BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Salah satu bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan menjadi penting karena dengan adanya pembangunan kesehatan yang baik akan menunjang pembangunan nasional pada umumnya. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sehingga dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial. Yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU 23 tahun 1992 tentang kesehatan ). Paradigma sehat adalah salah satu cara pandang dan atau suatu konsep dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang dalam pelaksanaannya sepenuhnya menerapkan pengertian dan atau prinsip-prinsip pokok kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat sangat ditentukan oleh keberhasilan menumbuhkan wawasan kesehatan pada setiap pelaku pembangunan ( masyarakat maupun sektor lain diluar kesehatan ). Konsep paradigma sehat berarti mencegah lebih baik daripada mengobati dan pemberdayaan pada masyarakat agar dapat berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan yang sehat. 1
Suatu Makalah dalam sistematika penulisannya harus didahului oleh penulisan BAB I yang berisikan pendahuluan atau hal-hal yang melatarbelakangi penulisan dilakukan oleh sang penulis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Salah satu bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan menjadi penting karena dengan adanya pembangunan kesehatan
yang baik akan menunjang pembangunan nasional pada umumnya. Tujuan pembangunan
kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sehingga dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial. Yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU
23 tahun 1992 tentang kesehatan ).
Paradigma sehat adalah salah satu cara pandang dan atau suatu konsep dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang dalam pelaksanaannya sepenuhnya
menerapkan pengertian dan atau prinsip-prinsip pokok kesehatan. Keberhasilan
pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat sangat ditentukan oleh keberhasilan
menumbuhkan wawasan kesehatan pada setiap pelaku pembangunan ( masyarakat maupun
sektor lain diluar kesehatan ).
Konsep paradigma sehat berarti mencegah lebih baik daripada mengobati dan
pemberdayaan pada masyarakat agar dapat berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan yang
sehat.
Paradigma sehat berisi tentang upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat Indonesia, yang meliputi pembangunan berwawasan kesehatan,
profesionalisme, jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dan desentralisasi.Adapun
tujuan pembangunan nasional adalah untuk percepatan pencapaian MDGs . Adapun misi
pembangunan kesehatan di Indonesia :
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani.
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan
yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
1
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
1. Strategi pembangunan kesehatan di Indonesia :
a. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan
b. Profesionalisme
c. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
d. Desentralisasi
2. Pokok-pokok program pembangunan kesehatan :
a. Pokok program pemberdayaan masyarakat.
b. Pokok program upaya kesehatan.
c. Pokok program lingkungan sehat.
d. Pokok program pengembangan sumber daya kesehatan.
e. Pokok program pengembangan kebijakan dan manajemen.
f. Pokok program pengembangan dan penelitian kesehatan.
Perubahan pemahaman tentang pengertian sehat dan kesadaran yang semakin
meningkat mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan telah membawa
kesimpulan bahwa pemberian pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif tidak akan
mampu menciptakan masyarakat sehat seperti yang diharapkan. Upaya mencapai kesehatan
masyarakat memerlukan pendekatan yang bersifat pembinaan dalam jangka panjang akan
mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam pemeliharaan kesehatan
melalui peningkatan kesadaran mengenai pentingnya menjaga kesehatan.
Upaya kesehatan yang semula lebih terfokus pada kuratif dan rehabilitatif, secara
berangsur berkembang ke arah promotif dan preventif, sehingga puskesmas merupakan ujung
tombak untuk mencapai “ MDGs (Millenium Development Goals)”.
Propinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 3.254.620 ha atau 26,04% luas pulau
jawa. Pemanfaatan tanah paling besar untuk areal pesawahan. Peningkatan angka
pertambahan penduduk sangat mencolok, umur harapan hidup penduduk juga telah
meningkat.
Puskesmas sebagai salah satu kesatuan organisasi kesehatan fungsional terdepan
berperan sebagai unit pelayanan kesehatan pemerintah diharapkan menjadi pusat
pengembangan pembangunan kesehatan dalam mencapai tujuan nasional. Untuk
2
merealisasikan peran dan fungsi puskesmas tersebut, maka diperlukan perangkat manajemen
yang baik demi penyelenggaraan puskesmas secara terpadu dan menyeluruh.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan pemerintah juga merupakan
pusat pengembangan, pembinaan, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas dalam hal
ini mempunyai fungsi medis dan administratif, oleh karena itu puskesmas dituntut untuk
melaksanakan fungsi-fungsi tersebut dengan sebaik-baiknya. Puskesmas dalam melaksanakan
tugas ini diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan dan motivasi kerja dari para
pekerja kesehatannya.
Pelayanan kesehatan di puskesmas meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang ditujukan pada semua umur. Puskesmas dengan segala keterbatasan
meliputi keterbatasan SDM dan sarana, memiliki tanggung jawab yang besar. Salah satu
upaya yang perlu dilakukan untuk melaksanakan tanggung jawab ini adalah dengan
mengelola sumber daya sebaik mungkin dengan menggunakan manajemen puskesmas yang
baik dan tepat.
Pelayanan upaya kesehatan di Puskesmas dilaksanakan melalui 6 kegiatan pokok
secara terpadu dan menyeluruh, meliputi KIA/KB, Usaha Peningkatan Gizi, Kesehatan
Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), Pengobatan dan Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat (PKM) serta ditambah lagi dengan Upaya Kesehatan Pengembangan
yaitu : Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Upaya Kesehatan Masyarakat, Upaya Kesehatan
Dari 28 responden mengatakan bahwa pelayanan kesehatan (posyandu) terjangkau
karena diadakan setiap bulan yaitu pada tanggal 5 setiap bulannya, tidak memerlukan
transportasi dan dana untuk transportasi serta waktu yang lama.
6. Faktor Pengetahuan
Tabel 21. Pengetahuan Ibu tentang Posyandu dan KMS
PengetahuanNilai 75-100%
(Baik)
Nilai 60-75 %
(Cukup)
Nilai < 60%
(Kurang)
Jumlah
%
5
18 %
4
14 %
21
75 %
Tabel 21. Menunjukan bahwa pengetahuan responden terhadap pengertian, fungsi, kapan
diadakannya, pengertian KMS, fungsi KMS dan cara membaca serta pengertian KMS
didapatkan bahwa ibu yng berpengetahuan baik 18 %, berpengetahuan cukup 14 %,
berpengetahuan kurang 75 %. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa sebagian besar ibu
memiliki pengetahuan yang rendah tentang Posyandu dan KMS.
38
7. Sikap Ibu
Tabel 22. Sikap Ibu terhadap Posyandu dan KMS
Sikap Ibu terhadap Posyandu dan KMS Setuju Tidak Setuju
Jumlah Responden 28 0
% 100 0
Dari tabel 22. Ini dapat dilihat bahwa sikap seluruh responden baik terhadap posyandu
dan KMS.
8. Perilaku Ibu
Tabel 23. Perilaku Ibu Datang dan Menimbang Balita
Keterangan :
Jika yang menjawab ‘TIDAK” >50 % : perilaku kurang baik
Jika yang menjawab “TIDAK” < 50 % : perilaku baik
Tabel 23 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku ibu kurang baik untuk datang
dan menimbang balitanya ke Posyandu, membawa KMS saat ke posyandu, dan
memperhatikan kenaikan dan penurunan berat badan balita.
Tabel 24. Penyebab Ibu Tidak Membawa Balitanya ke Posyandu
Pelayanan Kesehatan Jumlah %
Ibu bekerja atau sibuk
Ibu pergi atau berhalangan hadir
20
5
72
18
39
Perilaku Ya Tidak1 x 2 x 3xJumlah 2 6 2 18
% 7 12 7 64
Ibu tidak tahu jadwal posyandu jika di undur
dari jadwal biasanya
Total
3
28
10
100
Tabel 25. Menunjukan bahwa ibu tidak membawa balita ke posyandu yang pertama adalah
karena ibu bekerja dan sibuk. Penyebab kedua ibu pergi atau berhalangan hadir, yang ketiga
adalah ibu tidak tahu jadwal posyandu jika diundur dari jadwal biasanya.
V.3.2 Hasil Wawancara Tenaga Kesehatan
Hasil wawancara dengan tenaga kesehatan dalam hal ini dengan bidan Desa
Ngadirejodidapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 25. Hasil Wawancara Tenaga Kesehatam (Bidan Desa Ngadirejo)
Bagian Nilai
I Identitas
Usia :
Pendidikan :
Masa Kerja :
35 tahun
PKB Kebidanan 2000
2 tahun
II PENGETAHUA
N
Skala nilai 1 – 5
Menjelaskan 5 Program
pokok kegiatan
posyandu
5
Untuk setiap
pertanyaan
Menjelaskan arti dari
istilah N,K,T,D
4
Total nilai 30 Menjelaskan arti N/D 5
< 80% = kurang
baik
Menjelaskan langkah
penimbangan balita
5
> 80 % = baik Menjelaskan kondisi
balita yang menjadi
perhatian setelah
dilakukan penimbangan
5
40
3 Menjelaskan cara
mengetahui
pertumbuhan balita
baik, kurang dan buruk
5
Total nilai pengetahuan 39
96 %
3 Sikap dan perilaku
Skala nilai 1 – 5
untuk setiap
pertanyaan
Rutin mengadakan
pelatihan setiap bulan
tetapi masih di rasa
kurang menyebar
informasinya
3
Selalu memperhatikan
kenaikan/ penurunan
BB balita
5
Total nilai sikap &
perilaku
8
80%
1. Man a. Jumlah kader aktif
disetiap dusun
cukup
2
2. Money a. Sumber dana
kegiatan posyandu
dari swadaya
masyarakat
b. Untuk penanganan
gizi buruk mendapat
dana dari
pemerintah
3
5
3. Methode a. Dilakukan
penimbangan setiap
bulan sekali
b. Pencatatan KMS
c. Pencatatan di kohort
5
5
5
41
balita
d. System 5 meja 3
4. Material Posyandu disetiap dusun
biasanya di tempat/
rumah kepala dusun/
warga
3
5. Machine Timbangan dacin, KMS
balita
5
Total nilai 36
72 %
2. Proses P1 Perencanaan jadwal
kegiatan posyandu di
setiap dusun.
Jadwal pertemuan
kader, pelatihan
4
P2
Pelaksanaan &
penggerak
Pelaksanaan :
Penimbangan balita
Pencatatan KMS
Pelayanan kesehatan
gizi
PMT
4
P3
(penilaian,
pengawasan,
pengendalian)
Adanya laporan
kegiatan setiap bulan
dan evaluasi kinerja
kader
4
Total nilai 12
80 %
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan Bidan desa Ngadirejo
adalah baik.
42
V.3.3 Hasil Wawancara dengan Kader Posyandu
Kuesioner kader ini diisi oleh 3 kader aktif di Posyandu JetisDusun Jetis Desa
Ngadirejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.
1. Tingkat pengetahuan tentang posyandu dan pemantauan pertumbuhan balita.
Untuk penilaian pengetahuan digunakan skala 1 – 5 untuk 4 pertanyaan dengan skor
total tertinggi 20 (100%)
Tabel 26. Tingkat Pengetahuan Kader
PertanyaanKader
1 2 3
Menyebutkan 5 sistem meja Posyandu 5 5 5
Mengetahui makna pita warna pada KMS 4 4 3
Mengetahui manfaat vitamin A dan Fe 4 3 4
Mengetahui cara memantau pertumbuhan balita 4 4 4
Total nilai setiap kader17
80%
16
75%
116
75%
Tabel 27.Persentase Tingkat Pengetahuan Kader
Dari Tabel 26 dan 27 dapat dilihat bahwa pengetahuan kader tentang pelayanan
posyandu, cara penimbangan dan pemantauan pertumbuhan kader berpengetahuan
baik.
43
PengetahuanNilai 75-100%
(Baik)
Nilai 60-75 %
(Cukup)
Nilai < 60%
(Kurang)
Jumlah Kader
%
3
100
2. Sikap kader tentang pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita.
Tabel 28. Sikap Kader
SikapNilai > 50 %
(Baik)
Nilai < 50 %
(Kurang)
Jumlah
%
3
100
0
0
Dari tabel diatas didapatkan bahwa seluruh kader memiliki sikap yang baik mengenai
pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita.
3. Perilaku kader tentang pemantauan dan pertumbuhan balita
Tabel 29. Perilaku Kader
Keterangan :
Jika yang menjawab ‘TIDAK” >50 % : perilaku kurang baik
Jika yang menjawab “TIDAK” < 50 % : perilaku baik
Dari data pada tabel di atas didapatkan bahwa perilaku kader sudah baik.
44
PerilakuYa
Tidak1x 2x 3x
Jumlah 0 0 5 0
% 0 0 100 0
BAB VI
ANALISA MASALAH
VI.1 Analisis Penyebab Masalah
Dalam menganalisis mesalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari
kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan – pendekatan masalah. Dari pendekatan
sistem ini dapat ditelusuri hal – hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan di
Dusun Jetis Desa Ngadirejo .
Tabel 30. Analisa Kemungkinan Penyebab Masalah Rendahnya D/S Ditinjau dari Faktor
Input
Input Kelebihan Kekurangan
Man
(Tenaga Kerja)
Jumlah 3 kader aktif
Bidan
Koordinator gizi di
puskesmas
Keterampilan kader dan
bidan desa sudah baik
-
Money
(Pembiayaan)
Tersedianya dana
anggaran dari puskesmas
untuk penyelenggaraan
posyandu
Dana operasional yang
terbatas untuk penyuluhan
dan PMT (Pemberian
Makanan Tambahan)
Methode
(Metode)
Adanya program
penimbangan balita
Jadwal pelaksanaan
posyandu tetap setiap
bulan.
Minimnya penyuluhan
tentang gizi dan pentingnya
balita untuk datang dan
ditimbang.
45
Material
(Perlengkapan)
Terdapat posyandu disetiap
dusun
Tidak tetapnya tempat
pelaksanaan posyandu.
Machine
(Peralatan)
Tersedia alat seperti
timbangan dacin untuk
kegiatan posyandu
Adanya KMS dan Kohort
balita untuk pencatatan
Berat badan balita
Masih kurangnya media
promosi mengenai
pentingnya penimbangan
balita Posyandu
Tabel 31. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah RendahnyaDitinjau dari Faktor Proses
dan Lingkungan
Proses Kelebihan Kekurangan
P1
(Perencanaan)
Posyandu sudah diadakan tiap bulannya,
yaitu tanggal 5 setiap bulannya
Kerjasama lintas program antara Gizi
dengan KIA
Jika terjadi perubahan jadwal
posyandu, sulit untuk
melakukan pemberitahuan
secara merata.
P2
(Pelaksanaan)
Anak ditimbang
Dilakukan pencatatan KMS
Pencatatan di buku bantu Kader
Terdapat pelayanan kesehatan dan KB
Pelaporan ke bidan desa
Jadwal pelaksaaan
Posyandu yang
berbenturan dengan
jadwal PAUD
Kurangnya kegiatan
penyuluhan yang dapat
menarik minat ibu-ibu
untuk mengetahui
pentingnya menimbang
balita secara rutin ke
posyandu.
P3
(Penilaian,
pengawasan &
pengendalian)
Evaluasi berupa laporan bulanan hasil
posyandu tentang D/S
Kurangnya pengawasan
terhadap pelaksanaan
posyandu oleh petugas
lapangan.
Lingkungan Ibu memiliki sikap yang baik terhadap Banyaknya ibu-ibu yang
46
kegiatan posyandu lebih mementingkan
kesibukannya daripada
pertumbuhan balitanya.
Perilaku orang tua yang
menganggap bahwa
datang ke posyandu tidak
harus rutin
Kurangnya pengetahuan
dan kesadaran ibu tentang
pentingnya balita yang
datang dan ditimbang.
VI.2 Daftar Penyebab Masalah
1. Dana operasional yang terbatas untuk penyuluhan dan PMT (Pemeberian Makanan
Tambahan).
2. Minimnya penyuluhan tentang gizi dan pentingnya balita untuk datang dan ditimbang.
3. Tidak tetapnya tempat pelaksanaan posyandu.
4. Masih kurangnya media promosi mengenai pentingnya penimbangan balita Posyandu
5. Jika terjadi perubahan jadwal posyandu, sulit untuk melakukan pemberitahuan secara
merata.
6. Jadwal pelaksaaan Posyandu yang berbenturan dengan jadwal PAUD
7. Kurangnya kegiatan penyuluhan yang dapat menarik minat ibu-ibu untuk mengetahui
pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu.
8. Kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaan posyandu oleh petugas lapangan.
9. Banyaknya ibu-ibu yang lebih mementingkan kesibukannya daripada pertumbuhan
balitanya.
10. Perilaku orang tua yang menganggap bahwa datang ke posyandu tidak harus rutin
11. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu tentang pentingnya balita yang datang dan
ditimbang.
47
s
48
P1P2
1. Kurangnya kegiatan penyuluhan yang dapat
menarik minat ibu-ibu untuk mengetahui
pentingnya menimbang balita secara rutin ke
posyandu
2. Jadwal pelaksaaan Posyandu yang berbenturan
dengan jadwal PAUDP3
Kurangnya pengawasan terhadap
pelaksanaan posyandu oleh petugas
lapangan.
Jika terjadi perubahan jadwal posyandu, sulit untuk melakukan pemberitahuan secara merata
INPUT
Dana operasional yang terbatas untuk penyuluhan dan PMT (Pemeberian Makanan Tambahan)
Money
1. Banyaknya ibu-ibu yang lebih
mementingkan kesibukannya
daripada pertumbuhan balitanya.
2. Perilaku orang tua yang menganggap
bahwa datang ke posyandu tidak
harus rutin
3. Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran ibu tentang pentingnya
balita yang datang dan ditimbang.
Man
Material
Minimnya penyuluhan tantang gizi dan pentingnya balita untuk datang dan ditimbang
Method
Machine
Kurangnya kegiatan
penyuluhan yang dapat
menarik minat ibu-ibu untuk
mengetahui pentingnya
menimbang balita secara
rutin ke posyandu. LINGKUNGAN
Rendahnya Cakupan Balita yang datang dan ditimbang (D/S) sebesar 61 % di dusun Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman Sedangkan target Dinkes 80%
-
Tidak tetapnya tempat pelaksanaan posyandu
VI.3. Penyebab Masalah yang Paling Mungkin
Setelah dilakukan konfirmasi kepada bagian Gizi, Bidan Desa Ngadirejo, serta dilakukan wawancara dengan responden (ibu yang memiliki balita yang datang, tidak ditimbang dan ditimbang) maka didapatkan penyebab masalah yang paling mungkin, yaitu :
1. Banyaknya ibu-ibu yang lebih mementingkan kesibukannya daripada pertumbuhan
balitanya.
2. Kurangnya kegiatan penyuluhan yang dapat menarik minat ibu-ibu untuk mengetahui
pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu.
3. Perilaku orang tua yang menganggap bahwa datang ke posyandu tidak harus rutin.
4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu tentang pentingnya balita yang datang dan
ditimbang.
5. Jadwal pelaksaaan Posyandu yang berbenturan dengan jadwal PAUD
49
BAB VII
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
VII. 1 Analisa Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah diperoleh daftar masalah, dilakukan langkah selanjutnya yaitu dibuat alternatif
pemecahan masalah. Berikut ini alternatif pemecahan masalah:
Tabel 32. Alternatif Pemecahan Masalah
No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Banyaknya ibu-ibu yang lebih
mementingkan kesibukannya
daripada pertumbuhan balitanya.
Para kader mengingatkan jadwal
posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau 2
hari sebelumnya dan mengingatkan
pentingnya untukdatang ke posyandu.
2. Kurangnya kegiatan penyuluhan
yang dapat menarik minat ibu-ibu
untuk mengetahui pentingnya
menimbang balita secara rutin ke
posyandu
Menggunakan media-media yang
menarik seperti poster, leafleat, film dll
agar menarik perhatian ibu-ibu yang
memiliki balita untuk datang ke
posyandu
Mengadakan penyuluhan yang intensif
oleh bidan desa kepada ibu yang
memiliki balita mengenai pentingnya
menimbang berat badan balitanya ke
posyandu secara rutin.
3. Perilaku orang tua yang
menganggap bahwa datang ke
posyandu tidak harus rutin.
Memberikan penyuluhan kepada ibu
yang memiliki balita tentang pentingnya
mengikuti kegiatan posyandu hingga
anak berusia 5 tahun
Penyebaran informasi tentang pentingnya
datang ke posyandu secara rutin melalui
leaflet, poster atau kelompok RT dan
arisan
50
Meningkatkan keaktifan kader agar
dapat mengajak ibu-ibu yang memiliki
balita aktif ke posyandu balita.
4. Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran ibu tentang pentingnya
balita yang datang dan ditimbang.
Memberikan penyuluhan kepada ibu
yang memiliki balita tentang pentingnya
mengikuti kegiatan posyandu hingga
anak berusia 5 tahun
5. Jadwal pelaksaaan Posyandu yang
berbenturan dengan jadwal PAUD
Membina kerja sama dengan sekolah untuk
menimbang balita di lingkungan sekolah.
51
VII. 2 Penggabungan Pemecahan Masalah
Tabel 33. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Banyaknya ibu-ibu yang lebih
mementingkan kesibukannya
daripada pertumbuhan balitanya
Para kader mengingatkan jadwal
posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau 2
hari sebelumnya dan mengingatkan
pentingnya untuk datang ke posyandu.
2. Kurangnya kegiatan penyuluhan
yang dapat menarik minat ibu-ibu
untuk mengetahui pentingnya
menimbang balita secara rutin ke
posyandu
Menggunakan media-media yang
menarik seperti poster, leafleat, film dll
agar menarik perhatian ibu-ibu yang
memiliki balita untuk datang ke
posyandu
3. Perilaku orang tua yang
menganggap bahwa datang ke
posyandu tidak harus rutin.
Mengadakan penyuluhan yang intensif
oleh bidan desa kepada ibu yang
memiliki balita mengenai pentingnya
menimbang berat badan balitanya ke
posyandu secara rutin
52
4. Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran ibu tentang pentingnya
balita yang datang dan ditimbang.
Membina kerja sama dengan sekolah
untuk menimbang balita di
lingkungan PAUD
5. Jadwal pelaksaaan Posyandu yang
berbenturan dengan jadwal PAUD
Penggabungan alternatif pemecahan masalah ini adalah :
1. Para kader mengingatkan jadwal posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau 2 hari
sebelumnya dilaksanakannya kegiatan posyandu dan mengingatkan pentingnya untuk
datang ke posyandu.
2. Menggunakan media-media yang menarik seperti poster, leafleat, film dll agar
menarik perhatian ibu-ibu yang memiliki balita untuk datang ke posyandu.
3. Mengadakan penyuluhan yang intensif oleh bidan desa kepada ibu yang memiliki
balita mengenai pentingnya menimbang berat badan balitanya ke posyandu secara
rutin.
4. Membina kerja sama dengan sekolah untuk menimbang balita di lingkungan PAUD.
VII. 3. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas pemecahan masalah
dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks.
Tabel 34. Matriks MIVC
53
Alternatif Pemecahan
Masalah
Magnitude
(M)
Importancy
(I)
Vulnerability
(V)
Cost
(C)
Jumlah Prioritas
Para kader mengingatkan
jadwal posyandu pelaksanaan
posyandu 1 atau 2 hari
sebelumnya dilaksanakannya
kegiatan posyandu dan
mengingatkan pentingnya
untuk datang ke posyandu
3 3 4 2 18 II
Menggunakan media-media
yang menarik seperti poster,
leafleat, film dll agar menarik
perhatian ibu-ibu yang
memiliki balita untuk datang
ke posyandu.
3 3 3 3 9 IV
Mengadakan penyuluhan yang
intensif oleh bidan desa kepada
ibu yang memiliki balita
mengenai pentingnya
menimbang berat badan
balitanya ke posyandu secara
rutin
5 4 5 4 25 I
Membina kerja sama dengan
sekolah untuk menimbang
balita di lingkungan PAUD.
3 3 4 3 12 III
Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif penyebab pemecahan masalah
dengan menggunakan kriteria matriks maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan
penyebab masalah rendahnya cakupan balita yang datang dan ditimbang berat badannya di
Dusun Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang, antara lain :
1. Mengadakan penyuluhan yang intensif oleh bidan desa kepada ibu yang memiliki balita
mengenai pentingnya menimbang berat badan balitanya ke posyandu secara rutin
54
2. Para kader mengingatkan jadwal posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau 2 hari
sebelumnya dilaksanakannya kegiatan posyandu dan mengingatkan pentingnya untuk
datang ke posyandu.
3. Membina kerja sama dengan sekolah untuk menimbang balita di lingkungan PAUD
4. Menggunakan media-media yang menarik seperti poster, leafleat, film dll agar menarik
perhatian ibu-ibu yang memiliki balita untuk datang ke posyandu.
55
VII. 4 Plan Of Action
Dalam Plan Of Action akan disajikan perencanaan kegiatan pemecahan masalah D/S
Tabel 35. Plan Of Action
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode Tolok ukur
1. Mengadakan
penyuluhan yang
intensif oleh bidan
desa kepada ibu
yang memiliki
balita mengenai
pentingnya
menimbang berat
badan balitanya ke
posyandu secara
rutin.
Memberikan
informasi
kepada ibu yang
memiliki balita
tentang
pentingnya
datang dan
menimbang
balita mereka di
posyandu secara
rutin
Ibu yang
memiliki
balita di
Dusun Jetis
Desa
Ngadirejo
Di rumah
kader atau
di rumah
penduduk
Kader desa
Bidan desa
3 bulan
sekali
Dana
BOK
Diskusi,
tanya
jawab,
pemberian
leaflet
gratis
Meningkatkan
pengetahuan ibu
tentang
pentingnya
posyandu
2. Para kader
mengingatkan
jadwal posyandu
pelaksanaan
Meningkatkan
keaktifan
kader
Meningkatkan
Ibu yang
memiliki
balita di
Dusun Jetis
Di rumah
kader atau
di rumah
penduduk
Kader desa 1 bulan
sekali
- Pemberitah
uan massal
kepada ibu
yang
Meningkatnya
partisipasi ibu
yang datang
dan
56
posyandu 1 atau 2
hari sebelumnya
dilaksanakannya
kegiatan posyandu
dan mengingatkan
pentingnya untuk
datang ke
posyandu.
kesadaran ibu
akan
pentingnya
datang ke
posyandu agar
ibu tidak lupa
datang ke
posyandu
Desa
Ngadirejo
atau di
tempat –
tempat
umum
atau
tempat
ibadah
saat
sedang
diadakan
acara atau
kegiatan
yang
mengikus
ertakan
masyrakat
seperti
arisan,
pengajian.
memiliki
balita
menimbangkan
balitanya ke
posyandu
Meningkatnya
kesadaran ibu
untuk
mengantarkan
balitanya ke
posyandu.
3. Membina kerja
sama dengan
PAUD untuk
Meningkatkan
jumlah balita
yang
Ibu yang
memiliki
balita di
Sekolah Kader ,
Bidan desa
1 bulan
sekali
Puskesm
as
Melakukan
kegiatan
Posyandu
Meningkatnya
jumlah balita
yang datang dan
57
menimbang balita
di lingkungan
PAUD
ditimbang Dusun Jetis
Desa
Ngadirejo
rutin bagi
balita
ditimbang di
Posyandu
4. Menggunakan
media-media yang
menarik seperti
poster,film dll agar
menarik perhatian
ibu-ibu yang
memiliki balita
untuk datang ke
posyandu.
Meningkatkan
ketertarikan
ibu untuk
mengikuti
kegiatan
Posyandu
Ibu yang
memiliki
balita di
Dusun Jetis
Desa
Ngadirejo
Posyandu
atau Balai
Desa
Kader ,
Bidan desa
2 bulan
sekali
Dana
BOK
Menempelk
an poster di
tempat-
tempat
umum,
pemberian
leaflet
gratis,
Meningkatnya
kesadaran ibu
untuk
mengantarkan
balitanya ke
posyandu
VII. 5 Gann Chart
58
Tabel 36. Gann Chart Kegiatan Pemecahan Masalah
Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Mengadakan penyuluhan yang intensif oleh bidan desa kepada ibu yang
memiliki balita mengenai pentingnya menimbang berat badan balitanya
ke posyandu secara rutin
Para kader mengingatkan jadwal posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau
2 hari sebelum dilaksanakannya kegiatan posyandu dan mengingatkan
pentingnya untuk datang ke posyandu
Membina kerja sama dengan sekolah untuk menimbang balita di
lingkungan PAUD
Menggunakan media-media yang menarik seperti poster, leafleat, film
dll agar menarik perhatian ibu-ibu yang memiliki balita untuk datang ke
posyandu.
59
BAB VIII
PENUTUP
VIII.1 Kesimpulan
1. Setelah melakukan analisis penyebab masalah, ditemukan penyebab angka balita yang datang
dan ditimbang di Dusun Jetis Desa Ngadirejo adalah :
Ibu lebih mementingkan kesibukannya daripada memantau pertumbuhan balitanya.
Masih kurangnya kegiatan penyuluhan yang menarik untuk ibu – ibu mengenai
pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu
Perilaku orang tua yang menganggap bahwa posyandu tidak harus rutin.
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu tentang pentingnya balita yang datang dan
ditimbang.
Jadwal pelaksanaan Posyandu yang berbenturan dengan jadwal sekolah
2. Prioritas pemecahan masalah rendahnya angka balita yang datang dan ditimbang di Dusun
Jetis Desa Ngadirejo adalah :
Mengadakan penyuluhan yang intensif oleh bidan desa kepada ibu yang memiliki balita
mengenai pentingnya menimbang berat badan balitanya ke posyandu secara rutin
Para kader mengingatkan jadwal posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau 2 hari sebelum
dilaksanakannya kegiatan posyandu dan mengingatkan pentingnya untuk datang ke
posyandu
Membina kerja sama dengan PAUD untuk melaksanakan kegiatan Posyandu di
lingkungan sekolah
Menggunakan media-media yang menarik seperti poster, leafleat, film dll agar menarik
perhatian ibu-ibu yang memiliki balita untuk datang ke posyandu.
VIII. 2. Saran
60
1. Dihimbau kepada puskesmas untuk meningkatkan upaya pembinaan kader dalam
melakukan kegiatan posyandu.
2. Dihimbau kepada kader untuk melakukan kunjungan rumah untuk melakukan
penyuluhan atau konseling tentang pentingnya membawa balita untuk ditimbang ke
posyandu secara rutin.
3. Dihimbau kepada ibu yang memiliki balita untuk memiliki pengantar pengganti ke
posyandu jika ibu berhalangan hadir.
4. Dihimbau kepada PAUD agar mau membina kerja sama dengan Posyandu untuk
melaksanakan penimbangan balita.
DAFTAR PUSTAKA
61
1. Depkes RI. Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem SurveilansEpidemiologi Kesehatan. Sub
Direktorat Survilans Epidemiologi,diunduh tanggal 4 Maret 2012dari :
http://www.surveilans.org.50.
2. Depkes RI. Modul Surveilans KIA : Peningkatan Kapasitas AgenPerubahan dan
Pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak.Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta,
2007.
3. Dinkes Propinsi Jawa Timur. Buku Pegangan Kader Posyandu. Subdin PSD, Surabaya,
2005.
4. Depkes RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta, 2006.
5. Depkes RI. Buku Kader Posyandu Dalam Upaya Perbaikan Gizi Keluarga. DIPA Program
Perbaikan Gizi Masyarakat Dinkesprop Jawa Tengah, Sumarang, 2006.
6. Pemerintah Provinsi Jawa tengah. Pedoman Teknis Operasional Posyandu Model di Provinsi
Jawa Tengah. Semarang, 2006.
7. Yonferizal MR. Koto. Proses Pelaksanaan Manajemen Posyandu Terhadap Intensitas
Poyandu Analisis Data Sakerti 2000 (Tesis). 2007.
8. Hartoyo. Kegiatan Kepaniteraan di Puskesmas Kabupaten Magelang. Magelang; 2011.