Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung beberapa tahun terakhir ini begitu pesat pertumbuhan dan perkembangan kawasannya, terutama menyangkut kawasan perdesaan dan perkotaan. Hal ini disebabkan antara lain adanya perubahan kebijakan dasar pemerintahan yang memunculkan paradigma baru perkembangan kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan di daerah Otonomi Daerah dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, bahwa penataan kawasan perdesaan dan perkotaan diselenggarakan untuk mencapai dan meningkatkan fungsi kawasan perdesaan dan perkotaan secara serasi, selaras, dan seimbang antara perkembangan lingkungan dengan tata kehidupan masyarakat. Perkembangan perdesaan secara keseluruhan telah dilaksanakan melalui berbagai sektor secara terpadu, perumahan pemukiman di perdesaan menjadi sangat penting sebagai entry point pembangunan perdesaan secara keseluruhan. Dalam upaya merumuskan kebijakan pembangunan perdesaan, desa dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu: 1. Desa cepat berkembang 2. Desa yang berpotensi untuk berkembang dan atau desa yang sedang berkembang. 3. Desa yang belum berkembang. Untuk mempercepat pertumbuhan dan pengembangan pemukiman, pemerintah daerah telah merencanakan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di beberapa lokasi. Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya manusia yang difokuskan pada
76
Embed
BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Laporan Akhir I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung
beberapa tahun terakhir ini begitu pesat pertumbuhan dan perkembangan
kawasannya, terutama menyangkut kawasan perdesaan dan perkotaan. Hal
ini disebabkan antara lain adanya perubahan kebijakan dasar pemerintahan
yang memunculkan paradigma baru perkembangan kebijakan pemerintah
yang dituangkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan di
daerah Otonomi Daerah dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang, bahwa penataan kawasan perdesaan dan perkotaan
diselenggarakan untuk mencapai dan meningkatkan fungsi kawasan
perdesaan dan perkotaan secara serasi, selaras, dan seimbang antara
perkembangan lingkungan dengan tata kehidupan masyarakat.
Perkembangan perdesaan secara keseluruhan telah dilaksanakan melalui
berbagai sektor secara terpadu, perumahan pemukiman di perdesaan menjadi
sangat penting sebagai entry point pembangunan perdesaan secara
keseluruhan. Dalam upaya merumuskan kebijakan pembangunan perdesaan,
desa dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu:
1. Desa cepat berkembang
2. Desa yang berpotensi untuk berkembang dan atau desa yang sedang
berkembang.
3. Desa yang belum berkembang.
Untuk mempercepat pertumbuhan dan pengembangan pemukiman,
pemerintah daerah telah merencanakan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di
beberapa lokasi.
Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D)
merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara
mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya alam, sumber
daya buatan ataupun sumber daya manusia yang difokuskan pada
Laporan Akhir I - 2
kemandirian masyarakat sesuai dengan azas Tridaya yang intinya adalah
pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan
sarana permukiman.
Harapan keberadaan DPP-KTP2D dapat meningkatkan pelayanan dan menjadi
pusat pertumbuhan bagi kawasan sekitarnya dengan saling menunjang antara
potensi-potensi desa dengan konsep KTP2D guna mempercepat dan
mempermudah pembangunan dan pengembangan desa. Keberadaan KTP2D
diharapkan mampu melayani desa-desa yang berada di kawasan tersebut
sehingga kawasan menjadi lebih mandiri dan saling melengkapi kebutuhan
prasarana dan sarananya.
Perkembangan dinamika pembangunan selalu berubah dengan cepat, dan
sering kali berada diluar kendali atau diluar rencana tata ruang yang telah
digariskan dalam RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah). Oleh sebab itu
Pemerintah daerah sudah seharusnya mengawal pembangunan kawasan
dengan ketat, dengan berpedoman pada pengembangan kawasan yang
berwawasan lingkungan serta berdasarkan RTRW (Rencana Tata Ruang
Wilayah) yang dirancang secara terpadu dan terintegrasi.
Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) yang terdiri atas desa
pusat dan desa hinterland, sebenarnya secara keseluruhan dapat mengait
keseluruhan kelompok tersebut yaitu bahwasanya Desa Pusatnya merupakan
desa cepat berkembang sedangkan hinterlandnya dari kelompok desa sedang
berkembang dan desa belum berkembang.
Diharapkan Kecamatan Tembarak sudah memiliki peta potensi wilayahnya,
baik yang sudah dikembangkan, yang sedang dikembangkan dan yang akan
dikembangkan, data-data perkembangan ekonomi, prasarana dan sarana yang
tersedia sehingga dapat merencanakan desa yang akan dijadikan DPP-KTP2D
dan kaitannya dengan desa disekitarnya, sehingga dapat saling mempengaruhi
perkembangan kemajuan dengan desa lainnya.
Dengan adanya KTP2D Kawasan Menggoro Kecamatan Tembarak, dapat
dijadikan referensi guna perencanaan pengembangan Kawasan Menggoro.
Laporan Akhir I - 3
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Maksud dari kegiatan untuk menyiapkan dokumen perencanaan
berupa Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) Pembangunan
Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) dengan
melakukan pengenalan kawasan pusat pengembangan pedesaan yang
dilanjutkan dengan identifikasi lokasi untuk membantu terlaksananya
pembangunan yang lebih sistematis, dimana: Desa yang berfungsi
sebagai DPP perlu diberikan perhatian khusus. Dengan
mengintegrasikan penanganan desa pusat (DPP) dengan hinterland
(desa pendukung) kedalam suatu sistem pembangunan Kabupaten,
maka desa pusat akan berperan sebagai pendorong terbentuknya satu
kesatuan sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan.
1.2.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
Mendapatkan kawasan perdesaan yang diiindikasikan dapat
dikembangkan menjadi KTP2D dalam suatu kecamatan, lengkap
dengan urutan/rangking lokasi yang disusun berdasarkan kajian dan
kesepakatan bersama di kecamatan, mengetahui karakteristik
kawasan sesuai dengan potensi dominan yang dapat/akan
dikembangkan, termasuk untuk mengetahui jenis sumber dan
pembangunan yang mendukung pengembangan potensi dominan
kawasan serta perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana dasar
perdesaan yang dapat mendorong pengembangan potensi tersebut.
1.3. Sasaran
Sasarannya dari kegiatan ini adalah penyusunan dokumen perencanaan Desa
Pusat Pertumbuhan (DPP) Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa
(KTP2D) melalui pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara
mengembangkan potensi unggulannya.
Laporan Akhir I - 4
1.4. Ruang Lingkup
1.4.1. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan “Penyusunan Studi Kawasan Terpilih Pusat
Pengembangan Desa (KTP2D)” meliputi beberapa tahapan :
a. Persiapan
b. Identifikasi dan Observasi
c. Rembug Desa I dan II
d. Survey dan Pengumpulan Data
e. Pengolahan dan Analisis Data
Penyusunan laporan sesuai tahapan, yaitu :
a. Laporan Pendahuluan
b. Laporan Antara
c. Laporan Akhir
Rembug Desa di Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) yang dipilih sebagai
bentuk aplikasi Peran Serta Masyarakat dalam penyusunan Rencana
Tata Ruang dan Program Pembangunan Jangka Menengah.
1.4.2. Lingkup Lokasi
Lokasi kegiatan KTP2D berada di Desa Menggoro Kecamatan
Tembarak Kabupaten Temanggung.
1.4.3. Jangka Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan KTP2D di Desa Menggoro Kecamatan
Tembarak selama 90 (Sembilan puluh) hari kalender.
1.5. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data yang digunakan pada pelaksanaan survey terdiri
dari survey data primer dan survey data sekunder.
1.5.1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dilapangan dengan menagamati
objek yang menjadi sasaran survey dan dengan melakukan pengukuran
variable-variabel fisik, sosial, ekonomi. Adapun teknik yang digunakan
dalam memperoleh data primer adalah :
Laporan Akhir I - 5
1. Observasi lingkungan
a. Karakter umum masyarakat, adat istiadat terutama kebiasaan
dalam mengambil keputusan, personil yang ditokohkan, dll
b. Kebiasaan masyarakat dalam berpenghasilan berkaitan dengan
potensi desa baik alam maupun yang sudah disentuh secara
artificial.
c. Pemahaman masyarakat tentang kebutuhan infrastruktur
pedesaan terutama dalam menunjang pengembangan
perekonomian.
d. Potensi desa dan orientasi pasar yang dipahami oleh
masyarakat.
e. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap upaya pemerintah
termasuk pembangunan fisik dalam pengembangan desanya.
2. Wawancara atau Tanya jawab
Wawancara atau Tanya jawab dilakukan terhadap responden yang
dianggap berkaitan dengan materi interaksi wilayah dalam
konstelasi lokal dan regional, misalnya responden yang bekerja
pada instansi pemerintah daerah, dinas PU dan Bappeda ataupun
masyarakat umum yang berkompeten terhadap kelancaran survey
ini.
3. Foto
Foto merupakan data visual yang dapat menampilkan kondisi
eksisting wilayah kajian dan objek-objek yang menarik dalam
bentuk gambar.
1.5.2. Data Sekunder
Data sekunder dapat berupa buku-buku di perpustakaan, instansi-
instansi ataupun literatur lainnya. Data ini umumnya sudah terpola
sesuai dengan aturan masing-masing instansi, dan untuk memperoleh
data yang benar-benar akurat.
Adapun instansi – instansi yang akan di datangi yaitu BAPPEDA
Pemerintah Kabupaten Temanggung, aparat desa dan dusun, dll.
Laporan Akhir I - 6
1.6. Analisis Data
1.6.1. Metode Analisis kependudukan
Analisis Regresi Linier
Metode analisis yang digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk
dimasa yang akan datang. Metode ini cocok untuk wilayah studi, karena
perkembangan penduduk menunjukkan perkembangan yang terus
menerus meningkat secara linier.
Rumus :
dimana :
P (t+x) : Jumlah penduduk pada tahun t
X : Tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
a, b : Konstanta-konstanta yang diperoleh dari pemahaman
dibawah
ini.
Kepadatan Penduduk
Dimana:
Kp = Kepadatan penduduk
p = Jumlah penduduk awal atau tahun ke -0 (jiwa)
A = Luas daerah permukiman (Ha)
1.6.2. Metode analisis skoring
Hasil skoring terhadap Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dan Desa-desa
Hinterland dilakukan untuk Penentuan Prioritas Penanganan KTP2D.
Untuk lebih jelasnya mengenai analisis skoring penentuan prioritas
KTP2D dapat dilihat pada table berikut :
P (t+x) = a + b (x)
Laporan Akhir I - 7
Laporan Akhir I - 8
Laporan Akhir I - 9
Laporan Akhir I - 10
1.6.3. Metode Analisis SWOT
Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk
merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah
sebuah singkatan dari, S adalah STRENGHT atau Kekuatan, W adalah
WEAKNESS atau Kelemahan, O adalah OPPORTUNITY atau Kesempatan,
dan T adalah THREAT atau Ancaman. SWOT ini biasa digunakan untuk
menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk
melakukan sesuatu, sebagai contoh, program kerja.
KTP2D dilakukan dengan mengidentifikasi kondisi wilayah dan
karakteristik sosial budaya masyarakat yang ada serta penentuan
prioritas penanganan KTP2D untuk merumuskan strategi KTP2D di
lokasi penelitian juga digunakan analisis SWOT. Analisis ini akan
mengelompokkan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
serta faktor – faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang merupakan
dasar pemikiran alternatif KTP2D Menggoro.
1.7. Tahapan Kegiatan
Dalam melaksanakan kegiatan diatas Konsultan akan memperoleh data dan
informasi namun harus diadakan pemeriksaan data tersebut di lapangan.
Tahapan kegiatan dalam perencanaan penyusunan KTP2D Kecamatan
Tembarak Kabupaten Temanggung sebagai berikut :
1. Persiapan penyusunan KTP2D
a. Observasi Masyarakat
b. Pencermatan Potensi Unggulan
c. Penyusunan Profil Kawasan
2. Penyusunan Laporan Pendahuluan
3. Penyusunan RPJM-KTP2D
a. Pendekatan dan Misi Penyusunan RPJM-KTP2D
b. Persiapan Rembug Desa/Sarasehan Kawasan (Rembug Desa I)
c. Tahapan Kegiatan Rembug Desa
d. Keluaran Rembug Desa
4. Penyusunan Laporan Antara
5. Rembug Desa II
Laporan Akhir I - 11
6. Penyusunan Laporan Akhir
7. Lampiran
a. Matriks Program
b. Penyusunan RPJM
1.8. Keluaran / Produk Teknis (Output)
Keluaran yang diharapkan dapat dihasilkan dalam pelaksanaan Kegiatan
Perencanaan Penyusunan KTP2D Desa Menggoro Kecamatan Tembarak
Kabupaten Temanggung ini berupa :
1. Dokumen Perencanaan Penyusunan KTP2D Desa Menggoro di Kecamatan
Tembarak Kabupaten Temanggung.
2. Usulan Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) KTP2D yang dirinci
dalam program tahunan.
3. Seluruh dokumen berupa Hard Copy dan Soft Copy dalam bentuk CD
(Compact Disk).
Laporan Akhir I I- 1
BAB II
KONSEP KTP2D
2.1. Pendekatan
2.1.1. Pengertian KTP2D
1. Kawasan Terpilih Pusat pengembangan Desa (KTP2D) adalah satu
kesatuan kawasan perdesaan yang terdiri dari desa pusat dan desa-
desa lain sebagai desa pendukungnya, yang memiliki keunggulan
stategi berupa:
a. Peran kawasan ini bagi pertumbuhan dan pengembangan
potensi kawasan perdesaan lain di sekitarnya.
b. Keuntungan ekonomis (economic scale) guna mengembangkan
potensi andalannya.
c. Memiliki fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta tingkat
aksesibilitas yang relatif lebih baik dibandingkan dengan
kawasan perdesaan disekitarnya.
2. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) adalah suatu
pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui penyediaan
prasarana dan sarana dasar permukiman termasuk sentuhan
terhadap rumah tinggal yang mendukung dan memacu
pertumbuhan ekonomi kawasan perdesaan secara terarah, terpadu
dan berkelanjutan.
3. Penanganan KTP2D merupakan salah satu pendekatan penanganan
perumahan permukiman yang dimaksudkan dapat mengatasi
permasalahan terjadinya kawasan kumuh legal perkotaan (slums)
dan illegal (squatters) yang disebabkan karena urbanisasi.
4. Penanganan KTP2D akan menyentuh berbagai bidang yang intinya
meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat setempat
tanpa harus meninggalkan desanya.
Laporan Akhir I I- 2
5. Penanganan KTP2D berarti menggarap potensi yang ada baik pada
desa pusat maupun desa hinterlandnya. Untuk itu penetapan
KTP2D harus benar-benar selektif.
6. Penanganan KTP2D juga akan menangani peningkatan kualitas
lingkungan perumahan dan permukiman perdesaan, baik bagi desa
pusat maupun hinterland-nya.
Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) adalah suatu
pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui penyediaan
prasarana dan sarana dasar permukiman termasuk sentuhan terhadap
rumah tinggal yang mendukung dan memacu pertumbuhan ekonomi
kawasan perdesaan secara terarah, terpadu dan berkelanjutan.
2.1.2. Misi dari KTP2D adalah :
1. Mengembangkan Potensi Desa di suatu kawasan perdesaan yang
telah diindikasikan dapat berkembang, baik pada desa pusat
maupun desa hinterlandnya yang menyentuh berbagai bidang, dan
pada gilirannya mampu meningkatkan kualitas kehidupan dan
penghidupan masyarakat perdesaan.
2. Pengejawantahan asas Tridaya yang difokuskan pada pemandirian
masyarakat dan pemerintah daerah dalam upaya mengatasi
permasalahan di bidang perumahan, permukiman, ekonomi dan
sosial.
3. Mendorong dan memperkuat kelembagaan di tingkat masyarakat
dalam menjaga keberlanjutan program dan efektifnya koordinasi
lintas sektor.
4. Mendorong terjadinya koordinasi dan integrasi program kebijakan
pembangunan daerah, dimana keberadaan program KTP2D
menjadi bagian dalam mendukung dan merealisasikan kebijakan
pembangunan daerah secara lebih konkrit.
5. Mengurangi beban perkotaan yang disebabkan oleh dampak
urbanisasi, seperti kawasan kumuh, perumahan, dan permukiman
illegal (squatters), pengangguran, dan lain-lain. Melalui
pembangunan perekonomian kawasan perdesaan, sehingga
tercipta lapangan kerja yang memberikan penghasilan memadai.
Laporan Akhir I I- 3
2.1.3. Tujuan KTP2D
Program KTP2D ini dimaksudkan sebagai penyeimbang pembangunan
perdesaan dan perkotaan secara umum melalui penanganan perumahan
dan permukiman sebagai salah satu entry point. Sedangkan tujuan yang
ingin dicapai melalui KTP2D ini adalah :
1. Mendorong perkembangan kawasan-kawasan strategi dan potensi
perdesaan melalui penanganan simpul-simpul pusat kegiatan
primer perdesaan secara terarah, intensif, terintegrasi dan
3. Peternakan antara lain: Sapi Potong, Kambing, Domba, Kelinci,
Ayam Buras, Ayam Ras Itik, Entok, Angsa.
4. Perikanan antara lain: Karper, Nila, Lele, Tawes, Gabus, Udang,
Kodok.
3.1.3. Profil dan Karakteristik Masyarakat Kecamatan Tembarak
1. Karakteristik Masyarakat Menurut Mata Pencaharian
Mayoritas mata pencaharian penduduk di Kecamatan Tembarak
bergerak dibidang pertanian. Dari jumlah penduduk sebesar 28.185
jiwa sebanyak 19.595 jiwa atau 69% yang bekerja sebagai petani,
527 jiwa peternak atau sebesar 2%, bangunan 456 jiwa atau 2%,
perdagangan 1422 jiwa atau 5%, lain-lain 6185 jiwa atau 22%.
Gambar 3.1. Mata pencaharian masyarakat kecamatan Tembarak
89%
2% 2% 7%
MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT KECAMATAN TEMBARAK TAHUN 2012
Petani Peternak Bangunan Perdagangan
Laporan Akhir III - 5
2. Karakteristik Masyarakat Menurut Pendidikan
Sebagian besar penduduk Kecamatan Tembarak memiliki tingkat
pendidikan yang relatif rendah. Rata-rata pendidikan masyarakat
adalah Tamatan SD, dan sebagian kecil lulusan SMA dan Perguruan
Tinggi. banyak masyarakat yang berpendapatan rendah sehingga
tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
3. Karakteristik Masyarakat Menurut Sosial Budaya
Mayoritas masyarakat memeluk agama Islam atau 99% dan fasilitas
sarana ibadahnya tersedia di semua desa. Sedangkan sisanya atau
1% memeluk agama lain, yaitu memeluk agama kristen katholik,
kristen protestan dan hindu tetapi untuk fasilitas sarana ibadah
tersebut tidak tersedia di kecamatan tembarak.
3.1.4. Kondisi Sarana dan Prasarana Wilayah Kecamatan Tembarak
1. Sarana dan Prasarana Transportasi Kecamatan Tembarak
Dalam menunjang aktifitas menuju dan keluar dari Kecamatan
Tembarak, maka sarana dan prasarana transportasi menjadi
penting kaitannya dengan kemudahan mobilitas yang dilakukan
masyarakat. Sebagai Kecamatan yang memiliki lingkup daerah yang
begitu luas, beberapa jenis prasarana transportasi seperti jalan
desa maupun jalan antar desa sudah tersedia dengan kondisi yang
cukup memadai bagi masyarakat. Sarana transportasi yang tersedia
masih berupa transportasi antar desa yang sudah tersedia di
Kecamatan Tembarak. Berikut ini merupakan sarana dan prasarana
yang ada di Kecamatan Tembarak.
Keberadaan moda transportasi umum seperi angkutan desa,
maupun truk digunakan masyarakat sebagai sarana mobilitas dan
untuk perpindahan barang. Keberadaan jalan desa ataupun jalan
antar desa yang sudah ada, namun beberapa diantaranya masih
terkondisi belum dapat diakses secara nyaman. Pembangunan jalan
antar desa kebanyakan terkondisi lebih baik dari pada jalan desa
dikarenakan lebih bersifat operasional bagi para pengguna.
Laporan Akhir III - 6
2. Sarana Permukiman/Perumahan Kecamatan Tembarak
Dalam perkembangannya, permukiman dan perumahan yang
berada di Kecamatan Tembarak mengikuti keberadaan pusat
kegiatan baik itu berupa pusat kegiatan wilayah maupun lokal. Pola
permukiman dan perumahan yang telah ada saat ini, berusaha
untuk berada pada lokasi yang mampu menjangkau kebutuhan
masing-masing individu maupun keluarga. Sarana permukiman dan
perumahan yang sudah ada saat ini berupa pembangunan rumah
masyarakat Kecamatan Tembarak yang 40% sudah menggunakan
tembok/batu bata.
Masih dapat ditemukan juga beberapa rumah yang
pembangunannya menggunakan bahan semi permanen/campuran.
Kepadatan permukiman maupun perumahan yang ada di
Kecamatan Tembarak cukup merata, karena sebagian besar desa-
desa yang ada sedang mengalami pertumbuhan untuk
pengembangan masing-masing desa.
Listrik telah masuk ke seluruh desa di Kecamatan Tembarak dan
sepenuhnya berasal dari PLN. Termasuk penerangan jalan utama
desa maupun antar desa sebagian didukung listrik PLN dan
sebagian lagi diusahakan sendiri oleh masyarakat. Sebagian besar
masyarakat Kecamatan Tembarak masih menggunakan kayu bakar
untuk aktivitas masak memasaknya.
Kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan relatif tinggi.
Hal ini terbukti dari pengelolaan sampah yang umumnya
dimasukkan ke dalam lubang atau dibakar. Sedangkan pengelolaan
MCK, masyarakat umumnya memiliki jamban sendiri atau jamban
bersama ataupun jamban umum. Demikian pula halnya dengan
pemanfaatan sungai yang melintasi hampir seluruh desa di
Kecamatan Tembarak ini. Air sungai tidak digunakan untuk
keperluan masak-memasak ataupun MCK. Sebagian desa
memanfaatkan air sungai untuk mengairi sawah.
Laporan Akhir III - 7
3. Sarana Perdagangan, Jasa dan Industri Kecamatan Tembarak
Sarana perdagangan yang ada di Kecamatan Tembarak adalah
Pasar Gondang , sebagai sarana transaksi dari sektor perdagangan
yang sangat menunjang kegiatan perekonomian untuk
meningkatkan serta menambah tingkat pendapatan/kesejahteraan
masyarakat.
4. Perdagangan dan Jasa
Perdagangan dan jasa merupakan sektor perekonomian yang
penting di Kecamatan Tembarak. Arus barang dan jasa di
Kecamatan Tembarak menunjukkan adanya aktivitas yang tinggi
dan mencakup daerah yang cukup luas. Komoditas perdagangan
meliputi berbagai kebutuhan barang kebutuhan konsumsi sehari-
hari, hasil produksi pertanian seperti tanaman pangan, sayuran,
palawija, buah-buahan serta hasil ternak dan perikanan. Pusat
kegiatan perdagangan pada Kecamatan Tembarak sebagian besar
berpusat pada sekitar kawasan pusat perekonomian seperti pasar
dan pertokoan. Pasar Gondang adalah pusat kegiatan perdagangan
dan jasa di Kecamatan Tembarak.
Aktivitas jasa di Kecamatan Tembarak antara lain pelayanan
perbankan dan koperasi. Lokasi bank yang beroperasi sebagian
besar di Desa Menggoro yang merupakan pusat kawasan
perdagangan dan jasa di Kecamatan Tembarak. Sarana
perdagangan dan jasa merupakan potensi untuk pengembangan
sektor perdagangan dan jasa di wilayah Kecamatan Tembarak
dengan lebih mengoptimalkan jangkauan pelayanan dan
pemanfaatan sarana pendukung.
Industri yang dikembangkan di Kecamatan Tembarak berupa
industri makanan. Keberadaan industri ini mampu meningkatkan
potensi warga Kecamatan Tembarak untuk menjual produk asli
Kecamatan Tembarak dan meningkatkan pendapatan daerah.
Laporan Akhir III - 8
5. Sarana Kesehatan Kecamatan Tembarak
Sarana kesehatan yang berada di Kecamatan Bulu-Kledung,
sebagian besar berupa Posyandu. Kecamatan Tembarak hanya
memiliki 1 Puskesmas. Keberadaan puskesmas, puskesmas
pembantu, poliklinik, dan balai pengobatan sangat jarang
ditemukan di Kecamatan Tembarak.
Tabel 3.3. Sarana Kesehatan di Kecamatan Tembarak
Jenis Sarana Kesehatan Kecamatan Tembarak
Jumlah (Unit)
Puskesmas 1
Puskesmas Pembantu -
Poliklinik/Balai Pengobatan -
Poskesdes 6
Posyandu 69
Sumber: Kecamatan Tembarak Dalam Angka, Tahun 2011
Posyandu hampir dapat ditemukan di setiap desa, dengan jumlah
yang cukup menjangkau kebutuhan pengobatan dan kesehatan
masyarakat. Keberadaan posyandu ini merupakan indikator
pemerataan sarana kesehatan bagi masyarakat Kecamatan
Tembarak.
6. Sarana Pendidikan Kecamatan Tembarak
Sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Tembarak sebagian
besar berupa SD dan TK. Keberadaan SLTA dan SLTP sangat jarang
ditemukan di masing-masing desa di Kecamatan Tembarak.
Tabel 3.4. Sarana Pendidikan di Kecamatan Tembarak
Jenis Sarana Pendidikan Kecamatan Tembarak
Jumlah (Unit)
SLTA 4
SLTP 6
SD 22
TK 17
TPA -
Lembaga Pendidikan Agama -
Sumber: Kecamatan Tembarak Dalam Angka, Tahun 2011
Laporan Akhir III - 9
7. Sarana Air Bersih Kecamatan Tembarak
Sarana air bersih yang ada di Kecamatan Tembarak sebagian besar
dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Tembarak untuk
memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari seperti sumber air
minum, mencuci, maupun MCK. Sarana air bersih yang banyak
ditemukan di Kecamatan Tembarak sebagian besar berupa mata air
dan sistem PDAM .
Tabel 3.5. Sarana Air Bersih di Kecamatan Tembarak
Jenis Sarana Air Bersih Kecamatan Tembarak Jumlah (Unit)
Sumur Pompa - Sumur Gali 748 Mata Air 5.185 Hidran Umum - Sistem PDAM 914 Embung - Perpipaan -
Sumber: Kecamatan Tembarak Dalam Angka, Tahun 2011
Masyarakat Kecamatan Tembarak merasa kebutuhan air bersihnya
sudah tercukupi, Kabupaten Temanggung sebagai wilayah yang
kaya akan ketersediaan sumber daya air tentunya kebutuhan air
bersih di setiap bagian wilayahnya telah tercukupi.
3.1.5. Sektor Produksi
Sektor produksi di Kecamatan Tembarak didominasi dua sub sektor
yaitu sub sektor tanaman pangan dan sub sektor perkebunan. Produk
unggulan sektor di produksi di Kecamatan Tembarak didominasi oleh
padi dan jagung. Produksi pangan menurut jenisnya dirinci Per Desa di
Kecamatan Tembarak dapat dilihat pada tabel berikut :
Laporan Akhir III - 10
Tabel 3.6.
Produksi Panen Menurut Jenisnya dirinci Per Desa
di Kecamatan Tembarak Tahun 2010
Desa
Padi Jagung Ketela
Pohon
Produksi (ton)
1 Wonokerso 1.554,00 26,00 -
2 Tembarak 460,00 75,00 6,00
3 Menggono 300,00 - -
4 Purwodadi 640,00 - -
5 Kemloko - 1.680,00 -
6 Tawangsari 105,00 - -
7 Greges 756,00 - -
8 Botoputih 230,00 64,00 -
9 Gandu - 98,00 3,10
10 Banaran - 123,00 -
11 Drono - 97,00 -
12 Krajan 8,00 - -
13 Jragan - 2,20 -
Jumlah 4.053,00 2.165,20 16,30
Sumber : Kecamatan Tembarak Dalam Angka, Tahun 2011
Sedangkan untuk produksi sayuran yaitu cabai dan kubis, untuk buah-
buahan yaitu kelengkeng, rambutan dll. Hasil tanaman perkebunan
dominan adalah tembakau. Di Kecamatan Tembarak juga terdapat usaha
peternakan besar, peternakan kecil, antara lain peternakan sapi dan
kambing terdapat di semua desa di Kecamatan Tembarak, ayam buras,
itik. Pada semua desa di Kecamatan Tembarak juga mempunyai industri
kecil dan industri rumah tangga seperti watung/toko/kios dan terdapat
17 restoran/rumah makan/warung makan.
Laporan Akhir III - 11
3.2. Desa Menggoro
3.2.1. Kondisi fisik Desa Menggoro
1. Kondisi Geografis
Desa Menggoro merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan
Tembarak Kabupaten Temanggung, jarak dari Kota Temanggung
8,50 Km, sedangkan dari Kecamatan Tembarak 0,20 Km. Dengan
Ketinggian 590 m dari permukaan Laut. Secara administrasi, Desa
Menggoro dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Desa Greges Kecamatan Tembarak
Sebelah Selatan :Desa Kacepit Kecamatan Selopampang
Sebelah Timur : Desa Tembarak Kecamatan Tembarak
Sebelah Barat : Desa Tawangsari Kecamatan Tembarak
Desa Menggoro terdapat 10 Dusun yaitu :
a. Dusun Kauman terdiri dari 3 RT
b. Dusun Ngabean terdiri dari 3 RT
c. Dusun Nolobangsan Timur terdiri dari 3 RT
d. Dusun Nolobangsan Barat terdiri dari 3 RT
e. Dusun Kamal Barat terdiri dari 2 RT
f. Dusun Sragan terdiri dari 2 RT
g. Dusun Jlamprang terdiri dari 3 RT
h. Dusun Jetis terdiri dari 3 RT
i. Dusun Ngenden terdiri dari 1 RT
j. Kamal Timur terdiri dari 3 RT
2. Penggunaan Lahan
Luas lahan Desa Menggoro yaitu 185,04 Ha, dengan rincian 143,59
Ha Lahan sawah dan 41,45 Ha lahan bukan sawah. Luas lahan
sawah pengairan (Irigasi) yang secara Teknis 130,00 sedangkan
setengah teknis 13,59. Sedangkan untuk penggunaan lahan bukan
sawah dirinci menurut jenisnya lahan untuk bangunan/pekarangan
25,54 Ha, 0,60 Ha merupakan kolam/empang, 12,00 Ha
perkebunan Negara/rakyat sedangkan untuk lahan lainnya 3,31 Ha.
Laporan Akhir III - 12
3. Demografi
Jumlah Penduduk Desa Menggoro tahun 2011 sebesar 3.176 jiwa,
dengan 863 KK, jumlah penduduk laki-laki 1.555 jiwa sedangkan
perempuan 1.621 jiwa.
3.2.2. Ketersediaan Prasarana dan Sarana Permukiman Desa Menggoro
1. Sarana dan Prasarana Transportasi
Sarana dan prasarana transportasi sangat penting untuk
kemudahan mobilitas yang dilakukan masyarakat. Berikut ini
merupakan sarana dan prasarana yang ada di Desa Menggoro:
Tabel 3.7. Jenis Sarana dan Prasarana Transportasi
Desa Menggoro
Sumber: Potensi Desa Menggoro, Tahun 2011
Desa Menggoro terdiri dari 10 Dusun, jalan penghubung antar
dusun tersebut menggunakan jalan aspal dan jalan trasah. Kondisi
jalan antar dusun dan jalan utama Desa Menggoro dalam kondisi
relatif baik.
Akses jalan dari lahan pertanian ke pasar sebagian menggunakan
jalan trasah dalam kondisi kurang terawat (di lahan pertanian) dan
Jenis Sarana dan Prasarana Transportasi
Baik km(unit)
Rusak km (unit)
1. Jalan Desa/Kelurahan
Panjang jalan macadam 1 km 1 km
Panjang jalan tanah - 1 km
2. Jalan Antar
Desa/Kelurahan/Kecamatan
Panjang jalan macadam 0,5 km -
3. Jalan Kabupaten yang melewati
Desa/Kelurahan
Panjang jalan aspal 1 km -
4. Jembatan Desa / Kelurahan
Jumlah Jembatan besi 2 unit -
Jumlah jembatan kayu 1 unit 1 unit
Laporan Akhir III - 13
relatif baik didalam dusun atau antar dusun, hal ini dapat
menghambat pergerakan distribusi penjualan hasil pertanian ke
pasar dari sisi waktu tempuh dan biaya operasional kendaraan
meningkat. Sedangkan pergerakan di jalan utama menuju pasar
dalam kondisi aspal baik.
2. Sarana Pendidikan Desa Menggoro
Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Menggoro sebagian
berupa TK, SD, SLTP (MTs), dan SLTA.
Tabel 3.8. Sarana Pendidikan di Desa Menggoro
Sumber: RPJM Desa Menggoro, Tahun 2011
Permasalahan yang dihadapi untuk sarana pendidikan di Desa
Menggoro adalah gedung TK yang tidak layak serta kurangnya
fasilitas yang memadai.
3. Sarana Kesehatan Desa Menggoro
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dibidang kesehatan telah ada
posyandu sejumlah Sembilan tempat namun peran aktif kader
masih perlu ditingkatkan dan sarana pendukung yang ada seperti
puskesmas yang ada di desa sangat membantu masyarakat
ekonomi menengah dalam pengobatan.
Dalam pemberian kartu Askes Gaskin telah diadakan pendataan
secara selektif sehingga bantuan tersebut dapat disalurkan bagi
warga yang benar-benar tidak mampu.
Jenis Sarana Pendidikan
Kecamatan Tembarak
Jumlah
Murid
Jumlah
Guru
SMU ISLAM SUDIRMAN 133 20
MTs MENGGORO 28 9
SDN 1 MENGGORO 102 11
SDN 2 MENGGORO 143 13
TK DHARMA WANITA 61 3
Laporan Akhir III - 14
Tabel 3.9.
Sarana Kesehatan di Desa Menggoro
Jenis Sarana Kesehatan Desa Menggoro
Jumlah (Unit)
Puskesmas 1
Rumah Bersalin 2
Apotik 1
Posyandu 9
Sumber : Profil Desa Menggoro, Tahun 2011
Permasalahan yang dihadapi untuk sarana kesehatan belum
mempunyai gedung Posyandu (masih menumpang) dan peralatan
belum lengkap.
4. Sarana Air Bersih
Desa Menggoro merupakan dataran pada ketinggian 590 meter dari
ketinggian permukaan laut. Dengan kondisi geografis daerah
pegunungan ini sangat mendukung ketersediaan air baik berupa
aliran sungai maupun mata air. Pemanfaatan sumber potensi
ketersediaan air tersebut khususnya untuk pemenuhan kebutuhan
rumah tangga, secara umum dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu sarana penyediaan air bersih secara individual dan secara
komunal. Beberapa jenis sarana penyediaan air bersih individual
misalnya sumur gali, sumur pantek maupun pemanfaatan mata air
yang lain.
Sarana air bersih yang ada di Desa Menggoro sebagian besar
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air
bersih sehari-hari seperti sumber air minum, mencuci, maupun
MCK. Sarana air bersih yang banyak ditemukan di Desa Menggoro
sebagian besar berupa PAH dan sumur gali.
Laporan Akhir III - 15
Tabel 3.10. Sarana Air Bersih di Desa Menggoro
No. Jenis Jumlah Pengguna
(KK)
Jumlah (Unit)
1. Sumur Gali 150 Keluarga 115
2. Pelanggan PAM 196 Keluarga 1
3. Sumur Pompa 82 Keluarga -
4. Perpipaan Air
Kran
199 Keluarga 1
5. Mata Air 235 Keluarga 20
Sumber : Tingkat Perkembangan Desa, 2011
Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Menggoro
dalam ketersediaan atau pemenuhan air bersih di musim kemarau
mengalami kekurangan air bersih.
5. Sarana Perdagangan dan Jasa
Sarana perdagangan yang ada di Desa Menggoro adalah Pasar
Gondang dan Pasar Jumat Pahing, sebagai sarana transaksi dari
sektor perdagangan yang sangat menunjang kegiatan
perekonomian untuk meningkatkan serta menambah tingkat
pendapatan/kesejahteraan masyarakat. Berikut ini adalah pasar
yang berada di wilayah Desa Menggoro :
Tabel 3.11.
Pasar Desa Menggoro
No Nama Pasar Jumlah Kios
Jumlah Los
Jumlah Toko
1. Pasar Gondang 35 100 7
2. Pasar Jumat
Pahing
5 30 0
Sumber : RPJM Desa Menggoro, Tahun 2011
Laporan Akhir III - 16
Gambar 3.2. Kondisi Pasar Gondang Desa Menggoro
Gambar 3.3.
Akses Jalan Utama Pasar Gondang Desa Menggoro
Persoalan yang dihadapi terkait dengan letak Pasar Gondang yang
letaknya kurang strategis yang terlalu dekat dengan jalan raya
mengakibatkan kurangnya lahan parkir sehingga menyulitkan
pedagang dan pembeli yang akan melakukan aktifitas jual beli dan
kondisi pasar yang terlalu sempit sehingga sulit untuk ditata dan
kondisi kebersihannyapun terabaikan. Di Desa Menggoro juga
terdapat pasar Jumat Pahing yang banyak dikeluhkan oleh
Laporan Akhir III - 17
masyarakat masalah kondisi bangunan fisiknya. Persoalan yang
dihadapi antara lain :
a. Kondisi pasar kurang layak sehingga kenyamanan berkurang
bagi pedagang maupun pembeli di pasar.
b. Kurangnya lahan parkir untuk menampung kendaraan
sehingga parkir di badan jalan menyebabkan kemacetan lalu
lintas.
c. Kondisi jalan yang kurang baik terutama pada musim hujan
sehingga perlu perbaikan jalan dan pemasangan rabat beton.
6. Sarana Drainase
Drainase di daerah pedesaan berupa saluran air untuk menampung
dan mengalirkan air hujan yang diletakkan di pinggir kanan kiri
jalan. Di Desa Menggoro jalan utama desa dalam kondisi yang
cukup baik akan tetapi perlunya peningkatan saluran drainase pada
semua ruas jaringan jalan ditiap dusun yang tidak memiliki saluran
drainase. Drainase yang sudah ada ditiap dusun di Desa Menggoro
masih perlu pembenahan karena sarana drainase yang seharusnya
untuk mengalirkan air hujan digunakan warga untuk mengalirkan
air limbah rumah tangga sehingga terkesan kumuh dan bau.
7. Sarana Irigasi
Lahan pertanian Desa Menggoro seluas 141,199 Ha/m² memiliki
kondisi lahan yang cukup baik, akan tetapi saluran irigasi banyak
yang perlu pembenahan/perbaikan karena banyak yang kurang
berfungsi dengan baik. Pendangkalan sungai mengakibatkan
terhambatnya aliran air irigasi bila musim kemarau. Panjang
saluran sekunder yang ada 2.580 m dengan kondisi saluran
sekunder yang rusak ± 25 m. Saluran irigasi tersier yang rusak
sepanjang 7 m dari panjang keseluruhan 5.000 m.
3.2.3. Profil dan Karakteristik Masyarakat Desa Menggoro
Berdasarkan data jumlah penduduk tahun 2012, jumlah penduduk Desa
Menggoro sebanyak 3.176 jiwa yang terdiri jumlah laki-laki 1.555 jiwa
dan jumlah perempuan 1.621 jiwa.
Laporan Akhir III - 18
1. Karakteristik Masyarakat Menurut Mata Pencaharian
Berdasarkan data dari buku Potensi Desa Menggoro mayoritas
mata pencaharian penduduk desa bergerak dibidang pertanian.
Dari jumlah penduduk sebesar 3.176 jiwa sebanyak 1.767 jiwa yang
bekerja sebagai petani. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada
tabel 5.6. berikut :
Tabel 3.12. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase
1. Petani 2.123 91%
2. PNS 60 3%
3. Pedagang dan
pengrajin
59 2%
4. Buruh 22 1%
5. lain-lain 78 3%
Sumber : Profil Desa Menggoro, Tahun 2012
Gambar 3.4. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Sumber : Profil Desa Menggoro, Tahun 2012
89%
2% 2%
7%
MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT KECAMATAN TEMBARAK TAHUN 2012
Petani Peternak Bangunan Perdagangan
Laporan Akhir III - 19
2. Karakteristik Masyarakat Menurut Pendidikan
Sebagian besar penduduk Desa Menggoro memiliki tingkat
pendidikan yang relatif rendah. Rata-rata pendidikan masyarakat
adalah Tamatan SD, dan sebagian kecil lulusan SMA dan Perguruan
Tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat karena banyak
masyarakat yang berpendapatan rendah sehingga tidak mampu
untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Karena tingkat
pendidikan yang rendah maka banyak masyarakat yang bekerja
sebagai buruh.
3. Karakteristik Masyarakat Menurut Sosial Budaya
Mayoritas masyarakat Desa Menggoro memeluk agama Islam dan
fasilitas sarana ibadahnya tersedia di semua dusun. Ada juga
masyarakat menggoro yang memeluk agama kristen dan katholik,
tetapi untuk fasilitas sarana ibadah tersebut tidak tersedia di Desa
Menggoro.
3.2.4. Kondisi Perekonomian dan Potensi Desa Menggoro
1. Komoditas pertanian, perkebunan dan perikanan
a. Eksisting
Komoditas pertanian di Desa Menggoro meliputi padi, cabai,
kubis, brokoli, terong. Komoditas unggulan Desa Menggoro
adalah padi dengan produksi 8 ton/Ha dengan luasan lahan 30
Ha.
Tabel 3.13.
Komoditas Pertanian di Desa Menggoro
No Komoditas Luas (Ha) Produksi
(ton/Ha)
1. Padi 30 8
2. Cabai 5 6
3. Kubis 1 20
4. Brokoli 2 15
5. Terong 1 8
Sumber : Potensi Desa Menggoro, Tahun 2011
Laporan Akhir III - 20
Komoditas perkebunan di Desa Menggoro adalah tembakau
dengan luas lahan 55 Ha dan produksi 50 kw/Ha. Sedangkan
untuk komoditi perikanan meliputi ikan Mujair dan ikan Lele,
untuk ikan Mujair jumlah produksi mencapai 1,5 ton/th
sedangkan ikan lele produksinya 10 ton/th.
b. Persoalan
Persoalan pertanian yang dihadapi Desa Menggoro adalah
sebagai berikut :
Rendahnya komoditas pertanian disebabkan oleh
kurangnya pasokan air pada musim kemarau ke sawah
karena saluran irigasi banyak yang rusak.
Komoditi unggulan di Desa Menggoro yaitu padi juga
menjadi komoditas unggulan desa hinterlandnya sehingga
perlu spesialisasi produk unggulan agar saling
melengkapi.
Kondisi transportasi hasil pertanian dari sawah/ladang
kondisinya masih jalan tanah dan trasah sehingga pada
saat musim hujan jalan becek karena saluran drainase
tidak ada. Hal tersebut cukup menghambat pergerakan
hasil pertanian ke pasar.
Tingkat pertumbuhan perekonomian Desa Menggoro
masih relatif rendah, itu disebabkan karena mayoritas
penduduk Desa Menggoro bermata pencaharian sebagai
petani tradisional, belum menerapkan sistem pertanian
modern. Pada usaha pertanian tanpa melakukan
diversifikasi usaha, sehingga pendapatan ekonomi rumah
tangga sangat bergantung pada hasil panennya. Hal ini
akan berakibat fatal apabila terjadi kegagalan produksi
(gagal panen) yang secara langsung akan menurunkan
pendapatan ekonomi keluarga. Indikator yang lain adalah
karena masih minimnya sarana dasar sektor pertanian,
seperti kelompok tani yang belum optimal, peralatan
Laporan Akhir III - 21
pertanian yang masih sederhana, serta pengetahuan yang
masih kurang.
Hanya sebagian golongan kecil petani yang melakukan
diversifikasi usaha rumah tangganya selain bertani, yaitu
dengan menjadi pedagang atau usaha dibidang perikanan di
desanya, sehingga apabila terjadi kegagalan panen golongan ini
relatif aman dengan pendapatan cadangan (reserve income)
yang dimiliki dari diversifikasi usahanya. Berdasarkan dari
hasil survey dan wawancara dengan, bahwa rata-rata
pendapatan masyarakat >Rp.50.000/hari. Untuk itu perlu
dilakukan perencanaan sektor ekonomi yang diarahkan pada
peningkatan pendapatan masyarakat.
Gambar 3.5.
Pertanian Tembakau di Desa Menggoro
Gambar 3.6.
Perikanan Lele di Desa Menggoro
Laporan Akhir III - 22
Namun demikian apabila dibandingkan dengan keadaan
ekonomi pada lima tahun terakhir ini rata-rata ada kenaikan
meskipun tidak signifikan, itu didukung mulai berkembangnya
KUB (Industri kecil)/Industri rumah tangga dengan contoh
pembuatan ceriping dan kue/makanan ringan yang biasa
diberdayakan dan dipasarkan meskipun masih bertaraf lokal,
setidaknya kegiatan tersebut banyak dapat menopang
kebutuhan keluarga sehari-hari.
Persoalan yang dihadapi karena tingkat pertumbuhan
perekonomian Desa Menggoro masih relatif rendah, itu
disebabkan karena mayoritas penduduk Desa Menggoro
bermata pencaharian sebagai petani tradisional, belum
menerapkan sistem pertanian modern. Indikator yang lain
adalah karena masih minimnya sarana dasar sektor pertanian,
seperti jalan usaha tani yang rusak, kelompok tani yang masih
kurang, selain itu dalam pembentukan kelompok tani tersebut
juga dikembangkan dalam bidang perikanan dan peternakan
karena mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Tabel 3.14.
Tingkat Kesejahteraan Sosial Desa Menggoro
No Data Penduduk Jumlah
1. Jumlah KK Prasejahtera 136
2. Jumlah KK Sejahtera I 68
3. Jumlah KK Sejahtera II 47
4. Jumlah KK Sejahtera III 554
5. Jumlah KK Sejahtera III+ 16
Jumlah 861
Sumber: RPJM-Desa Menggoro, Tahun 2009-2013
2. Komoditas wisata
Desa Menggoro merupakan salah satu desa yang memiliki situs
sejarah yang masih belum dikaji secara lengkap. Di Desa Menggoro
Laporan Akhir III - 23
ada sebuah Masjid yang menurut cerita para ulama merupakan
masjid tertua dan dibangun oleh Sunan Kalijaga, dimasjid ini ada
tradisi sudah terjadi sejak jaman dahulu sampai sekarang masih
tetap dilaksanakan yaitu setiap malam jumat pahing diadakan
mujahadah. Masjid ini selalu dikunjungi oleh masyarakat/
pengunjung yang berasal dari daerah setempat maupun
masyarakat luar daerah untuk melaksanakan mujahadah (Doa
bersama) dan yang lebih unik bagi adanya Pasar Jumat Pahing
dimana banyak pedagang yang menjajakan barang dagangannya
baik dari jenis makanan tradisional, mainan anak-anak, souvenir
dll.
Gambar 3.8. Masjid Desa Menggoro
3. Potensi Usaha Kecil
Potensi usaha kecil yang ada di Desa Menggoro meliputi koperasi
unit desa, koperasi simpan pinjam, Bumdes, industri makanan,
industri material bahan bangunan, industri kerajinan, warung
kelontong, pasar, usaha perikanan, usaha peternakan.
3.2.5. Struktur stakeholder internal desa
Tata pemerintahan desa menggoro dipimpin oleh seorang Kepala Desa
yang dibantu oleh seorang sekretaris desa, tiga orang kepala seksi, dua
orang kepala urusan dan satu orang pembantu kepala seksi kesra serta
Laporan Akhir III - 24
sepuluh orang kepala dusun yang masing-masing mempunyai tugas
pada bidangnya masing-masing. Dalam pemerintahan Desa Menggoro
telah terbentuk Kepala Desa dan Perangkat Desa yang pembentukannya
secara terpilih langsung oleh masyarakat bahkan ada yang melalui
seleksi langsung. Struktur Desa Menggoro :
Kepala Desa Menggoro : Musafak
Kepala Dusun Kauman : Urip
Kepala Dusun Ngabean : Triyono
Kepala Dusun Nolobangsan Timur : Muh. Ikhsan
Kepala Dusun Nolobangsan Barat : Ahmad Amin
Kepala Dusun Kamal Barat : Slamet Taqwanto
Kepala Dusun Sragan : Isrofi
Kepala Dusun Jlamprangan : Muh. Salim
Kepala Dusun Jetis : Nurohman
Kepala Dusun Ngenden : Mahrusin
Kepala Dusun Kamal Timur : Mulyadi
Pemerintah Desa Menggoro dibantu oleh beberapa lembaga desa yang
masing-masing mempunyai fungsi dan peran sendiri-sendiri. Adapun
lembaga kemasyarakatan desa yang ada di Desa Menggoro antara lian:
1. Lembaga Permusyawaratan Masyarakat Desa
2. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
3. Lonmas/Polmas
4. Pengurus RT, Karangtaruna dan Gapoktan
Laporan Akhir IV - 1
BAB IV
ANALISIS WILAYAH
PERENCANAAN KTP2D
4.1. Analisa Sarana Prasarana
4.1.1. Transportasi
Kondisi jalan utama desa Menggoro (DPP) relatif baik dengan
perkerasan aspal, jalan penghubung antar dusun tersebut
menggunakan jalan aspal dan jalan trasah ada beberapa yang dalam
kondisi baik dan ada beberapa juga yang dalam kondisi rusak.
Kondisi akses jalan menuju pasar Desa Menggoro atau Pasar
Gondang relatif baik dengan perkerasan aspal.
Kepadatan di jalan utama antar desa terjadi di beberapa titik antara
lain di sepanjang jalan utama menuju Pasar Gondang. Hal ini
diakibatkan ruas jalan pasar yang digunakan sebagai lahan parkir
dan banyak kendaraan yang menaik turunkan penumpang maupun
menaik turunkan barang dagangan di badan jalan karena tidak
adanya area parkir khusus untuk kendaraan para pedagang dan
pembeli, ditambah dengan aktivitas pejalan kaki yang berjalan di
badan jalan sehingga berdampak pada membesarnya hambatan
samping jalan yang mengakibatkan kemacetan dan mengganggu
pergerakan jalan utama.
Pengaturan pasar dengan mengatur areal parkir diperlukan untuk
menampung kendaraan yang parkir di badan jalan di sepanjang
Pasar Gondang agar tidak mengganggu pergerakan jalan utama desa.
Kepadatan juga terjadi di saat pagi dan siang hari saat keluar masuk
sekolah (SLTP sampai setingkat SMU), maupun aktivitas perkantoran
yang berlokasi di sepanjang jalan utama.
Akses jalan dari lahan pertanian ke pasar sebagian menggunakan
jalan trasah dalam kondisi kurang terawat (di lahan pertanian) hal
ini dapat menghambat pergerakan distribusi penjualan hasil
Laporan Akhir IV - 2
pertanian ke pasar dari sisi waktu tempuh dan biaya operasional
kendaraan meningkat.
Jalan penghubung antar DPP Desa Menggoro dengan jalan desa
Hinterlands atau jalan di sekitar Desa Menggoro sebagian dalam
keadaan rusak berat dan jalan trasah. Jalan utama penghubung Desa
Menggoro dengan Desa Purwodadi sudah cukup baik beraspal, jalan
masuk ke Desa Purwodadi masih jalan trasah. Jalan utama
penghubung Desa Menggoro dengan Desa Wonokerso dalam kondisi
yang baik yaitu jalan aspal. Jalan utama penghubung Desa Menggoro
dengan Desa Greges sampai Desa Botoputih dalam kondisi jalan aspal
rusak berat. Jalan utama penghubung Desa Menggoro dan Desa
Tawangsari jalan aspal dalam kondisi rusak berat. Jalan utama
penghubung Desa Menggoro dengan Desa Botoputih yaitu jalan
trasah. Sebagian kondisi jalan penghubung desa dengan dusun masih
menggunakan jalan trasah, dan jalan utama pertanian masih
menggunakan jalan trasah.
Perlunya dilakukan perbaikan jalan khususnya pengaspalan jalan
penghubung antar desa, perbaikan jalan penghubung antar dusun
dan jalan usaha tani sehingga mobilitas dan pergerakan masyarakat
tidak terhambat dan diharapkan akan melancarkan perekonomian
warga sehingga meningkatnya produktivitas ekonomi warga.
4.1.2. Saluran Drainase/Selokan Jalan
Saluran drainase sebagian besar belum ada, sebagian kecil berada di
jalan utama desa perbatasan antar desa. Ketiadaan saluran drainase
mengakibatkan pada waktu hujan terjadi genangan yang membuat
jalan menjadi becek sehingga mengakibatkan jalan menjadi rusak. Hal
ini juga akan menghambat proses distribusi barang produksi
pertanian dan usaha kecil yang berdampak menurunnya tingkat
produktivitas ekonomi rakyat.
Oleh karena itu diperlukan perbaikan dan pembuatan saluran drainase
di jalan utama desa dan jalan penghubung antar desa serta jalan
penghubung antar dusun. Agar kondisi drainase semakin lancar dan
Laporan Akhir IV - 3
kondisi jalan pun menjadi baik dan dapat dilalui kapan saja sehingga
tidak menghambat distribusi barang dan jasa.
4.1.3. Air Bersih
Pemenuhan kebutuhan air bersih pada tiap desa relatif terpenuhi,
hanya sebagian desa yang mengalami kekurangan air pada saat musim
kemarau yaitu di Desa Menggoro, sebagian dusun di Desa Botoputih
dan sebagian dusun di Desa Tawangsari.
Pemenuhan air bersih di beberapa desa terkait dengan menurunnya
debit pada sumber mata air di musim kemarau hal ini dikarenakan
juga karena sumber air yang berada di penampungan air bersih hanya
dikuasai oleh kelompok tertentu hal ini mengakibatkan ketidak
merataan distribusi air bersih dari sumber ke seluruh dusun, perlunya
dilakukan koordinasi antar warga masyarakat terkait dengan
pembagian air dari sumber yang ada sehingga masyarakat tidak akan
mengalami kesulitan air bersih pada musim kemarau.
4.1.4. Irigasi
Saluran irigasi pada umumnya belum memenuhi seluruh pertanian
pada Desa Wonokerso diakibatkan karena DAM dan gorong-gorong
belum permanen sehingga saluran irigasi tidak berfungsi secara
maksimal, Desa Tawangsari sistem pembagian air untuk saluran
irigasi dilakukan secara bergantian antar dusun, dan sebagian
permasalahan irigasi yaitu saluran irigasi yang tidak berfungsi secara
maksimal karena air banyak yang bocor dan merembes keluar saluran
irigasi, begitu juga dengan saluran irigasi di Desa Menggoro dari DAM
Sebabung saluran irigasi banyak yang merembes keluar saluran
sehingga pengairan untuk pertanian kurang maksimal. Saluran irigasi
Segumuk di Desa Purwodadi ditemukan berbagai kendala, antara lain
sayap bendung Segumuk longsor karena banjir, dan saluran irigasi
belum permanen sehingga banyak mengalami kebocoran sehingga
berakibat berkurangnya air irigasi.
Perbaikan saluran irigasi merupakan salah satu cara untuk
memaksimalkan saluran irigasi sehingga dapat memenuhi seluruh
pertanian yang berada di tiap desa. Pembangunan saluran irigasi akan
Laporan Akhir IV - 4
mempunyai dampak yang luas bagi peningkatan penghasilan dan taraf
hidup para petani melalui aneka usaha pertanian.
4.1.5. Persampahan
Belum ada pengolahan sampah yang dilakukan di desa baik sampah
dari sisa rumah tangga, perkantoran maupun sampah dari pasar.
Pembuangan sampah masih dibuang sembarangan sehingga dapat
menjadi vector bibit penyakit dan secara estetika tidak enak
dipandang. Hal ini sebenarnya dapat dilakukan pengelolaan sampah
sederhana sehingga sampah yang dihasilkan dapat bernilai guna bagi
masyarakat.
Berdasarkan wacana di Desa Tawangsari dan Desa Botoputih
sebenarnya telah mempunyai ide pengelolaan dan pemanfaatan
sampah organik dan an organik yang akan mengelola sampah baik dari
rumah tangga, perkantoran maupun pasar. Sampah organik akan
dijadikan kompos sedangkan sampah an organik bisa dikumpulkan
kemudian dilakukan penyortiran dan sampah an organik dapat dijual,
akan tetapi terkendala oleh sarana dan prasarana pendukungnya.
4.2. Analisa Keruangan
4.2.1. Interaksi antara DPP dan Hinterlands
Interaksi yang terjadi antara DPP dengan Hinterlands didasarkan atas
prinsip saling membutuhkan dan melengkapi. DPP Desa Menggoro yang
memiliki lokasi strategis di jalur perlintasan antar desa dan kecamatan
serta ditunjang dengan keberadaan pasar, sekolah dan fasilitas
kesehatan yang menjadi pusat pergerakan Desa Menggoro. Aktivitas
pasar Gondang menjadi penunjang perekonomian bagi masyarakat Desa
Menggoro dan masyarakat sekitar Desa Menggoro.
4.2.2. Kebutuhan Ruang
Diperkirakan dengan berkembangnya Desa Menggoro sebagai DPP
Jumlah penduduk Desa Menggoro mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun berkisar 1,2% per tahun. Jumlah penduduk tahun 2015 sebesar
3334 atau terjadi penambahan sebesar 158 jiwa. Pertumbuhan
penduduk berdampak pada meningkatnya kebutuhan terhadap ruang
Laporan Akhir IV - 5
untuk melakukan berbagai aktivitas seperti permukiman, pendidikan,
perdagangan, jasa dll.
Tabel 4.1.
Proyeksi Penduduk Desa Menggoro
Tahun Jumlah penduduk
2010 3139
2011 3176
2012 3215
2013 3254
2014 3294
2015 3334
1. Kebutuhan ruang permukiman
Dengan pertambahan jumlah penduduk sebesar 158 jiwa (asumsi 1
KK terdiri dari 4 jiwa) sehingga kebutuhan rumah sebesar 40 rumah,
dengan asumsi tiap rumah memiliki luasan tapak 100 m2 maka
dibutuhkan lahan seluas 4000 m2 di per desa, untuk menampung
pertambahan penduduk pada tahun 2015.
2. Kebutuhan Fasilitas Pendidikan
Dengan asumsi 1 kelas berisi 40 siswa maka diperlukan 4 kelas
tambahan yang terdistriibusi nebgerucut dari tingkatan yang
terendah TK, SD, SMP atau sederajat. Dibutuhkan penambahan 1 kelas
SMP/sederajat, 2 kelas SD/sederajat, 2 kelas TK/sederajat. Bila luasan
1 kelas sebesar 80 m2 maka dibutuhkan 320 m2 lahan.
3. Kebutuhan Fasilitas Kesehatan
Saat ini sudah ada fasilitas kesehatan yaitu puskesmas di desa
menggoro. Dengan pertambahan jumlah penduduk serta peningkatan
akses pelayanan kesehatan, maka diperlukan polindes atau poliklinik
desa yang memiliki standar polindes serta mempunyai sarana dan
prasarana yang lengkap, sehingga pemerataan pelayanan kesehatan
dapat diperoleh oleh masyarakat secara maksimal dan merata.
Laporan Akhir IV - 6
4. Kebutuhan lahan untuk saluran drainase/selokan
Kebutuhan lahan untuk drainase di kiri dan kanan jalan baik jalan
antar desa sepanjang 1,5 km dengan lebar 80 cm dengan kedalaman
100 cm, memerlukan lahan seluas 1600 m2. Sedangkan saluran
drainase disepanjang jalan antar dusun sepanjang 10 km dengan
lebar 50 cm dengan kedalaman 50 cm, memerlukan lahan seluas
10.000 m2.
4.3. Analisa Dampak Sosial Ekonomi
Dengan berkembangnya Desa Menggoro menjadi DPP maka diharapkan akan
berdampak pada perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Peran dari
DPP merupakan sentra dari daerah hinterland yang dapat berarti bahwa selain
Desa Menggoro memiliki karakteristik potensi ekonomi unggulan, Desa
Menggoro juga memiliki tempat terjadinya jual beli barang komoditas dari
hinterland dipasar Gondang sehingga menyebabkan pemenuhan kebutuhan
para pelaku ekonomi seperti tempat makan, toko pakaian, jasa dll. Hal ini akan
menyebabkan pola perekonomian Desa Menggoro bergeser dari orientasi
pertanian menjadi ke arah non pertanian dan jasa. Desa Menggoro sebagai DPP
memiliki fungsi sebagai pusat jual beli komoditas pertanian dan non pertanian
desa hinterlands yang dikonsentrasikan di pasar Gondang, akan membuat pola
distribusi penjualan komoditas pertanian menjadi lebih terstruktur dan
berjenjang dengan mekanisme pasar sehingga berpeluang para tengkulak yang
mematok harga rendah terhadap pembelian komoditas pertanian tidak ada lagi
karena minimnya akses petani pada informasi harga dan pembeli, sehingga
diharapkan tingkat kesejahteraan petani dapat lebih baik.
4.4. Analisis SWOT
Untuk mengetahui strategi-strategi dalam KTP2D DPP Desa Menggoro dapat
dilakukan dengan menggunakan analisis situasi saat ini pada lokasi DPP dan
Desa Hinterland, yang salah satunya menggunakan SWOT. Dalam
menggunakan metode SWOT, Perlu diketahui faktor-faktor yang diduga akan
mempengaruhi terhadap pencapaian tujuan KTP2D di kawasan Desa
Menggoro. Untuk mengetahui faktor-faktor tersebut, maka dilakukan
Laporan Akhir IV - 7
identifikasi faktor yang akan menghambat maupun yang akan memperlancar
KTP2D Menggoro yang akan dikaji dan dianalisis dengan melihat potensi
biofisik dan sosial ekonomi masyarakat pada DPP dan Desa Hinterland.
a. Aspek Internal
Dari hasil pengamatan di lapangan dan masukan dari berbagai sumber,
dapat diseskripsikan beberapa kekuatan (strength) dan kelemahan
(Weakness) yang dimiliki oleh kawasan KTP2D antara lain seperti tersaji
dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2. Faktor-faktor Kekuatan (Strenght)
Kode Definisi Kekuatan
S1 Kondisi biofisik wilayah KTP2D yang menunjang kegiatan
S2 Keanekaragaman jenis potensi wilayah (desa) seperti SDM, Pertanian, perkebunan merupakan aset berharga
S3 Keberadaan kelompok – kelompok tani dan kelompok kegiatan
S4 Keberadaan kelembagaan masyarakat
S5 Keberadaan program-program desa
S6 Keberadaan instansi terkait
Sumber : Observasi dan hasil wawancara, Tahun 2012
Tabel tersebut menyajikan beberapa aspek di KTP2D yang dapat
dikatakan sebagai faktor kekuatan, sementara aspek-aspek yang
merupakan faktor kelemahan dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Faktor-faktor Kelemahan (Weakness)
Kode Definisi Kelemahan
WI Kurangnya pemahaman /pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan
W2 Masih kurangnya sarana prasarana di beberapa wilayah DPP dan Desa Hinterland
W3 Fasilitas biaya oprasional yang terbatas
Sumber : Observasi dan hasil wawancara, Tahun 2012
b. Aspek Eksternal KTP2D
Dari hasil pengamatan di lapangan dan masukan dari berbagai sumber,
dapat dideskripsikan beberapa peluang (Opportunity) dan ancaman
Laporan Akhir IV - 8
(Threats) yang dimiliki oleh kawasan antara lain seperti yang tersaji pada
tabel 4.4. berikut :
Tabel 4.4. Faktor-faktor Peluang (Opportunity)
Kode Definisi Peluang
O1 Dukungan masyarakat yang tinggi O2 Tingginya motivasi masyarakat untuk meningkatkan
sarana prasarana yang kurang memadai
O3 Permintaan masyarakat akan pembangunan sarana prasarana cukup besar yang dapat melancarkan perekonomian warga sehingga meningkatnya produktivitas ekonomi warga dan kesejahtraan masyarakat
Sumber : Observasi dan Hasil wawancara, Tahun 2012 Aspek-aspek yang merupakan faktor ancaman dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Faktor-faktor Ancaman (Threats)
Kode Definisi Ancaman
T1 Terbatasnya sarana prasarana pendukung (moda angkutan, kondisi jalan, kegiatan penyuluhan, dll)
T2 Sebagian besar masyarakat masih memiliki pemikiran yang sederhana dalam mengembangkan potensi desa
T3 Masyarakat sebagian besar hanya mengandalkan komoditas pertanian mentah yang akan dijual ke pasaran sehingga hal ini menyebabkan nilai tambah dan penghasilan tetap kecil
Sumber : Observasi dan Hasil wawancara, Tahun 2012 Dari hasil identifikasi faktor-faktor (kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman) diatas, selanjutnya dapat dirancang strategi-strategi dalam
matrik SWOT seperti pada tabel 4.6.
Laporan Akhir IV - 9
Tabel 4.6. Matrik SWOT Dalam KTP2D
INTERNAL
EKSTERNAL
Strenght (S)
- Kondisi biofisik wilayah KTP2D yang menunjang kegiatan
- Keanekaragaman jenis potensi wilayah (desa) seperti SDM, Pertanian, perkebunan merupakan aset berharga
- Keberadaan kelompok – kelompok tani dan kelompok kegiatan
- Keberadaan kelembagaan masyarakat
- Keberadaan program-program desa
- Keberadaan instansi terkait
Weakness (W)
- Kurangnya pemahaman /pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan
- Masih kurangnya sarana prasarana di beberapa wilayah DPP dan Desa Hinterland
- Fasilitas biaya oprasional yang terbatas
Opportunity (O)
- Dukungan masyarakat yang tinggi - Tingginya motivasi masyarakat
untuk meningkatkan sarana prasarana yang kurang memadai
- Permintaan masyarakat akan pembangunan sarana prasarana cukup besar yang dapat melancarkan perekonomian warga sehingga meningkatnya produktivitas ekonomi warga dan kesejahtraan masyarakat
Strategi (SO)
1. Meningkatkan intensifikasi komoditi yang memiliki nilai jual tinggi
2. Meningkatkan produktivitas komoditas potensial
3. Mengembangkan kegiatan pengolahan komoditas pertanian dan kegiatan perekonomian lainnya melalui pengaktifan kelompok tersebut.
4. Mengembangkan kegiatan-kegiatan melalui program-program desa
5. Meningkatkan kerjasama antar instansi terkait dengan program desa
Strategi (WO)
1. Melakukan pembinaan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian
2. Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait dalam pengadaan sarana prasarana yang kurang memadai
3. Meningkatkan dan menumbuhkembangkan semua komponen kelembagaan untuk memudahkan dan memperlancar pembangunan sarana dan prasarana
Threats (T) - Terbatasnya sarana prasarana
pendukung (moda angkutan, kondisi jalan, kegiatan penyuluhan, dll)
- Sebagian besar masyarakat masih memiliki pemikiran yang sederhana dalam mengembangkan potensi desa
- Masyarakat sebagian besar hanya mengandalkan komoditas pertanian mentah yang akan dijual ke pasaran sehingga hal ini menyebabkan nilai tambah dan penghasilan tetap kecil
Strategi (ST) 1. Membangun sarana dan
prasarana serta meningkatkan kondisi biofisik
2. Membuka cara berfikir masyarakat untuk mengembangkan potensi desa
3. Melakukan kegiatan pengolahan komoditas untuk memperoleh nilai tambah
Strategi (WT) 1. Percepatan ekonomi
daerah, sangat perlu
adanya kemitraan.
Kemitraan yang dimaksud
adalah dalam bentuk
partisipasi dari semua
unsur yang terkait untuk
pengembangan potensi 2. Peningkatan kemampuan
SDM, karena dengan
meningkatnya kemampuan
SDM yaitu peningkatan
jenjang pendidikan
penduduk akan
berpengaruh pada
kecepatan penyerapan
adopsi teknologi,
kemampuan untuk
menggali informasi dan
daya kreatifitas dan
inovasi. Dengan
Laporan Akhir IV - 10
peningkatan kemampuan
tersebut akan lebih
meningkatkan pendapatan
masyarakat, yang ada pada
akhirnya akan
meningkatkan
kesejahteraannya
Berdasarkan matrik SWOT diatas, dapat dilihat adanya 13 strategi yang dapat
diambil sebagai alternatif strategi untuk pencapaian tujuan KTP2D di
kawasan DPP Menggoro dan hinterlandnya. Dari pembentukan beberapa
strategi tersebut, maka diharapkan menjadi strategi yang dapat diterapkan
dalam pencapaian tujuan pengembangan pedesaan di kawasan DPP Menggoro
dan Hinterlandnya. Secara ringkas dapat dijelaskan mengenai strategi-strategi
yang telah terbentuk tersebut, yaitu:
1. Meningkatkan intensifikasi komoditi yang memiliki nilai jual yang tinggi
dan meningkatkan produktivitas komoditas potensial serta
mengembangkan kegiatan pengolahan komoditas pertanian dan kegiatan
perekonomian lainnya melalui pengaktifan kelompok tersebut.
Langkah ini dapat dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok,
yaitu dengan senantiasa memelihara kerjasama dengan pihak-pihak yang
dapat memberikan sarana bagi pemasaran hasil komoditi dengan harga
yang sesuai dengan standar baku yang berlaku. Dalam hal ini, pemerintah
dapat mengupayakan agar pelaku usaha untuk mau dan mampu
melakukan perubahan baik sikap dan perilakunya dalam menguatkan
kelembagaan, memperluas jaringan kerja, mengembangkan akses pasar
dan permodalan serta meningkatkan produksi dalam ikut membangun
dan mengelola komoditi untuk mewujudkan kesejahtraan masyarakat.
2. Meningkatkan kerjasama antar instansi terkait dengan program desa
Dalam usaha meningkatkan keeratan hubungan masyarakat dengan pihak
pemerintah yang menangani masalah sarana prasarana wilayah, maka
sebaiknya dilakukan peningkatan kerjasama dengan masyarakat untuk
lebih mengoptimalkan tujuan dari sarana dan prasarana itu sendiri,
masyarakat dalam hal ini memiliki motivasi dan dukungan yang besar
bagi tercapainya peningkatan sarana prasarana wilayah.
Laporan Akhir IV - 11
3. Melakukan pembinaan kepada masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan dan keahlian.
Pembinaan kepada masyarakat di bidang pembangunan sarana prasarana
dapat dilakukan oleh instansi terkait melaui penyuluhan-penyuluhan
kepada kelompok-kelompok tani yang diadakan pada waktu-waktu
tertentu. Dalam hal ini pihak instansi tentunya diharapkan lebih
meningkatkan metode, materi, alat bantu dan teknologi serta sistem
penyelenggaraan penyuluhan mengembangkan penyuluhan yang
partisipatif melalui pendampingan untuk mengajak masyarakat.
4. Meningkatkan dan menumbuhkembangkan semua komponen
kelembagaan untuk memudahkan dan memperlancar pembangunan
sarana dan prasarana.
Pada saat ini terdapat Badan Perwakilan Desa (BPD) yang dianggap
sebagai pengganti LKMD pada masa lalu yang berperan sebagai perantara
yang menampung keluhan masyarakat mengenai sarana prasarana yang
kurang memadai. Lembaga ekonomi terutama lembaga keuangan yang
ada adalah koperasi Unit desa (KUD), namun kegiatan dan keberadaanya
hingga saat ini relative tidak berperan bagi masyarakat. Dalam usaha
untuk mengembangkan potensi masyarakat desa, diperlukan bantuan
teknis dan financial yang relatif lebih longgar dan luwes dalam prosedur
mendapatkannya, sehingga masyarakat memiliki kesempatan luas untuk
mengembangkan usahanya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat dari strategi-strategi yang
diperoleh dapat dijabarkan ke dalam kegiatan yang diharapkan dapat
menjawab permasalahan yang ada. Namun demikian, hal ini dapat
diwujudkan jika seluruh stakeholder, baik pemerintah maupun
masyarakat dapat menjalankan perannya dengan baik. KTP2D dapat
berjalan dengan baik jika didukung oleh komitmen yang kuat dari
stakeholder.
Laporan Akhir IV - 12
4.5. Ukuran Keberhasilan KTP2D Menggoro
Sebuah perubahan yang dihasilkan dari strategi-strategi yang dijalankan,
tentunya dapat diketahui melalui parameter-parameter yang menjadi ukuran
keberhasilan strategi tersebut. Sebuah ukuran yang dapat digunakan untuk
mengetahui keberhasilan pembangunan sarana prasarana di DPP Menggoro,
yang paling utama adalah tingkat kesejahtraan masyarakat. Apabila
kesejahtraan masyarakat mengalami peningkatan, maka program
pembangunan sarana prasarana tersebut dapat dikatakan memperoleh
keberhasilan.
Bertitik tolak pada Undang-undang Penata Ruangaan tahun 1992
menyebutkan bahwa penataan ruang kawasan pedesaan diselenggarakan
sebagai bagian dari penataan ruang wilayah nasional atau wilayah propinsi
dan kabupaten atau kota. Penataan kawasan pedesaan harus disesuaikan
dengan kegiatan-kegiatan perekonomian yang ada dikawasan yang
bersangkutan. Kawasan pedesaan merupakan kawasan yang memiliki
kegiatan utama di sektor pertanian, termasuk didalamnya pengolaan sumber
daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
pedesaan, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa membangun pertanian pada
hakekatnya adalah membangun perekonomian desa
Selain itu, parameter yang dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan
pembangunan pedesaan dapat dilihat dari beberapa faktor penting antara lain
1)Pengetahuan mengenai kondisi biofisik lapangan, 2) Pengetahuan mengenai
jenis sarana prasarana yang sesuai dengan kondisi lapangan dan tujuan usaha
pembangunan, 3) Keahlian dan kesungguhan para pelaksana untuk mengelola
potensi pedesaan.
4.6. Peran Serta Masyarakat dalam KTP2D
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tampaknya diperlukan
pengembangan dan pengelolaan kawasan untuk memberikan hasil yang lebih
bermanfaat dan berdaya guna secara berkesinambungan. Keberhasilan suatu
kegiatan pembangunan tidak terlepas dari partisipatif masyarakat.
Laporan Akhir IV - 13
“Mengelola potensi pedesaan” merupakan rangkaian kegiatan atau perbuatan
yang disengaja untuk mengatur, menggunakan, mempertahankan atau
meningkatkan kondisi lingkungan dan potensi-potensinya. Perbuatan
mengelola mencakup pengaturan penggunaan, pemeliharaan, serta
penambahan sarana prasarana.
Laporan Akhir III - 1
Laporan Akhir V - 1
BAB V
PENYUSUNAN RPJM
DPP KTP2D MENGGORO
5.1. Proses dan Hasil Rembug Desa
Kegiatan rembug desa merupakan kegiatan yang wajib dilakukan didalam
proses Penyususnan RPJM Pengembangan Kawasan Perdesaan. Rembug desa
merupakan implementasi dari pembangunan yang bertumpu pada partisipasi
masyarakat, yang merupakan cerminan dari kebutuhan sarana prasarana
secara nyata di lapangan yang dibutuhkan masyarakat luas. Kecamatan
Tembarak merupakan salah satu lokasi KTP2D dengan Desa Menggoro
sebagai DPP dan Desa disekitar desa menggoro sebagai Desa Hinterlands