BAB I PENDAHULUAN Gangguan depresi termasuk dalam kelompok gangguan mood menurut buku Synopsis of Psychiatry. Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan baik bisa berakhir dengan bunuh diri. 4 Gangguan depresi merupakan gangguan yang dapat menggangu kehidupan dan diderita tanpa memandang usia, status social, latar belakang maupun jenis kelamin. Gangguan ini dapat terjadi tanpa disadaro sehingga terkadang terlambat ditangani sehingga dapat menimbulkan penderita yang berat seperti bunuh diri. Gangguan depresi berat paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidupnya sekitar 15 persen, penderita perempuan dapat mencapai 25 persen, sekitar 10 persen perawatan primer dan 15 persen perawatan di rumah sakit. 2 Melihat dari tingginya angka penderita dan akibat gangguan depresif maka gangguan ini perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, termasuk apoteker dengan pelayanan kefarmasiannya dapat berperan serta untuk 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan depresi termasuk dalam kelompok gangguan mood menurut
buku Synopsis of Psychiatry. Depresi merupakan gangguan mental yang sering
terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka
seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap
bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan
baik bisa berakhir dengan bunuh diri.4
Gangguan depresi merupakan gangguan yang dapat menggangu kehidupan
dan diderita tanpa memandang usia, status social, latar belakang maupun jenis
kelamin. Gangguan ini dapat terjadi tanpa disadaro sehingga terkadang terlambat
ditangani sehingga dapat menimbulkan penderita yang berat seperti bunuh diri.
Gangguan depresi berat paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidupnya
sekitar 15 persen, penderita perempuan dapat mencapai 25 persen, sekitar 10
persen perawatan primer dan 15 persen perawatan di rumah sakit.2
Melihat dari tingginya angka penderita dan akibat gangguan depresif maka
gangguan ini perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, termasuk apoteker
dengan pelayanan kefarmasiannya dapat berperan serta untuk mengidentifikasi
gejala ganggaun depresif, memberikan konsuling tentang terapi yang dipakai, obat
yang dikonsumsi, monitoring efek samping obat yang dikonsumsi penderita.1,2
1
BAB II
GANGGUAN DEPRESI BERAT
2.2 Definisi Gangguang Depresid Berat
Gangguan depresi berat (Major Depresi Disorder / MDD) adalah
merupakan salah satu gangguan mood (mood disorder). Depresi sendiri adalah
gangguan unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu kutub (arah) atau
tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional, perubahan dalam
motivasi, perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan perubahan kognitif.1
Dalam pembahasan emosi tercakup beberapa hal yaitu afek, mood, emosi
yang lain, dan gangguan psikologi yang berhubungan dengan mood. Oleh karena
bagian ini membahas tentang gangguan depresi, maka terlebih dahulu dibahas
secara terbatas pada emosi dan mood. Emosi merupakan kompleksitas perasaan
yang meliputi psikis, somatik dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan
mood. Mood merupakan subjektivitas peresapan emosi yang dialami dan dapat
diutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain.3
Tanda dan gejala lain termasuk perubahan aktivitas, kemampuan kognitif,
bicara dan fungsi vegetative (tidur, aktivitas seksual dan ritme biologik).
Gangguan ini hamper selalu menghasilkan hendaya interpersonal, sosial dan
fungsi pekerjaan. Klasifikasi ganggaun depresi dalam DSM-IV-TR berada
dibawah gangguan mood.1,3
Gangguan mood adalah perubahan suasana perasaan atau afek, biasanya
kearag depresi atau kea rah elasi. Perubahan ini biasanya di sertai dengan suatu
perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya
adalah sekunder terhadap perubahan itu , atau mudah dipahami hubungan dengan
perubahan tersebut.4
2.2 Epidemiologi
2
Gangguan depresi berat adalah suatu gangguan yang sering, dengan
prevalensi seumur hidup adalah kira-kira 15%, 25% pada wanita. Insiden
gangguan depresi berat juga lebih tinggi daripada biasanya pada pasien perawatan
primer, yang mendekati 10 persen, dan pada pasien medis rawat inap, yang
mendekati 15 persen (saddock).
Gangguan depresi berat sangat berhubungan tinggi dengan angka kematian,
lebih dari 15% orang dengan gangguan depresi berat terjadi kematian akibat
bunuh diri (APA, 2000). Angka kematian juga meningkat empat kali lipat pada
orang yang menderita gangguan depresi berat dengan umur diatas 55 tahun. Pada
penampilannya orang yang mempunyai gangguan depresi berat dapat
berhubungan erat dengan hubungan penyakit lain yang dideritanya, sejauh ini
didapatkan seperti penurunan hubungan sosial, psikis dan fungsi saat melakukan
pekerjaan.(APA)
Menurut jenis kelamin, terdapat prevalensi gangguan depresif berat yaitu
wanita dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Menurut usia,
onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun; 50 persen dari
semua pasien mempunyai onset antara usia 20-50 tahun. Menurut status
perkawinan, biasanya orang yang mudah menderita depresif berat orang yang
tidak mempunyai hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau
berpisah.
2.3 Etiologi
Faktor penyebab dapat dibagi menjadi faktor biologis, genetik dan
psikososial. Perbedaan variasi tersebut adalah buatan karena kemungkinan bahwa
ketiga bidang tersebut berinteraksi di antara mereka sendiri. Sebagai contoh,
faktor psikososial dan faktor genetika dapat mempengaruhi faktor biologis
(konsentrasi neurotransmitter tertentu). Saddock
Faktor biologis, psikologis, dan sosial memang berkaitan dengan MDD,
tetapi penemuan terbaru menyatakan genetik, gambaran neurologis, dan biologi
molekuler sudah menjelaskan beberapa hubungan dengan tekanan yang besar ini,
terutama pada modulasi dari kehidupan pada proses genetic dan neurobiologi.
a. Faktor Biologis
3
Amino biogenik, norepinefrin dan serotonin merupakan dua
neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan
mood. Pengaruh dari norepinefrin antara lain penurun regulasi reseptor
beta adrenergik dan respons klinis anti depresi mungkin merupakan peran
langsung sistem noradrenergik pada depresi. Reseptor b2-presipnatik juga
terletak pada neuron serotonergic dan mengatur jumlah pelepasan
serotonin. Selain itu, dopamin dan serotonin juga dapat berperan dengan
depresi bila terjadi perubahan. Aktivitas dopamin mungkin berkurang pada
depresi. Dua teori baru tentang hubungan dopamine dan depresi yaitu,
jalur dopamine mesolimbic mungkin mengalami disfungsi pada depresi
dan reseptor dopamin D1 mungkin hipoaktif pada depresi. Aktivitas
serotonin berkurang pada kejadian depresi, fungsi dari serotonin itu sendiri
antara lain untuk control regulasi afek, agregasi, tidur dan nafsu makan.
Jumlah serotonin yang berkurang di celah sinaps bertanggung jawab atas
kejadiannya depresi.
b. Faktor Genetik
Faktor genetic sanagat berperan dalam perubahan gangguan mood.
Penelitian dalam keluarga seseorang yang mempunyai keturunan depresi
dari generasi pertama lebih sering mengalami depresi berat dan penelitian
mengatakan bahwa anak yang mempunyai keturunan depresi dapat
berisiko untuk terkena gangguan depresi meski di asuh/ di adopsi di
keluarga yang berbeda. Studi juga membandingkan anak kembar dengan
anak normal, anak kembar monzigotik atau digozigotik dapat mewarisi
gangguan mood sekiranya 37 persen.
c. Faktor psikososial
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan dapat mempengaruhi
perubahan biologi otak yang bertahan lama, sehinggan terdapat
kemungkinan perubahan perilaku yang mengarah kearah depresi ringan
hingga depresi berat. Ciri kepribadian apapun dapat timbul depresi bila
mengalami peristiwa stress yang berat menurut dirinya, didukung oleh
kepercayaan diri yang kurang dapat menimbulkan depresi.
4
2.4 Klasifikasi Depresi
Depresi mayor termasuk di dalam Gangguan mood yang menurut ICD 10 di
dalam PPDGJ III, Termasuk dalam bagian F30-F39, yaitu:
01. F32 Episode depresif
F32.0 Episode ddepresif ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
F32.1 Episode depresif sedang
.10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatic
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
F32.8 Episode depresif lainnya
F32.9 Episode depresif YTT
02. F33 Gangguan depresif berulang
F33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedang
.10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatik
F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala
psikotik
F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala
psikotik
F33.4 Ganguan depresif berulang ,sekarang dalam remisi