Top Banner

of 20

BAB I syoke

Mar 08, 2016

Download

Documents

anak_bisa

gfg
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentuka (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner & Suddarth,2002).

B.TUJUANMakalah ini disusun agar mahasiswa dapat:1.Mengetahui pengertian, etiologi, manifestasi klinis dan patofisiologi dari syok Hipovolemik2.Menyebutkan jenis-jenis hipovolemik3.Melakukan asuhan keperawatan dengan syok hipovolemik

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA.DefinisiSyok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentuka (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner & Suddarth,2002).Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis (Toni Ashadi,2006).Syok hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi secara langsung karena perdarahan hebat atau tudak langsung karena hilangnya cairan yang berasal dari plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat berlebihan) (sherwood, )Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisacedera.(Az Rifki, 2006).

B.EtiologiMenurut Toni Ashadi, 2006, Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:1.kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang mengalir keluar tubuh seperti hematotoraks, ruptur limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.2.trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah yang besar. Misalnya: fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml perdarahan atau fraktur femur menampung 1000-1500 ml perdarahan.3.kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:a.Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritisb.Renal: terapi diuretik, krisis penyakit addisonc.Luka bakar (kompustio) dan anafilaksis

C.Manifestasi klinisGejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat. (Toni Ashadi, 2006).Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006 adalah:1.Kilit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.2.Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.3.Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70 mmHg.4.Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.

D.PatofisiologiTahap-tahap syok:Karena sifat-sifat khas dari syok sirkulasi dapat berubah pada berbagai derajat keseriusan, Menurut Guyton, (1997) syok dibagi dalam tida tahap utama yaitu:a.Tahap nonprogresif (atau tahap kompensasi), sehingga mekanisme kompensasi sirkulasi normal akhirnya akan menyebabkan pemulihan sempurna tanpa dibantu terapi dari luar.b.Tahap progresif, ketika syok menjadi semakin buruk sampai timbul kematian.c.Tahap ireversibel, ketika syok telah jauh berkembang sedemikian rupa sehingga semua bentuk terapi yang diketahui tidak mampu lagi menolong penderita, meskipun pada saat itu, orang tersebut masih hidup.

E.Penatalaksanaana.Pastikan jalan nafas pasien dan nafas dan sirkulasi dipertahankan. Beri bantuan ventilator tambahan sesuai kebutuhan.b.Perbaiki volume darah sirkulasi dengan penggantian cairan dan darah cepat sesuai ketentuan untuk mengoptimalkan preload jantung, memperbaiki hipotensi, dan mempertahankan perfusi jaringan.1)Kateter tekan vena sentra dimasukkan dalam atau didekat atrium kanan untuk bertindak sebagai petunjuk penggantian cairan. Pembacaan tekanan vena sentral kontinu (CVP) memberi petunjuk dan derajat perubahan dari pembacaan data dasar; kateter juga sebagai alat untuk penggantian volume cairan darurat.2)Jarum atau kateter IV diameter besar dimasukkan kedalam vena perifer. Dua atau lebih kateter mungkin perlu untuk penggantiaqn cairan cepat dan pengembalian ketidakstabilan hemodinamik; penekanan pada penggantian volume.a)Buat jalur IV diameter besar dimasukkan ke vena periver. Dua tau lebih kateter mungkin perlu untuk penggantian cairan cepat dan pengembalian ketidakstabilan hemodinamik; penekanan pada penggantian volume.b)Ambil darah untuk spesimen; garis darah arteri, pemeriksaan kimia, golongan darah dan pencocokan silang, dan hemtokrit.c)Mulai infus IV dengan cepat sampai CVP meningkat pada tingkat pada tingkat yang memuaskan diatas pengukuran dasar atau sampai terdapat perbaikan pada kondisi klinis pasien.3)Infus larutan Ringer Laktat digunakan pada awal penangana karena cairan ini mendekati komposisi elektrolit plasma, begitu juga dengan osmolalitasnya, sediakan waktu untuk pemeriksaan golongan darah danm pencocockan silang, perbaiki sirkulasi, dan bertindak sebgai tambahan terapi komponen darah.4)Mulai tranfusi terapi komponen darah sesuai program, khususnya saat kehilangan darah telah parah atau pasien terus mengalami hemoragi.5)Kontrol hemoragi; hemoragi menyertai status syok. Lakukan pemeriksaan hematokrit sering bila dicurigai berlanjutnya perdarahan6)Pertahankan tekanan darah sistolik pada tingkat yang memuaskan dengan memberi cairan dan darah sesuai ketentuan.c.Pasang kateter urine tidak menetap: catat haluaran urine setiap 15-30 menit, volume urine menunjukkan keadekuatan perfusi ginjal.d.Lakukan pemeriksaan fisik cepat untuk menentukan penyebab syok.e.Pertahankan surveilens keperawatan terus menerus terhadap pasien total-tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, suhu kulit, warna, CVP, EKG, hematokrit, Hb, gambaran koagulasi, elektrolit, haluaran urine-untuk mengkaji respon pasien terhadap tindakan. Pertahankan lembar alur tentang parameter ini; analisis kecenderungan menytakan perbaikan atau pentimpangan pasien.f.Tinggikan kaki sedikit untuk memperbaiki sirkulasi serebral lebih baik dan mendorong aliran darah vena kembali kejantung (posisi ini kontraindikasi pada pasien dengan cidera kepala). Hindarkan gejala yang tidak perlu.g.Berikan obat khusus yang telah diresepkan (misalnya inotropik seperti dopamen) untuk meningkatkan kerja kardiovaskuler.h.Dukung mekanisme devensif tubuha.Tenangkan dan nyamankan pasien: sedasi mungkin perlu untuk menghilangkan rasa khawatir.b.Hilangkan nyeri dengan kewaspadaan penggunaan analgesik atau narkotik.c.Pertahankan suhu tubuh.1)Terlalu panas menimbulkan vasodilatasi yang merupakan mekanisme kompensasi tubuh dari vasokontriksi dan meningkatnya hilangnya caiiran karena perspirasi.2)Pasien yangmengalami septik harus dijaga tetap dingin: demam tinggi meningkatkan efek metabolik selular terhadap syok.

F.Derajat Syoka) Syok RinganPenurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada atau ringan.b) Syok SedangPerfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal). Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama seperti pada lemak, kulit dan otot. Pada keadaan ini terdapat oliguri (urin kurang dari 0,5 mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. Akan tetapi kesadaran relatif masih baik.c) Syok BeratPerfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok lanjut terjadi vasokontriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi oliguri dan asidosis berat, gangguan kesadaran dan tanda-tanda hipoksia jantung (EKG abnormal, curah jantung menurun).

G.Komplikasi.1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia jaringan yang berkepanjangan.2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler karena hipoksia.3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.

1. H.Pemeriksaan Penunjang2. Pada anamnesis Pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga riwayat sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, teman dekat atau orang yang mengetahui kejadiannya, cari : Riwayat trauma (banyak perdarahan atau perdarahan dalam perut), Riwayat penyakit jantung (sesak nafas), Riwayat infeksi (suhu tinggi), Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah memakan obat)3. Pemeriksaan fisik Kulit4. Suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia). Warna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok kardiogenik dan syok hemoragi terminal)Basah pada fase lanjut syok (sering kering pada syok septik).5. Tekanan darah6. Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg (lebih tinggi pada penderita yang sebelumnya mengidap hipertensi, normal atau meninggi pada awal syok septic)7. Status jantung8. Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba.9. Status respirasi10. Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada syok septik, respirasi meningkat jika kondisi menjelek)11. Status Mental12. Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran dan orientasi menurun, sopor sampai koma. Fungsi Ginjal Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam, kritis)13. Fungsi Metabolik14. 13.Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan (pada awal syok septik dijumpai alkalosis metabolik, kausanya tidak diketahui). Alkalosis respirasi akibat takipnea. Sirkulasi Tekanan vena sentral menurun pada syok hipovolemik, meninggi pada syok kardiogenik. Keseimbangan Asam BasaPada awal syok pO2 dan pCO2 menurun (penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan pO2 karena adanya aliran pintas di paru). Pemeriksaan Penunjang Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa darah. Analisa gas darah, EKG.

I.Asuhan KeperawatanPengkajian emergency nursing, secara umum terdiri dari : primary survey, sekundery survey, dan tersier survey. Primery survey meliputi: airway, breathing, circulation, disability, dan exposure. Sekundery survey meliputi pengkajian fisik. Sedangkan tersier survey dilakukan selain pengkajian primery dan sekundery survey, semisal riwayat penyakit keluarga.1. Primari survayPemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang mengancam nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,D,E. Mencatat tanda vital awal (baseline recordings) penting untuk memantau respon penderita terhadap terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita mengijinkan. Metode pengkajian dalam primary survey ini yaitu: cepat, ermat, dan tepat yang dilakukan dengan melihat (look), mendengar (listen), dan Merasakan (feel).a) Airway dan breathingPrioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.Airway (jalan napas):Ada tiga hal utama dalam tahapan airway ini yaitu look, listen, dan feel. Look atau melihat yaitu perawat melihat ada tidaknya obstruksi jalan napas, berupa agitasi: (hipoksemia), penurunan kesadaran (hipercarbia), pergerakan dada dan perut pada saat bernapas (see saw-rocking respiration), kebiruan pada area kulit perifer pada kuku dan bibir (sianosis), adanya sumbatan di hidung, posisi leher, keadaan mulut untuk melihat ada tidaknya darah. Tahapan kedua yaitu listen atau mendengar, yang didengar yaitu bunyi napas. Ada dua jenis suara napas yaitu suara napas tambahan obstuksi parsial, antara lain: snoring, gurgling, crowing/stidor, dan suara parau(laring) dan yang kedua yaitu suara napas hilang berupa obstruksi total dan henti napas. Terakhir yaitu Feel, pada tahap ini perawat merasakan aliran udara yang keluar dari lubang hidung pasien.Breathing (bernapas):Pada tahap look (melihat), yang dilakukan yaitu: melihat apakah pasien bernapas, pengembangan dada apakah napasnya kuat atau tidak, keteraturannya, dan frekuensinya. Pada tahap listen( mendengar) yang didengar yaitu ada tidaknya vesikuler, dan suara tambahan napas. Tahap terakir yaitu feel, merasakan pengembangan dada saat bernapas, lakukan perkusi, dan pengkajian suara paru dan jantung dengan menggunakan stetoskop.b) Sirkulasi kontrol perdarahanPengkajian circulation, yaitu hubungan fungsi jantung, peredaran darah untuk memastikan apakah jantung bekerja atau tidak. Pada tahap look atau melihat, yang dilakukan yaitu mengamati nadi saat diraba, berdenyut selama berapa kali per menitnya, ada tidaknya sianosis pada ekstremitas, ada tidaknya keringat dingin pada tubuh pasien, menghitung kapilery reptile, dan waktunya, ada tidaknya akral dingin. Pada tahap feel, yang dirasakan yaitu gerakan nadi saat dikaji (nadi radialis, brakialis, dan carotis),Lakukan RJP bila apek cordi tidak berdenyut. Pada tahapan lesson, yang didengar yaitu bunyi aliran darah pada saat dilakukan pengukuran tekanan darah.Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat, memperoleh akses intra vena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan. Perdarahan dari luka luar biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan langsung pada tempat pendarahan. PASG (Pneumatick Anti Shock Garment) dapat digunakan untuk mengendalikan perdarahan dari patah tulang pelvis atau ekstremitas bawah, namun tidak boleh menganggu resusitasi cairan cepat. Cukupnya perfusi jaringan menentukan jumlah cairan resusitasi yang diperlukan. Mungkin diperlukan operasi untuk dapat mengendalikan perdarahan internal.c) Disability pemeriksaan neurologiYang dikaji pada tahapan ini yaitu GCS (Glasgow Coma Scale), dan kedaan pupil dengan menggunakan penlight. Pupil normal yaitu isokor, mengecil: miosis, melebar: dilatasi.Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan.perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu disebabkan cidera intra kranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak yang kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari cidera intra kranial.

J.Diagnosa1.Gangguan pola nafas tidak efektifb/d penurunan ekspansi paru.2.Perubahan perfusi jaringn b/d penurunan suplay darah ke jaringan.3.Nyeri b/d trauma hebat.4.Gangguan keseimbangan cairan b/d mual, muntah.5.Gangguan pola eliminasi urine b/d Oliguria.6.Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai pengobatan.

NODIAGNOSITUJUANINTERVENSI

1Gangguan pola nafas tidak efektifb/d penurunan ekspansi paru

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas klien kembali normal, dengan kriteria hasil:Area paru bersihBebas sianosis dan tanda atau gejala lain dari hipoksia dengan bunyi nafas sama secara bilateralEvaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan, contoh adanya dispnea, penggunaan alat bantu nafasTinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowlerDorong pasien untuk berpartisipasi selama nafas dalam, gunakan alat bantu (meniup botol), dan batuk sesuai indikasiAuskultasi bunyi nafas. Catat area yang menurun/ tidak ada bunyi nafas dan adanya bunyi tanbahan, contoh krekels atau ronchiBeri bantuan ventilator tambahan sesuai kebutuhan.Kolaborasi :Catat respon terhadap latihan nafas dalam atau pengobatan pernafasan lain, catat bunyi nafas (sebelum /sesudah pengobatan)

2Perubahan perfusi jaringn b/d penurunan suplay darah ke jaringan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat:Klien menunjukkanperfusi jaringan yang adekuatNadi dapat terabaKulit hangat dan keringSensasi normalAwasi tanda vital, palpasi nadi perifer, perhatikan kekuatan dan kesamaanLakukan pengkajian neurovaskuler periodic, contoh sensasi, gerakan, nadi, warna kulit dan suhu.Berikan tekanan langsung pada sisi perdarahan, bila terjadi perdarahan. Hubungi dokter dengan segeraKaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatanKolaborasiBerikan cairan IV/produk darah sesuai indikasiAwasi pemeriksaan laboratorium, contoh: Hb/Ht

3

Nyeri b/d trauma hebat

Nyeri berkurang dengan kriteria hasil:TTV (TD, nadi, suhu, RR) dalam batas normakSensasi nyeri berkurang sampai hilangMenunjukan perasaan santai dan nyaman dengan istirahat yang tepatPertahankan imobilisasi pada bagian yang sakit dengan tirah baring, pembebat.Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkenaEvaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan karakteristik termasuk intensitasDorong menggunakan teknik manajemen stress, ex: relaksasi progresif, latihan nafas dalamSedikit adanya keluhan nyeri yang tidak biasa atau tiba-tibaKolaborasiBerikan obat sesuai indikasi narkotik dan analgesik non narkotik NSAID injeksi (toradol, flekseril)Berikan analgesik yang dikontrol

4Gangguan keseimbangan cairan b/d mual, muntah

Setelah dilakukantindakan keperawatan diharapkan menunjukkan perbaikan keseimbangan cairanAwasi tanda vital, CVP perhatikan pengisian kapiler dan kekuatan nadi periferAwasi pemasukan dan pengeluaran cairan.Perhatikan karakteristik dan frekuensi muntah juga kejadian yang menyertai atau mencetusnya.Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3 4 liter / hari dalam toleransiBerikan penggantian cairan IV yang dihitung elektrolit, plasma, albumin.Kolaborasi :Berikan obat sesuai indikasi : anti emetik, contoh : proklorparazin ( compazin).

5Gangguan pola eliminasi urine b/d Oliguria

Setelah dilakukanasuhan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan klien tidak mengalami gangguan eliminasi urin .dengan kriteria hasil:Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanyaTidak mengalami tanda obstruksi

Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urinTentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi.Dorong meningkatkan pemasukan cairan yang adekuatKolaborasiPertahankan patensi kateter tidak menetap (ureteral, uretra atau nefrostomi) bila menggunakanBerikan obat sesuai indikasi, contoh: asetazolamid (diamox), Alupurinol (ziloprim).Irigasi dengan asam atau larutan alkalis sesuai indikasi

6Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai pengobatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pasien memahami tentang pengobatan dengan kriteria hasil sebagai berikut:Klien menyatakan kondisi, prognosis, dan pengobatanKlien dapat melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakanKaji ulang prognosis dan harapan yang akan datangTentukan apakah pasien mengetahui tentang kondisi dirinya.Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh perubahan pada sensasi gerakan, warna kulit,Anjurkan penghentian merokokJaga agar klien mendapatkan informasi yang benar tentang penyakitnyaPeragakan penerapan terapi yang diprogramkan

BAB IIIPEMBAHASAN KASUS

Kasus :An Adek 6 tahun, dibawa keluarganya ke UGD dengan keluhan tiba-tiba anak tidak sadar. Riwayat An Adek sudah 4 hari ini panas tinggi dan hari ke-5 ini demam turun. Sebelumnya An Adek mengeluh sakit hebat di daerah perut dan mimisan. Dari pemeriksaan didapatkan nadi tidak teraba, tekanan darah yang menurun, kulit dingin yang lembab, petechiae.

A.Pengkajian 1.Identitasa.Identitas klien :Nama :An AdekUmur :6thJenis kelamin : perempuanAlamat : semarangStatus : belum menikahPendidikan : -Agama : islama.Identitas penanggung jawab :Nama : tuan JUmur : 50 tahunJenis kelamin : laki-lakiAgama : islamPendidikan : SMAPekerjaan : swastaAlamat : semarangStatus : menikahSuku bangsa : jawa2.Waktu masuk rumah sakit :Hari : rabuTanggal : 19 mei 2011Pukul : 12.303.Analisa dataa.Datasubyektif-Sakit hebat di bagian perut-mimisanb.Dataobyektif-4 hari panas tinggi, hari ke-5 demam turun-Nadi tidak teraba-TD menurun-Kulit dingin dan lembab-petechiae4.Keluhan utama-Tidak sadar

5.Pemeriksaan fisikPengkajian PrimerPemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang mengancam nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,D,E. Mencatat tanda vital awal (baseline recordings) penting untuk memantau respon penderita terhadap terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita mengijinkan.a.Airway dan breathingprioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.b.Sirkulasi - kontrol perdarahantermasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat, memperoleh akses intra vena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan. Perdarahan dari luka luar biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan langsung pada tempat pendarahan. PASG (Pneumatick Anti Shock Garment) dapat digunakan untuk mengendalikan perdarahan dari patah tulang pelvis atau ekstremitas bawah, namun tidak boleh menganggu resusitasi cairan cepat. Cukupnya perfusi jaringan menentukan jumlah cairan resusitasi yang diperlukan. Mungkin diperlukan operasi untuk dapat mengendalikan perdarahan internal.c.disability pemeriksaan neurologidilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan.perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu disebabkan cidera intra kranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak yang kurang.Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari cidera intra kranial.d.Exposure pemeriksaan lengkap setelah mengurus prioritas- prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai jari kaki sebagai bagian dari mencari cidera.Bila menelanjangi penderita, sangat penting mencegah hipotermia.Pengkajian SekunderHarus segera dapat akses kesistem pembulu darah. Ini paling baik dilakukan dengan memasukkan dua kateter intravena ukuran besar (minimun 16 gaguage) sebelum dipertimbangkan jalur vena sentral kecepatan aliran berbanding lirus dengan empat kali radius kanul, dan berbanding terbalik dengan panjangnya (hukum poiseuille). Karena itu lebih baik kateter pendek dan kaliber besar agar dapat memasukkan cairan terbesar dengan cepat.Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewasa adalah lengan bawah atau pembulu darah lengan bawah. Kalau keadaan tidak memungkunkan pembulu darah periver, maka digunakan akses pembulu sentral (vena-vena femuralis, jugularis atau vena subklavia dengan kateter besar) dengan menggunakan tektik seldinger atau melakukan vena seksi pada vena safena dikaki, tergantung tingkat ketrampilan dokternya. Seringkali akses vena sentral didalam situasi gawat darurat tidak bisa dilaksanakan dengan sempurna atau pu tidak seratus persen steril, karena itu bila keadaan penderita sedah memungkinya, maka jalur vena sentral ini harus diubah atau diperbaiki.Juga harus dipertimbangkan potensi untuk komplikasi yang serius sehubungan dengan usaha penempatan kateter vena sentral, yaitu pneumo- atau hemotorak, pada penderita pada saat itu mungkin sudah tidak stabil.Pada anak-anak dibawah 6 tahun, teknik penempatan jarum intra-osseus harus dicoba sebelum menggunakan jalur vena sentral.Faktor penentu yang penting untuk memilih prosedur atau caranya adalah pengalaman dan tingkat ketrampilan dokternya.Kalau kateter intravena telah terpasang, diambil contoh darah untuk jenis dan crossmatch, pemerikasaan laboratorium yang sesuai, pemeriksaan toksikologi, dan tes kehamilan pada wanita usia subur.Analisis gas darah arteri juga harus dilakukan pada saat ini. Foto torak haris diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia atau vena jugularis interna untuk mengetahui posisinya dan penilaian kemungkinan terjadinya pneumo atau hemotorak.Pengkajian TersierTerapi awal cairanLarutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jeniscairan ini mengisi intravaskuler dalam wakti singkat dan juga menstabilkan volume vaskuler dengan cara menggantikan kehilangan cairan berikutnya kedalam ruang intersisial dan intraseluler. Larutan Ringer Laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl fisiologis adalah pilihan kedua. Walaupun NaCL fisiologis merupakan pengganti cairan terbaik namun cairan ini memiliki potensi untuk terjadinya asidosis hiperkloremik. Kemungkinan ini bertambah besar bila fungi ginjalnya kurang baik

1. Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Syok

DIAGNOSANOCNIC

Defisit volume cairanPasien akan normovolemik1.Kaji status volume cairan ( TD, FJ, FP, suhu, bunyi jantung) setiap 1 jam2.Berikan cairan IV sesuai instruksi3.Kaji semua data laboratorium4.Monitor irama jantng5.Berikan obat dan elektrolit sesuai instruksi6.Berikan pengobatan -adrenerjik sesuai instruksi

Penurunan curah jantungMempertahankan curah jantung untuk menjamin perfusi jaringan1.kaji dan pantau status kardiovaskuler setiap 1-4 jam atau sesuai indikasi ; warna kulit, denyut nadi, TD, parameter hemodinamik, denyut nadi perifer dan irama jantung2.Berikan cairan IV sesuai instruksi3.Berikan dopamine, dobutamin atau ephinephrin sesuai instruksi untuk mempertahankan TD yang memadai ( > 90 mmHg sistolik)4.Berikan Nipride sesuai instruksi5.Pantau Hb dan Ht6.Pantau Asidosis dengan AGd setiap hari

Resiko tinggi terhadap infeksiCegah infeksi nosokomial dan tangani mikroorganisme yang teridentifikas1.Dapatkan biakan darah sesuai instruksi2.Dapatkan urin, sputum dan drainase luka untuk biakan sesuai indikasi3.Temani pasien pada pemeriksaan radiologi diagnostic4.Pantau S, VS dan SDP5.Berikan antibiotic sesuai instruksi6.Pantau kadar obat antibiotic sesuai instruksi7.Berikan obat-obat lain :Antihistamin, NSAIDs, antibody monoclonal, steroid8.Gunakan teknik aseptic yang ketat saat menangani aliran infasive, kateter, selang-selangdsb

.Daftar pustakaToni Ashadi, (2006). Syok Hipovolemik. (online). Http:// www. Medicastore. Com/med/.detail-pyk. Phd?id. (diakses 12 Desember 2006).Az Rifki, (2006). Kontrol terhadap syok hipovolemik. (online).Http://www. Kalbefarma. Com / file/cdk/15 penatalaksanaan. (diakses 12 Desember 2006).Brunner & Suddarth. 2002.Keperawatan Medikal Bedah.(Edisi 8, Vol.3). EGC, Jakarta.Doenges, E, Marilynn, Mary Frances Moorhause, Alice C. Geissler. 2002.Rencana Asuhan Keperawatan.(Edisi 3). EGC, Jakarta.Price, A, Sylvia & Lorraine M. Willson. 1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.(Edisi 4). EGC, Jakarta