias siswa dalam proses belajar)Keterangan:1 = Tidak Baik 3 = Cukup Baik2 = Kurang Baik 4 = Baik
Pengamat
89
90
Lampiran 12
TRANSKIP WAWANCARA TINDAKAN SIKLUS I
1. Dengan AD
P : Assalamu’alaikum AD
AD : Wa’alaikumsalam Bu
P : Bagaimana tanggapan AD tentang model pembelajaran
dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) kemarin apakah suasananya membuat kalian
nyaman?
AD : Menurut saya pembelajaran seperti ini bagus Bu dan saya
menjadi termotivasi dalam belajar karena banyak contoh
soal dan belajarnya juga berkelompok.
P : Bagaimana pendapat kamu tentang latihan yang Ibu berikan
AD : Latihan-latihannya bagus bu karena soal-soalnya bervariasi.
P : Gimana dengan adanya pemberian contoh soal yang hampir
mirip dengan soal latihan yang diberikan?
AD : Saya senang sekali bu sebab dengan begitu saya merasa
punya bayangan tentang soal yang akan saya kerjakan.
P : Oh seperti itu, Terima kasih AD
AD : Terima kasih kembali Bu.
2. Dengan LN
P : Assalamu’alaikum LN
LN : Wa’alaikumsalam Bu
P : Bagaimana tanggapan LN tentang model pembelajaran
langsung dengan pendekatan Contextual Teaching and
91
Learning (CTL) kemarin apakah suasananya membuat kalian nyaman?
LN : Saya senang dengan pembelajaran seperti ini Bu
P : Bagaimana pendapat kamu tentang latihan yang Ibu berikan
LN : Latihan-latihannya bagus Bu
P : tapi kenapa anda menyelesaikan masalah 1 anda salah
dalam menentukan model matematikanya?
LN : Sebenarnya saya bingung Bu
P : Oh githu ya, Terima kasih LN
LN : Terima kasih kembali Bu.
3. Dengan RF
P : Assalamu’alaikum RF
RF : Wa’alaikumsalam Bu
P : Bagaimana tanggapan RF tentang model pembelajaran
langsung dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) kemarin apakah suasananya membuat
kalian nyaman?
RF : Saya menjadi termotivasi dalam belajar seperti ini, jadi
saya bisa bertukar pikiran dengan teman-teman kelompok
yang lain.
P : Bagaimana pendapat kamu tentang latihan yang Ibu berikan
RF : Bagus Bu sebab soal-soalnya bervariasi.
P : Tapi kenapa anda menyelesaikan soal no 2 tidak sesuai
prosedur seperti yang telah di jelaskan, anda
mengerjakannya sangat singkat?
RF : Maaf Bu saya buru-buru mengerjakannya
P : Mmm Begitu ya, Terima kasih RF
92
RF : Terima kasih kembali Bu.
4. Dengan IS
P : Assalamu’alaikum IS
IS : Wa’alaikumsalam Bu
P : Bagaimana tanggapan IS tentang model pembelajaran
langsung dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) kemarin apakah suasananya membuat
kalian nyaman?
IS : Menurut saya pembelajaran seperti ini bagus Bu dan saya
menjadi termotivasi dalam belajar.
P : Bagaimana pendapat kamu tentang latihan yang Ibu berikan
IS : Latihan-latihannya bermanfaat Bu
P : Gimana dengan adanya pemberian contoh soal yang hampir
mirip dengan soal latihan yang diberikan?
IS : Saya merasa senang Bu
P : Oh seperti itu, Terima kasih IS
IM : Terima kasih kembali Bu.
5. Dengan MF
P : Assalamu’alaikum MF
MF : Wa’alaikumsalam Bu
P : Bagaimana tanggapan MF tentang strategi pembelajaran
langsung dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) kemarin apakah suasananya membuat
kalian nyaman?
MF : Pembelajaran seperti ini bagus Bu karena banyak contoh
soal dan belajarnya juga berkelompok
P : Bagaimana pendapat kamu tentang latihan yang Ibu berikan
93
MF : Soal-soalnya bervariasi.
P : Tapi kenapa anda menyelesaikan soal no 2 tidak sesuai
prosedur seperti yang telah di jelaskan, anda
mengerjakannya sangat singkat?
MF : maaf bu, saya sudah lupa.
P : Begitu ya, Terima kasih MF
MF : Terima kasih kembali Bu.
94
Lampiran 13
LEMBAR KERJA SISWA TINDAKAN SIKLUS II
Nama Sekolah : SMA Negeri 7 Palu
Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sub Pokok Bahasan : Menyelesaikan Soal Cerita SPLDV
Tahun Ajaran : 2008/2009
Alokasi Waktu : 30 menit
Petunjuk:
1. Bacalah secara seksama soal di bawah ini, sehingga permasalahannya mudah
anda mengerti.
2. Diskusikanlah dengan teman anggota kelompok anda untuk memperoleh
jawaban dari soal yang diberikan.
3. Ajukan pertanyaan kepada guru jika terdapat hal-hal yang belum dimengerti.
4. Tulis nama anggota kelompok anda pada tempat yang tersedia.
Masalah 1 :
Dalam sebuah gedung pertunjukkan terdapat 400 orang penonton. Harga tiap
lembar karcis untuk kelas II adalah Rp. 5.000,00 sedangkan untuk kelas I Rp.
7.000,00. Hasil penjualan karcis sebesar Rp. 2.200.000,00. Berapa banyak
penonton yang membeli karcis kelas II dan berapa banyak penonton yang
KRITERIA PENILAIAN SKOR SOALTES AKHIR TINDAKAN SIKLUS II
1. Skor max : 500 = bila tidak menjawab3 = jawaban salah5 = menuliskan diketahui10 = menuliskan diketahui dan ditanyakan20 = mampu memisalkan masalah dengan variabel25 = mampu memodelkan masalah ke dalam bentuk matematika30 = mampu menyelesaikan masalah tetapi kurang tepat 40 = mampu menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode subtitusi dan eliminasi 50 = mampu menyelesaikan masalah dan menyimpulkannya sehingga
Jawaban benar
2. Skor max : 500 = bila tidak menjawab1 = jawaban salah5 = menuliskan diketahui10 = menuliskan diketahui dan ditanyakan20 = mampu memisalkan masalah dengan variabel25 = mampu memodelkan masalah ke dalam bentuk matematika30 = mampu menyelesaikan masalah tetapi kurang tepat 40 = mampu menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode subtitusi dan eliminasi 50 = mampu menyelesaikan masalah dan menyimpulkannya sehingga
Jawaban benar
102
Lampiran 17LEMBAR OBSERVASI
AKTIVITAS GURU DI KELASTINDAKAN SIKLUS I1
Nama Sekolah : SMA Negeri 7 PaluMata Pelajaran : MatematikaPokok Bahasan : Sistem Persamaan Linear Dua VariabelSub Pokok Bahasan : Menyelesaikan Soal Cerita SPLDVNama Peneliti : SaskiaHari/Tanggal : Kamis/4 Desember 2008
Petunjuk!Berikut ini daftar pengelolaan aktivitas belajar dengan menerapkan model
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, yang dilaksanakan oleh guru di
kelas X G.
Berikan tanda ( √ ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat anda!
No. Aspek yang Diamati Penilaian
1 2 3 4I PENDAHULUAN
Fase 1 : Pengantar / Pengenalan Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Menyampaikan materi prasyarat.
Memotivasi siswa dan memberikan pertanyaan.
II KEGIATAN INTIFase 2 : Presentasi / Penyajian Menyajikan materi pelajaran dengan mengajukan
pertanyaan mengenai masalah-masalah sehari-hari yang terkait dengan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel dan cara menyelesaikannya.
Memberikan petunjuk kepada siswa kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok.
Mengontrol pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan dan member kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Fase 3 : Latihan Terbimbing
103
Mengkoordinir siswa ke kelompok-kelompok belajar.
Mengarahkan siswa untuk membaca dan memahami masalah dan memberikan bantuan seperlunya.
Mendorong siswa untuk menemukan cara dalam menyelesaikan masalah dalam LKS 2.
Mendorong siswa untuk mendiskusikan jawaban dengan teman sekelompoknya.
Memberikan bantuan kepada siswa seperlunya dengan memberikan jawaban yang ditanyakan siswa.
Mendorong siswa untuk menuliskan jawaban hasil kerja kelompoknya di papan tulis.
III PENUTUPFase 4 : Latihan Mandiri Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan.
Menutup diskusi kelas dengan memberi pujian kepada kelompok terbaik.
Memberikan tes akhir.
IV PENGELOLAAN WAKTUV SUASANA KELAS (ANTUSIAS GURU)
Keterangan:1 = Tidak Baik2 = Kurang Baik3 = Cukup Baik4 = Baik
Pengamat
104
Lampiran 17
LEMBAR OBSERVASIAKTIVITAS SISWA DI KELAS
TINDAKAN SIKLUS II
Nama Sekolah : SMA Negeri 7 Palu Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Sub Pokok Bahasan : Menyelesaikan Soal Cerita SPLDVNama Peneliti : SaskiaInforman : Hari/Tanggal : Kamis/4 Desember 2008Petunjuk!Berikan tanda ( √ ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat anda!
No. Aspek yang Diamati Penilaian1 2 3 4
I PENDAHULUANFase 1 : Pengantar/Pengenalan1. Memperhatikan penjelasan dari guru.2. Menjawab pertanyaan atau bertanya
II KEGIATAN INTIFase 2 : Presentasi/Penyajian1. Memperhatikan penjelasan guru.2.Menjawab pertanyaan guru atau bertanya jika ada yang belum dipahami.Fase 3 : Latihan Terbimbing1. Membaca dan memahami masalah.2. Menyelesaikan masalah dalam LKS 2 secara berkelompok.3. Mendiskusikan jawaban dengan teman sekelompoknya.4. Aktif dalam kelompok.
III PENUTUPFase 4 : Latihan Mandiri1. Memperhatikan penjelasan guru dan menyimpulkan materi bersama guru.2. Menyelesaikan tes akhir.
IV AKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARANKeterangan:1 = Tidak Baik 3 = Cukup Baik2 = Kurang Baik 4 = Baik
Pengamat
105
Lampiran 18
TRANSKIP WAWANCARATINDAKAN SIKLUS II
1. Dengan AD
P : Assalamu’alaikum AD
AD : Wa’alaikumsalam Bu
P : Bagaimana tanggapan AD tentang model pembelajaran
langsung dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada tahap kedua ini?
AD : Menurut saya pembelajaran seperti ini bagus bu dan saya
menjadi terbiasa dengan pengerjaan soal-soal latihan yang
diberikan sehingga saya bisa membedakan soal yang satu
dengan yang lain dalam menyelesaikan soal cerita sistem
persamaan linear dua variabel
P : Kalau dengan pembelajaran kelompok AD, gimana
menurut kamu?
AD : Saya rasa pembelajaran kelompok bagus bu, karena dengan
berkelompok kita bisa saling bertukar pendapat dan saling
membantu.
P : Gimana dengan adanya pemberian contoh soal yang hampir
mirip dengan soal latihan yang diberikan pada tahap kedua
ini?
AD : Saya senang
P : Oh ghitu, Terima kasih AD
2. Dengan LN
P : Assalamu’alaikum LN
LN : Wa’alaikumsalam Bu.
106
P : Gimana menurut PD tentang model pembelajaran langsung
dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) di tahap kedua ini?
LN : Kalau saya bu, saya merasa senang karena dalam
pembelajaran ini saya jadi lebih banyak tahu soal-soal
cerita sistem persamaan linear dua variabel
P : Bagaimana dengan pembelajaran kelompok yang telah kita
laksanakan selama ini LN?
LN : Dalam pembelajaran kelompok yang pertama sih bu saya
belum terbiasa tetapi karena setiap kali pembelajaran ibu
dibentuk kelompok saya merasa senang bu karena bisa
saling membantu sesama teman dalam kelompok dan bisa
bekerja sama.
P : Apakah LN senang dengan adanya pemberian contoh soal
yang hampir mirip dengan soal latihan yang diberikan pada
tahap kedua ini?
LN : Senang sekali bu, dengan pemberian soal latihan seperti itu
saya bisa tahu apa-apa saja yang saya lakukan ketika
mengerjakan soal tersebut.
P : Terima kasih LN
PD : Terima kasil kembali Bu.
3. Dengan MF
P : Assalamu alaikum MF.
MF : Wa’alaikumsalam Bu.
P : Gimana menurut MF tentang model pembelajaran
langsung dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) di tahap kedua ini?
MF : Baik bu, karena dengan pembelajaran ini saya terbiasa
dengan soal-soal latihan yang diberikan dan jadi teliti.
P : Kalau dengan pembelajaran kelompok, gimana?
107
MF : Saya senang bu dengan belajar kelompok, saya bisa
bertanya dengan teman sekelompok saya jika ada yang
kurang dipahami.
P : Apakah MF senang dengan adanya pemberian contoh soal
yang hampir sama dengan latihan yang telah diberikan?
MF : Senang sekali bu, dengan begitu saya bisa lebih mudah
memahami soal yang diberikan
P : Terima kasih MF atas waktunya.
MF : Terima kasih kembali bu.
4. Dengan IS
P : Assalamu alaikum IS.
IS : Wa’alaikumsalam Bu.
P : Gimana menurut IS tentang model pembelajaran langsung
dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) di tahap kedua ini?
IS : Bagus bu, karena dengan pembelajaran seperti ini, saya
menjadi teliti dalam menyelesaikan soal-soal yang
diberikan.
P : Kalau dengan pembelajaran kelompok, gimana IS?
IM : Saya senang bu dengan belajar kelompok karena bisa
bertanya dengan teman sekelompok saya jika ada yang
kurang saya pahami.
P : Apakah IS senang dengan adanya pemberian contoh soal
yang hampir sama dengan latihan yang telah diberikan?
IS : Senang sekali bu, dengan begitu saya bisa lebih memahami
soal yang diberikan dan bisa membayangkan apa yang akan
saya lakukan pada saat mengerjakan soal karna sebelumnya
sudah diberikan contoh dan latihan..
P : Terima kasih IS atas waktunya.
IS : Terima kasih kembali bu.
108
5. Dengan RF
P : Assalamu’alaikum RF
RF : Wa’alaikumsalam Bu
P : Bagaimana tanggapan RF tentang model pembelajaran
langsung dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada tahap kedua ini?
RF : Pembelajaran seperti ini baik karena saya jadi terbiasa
mengerjakan soal-soal latihan sistem persamaan linear dua
variabel.
P : Kalau dengan mengerjakan LKS secara berkelompok,
gimana menurut kamu RF?
RF : Bagus bu, karena dengan belajar secara berkelompok
mengerjakan soal-soal kita bisa saling bertukar pendapat
P : Gimana dengan adanya pemberian contoh soal yang hampir
mirip dengan soal latihan yang diberikan pada tahap kedua
ini?
RF : Bagus Bu.
P : Oh ghitu, Terima kasih RF atas wawancaranya
RF : Terima kasih kembali Bu.
109
Lampiran 19
Lembar Penilaian Minat
Nama : Hari/Tgl :
Petunjuk :
Bubuhi cek () pernyataan-pernyataan dibawah ini sesuai dengan pendapat anda,
dengan SS=Sangat setuju, S=Setuju, N=Netral/tidak berpendapat, TS=Tidak
Setuju dan STS=Sangat Tidak Setuju. Jawablah dengan jujur.
No Pernyataan SS S N TS STS1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Saya berusaha hadir pada pelajaran
matematika
Jika saya berhalangan hadir pada pelajaran
matematika, saya selalu meminjam catatan
teman
Saya berusaha memiliki buku matematika
Saya senang membaca buku matematika
Jika saya ke toko buku, yang paling
pertama menarik perhatian saya adalah
buku matematika
Saya mengerjakan PR di rumah
Saya selalu mengerjakan tugas matematika
dengan baik
Saya tidak pernah menyontek saat
mengerjakan tugas matematika
Waktu luang saya gunakan untuk
membaca artikel tentang matematika
Saya lebih senang mengerjakan tugas
matematika dibandingkan membaca komik
Lampiran 20
110
Lembar Penilaian Sikap
Nama : Hari/Tgl :
Petunjuk :
Bubuhi cek () pernyataan-pernyataan dibawah ini sesuai dengan pendapat anda, dengan SS=Sangat setuju, S=Setuju, N=Netral/tidak berpendapat, TS=Tidak Setuju dan STS=Sangat Tidak Setuju. Jawablah dengan jujur.
No Pernyataan SS S N TS STS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Saya berusaha memahami pelajaran
matematika
Guru matematika saya selalu
memperhatikan kegunaan matematika
Guru matematika saya selalu
menyajikan materi dengan jelas
sehingga mudah dipahami
Saya selalu menjawab pertanyaan
guru tentang pelajaran matematika
Pada saat pelajaran, rasanya saya
mudah berkonsentrasi untuk
menyimak
Saya senang menyelesaikan soal
matematika karena memudahkan saya
dalam mempelajari matematika
Saya senang jika ditunjuk guru untuk
mengerjakan soal matematika
111
8.
9.
10.
Saya berusaha dapat memperoleh
nilai yang baik pada setiap tes
matematika
Saya selalu menanyakan materi yang
kurang saya pahami
Guru matematika saya selalu
menyajikan cara mudah dalam
menyelesaikan soal-soal matematika
Lampiran 21
112
Lembar Penilaian Diri
Nama : Hari/Tgl :
Petunjuk :
Untuk setiap pertanyaan di bawah ini jawablah dengan ya, tidak atau tidak
yakin. Jawablah dengan jujur. Tambahkan komentar bila perlu.
1. Kadang-kadang saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan ketika saya akan