Top Banner
BAB I SKENARIO 2 Bu Mega berusia 40 tahun, bekerja sebagai pembuat kue. Sering mencampur adonan roti dengan menggunakan sendok yang dipakai di tangan kanannya. Bu Mega mengeluh merasa kesemutan jari telunjuk dan jari tengah kanannya selama 3 bulan lebih. Bu mega merasa tangan kanannya yang kesemutan itu merasa sedikit kelemahan otot dan mudah terjatuh ketika memegang benda-benda seperti mangkuk adonan. Kadang-kadang juga disertai nyeri pada daerah telapak kanan. Keadaan lainnya normal, bu mega merasa sehat dan menyangkal kalau ada trauma dan nyeri leher
24

BAB I SKENARIO 2 Bu

Jan 28, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I SKENARIO 2 Bu

BAB I

SKENARIO 2

Bu Mega berusia 40 tahun, bekerja sebagai pembuat kue. Sering

mencampur adonan roti dengan menggunakan sendok yang dipakai di

tangan kanannya. Bu Mega mengeluh merasa kesemutan jari telunjuk

dan jari tengah kanannya selama 3 bulan lebih. Bu mega merasa

tangan kanannya yang kesemutan itu merasa sedikit kelemahan otot

dan mudah terjatuh ketika memegang benda-benda seperti mangkuk

adonan. Kadang-kadang juga disertai nyeri pada daerah telapak

kanan. Keadaan lainnya normal, bu mega merasa sehat dan

menyangkal kalau ada trauma dan nyeri leher

Page 2: BAB I SKENARIO 2 Bu

BAB II

KATA KUNCI

1. Kesemutan jari telunjuk dan jari tengah kanan

2. Kelemahan otot dan mudah terjatuh

3. Nyeri pada daerah telapak tangan

4. Menyangkal trauma dan nyeri leher

Page 3: BAB I SKENARIO 2 Bu

BAB III

PROBLEM

1. Apa yang menyebabkan Bu Mega mengalami kesemutan pada

jari telunjuk?

2. Pada saat melakukan apa merasa sakit?

3. Intensitas yang dirasakan seberapa besar?

4. Penanganan apa yang dilakukan?

5. Apa hubungan nyeri telapak tangan dan kelemahan?

Page 4: BAB I SKENARIO 2 Bu

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Batasan

Karena pembahasan makalah ini dapat diuraikan secara

luas, maka kami membuat batasan makalah ini, yaitu Regio

manus dextra

4.2 Anatomi / Histologi / Fisiologi / Patofisiologi /

Patomekanisme

Untuk memperjelas hal - hal yang terkait dengan penyakit

yang diderita Bu Mega, maka kami menguraikannya kedalam

beberapa sub pokok pembahasan, yaitu secara anatomi,

fisiologi, dan patofisiologi.

Page 5: BAB I SKENARIO 2 Bu

Untuk memperjelas hal - hal yang terkait dengan penyakit

yang diderita Bu Mega, maka kami menguraikannya kedalam

beberapa sub pokok pembahasan, yaitu secara anatomi,

fisiologi, dan patofisiologi.

4.2.1 Anatomi

Adapun secara anatomi keluhan yang diderit Bu

Mega berada pada daerah region manus dextra yaitu pada

bagian telapak tangan, yang akan kami jabarkan sebagai

berikut.

Wrist Joint disusun oleh 3 tulang : tulang

radius, tulang ulna dan tulang carpal. Dimana

terowongan carpal terletak dipergelangan tangan yang

kerangkanya di bentuk oleh 8 tulang carpal yang

tersusun atas 2 deretan. Deretan proximal terdiri dari

(lateral dan medial : naviculare, lunatum, triquertum,

dan pisiformis). Deretan distal (trapezium,

trapezoideum, capitatum dan hamatum). Tulang-tulang

carpal tangan susunannya membusur dengan bagian konkaf

menghadap ke arah telapak tangan. Ruangan ini tertutup

oleh ligamentum karpi transversum sehingga terbentuk

suatu terusan yang sempit yang disebut terowongan

carpal.

Page 6: BAB I SKENARIO 2 Bu

Gambar 1.

4.2.2 Histologi

Studi ini mengkaji hubungan antara sindrom idiopatik

carpal tunnel dan histologi tenosynovial, peradangan khusus.

Tenosynovial spesimen biopsi dari 177 pergelangan tangan

diperoleh dari pasien di rilis carpal tunnel, dan kelompok

kontrol dari 19 spesimen juga diperoleh. Peradangan hadir

hanya 10% dari spesimen pasien dan berkorelasi dengan hanya

salah satu faktor klinis dan histologis dipelajari, yaitu,

gangguan konduksi saraf. Edema, diamati sering (85%), tidak

berhubungan dengan peradangan. Vascular sclerosis juga

ditemukan konsisten (98%) dan berkorelasi dengan usia pasien

dan tingkat edema. Edema dan sclerosis vaskuler terjadi

dengan frekuensi yang lebih besar secara signifikan dan

tingkat keparahan dalam spesimen pasien dibandingkan pada

kelompok kontrol. Fibrosis (3%) dan hiperplasia sinovial

Page 7: BAB I SKENARIO 2 Bu

(1%) adalah temuan jarang. Disimpulkan bahwa tenosinovitis

jarang terjadi pada pasien yang menjalani operasi untuk

pengobatan carpal tunnel syndrome idiopatik

4.2.3 Fisiologi

4.2.4 Patofisiologi

Kontraksi otot secara berulang-ulang atau terus-menerus

dan statik akan menimbulkan spasme, sehingga sirkulasi darah

menjadi tidak lancar. Hal ini akan menyebabkan penumpukan

Asam laktat dan zat-zat kimia seperti bradikinin dan

histamine. Dengan penumpukan zat-zat tersebut akan

merangsang ujung-ujung saraf sensoris atau saraf nyeri

(nosiseptor) dan akan dihantarkan ke medulla spinalis

selanjutnya oleh saraf acendent disampaikan ke otak dan akan

diinterprestasikan yaitu rasa nyeri. Dengan adanya rasa

nyeri tadi bisa mengakibatkan spasme otot yang merupakan

perlindungan dari adanya nyeri, dan penderita akan membatasi

pergerakkannya terutama yang menimbulkan rasa nyeri.

Selanjutnya dalam jangka waktu lama dapat timbul

kelemahan otot yang akhirnya menimbulkan gangguan fungsi dan

gerak yang berhubungan dengan fungsi tangan kiri.

Page 8: BAB I SKENARIO 2 Bu

CTS terjadi bila saraf medianus mengalami kompresi

dalam struktur anatomis terowongan karpal. Kompresi dapat

disebabkan oleh meningkatnya volume dalam terowongan karpal,

pembesaran saraf medianus, atau berkurangnya area cross-

sectional dalam terowongan karpal. Dari ketiga penyebab ini,

yang menjadi penyebab terbanyak adalah meningkatnya volume

terowongan karpal, namun apa yang menjadi penyebab

peningkatan volume ini masih belum jelas hingga saat ini.

Diduga salah satu penyebab adalah tenosinovitis akibat

trauma berulang (Phallen, 1951; Nissen, 195; Hybinette,

1975). Gerakan flexi-extensi berulang dan terus menerus pada

pergelangan tangan dan jari-jari akan meningkatkan tekanan

pada tendon yang mengakibatkan terjadinya tenosinovitis dan

selanjutnya menyebabkan kompresi pada saraf medianus. Fuchs,

Nathan, dan Mayers (1991), menemukan adanya proses inflamasi

pada 10 % pasien, sedangkan pada penelitian lain ditemukan

adanya oedema pada 7 % pasien (Cailliet, 1994).

Kompresi ringan pada saraf tepi akan menurunkan aliran

darah epineural. Transport aksonal akan terganggu, akibat

kompresi aksonal tekanan dalam endoneural akan meningkatkan

dan menyebabkan parestesia. Oleh Caillet (1994), kelainan

saraf ini dikategorikan menjadi dua stadium, yaitu :

a. Stadium I

Page 9: BAB I SKENARIO 2 Bu

Distensi kapiler intrafasikuler akan meningkatkan

tekanan intrafasikuler sehingga menimbulkan konstriksi

kapiler. Selanjutnya terjadi gangguan nutrisi dan

hipereksitabilitas serabut saraf. Jika tekanan terus menerus

hingga mengganggu sirkulasi vena, akan terjadi oedema

sehingga terjadi gangguan saraf lebih lanjut.

b. Stadium II

Terjadi kompresi kapiler sehingga menyebabkan anoksia

dan berakibat kerusakan endotel kapiler. Protein masuk ke

dalam jaringan dan menyebabkan terjadinya oedem lebih

lanjut. Protein tidak dapat keluar melalui perineurium

sehingga terjadi akumulasi cairan dalam endoneurial yang

akan menghambat metabolisme dan nutrisi aksonal. Proliferasi

fibroblas terjadi akibat iskemia ini dan terbentuk jaringan

parut yang akan menyebabkan kontriksi jaringan lunak

sekitarnya. Pada stadium akhir ini, lesi saraf dapat menjadi

ireversibel dan menyebabkan gannguan sensorik dan motorik

permanen.

4.2.5 Patomekanisme

Standar referensi untuk diagnosis sindrom carpal tunnel

adalah pengujian elektrofisiologi. Pasien dengan mati rasa

sebentar-sebentar dalam distribusi saraf median dan positif

Phalen dan tes Durkan, tapi pengujian elektrofisiologi normal

memiliki-di tunnel syndrome terburuk-sangat ringan karpal. Sebuah

Page 10: BAB I SKENARIO 2 Bu

dominasi nyeri daripada mati rasa tidak mungkin karena carpal

tunnel syndrome tidak peduli hasil pengujian elektrofisiologi.

Penilaian klinis dengan mengambil riwayat dan pemeriksaan

fisik dapat mendukung diagnosis CTS.

Ada beberapa variasi operasi carpal tunnel rilis: ahli bedah

masing-masing memiliki perbedaan preferensi berdasarkan keyakinan

pribadi mereka dan pengalaman. Semua teknik memiliki beberapa hal

kesamaan, yang melibatkan prosedur rawat jalan singkat; telapak

atau pergelangan tangan sayatan (s), dan pemotongan ligamentum

karpal transversus.

Dua jenis utama dari operasi terbuka carpal tunnel release

dan melepaskan carpal tunnel endoskopi. Kebanyakan ahli bedah

historis telah melakukan prosedur terbuka, secara luas dianggap

sebagai standar emas. Namun, semakin banyak ahli bedah kini

menawarkan rilis carpal tunnel endoskopi, yang telah tersedia

sejak 1990-an. Operasi terbuka melibatkan insisi di suatu tempat

di telapak tentang satu atau dua inci panjangnya. Melalui irisan

ini, kulit dan jaringan subkutan dibagi diikuti oleh fasia

palmaris dan akhirnya ligamen karpal transversal. Teknik

endoskopik melibatkan satu atau dua sayatan kecil (kurang dari

setengah inci masing-masing) melalui mana instrumentasi

diperkenalkan termasuk lift sinovial, probe, pisau dan endoskopi

digunakan untuk sepenuhnya memvisualisasikan bawah ligamentum

karpal transversus. Metode endoskopi tidak membagi jaringan

Page 11: BAB I SKENARIO 2 Bu

subkutan atau fasia palmaris ke tingkat yang sama sebagai metode

terbuka tidak.

Banyak penelitian telah dilakukan untuk menentukan apakah

manfaat yang dirasakan dari rilis endoskopik atau arthroscopic

terbatas benar-benar signifikan. Brown et al. tidak prospektif,

acak, studi multi-center dan tidak

4.3 Penyakit yang berkaitan

- Carpal Tunnel Syndrome

- Servical Root Syndrome

4.4 Gejala klinis

Data Pasien :

4.4.1 Anamnesa

Nama : Ny. Mega

Alamat : Surabaya

Keluhan Utama :

- Rasa Kesemutan

- Sejak 3 bulan lalu tangan kanan dan jari tengah kesemutan

- Sering kesemutan setelah bekerja

- Pada saat istirahat berkurang

Keluhan Penyerta :

- Otot kelemahan (menjalar ke ibu jari)

Page 12: BAB I SKENARIO 2 Bu

- Kadang terasa kaku

- Kaku dan nyeri otot sampai pergelangan tangan

Riwayat penyakit dahulu :

- Tidak ada

Riwayat pengobatan :

- Pernah di beri analgetik di warung

Riwayat keluarga :

- Tidak ada

Riwayat sosial :

- Selama ini bekerja membuat kue

- 10 tahun menggunakan tangan

- Saya suka makan fast food

4.4.2 Pemeriksaan Fisik

Vital Sign :

- RR

- Tensi : 120/70 mmHg

- Nadi : 80x/menit

- Suhu : 37°C

GCS (Gastro Comma Scale)

-Gerak bola mata : 4

-Verbal : 5

Page 13: BAB I SKENARIO 2 Bu

-Movement : 6

Tinggi Badan : 160cm

Berat Badan : 85kg

Status Generalis : Head to Foot

- Head : -

- Leher : -

- Thorax : -

- Abdomen : -

- Ekstremitas : -

Status Lokalis : Regio manus dextra

Look (Inspeksi)

- Defiasi arah medial

- Tidak ada tremor

- Kelemahan otot saat mengankat benda

Palpasi (Feel)

- Nyeri saat di tekan pada digit 2,3,4,5 terutama pada sendi

interfalang

- Carpal tunnel

Movement

- Gangguan gerakan pada tangan abduksi fleksi

4.7 Pemeriksaan penunjang

Page 14: BAB I SKENARIO 2 Bu

MRI, gambaran penebalan retinakulum fleksorum di

daerah carpal tunnel yang menekan nervous medianus

Pemeriksaan darah normal

Page 15: BAB I SKENARIO 2 Bu

BAB V

HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)

5.1 Carpal Tunnel Syndrome

Tidak ada standar acuan konsensus untuk diagnosis sindrom

carpal tunnel . Kombinasi gejala dijelaskan , temuan klinis , dan

pengujian elektrofisiologi digunakan oleh mayoritas ahli bedah

tangan. Mati rasa dalam distribusi saraf median , gejala

nokturnal , kelemahan / atrofi otot tenar , tanda Tinel positif

yang di carpal tunnel , dan pengujian sensorik abnormal seperti

diskriminasi dua titik telah dibakukan sebagai kriteria

diagnostik klinis oleh panel konsensus para ahli. Sebuah dominasi

daripada mati rasa nyeri tidak mungkin disebabkan oleh sindrom

carpal tunnel tidak peduli apa hasil pengujian elektrofisiologi .

Pengujian Electrodiagnostic ( electromyography dan kecepatan

konduksi saraf ) obyektif dapat memverifikasi disfungsi saraf

median . Jika tes ini adalah normal , carpal tunnel syndrome

adalah tidak ada atau sangat, sangat ringan .

Penilaian klinis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik

dapat mendukung diagnosis CTS .

Manuver Phalen dilakukan dengan meregangkan pergelangan

tangan lembut sejauh mungkin , kemudian memegang posisi ini dan

menunggu gejala. Sebuah tes positif adalah salah satu yang

menyebabkan mati rasa dalam distribusi saraf median ketika

memegang pergelangan tangan dalam posisi fleksi akut dalam waktu

Page 16: BAB I SKENARIO 2 Bu

60 detik . Semakin cepat mati rasa dimulai, lebih maju kondisi.

Tanda Phalen didefinisikan sebagai rasa sakit dan / atau

parestesia pada jari median - diinervasi dengan satu menit fleksi

pergelangan tangan . Hanya tes ini telah terbukti berkorelasi

dengan keparahan CTS ketika prospektif dipelajari .

Tanda Tinel , klasik - meskipun kurang sensitif - test

adalah cara untuk mendeteksi saraf teriritasi . Tinel dilakukan

dengan ringan mengetuk kulit atas retinakulum fleksor untuk

mendapatkan sensasi kesemutan atau "kesemutan " dalam distribusi

saraf . Tanda Tinel ( rasa sakit dan / atau parestesia jari-jari

median - diinervasi dengan perkusi atas saraf median ) kurang

sensitif , tapi sedikit lebih spesifik dari tanda Phalen.

Uji Durkan , uji kompresi karpal , atau menerapkan tekanan

kuat pada telapak atas saraf hingga 30 detik untuk memperoleh

gejala juga telah diusulkan.

Tes elevasi Tangan Tes elevasi tangan memiliki sensitivitas

tinggi dan spesifisitas dari tes Tinel , tes Phalen , dan uji

kompresi karpal . Analisis statistik Chi-square menegaskan tes

elevasi tangan tidak efektif dibandingkan dengan uji Tinel , tes

Phalen , dan uji kompresi karpal.

Sebagai catatan , pasien dengan carpal tunnel syndrome benar

( penjeratan saraf median dalam terowongan karpal ) tidak akan

memiliki kehilangan sensori atas eminensia tenar ( tonjolan otot

di telapak tangan dan di dasar jempol ) . Hal ini karena cabang

palmaris dari saraf median , yang innervates daerah itu dari

Page 17: BAB I SKENARIO 2 Bu

telapak , bercabang dari saraf median dan melewati terowongan

karpal. Fitur ini dari saraf median dapat membantu carpal tunnel

syndrome terpisah dari stopkontak toraks sindrom , atau pronator

teres syndrome .

Kondisi lain mungkin juga salah didiagnosis sebagai sindrom

carpal tunnel . Dengan demikian , jika sejarah dan pemeriksaan

fisik menyarankan CTS , kadang-kadang pasien akan diuji

electrodiagnostically dengan studi konduksi saraf dan

elektromiografi . Tujuan dari pengujian elektrodiagnostik adalah

untuk membandingkan kecepatan konduksi pada saraf median dengan

konduksi saraf lainnya memasok tangan . Ketika saraf median

dikompresi , seperti di CTS , maka akan melakukan lebih lambat

dari biasanya dan lebih lambat dari saraf lainnya . Ada banyak

tes elektrodiagnostik digunakan untuk membuat diagnosis CTS ,

tetapi , tes khusus , dan dapat diandalkan paling sensitif adalah

Indeks Sensory Gabungan ( juga dikenal sebagai indeks

Robinson ) . Electrodiagnosis terletak pada menunjukkan gangguan

konduksi saraf median di carpal terowongan dalam konteks konduksi

yang normal di tempat lain . Hasil kompresi kerusakan selubung

mielin dan bermanifestasi sebagai latency tertunda dan

memperlambat kecepatan konduksi. Namun, studi elektrodiagnostik

yang normal tidak menghalangi adanya sindrom carpal tunnel ,

sebagai ambang cedera saraf harus dicapai sebelum hasil

penelitian menjadi abnormal dan cut-off nilai untuk kelainan

adalah variable. Carpal tunnel syndrome dengan tes

Page 18: BAB I SKENARIO 2 Bu

elektrodiagnostik normal sangat , sangat ringan pada terburuk .

5.2 Cervical Root Syndrome

Cervical Root Syndrome atau syndroma akar saraf leher adalah

suatu keadaan yang disebabkan oleh iritasi atau penekanan akar

saraf servikal oleh penonjolan discus invertebralis, gejalanya

adalah nyeri leher yang menyebar ke bahu, lengan atas atau lengan

bawah, parasthesia, dan kelemahan atau spasme otot.

Page 19: BAB I SKENARIO 2 Bu

BAB VI

ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

6.1 Gejala Klinis

Gejala:

1. Rasa lemah, agak kaku atau rasa janggal pada tangan dan

pergelangan tangan.

2. Jari tangan terasa tak enak, kebas, mati rasa atau kesemutan

terutama pada ibu jari, telunjuk dan jari tengah. Jika

dibiarkan maka kekuatan otot akan berkurang dan lama-lama

fungsi tangan akan hilang.

3. Penderita sering terbangun di malam hari karena tangan

terasa nyeri dan sering disertai kesemutan. Bila sudah

sangat parah benda yang dipegang tiba-tiba bisa terlepas

begitu saja.ecara umum gejala pertama dari peradangan yang

terjadi pada lapisan vaskular yang mengelilingi tendo.

Achilles tendinitis erat kaitannya dengan perkembangan edema lokal

Page 20: BAB I SKENARIO 2 Bu

dan gangguan pada otot bagian dasar dengan gangguan yang

lebih kecil pada jaringan-jaringan otot. Hal ini dapat

mengakibatkan pemisahan jaringan-jaringan tendo dan nantinya

akan mengakibatkan kemerosotan dan penurunan fungsi pusat

(degenerasi focal).

6.2 Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

2. Palpasi

3. Perkusi

4. Auskultasi

6.3 Pemeriksaan Penunjang

Untuk mengetahui dengan pasti maka anda perlu datang ke

dokter bedah saraf agar dapat dilakukan pemeriksaan dengan teliti

dan pemeriksaan EMG (Electromyelography). Dari pemeriksaan EMG

dapat dipastikan apakah CTS sudah terjadi.

Terapi CTS adalah dengan operasi melepaskan jepitan saraf

medianus tersebut. Ligamen yang mengeras akan dipotong dan

dibelah sehingga saraf medianus akan terlepas dari jepitan.

Tindakan operasi ini sangat ringan dan tidak membutuhkan waktu

yang lama. Pembiusan pun dapat dilakukan secara regional dan

tidak harus pembiusan umum (kecuali atas permintaan pasien).

Pasca operasi, pasien tidak perlu dirawat lama, cukup satu hari

saja atau bahkan bisa langsung pulang.

Page 21: BAB I SKENARIO 2 Bu
Page 22: BAB I SKENARIO 2 Bu

BAB VII

HIPOTESIS AKHIR

Ibu Mega Mengalami Carpal Tunnel Syndrome akibat

pekerjaannya.

Carpal tunnel syndrome ( CTS ) adalah jebakan neuropati

median yang menyebabkan paresthesia , nyeri, kesemutan , dan

gejala lain dalam distribusi saraf median . Patofisiologi ini

tidak sepenuhnya dipahami , tetapi dapat dianggap kompresi saraf

median perjalanan melewati terowongan karpal. Hal ini tampaknya

disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Beberapa

faktor predisposisi meliputi: . . Diabetes, obesitas ,

kehamilan , hipotiroidisme , dan kerja manual yang berat atau

bekerja dengan alat getar . Ada, bagaimanapun , data klinis

sedikit untuk membuktikan bahwa lebih ringan , tugas yang

berulang dapat menyebabkan carpal tunnel syndrome . Gangguan

lainnya seperti bursitis dan tendinitis telah dikaitkan dengan

gerakan berulang yang dilakukan dalam program kerja normal atau

kegiatan lainnya .

Gejala utama dari CTS adalah mati rasa intermiten ibu jari ,

telunjuk , setengah panjang dan radial dari jari manis . Mati

rasa sering terjadi pada malam hari , dengan hipotesis bahwa

pergelangan tangan diadakan tertekuk selama tidur . Literatur

terbaru menunjukkan bahwa posisi tidur, seperti tidur di sisi

seseorang , mungkin merupakan faktor yang terkait. Hal ini dapat

diatasi dengan mengenakan belat pergelangan tangan yang mencegah

Page 23: BAB I SKENARIO 2 Bu

fleksi. CTS berjalan lama . . Menyebabkan kerusakan saraf

permanen dengan konstan mati rasa , atrofi dari beberapa otot-

otot eminensia tenar , dan kelemahan palmaris penculikan.

Nyeri pada carpal tunnel syndrome terutama mati rasa yang

begitu kuat sehingga terbangun satu dari tidur . Nyeri pada

electrophysiologically diverifikasi CTS dikaitkan dengan salah

tafsir nosisepsi dan depresi .

Perawatan konservatif termasuk penggunaan splints malam dan

injeksi kortikosteroid . Satu-satunya ditetapkan secara ilmiah

penyakit memodifikasi pengobatan adalah operasi untuk memotong

ligamentum karpal transversal .

BAB VIII

STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

8.1 Terapi

Beberapa orang dengan gejala ringan carpal tunnel syndrome

dapat meringankan ketidaknyamanan mereka dengan mengambil

istirahat lebih sering dan memberikan kompres dingin untuk

mengurangi pembengkakan. Jika hal tersebut tidak dapat membantu

dalam beberapa minggu, pilihan pengobatan tambahan termasuk belat

pergelangan tangan, obat-obatan, dan operasi. Belat dan perawatan

konservatif lainnya lebih mungkin untuk membantu jika hanya

memiliki gejala ringan sampai sedang kurang dari 10 bulan.

Page 24: BAB I SKENARIO 2 Bu

8.2 Terapi non-bedah

Metode ini dapat meliputi:

1. Belat pergelangan tangan.

2. Obat anti inflammatory drugs (NSAID)

3. Kortikosteroid

8.3 Operasi

Jika gejala yang parah atau menetap setelah mencoba terapi non-

bedah, operasi mungkin akan menjadi pilihan terbaik.

Tujuan dari operasi terowongan karpal adalah untuk mengurangi

tekanan pada saraf median dengan memotong ligamentum menekan pada

saraf. Beberapa teknik operasi tersebut dapat mencakup:

1.Endoscopicsurgery

2. Open surgery