1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin maju dengan perkembangan teknologi dan informasinya, kegiatan penerjemahan juga mulai ikut berkembang dengan segala kemajuannya seperti munculnya mesin penerjemah yang ada sekarang (google translate) sebagaimana yang telah banyak didefinisikan dari pengertian penerjemahan oleh para ahli sendiri. Catfrord (1965: 20) dalam buku A Linguistic Theory of Translation, mendefinisikan penerjemahan sebagai berikut, “The replacement of textual material in one language (source language) by an equivalent in another language (target langguage)”. Catford menggunakan istilah penggantian wacana dari Bsu ke Bsa sebagai ganti dari konsep “makna”. Selanjutnya Kridalaksana (2008: 181) memberikan definisi sebagai berikut: (1) penerjemahan adalah pengalihan amanat antar budaya dan/atau antar bahasa dalam tataran gramatikal dan leksikal dengan maksud, efek, atau wujud yang sedapat mungkin dapat dipertahankan; (2) penerjemahan merupakan bidang linguistik yang mencakup metode dan teknik pengalihan amanat dari satu bahasa ke bahasa lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) di dalam buku Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Zaka, 2011) dapat disimpulkan bahwa kata terjemah yang berasal dari bahasa Arab, yakni “tarjamatun” ترmengandung
22
Embed
BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin maju dengan
perkembangan teknologi dan informasinya, kegiatan penerjemahan juga mulai
ikut berkembang dengan segala kemajuannya seperti munculnya mesin
penerjemah yang ada sekarang (google translate) sebagaimana yang telah banyak
didefinisikan dari pengertian penerjemahan oleh para ahli sendiri. Catfrord
(1965: 20) dalam buku A Linguistic Theory of Translation, mendefinisikan
penerjemahan sebagai berikut, “The replacement of textual material in one
language (source language) by an equivalent in another language (target
langguage)”.
Catford menggunakan istilah penggantian wacana dari Bsu ke Bsa sebagai
ganti dari konsep “makna”. Selanjutnya Kridalaksana (2008: 181) memberikan
definisi sebagai berikut: (1) penerjemahan adalah pengalihan amanat antar
budaya dan/atau antar bahasa dalam tataran gramatikal dan leksikal dengan
maksud, efek, atau wujud yang sedapat mungkin dapat dipertahankan; (2)
penerjemahan merupakan bidang linguistik yang mencakup metode dan teknik
pengalihan amanat dari satu bahasa ke bahasa lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) di dalam buku Pedoman
Penerjemahan Arab Indonesia (Zaka, 2011) dapat disimpulkan bahwa kata
terjemah yang berasal dari bahasa Arab, yakni “tarjamatun” ترمجة mengandung
2
arti menjelaskan dengan bahasa lain atau memindahkan makna dari satu bahasa
ke dalam bahasa lain. Menerjemahkan berarti merupakan kegiatan menyalin atau
memindahkan dari suatu bahasa ke bahasa lain. Penjelasan senada juga dapat
ditemukan, misalnya, dalam Oxford Advanced Learner‟s Dictionary (2000:
1438) yang menyebutkan bahwa translation is the process of changing
something that is written or spoken into another language,„penerjemahan adalah
proses pengalihan suatu teks tulis atau lisan ke dalam bahasa lain‟. Dalam artian
lain penerjemahan juga berarti proses memindah budayakan.
Dari beberapa definisi penerjemahan yang telah disampaikan oleh para ahli,
maka secara garis besar dapat dikatakan bahwa penerjemahan adalah suatu
kegiatan menyalin dari satu bahasa ke bahasa lain atau dengan kata lain bisa
dikatakan sebagai pemindahan dari Bahasa sumber (Bsu) menuju ke Bahasa
sasaran (Bsa) dengan tidak mengubah arti atau maksud yang ingin disampaikan
dalam bahasa sumber menuju bahasa sasaran. Secara luas, terjemah dapat
diartikan juga sebagai kegiatan manusia dalam pengalihan informasi atau pesan
dari informasi sumber menuju informasi sasaran atau dari bahasa sumber (Bsu)
menuju ke bahasa sasaran (Bsa).
Terkait dengan objek dalam proses penerjemahan ini sendiri pemilihan cerpen
hādza al-yaum sayajīu dalam buku kumpulan cerpen yā man kunta habībiy
sendiri merupakan objek penerjemahan yang mengalihkan bahasa sumber (BSu)
ke bahasa sasaran (BSa). Berlandaskan pada kenyataan yang penulis rasakan
bahwa cerpen ini merupakan satu bentuk karya sastra yang menarik untuk
3
dibaca. Selain itu hasil terjemahannyapun dirasa cukup bagus dan membuat rasa
penasaran kepada penulis untuk mengkaji lebih dalam dari hasil terjemahnnya,
apakah benar-benar akurat sehingga menjadi nikmat untuk dikonsumsi oleh
pembaca hasil terjemahan cerpen tersebut.
Pemilihan objek formal yang difokuskan pada bentuk penambahan dan
pengurangan ini sendiri berdasarkan dari analisis penulis bahwasanya yang lebih
ditonjolkan dalam cerpen tersebut adalah adanya bentuk penambahan dan
pengurangan, baik pada cerpen aslinya yang terdapat pengurangan maupun pada
hasil terjemahannya yang menunjukan adanya penambahan pada unsur
pembentuk kalimat berupa kata, frasa, klausa.
Sedangkan hubungan antara teknik penambahan dan pengurangan dalam
penerjemahan dengan keakuratan dari hasil terjemahan sendiri yaitu, bahwasanya
tidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun
dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata.
Penambahan dan pengurangan yang dilakuakan di sini bukan semata berdasarkan
rasa enak atau tidak enaknya, akan tetapi lebih dari itu, teknik penambahan dan
pengurangan di sini merupakan suatu keharusan yang dilakukan guna mencapai
nilai keakuratan yang tepat.
Dari apa yang dikemukakan di atas jelaslah bahwa seorang penerjemah harus
memiliki pemahaman yang baik akan teknik penerjemahan dan juga dapat
menggunakan sumber-sumber rujukan yang berkaitan dengan proses
penerjemahan guna penyalinan informasi dari Bahasa sumber menuju ke Bahasa
4
sasaran. Hal ini agar suatu kegiatan penerjemahan itu menghasilkan suatu hasil
terjemahan yang mencakup tiga aspek yaitu keakuratan, keterbacaan dan
keberterimaan.
Untuk mencapai suatu hasil terjemahan yang baik juga ada proses-proses di
dalam kegiatan penerjemahan yang nantinya akan dapat menghasilkan suatu hasil
terjemahan yang baik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Nida dalam pedoman
penerjemahan (2011: 23) mengemukakan bahwa proses penerjemahan biasanya
melewati tiga tahapan. Pertama, tahapan analisis sebagai upaya memahami teks
sumber melalui telaah linguistik dan makna, memahami materi yang
diterjemahkan, serta memahami konteks budaya. Kedua, tahapan pengalihan
makna atau pesan termaktub dalam teks sumber. Ketiga, tahapan rekonstruksi
sebagai upaya menyusun kalimat-kalimat terjemahan sampai diperoleh hasil
akhir terjemahan dalam bahasa target.
Dari apa yang telah dijabarkan di atas, penelitian ini dikhususkan tentang
keakuratan dari suatu hasil terjemahan cerpen dari bahasa sumber (Arab) ke
bahasa sasaran (Indonesia) dengan penekanan pada bentuk penambahan dan
penghilangan yang ada di dalamnya. Bentuk keakuratan itu sendiri berupa
ketersampaian pesan di mana pembaca dapat memahami maksud dari bacaan
secara jelas tanpa merasa ada kesulitan setelah terjadi peralihan dari bahasa
sumber ke bahasa sasaran dengan arti yang sepadan dengan bahasa sasaran.
Seperti contoh berikut ini,
BSu :
5
تأة وراءه أو ف الب ي أو ف الشش ر , ف الب لد , ف الشتق يرتك التجل امل
Fīsy-syarqi yatrukur-rajulu al-mar‟ata warā'ahu, fīl baladi, aw fīl bayti, aw
fī'sy-syāri„i
BSa :
“Di Timur, laki-laki meninggalkan wanita di belakangnya, baik di kota, di
rumah maupun di jalan raya.”
Bentuk terjemahan tersebut merupakan terjemahan yang ketersampaian
pesannya dinilai baik karena, makna pada bahasa sumber (BSu) diterjemahkan
secara utuh ke dalam bahasa sasaran (BSa) tanpa ada pengurangan maupun
penambahan kata satupun, susunan katanya juga tepat sehingga pembaca bisa
memahaminya dengan mudah tanpa harus merasa kesulitan.
Suatu terjemahan dapat dikatakan sebagai terjemahan yang memiliki penilaian
yang akurat yaitu dimana makna kata atau teks sumber dialihkan secara akurat ke
dalam bahasa dan sasaran sama sekali tidak terjadi bentuk distorsi makna.
Contoh lain:
BSu :
تأة الت أقل منو ف الث ق فمج – و التجل الشتقي ل ي زال مع األسف ف التجتبمج. . ف الشخص مج . . ي فضل امل