1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program P2BN menargetkan peningkatan produksi padi sebesar 5% per tahun pada tahun 2008-2009 (Purwanto, 2008), sedangkan pada tahun 2014 ditergetkan surplus beras 10 juta ton. Untuk mencapai target tersebut perlu diimplementasikan beberapa strategi, ada tiga strategi utama, yaitu: (1) perluasan areal tanam dengan mencetak sawah baru, (2) peningkatan produktivitas dengan menerapkan budidaya padi sawah sesuai konsep PTT padi sawah, antara lain penggunaan; varietas unggul baru (VUB), benih bermutu, bibit umur muda, pengaturan sistem tanam, pengelolaan lahan dan air yang tepat, pemupukan lengkap yang rasional, pengendalian organisme pengganggu tanamam (OPT) sesuai konsep pengendalian hama/penyakit terpadu (PHT), dan (3) perluasan areal panen melalui peningkatan indeks pertanaman (IP). Dalam upaya mencapai sasaran P2BN beberapa strategi yang perlu dilakukan adalah: (1) peningkatan produktivitas, antara lain melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah yang merupakan suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Badan Litbang, 2009). Komponen teknologi tersebut, seperti perbaikan mutu benih dan penggunaan varietas unggul baru (VUB), pemupukan berimbang dan rasional, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dan pengelolaan air serta penggunaan pupuk organik, (2) Perluasan areal tanam, antara lain dicapai melalui peningkatan indeks pertanaman (IP), pemanfaatan lahan-lahan suboptimal, pencetakan sawah baru, penyediaan air melalui rehabilitasi jaringan irigasi primer, sekunder, tersier dan jaringan irigasi tingkat usahatani, maupun jaringan irigasi desa (Purwanto, 2008). Salah satu strategi yang diterapkan dalam upaya mendukung peningkatan produksi padi sawah, kacang tanah dan jagung melalui penerapan inovasi teknologi. Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas, diantaranya varietas unggul yang telah banyak dimanfaatkan oleh petani. Sejalan dengan perkembangan IPTEK, Badan Litbang juga telah megembangkan suatu pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas dan efisien dalam pemanfaatan input produksi.
29
Embed
BAB I. PENDAHULUAN - sumbar.litbang.pertanian.go.idsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/slpttsolsel12.pdf · produksi padi sawah, kacang tanah dan jagung melalui penerapan inovasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Program P2BN menargetkan peningkatan produksi padi sebesar 5% per tahun
pada tahun 2008-2009 (Purwanto, 2008), sedangkan pada tahun 2014 ditergetkan
surplus beras 10 juta ton. Untuk mencapai target tersebut perlu diimplementasikan
beberapa strategi, ada tiga strategi utama, yaitu: (1) perluasan areal tanam dengan
mencetak sawah baru, (2) peningkatan produktivitas dengan menerapkan budidaya
padi sawah sesuai konsep PTT padi sawah, antara lain penggunaan; varietas unggul
baru (VUB), benih bermutu, bibit umur muda, pengaturan sistem tanam, pengelolaan
lahan dan air yang tepat, pemupukan lengkap yang rasional, pengendalian organisme
pengganggu tanamam (OPT) sesuai konsep pengendalian hama/penyakit terpadu
(PHT), dan (3) perluasan areal panen melalui peningkatan indeks pertanaman (IP).
Dalam upaya mencapai sasaran P2BN beberapa strategi yang perlu dilakukan
adalah: (1) peningkatan produktivitas, antara lain melalui pendekatan pengelolaan
tanaman terpadu (PTT) padi sawah yang merupakan suatu pendekatan inovatif dan
dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan
komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Badan Litbang, 2009).
Komponen teknologi tersebut, seperti perbaikan mutu benih dan penggunaan varietas
unggul baru (VUB), pemupukan berimbang dan rasional, pengendalian organisme
pengganggu tanaman (OPT) dan pengelolaan air serta penggunaan pupuk organik, (2)
Perluasan areal tanam, antara lain dicapai melalui peningkatan indeks pertanaman
(IP), pemanfaatan lahan-lahan suboptimal, pencetakan sawah baru, penyediaan air
melalui rehabilitasi jaringan irigasi primer, sekunder, tersier dan jaringan irigasi tingkat
usahatani, maupun jaringan irigasi desa (Purwanto, 2008).
Salah satu strategi yang diterapkan dalam upaya mendukung peningkatan
produksi padi sawah, kacang tanah dan jagung melalui penerapan inovasi teknologi.
Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telah menghasilkan berbagai
inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas, diantaranya varietas
unggul yang telah banyak dimanfaatkan oleh petani. Sejalan dengan perkembangan
IPTEK, Badan Litbang juga telah megembangkan suatu pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas dan
efisien dalam pemanfaatan input produksi.
2
Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) yang merupakan
pendekatan dalam budidaya tanaman padi sawah adalah salah satu bentuk
implementasi dari revolusi hijau lestari. Berbeda dengan revolusi hijau generasi
pertama yang lebih mengutamakan peningkatan produksi pada lahan sawah irigasi,
revolusi hijau lestari mencakup semua agroekosistem padi, yaitu lahan sawah irigasi,
lahan sawah tadah hujan, lahan kering, lahan pasang surut dan lahan rawa lebak. PTT
padi sawah merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi
masukan (input) produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam
yang bijak dengan melalui keterpaduan (integrasi) berbagai komponen teknologi yang
saling menunjang (sinergis) dengan sumberdaya setempat (spesifik lokasi), dan
partisipasi petani sejak awal pelaksanaan kegiatan (partisipatif). Melalui PTT
diharapkan kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi, pendapatan petani padi dapat
ditingkatkan, dan usaha pertanian padi sawah dapat menjadi usahatani berkelanjutan.
1.2. DASAR PERTIMBANGAN
Dalam upaya peningkatan produksi padi sawah program PTT telah menjadi
program nasional sejak tahun 2003, dan dijadikan sebagai landmark pangan nasional
oleh Kementrian Riset dan Teknologi dan Program Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN). Untuk mendukung pengembangan Program PTT secara nasional,
Departemen Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. SL-PTT adalah
sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan di lapangan. Tujuan
utama SL-PTT adalah mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau
narasumber lainnya. Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan penyebaran
teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan kemudian berlangsung difusi secara
alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya. Seiring dengan perjalanan
waktu dan tahapan SL-PTT, petani diharapkan merasa memiliki PTT padi sawah yang
dikembangkan (Deptan, 2008a). Kegiatan SL-PTT padi sawah telah dimulai sejak
tahun 2008 di seluruh Indonesia, untuk mempercepat pelaksanaan dan
pengembangan SL-PTT padi sawah tersebut, perlu dilakukan percepatan diseminasi
inovasi teknologi dalam mendukung program SL-PTT padi sawah tersebut.
PTT diterapkan dengan prinsip utama antara lain: 1) Partisipatif, petani
berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi; 2) Spesifik lokasi,
memperhatikan keseuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan
3
ekeonomi stempat; 3) Terpadu, sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan
baik secara terpadu; 4) Sinergis atau Serasi, pemenfaatan teknologi terbaik,
memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung; dan 5)
Dinamis, penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan
IPTEK serta kondisi sosial ekonomi setempat (Badan Litbang, 2009).
Anjuran teknologi produksi padi yang dilaksanakan dalam program PTT adalah:
1) Penggunaan varietas padi unggul (VUB) atau berdaya hasil tinggi dan atau bernilai
ekonomi tinggi; 2) Penggunaan benih bersertifikat dengan mutu bibit tinggi; 3)
Penggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi; 4) Penggunaan kompos bahan organik
dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah (soil amandement); 5)
Pengelolaan bibit dan tanaman padi sehat melalui: a) Pengaturan tanam, sistem
legowo, tegel maupun sistem tebar benih langsung, dengan tetap mempertahankan
populasi minimum, b) Penggunaan bibit dengan daya tumbuh tinggi, cepat dan
serempak yang diperoleh melalui pemisahan benih padi bernas (berisi penuh); c)
Penanaman bibit umur muda (<21 hari setelah semai) dengan jumlah bibit terbatas
antara 1-3 bibit per lubang; d) Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang, dan
e) Pengendalian gulma; 6) Pengendalian hama dan penyakit dengan pendekatan PHT,
dan 7) Penggunaan alat perontok gabah mekanis atau mesin perontok (Abdullah dkk,
2008).
Hasil pengujian demplot adaptasi beberapa VUB padi sawah pada Tahun 2011
di beberapa kelompok tani pada beberapa kecamatan di Kabupaten Agam
menunjukkan hasil dicapai cukup tinggi untuk VUB Inpari 12 dengan rataan hasil 7,54
t/ha, Silugonggo dengan rataan 6,52 t/ha. Hasil analisis tanah pada beberapa
hamparan kelompok tani pada lima kecamatan menunjukkan bahwa untuk unsur hara
P dan K dengan kandungan hara Rendah sd Tinggi.
1.3. TUJUAN KEGIATAN
Pengkajian bertujuan untuk: Mempercepat diseminasi inovasi teknologi padi
sawah melalui identifikasi biofisk dan sosial ekonomi lokasi kajian melalui PRA,
demplot uji adaptasi varietas unggul baru (VUB) padi sawah, kegiatan pelatihan untuk
PPL dan POPT serta narasumber untuk PL2 dan PL3 serta SL untuk anggota kelompok
tani, pendistribusian media cetak dan temu lapang dalam mendukung program SL-PTT
padi sawah sehingga dapat meningkatkan produksi.
4
1.4. KELUARAN (OUTPUT) YANG DIHARAPKAN
Terlaksananya percepatan diseminasi inovasi teknologi padi sawah melalui
identifikasi biofisik dan sosial ekonomi lokasi kajian melalui PRA, demplot uji adaptasi
varietas unggul baru (VUB) padi sawah, melaksanakan kegiatan pelatihan untuk PPL
dan POPT serta narasumber untuk PL2 dan PL3 serta SL untuk anggota kelompok tani,
pendistribusian media cetak dan temu lapang dalam mendukung program SL-PTT padi
sawah sehingga dapat meningkatkan produksi padi sawah minimal 15%.
1.5. HASIL (OUTCOMES) YANG DIHARAPKAN
Kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah diharapkan memberikan hasil
terhadap VUB padi sawah yang diuji adaptasinya sehingga dengan penanaman VUB
padi sawah tersebut dapat meningkatkan produktivitas, disamping itu diharapkan
dapat menambah ilmu pengetahuan PPL/POPT dalam penerapan inovasi teknologi PTT
padi sawah, baik melalui pelatihan ataupun dari distribusi media cetak.
1.6. MANFAAT (BENEFIT) YANG DIHARAPKAN
Kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah dapat memberikan manfaat bagi
petani dalam menambah pilihan akan VUB padi sawah yang akan ditanam dalam
upaya peningkatan produksi padi sawah.
1.7. DAMPAK (IMPACT) YANG DIHARAPKAN
Kegiatan pendampingan SLPTT akan memberikan dampak dalam peningkatan
produksi padi sawah.
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
PTT Padi Sawah
Pengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) ternyata
mampu meningkatkan produktivitas padi dan efisiensi input produksi (Deptan, 2008)
melalui keterpaduan (integrasi) berbagai komponen teknologi yang saling menunjang
(sinergis) dengan sumberdaya setempat (spesifik lokasi), dan partisipasi petani sejak
awal pelaksanaan kegiatan (partisipatif).
Penerapan PTT padi sawah di Sumatera Barat yang dimulai pada tahun 2001 di
Kabupaten Padang Pariaman, Agam dan Tanah Datar, dapat meningkatkan
produktivitas padi sebesar 12,3-21,0%. Kemudian pada tahun 2004-2006, PTT
diterapkan dengan menggunakan varietas Batang Piaman di Kabupaten Padang
Pariaman, Tanah Datar, Agam, Sijunjung, Kota Padang, Solok. Pada penerapan PTT
tersebut terjadi peningkatan produksi 15,5-56,6% serta keuntungan bagi petani
sebesar 16,4-85,6% (Abdullah dkk, 2008).
Adapun teknologi produksi yang dianjurkan pada Model PTT padi sawah
adalah: (1) Varietas unggul baru yang sesuai dengan karakteristik lahan, lingkungan
dan keinginan petani setempat; (2) Benih bermutu (kemurnian dan daya kecambah
tinggi); (3) Bibit muda (umur <21 hari setelah semai); (4) Jumlah bibit 1-3 batang per
lubang dan sistem tanam jajar legowo 2:1 atau legowo 4:1; (5) Pemupukan N
berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD); (6) Pemupukan P dan K berdasarkan status
hara tanah, yang ditentukan dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau petak
omisi, serta pemecahan masalah kesuburan tanah apabila terjadi di lokasi; (7) Bahan
organik (kompos jerami 5 t/ha, atau pupuk kandang 2 t/ha); (8) Pengairan berselang
(intermittent irrigation); (9) Pengendalian gulma secara terpadu; (10) Pengendalian
hama dan penyakit secara terpadu (PHT); dan (11) Panen beregu dan pasca panen
menggunakan alat perontok (Abdullah dkk, 2008).
Penerapan PTT diawali dengan pemahaman terhadap masalah dan peluang
(PMP) pengembangan sumberdaya dan kondisi lingkungan dengan tujuan: (1)
Mengumpulkan informasi dan menganalisis masalah, kendala, dan peluang usahatani;
(2) Mengembangkan peluang dalam upaya peningkatan produksi; dan (3)
6
Mengidentifikasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani di wilayah setempat
(Hasan dkk, 2009).
Varietas Unggul Baru (VUB)
Saat ini telah banyak varietas unggul baru (VUB) padi sawah yang dihasilkan
oleh Badan Litbang Deptan, khusus untuk masyarakat Sumbar yang suka dengan rasa
nasi pera (kandungan amilosa >25%) dan memberikan produksi cukup tinggi adalah:
Logawa, Inpari 12, IR-66, dan Tukad Unda yang perlu didiseminasikan kepada petani
Sumatera Barat. Selain memberikan hasil yang cukup tinggi, VUB juga mempunyai
umur yang lebih pendek. Logawa baik untuk lahan sawah dataran rendah sampai 500
m dpl dengan umur 110-120 hari (15-25 hari lebih genjah dari IR-42), potensi hasil
7,5 t/ha dan tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 2, serta tahan terhadap
penyakit hawar daun strain III. IR-66 termasuk varietas yang berumur cukup genjah,
yaitu 110-120 hari tetapi mempunyai potensi hasil yang lebih rendah dibanding
Logawa, yaitu 5,5, t/ha, tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 1,2,dan 3, tahan
wereng hijau, dan agak tahan wereng punggung putih, serta tahan hawar daun,
tungro dan agak tahan blas. Tukad Unda mempunyai umur yang lebih pendek yaitu
105-115 hari, potensi hasil 7,0 t/ha, agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3,
tahan terhadap penyakit blas, serta agak tahan hawar daun bakteri strain VIII. Tukad
Unda dan IR-66 merupakan varetas pilihan bagi daerah endemik tungro karena kedua
varietas tersebut tahan terhadap penyakit tungro yang akhir-akhir ini banyak
menyerang pertanaman padi sawah di Sumatera Barat. Inpari 12 merupakan VUB
yang paling baru dilepas yaitu pada tahun 2009, sesuai selera masyarakat Sumbar
dengan kadar amilosa 26,4 %, umur 103 hari, potensi hasil lebih tinggi yaitu 8,0 t/ha,
agak tahan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 1 dan 2, tahan penyakit blas
ras 033, agak tahan terhadap ras 133 dan 073. Deskripsi varietas-varietas yang telah
dilepas Kementerian Pertanian dapat dilihat pada Tabel 1.
7
Tabel 1. Deskripsi beberapa varietas unggul baru dan varietas unggul lokal padi sawah
Varietas Potensi
hasil (t/ha)
Umur tanaman
(hari)
Bobot 1000 butir
(g)
Tekstur nasi (Kadar amilosa)
Silugonggo Batang Piaman Batang Lembang Logawa Tukad Unda IR-66 Sarinah Maro Rokan Hipa 4 Inpari 12 Inpari 21-Batipuah Dodokan Ciherang Cisokan IR-42 Anak Daro Kuriak Kusuik Junjuang Sagamgam Panuah
Dalam rangka mempercepat proses penyebaran informasi inovasi teknologi
kepada pengguna disamping dilakukan pelatihan juga dilakukan melalui media cetak.
BPTP Sumbar dalam kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah umumnya dan
khususnya di Kabupaten Solok Selatan pada tahun anggaran 2012 ini telah
disdistribusikan berbagai media seperti dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Perkembangan Penyebarluasan Inovasi (Leaflet) untuk Distan, Bapeluh, PPL dan POPT di KabupatenSolok Selatan, Juni 2012
No. Judul Materi Leaflet Jumlah Eksemp
Jumlah Inovasi Yang Dimuat
Target Penerima Media Informasi
Realisasi
1. Deskripsi VUB Spesifik Sumatera Barat
50 4 VUB padi sawah PPL dan PHP Kecamatan KPGD, Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir, Sangir Batang Hari, Sangir BalaiJanggo, Sangir Jujuhan Ka Distan dan Ka Kantor Penyuluahan Kab. Solok Selatan
Telah didistribusikan
2. Teknologi Perbanyakan Benih
50 Teknologi perbanyakan benih
PPL dan PHP Kecamatan KPGD, Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir, Sangir Batang Hari, Sangir BalaiJanggo, Sangir Jujuhan Ka Distan dan Ka Kantor Penyuluahan Kab. Solok Selatan
Telah didistribusikan
3. Pemupukan Spesifik Lokasi
50 2 inovasi teknologi padi sawah penggunaan PUTS dan BWD
PPL dan PHP Kecamatan KPGD, Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir, Sangir Batang Hari, Sangir BalaiJanggo, Sangir Jujuhan Ka Distan dan Ka Kantor
Telah didistribusikan
25
Penyuluahan Kab. Solok Selatan
4. Hama utama dan pengendaliannya
50 4 jenis hama utama padi sawah
PPL dan PHP Kecamatan KPGD, Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir, Sangir Batang Hari, Sangir BalaiJanggo, Sangir Jujuhan Ka Distan dan Ka Kantor Penyuluahan Kab. Solok Selatan
Telah didistribusikan
5. Penyakit utama dan pengendaliannya
50 3 jenis penyakit utama padi sawah
PPL dan PHP Kecamatan KPGD, Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir, Sangir Batang Hari, Sangir BalaiJanggo, Sangir Jujuhan Ka Distan dan Ka Kantor Penyuluahan Kab. Solok Selatan
Telah didistribusikan
6. Pengelollaan Hara Spesifik Lokasi
50 PHSL untuk padi sawah dan PUJS untuk jagung
PPL dan PHP Kecamatan KPGD, Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir, Sangir Batang Hari, Sangir BalaiJanggo, Sangir Jujuhan Ka Distan dan Ka Kantor Penyuluahan Kab. Solok Selatan
Telah didistribusikan
Dengan adanya penyebarluasan media informasi ini diharapkan dapat
menambah materi /bahan penyuluhan bagi para penyuluh dan meningkatkan
penguasaan teknologi oleh petani dalam berusaha tani.
26
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Telah dilakukan kegiatan koordinasi dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Hortikultura, Peternakan dan Perikanan serta Kantor Penyuluhan Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Solok Selatan dengan menyampaikan rencana
pelaksanaan kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah tahun 2012 di Kabupaten
Solok Selatan.
2. Hasil identifiksi biofiisik melalui metode PRA ditemukan gambaran umum
permasalahn dan eksisting teknologi yang hampir sama di setiap kecamatan. Dari
hasil PRA tersebut telah disampaikan rekomendasi teknologi untuk satiap
kecamatan.
3. Untuk kegiatan demplot display VUB padi sawah telah ditetapkan beberapa lokasi
yaitu di kecamatan KPGD, Sungai Pagu, Pauh Duo dan Sangir. Namun belum
dapat dilaporkan hasilnya karena belum panen.
4. Pelatihan inovasi teknologi untuk peningkatan produksi padi sawah serta kalender
tanam untuk PPL dan POPT telah dilakukan di BPP Kecamatan KPGD dengan
peserta para petani pelaksana demfarm SL-PTT sebanyak 3 kelompok tani.
5. Media cetak inovasi teknologi PTT padi sawah dan buku saku Hama Penyakit pasi
sawah dan pengendaliannya telah didistribusikan kepada Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Hortikultura, Peternakan dan Perikanan serta Kantor
Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Solok Selatan
5.2. Saran
Dalam upaya peningkatan produksi padi sawah disarankan agar pendamping
dilakukan lebih secara intensif sehingga petani dapat mengadopsi dan melaksanakan
inovasi teknologi padi sawah spesifik lokasi sesuai dengan yang telah diterapkan
dalam kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah seperti penggunaan VUB, sistem
tanam legowo serta pemupukan spesifik lokasi.
27
BAB VI. KINERJA KEGIATAN
6.1. KELUARAN (OUTPUT) YANG DICAPAI
Terlaksananya sebagian kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah non hebrida
dikabupaten Solok Selatan dan terjalinnya komunikasi dan koordinasi sesama
pelaku muali dari peneliti, penyuluh, petani serta SKPD terkait
6.2. HASIL (OUTCOMES) YANG DICAPAI
Terlaksananya pelatihan dan distribusi inovasi teknologi PTT padi sawah
sehingga dapat meningkatkan kemampuan petugas dan petani dalam
implementasi/penerapan teknologi PTT di lapangan
6.3. MANFAAT (BENEFIT) YANG DICAPAI
Diadopsinya teknologi PTT padi sawah oleh petani sebagai pelaku usaha baik
secara individu maupun berkelompok terutama dengan menyebarnya varitas
unggul baru (VUB) sesuai dengan pilihan petani setempat.
6.4. DAMPAK (IMPACT) YANG DICAPAI
Dengan penerapan berbagai teknologi budidaya padi sawah, para petani lebih
efisien dalam mengembangan usahataninya. Dengan diperkenalkan VUB dalam
pendapingan maka alternatif pilihan varitas semakin banyak sehingga produksi
dan pendapatan petani meningkat dan ketahanan pangan secara nasional dapat
dicapai.
6.5. KISAH SUKSES (SUCCESS STORY)
Belum ada
28
BAB VII . DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S., R. Roswita, N. Hasan, Ismon L., dan Z. Irfan. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Lahan Irigasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. 51 hal.
Badan Litbang. 2009. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal
Bappeda dan BPS Propinsi Sumatera Barat. 2011. Sumatera Barat Dalam Angka (Sumatera Barat in Figures) 2010/2011. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Barat. 633 hal.
Dirjen Tanaman Pangan. 2007. Rencana operasional peningkatan tambahan produksi beras 2 juta ton tahun 2007. Makalah disampaikan pada Lokakarya P2BN, Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi, Maret 2007.
Deptan, 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. Departemen Pertanian. 38 hal.
Las,I. H. Syahbuddin, E. Surmaini, dan Achmad M. Fagi. 2008. Iklim dan Tanaman Padi: Tantangan dan peluang. Dalam: Suyamto et al (Eds).Buku Padi, Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. p.151-189.
Purwanto.S. 2008. Implementasi kebijakan untuk pencapaian P2BN. Dalam. B. Suprihatno et al. (Eds). Hasil-Penelitian Padi Menunjang P2BN. Prosid. Seminar Apresiasi (Buku I), Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. p.9-37.
Puslitbangtan dan BBP2TP. 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Puslitbangtan dan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pertanian. 20 hal.
Suprihatno, B., AA. Daradjat, Satoto, Suwarno, E. Lubis, Baehaki SE., Sudir, SD. Indrasari, P. Wardana, dan MJ. Mejaya. 2011. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. 118 hal.