1 BAB I Revolusi Hijau dan Kerusakan Lingkungan (Tinjauan Ekoteologi terhadap Pandangan Masyarakat Desa Kotabes, Kecamatan Amarasi- NTT tentang Pengaruh Revolusi Hijau dalam Bertani) 1.1 Latar Belakang Penduduk dunia terus bertambah, terutama di negara- negara berkembang. Keadaan tersebut harus diiringi atau didukung oleh peningkatan kebutuhan akan pangan. Menurut apa yang dinyatakan Thomas Robert Malthus, bahwa perkembangan manusia akan selalu lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan produksi bahan makanan, maka akan tiba saatnya, manusia kekurangan bahan makanan, jika tidak diimbangi oleh kemampuan mengatasinya. Kemampuan sumber daya alam sebagai penghasil pangan sangat terbatas, untuk itu perlu diupayakan pengembangan sumber daya alam yang pada akhirnya ditujukan bagi pengembangan produksi pangan. 1 Krisis pangan yang terjadi pada era pasca Perang Dunia II dan kemajuan pemikiran dalam hal mengolah tanaman dan menanam berbagai jenis kebutuhan, membuat masyarakat khususnya para petani berbondong-bondong mencari cara agar tanaman yang ditanam terus sehat dan dapat menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi, dalam upaya pencarian ini tidak jarang bahwa ada beberapa jenis tanaman lokal yang mulai hilang atau tidak eksis lagi dan kemudian digantikan dengan tanaman yang sedang naik daun. 2 1 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24978/4/Chapter%20II.pdf , diunduh pada tgl 09 Maret 2017, Pkl. 14.42WIB 2 J. Mardimin, dkk. Petani versus Globalisasi, (Salatiga: Sinode GKJTU, 2009), 22
22
Embed
Bab I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15971/1/T2_752016033_BAB I.pdf · varietas gandum, padi, jagung yang membawa dampak tingginya hasil
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
Revolusi Hijau dan Kerusakan Lingkungan
(Tinjauan Ekoteologi terhadap Pandangan Masyarakat Desa Kotabes,
Kecamatan Amarasi- NTT tentang Pengaruh Revolusi Hijau dalam Bertani)
1.1 Latar Belakang
Penduduk dunia terus bertambah, terutama di negara- negara berkembang.
Keadaan tersebut harus diiringi atau didukung oleh peningkatan kebutuhan akan
pangan. Menurut apa yang dinyatakan Thomas Robert Malthus, bahwa
perkembangan manusia akan selalu lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan
produksi bahan makanan, maka akan tiba saatnya, manusia kekurangan bahan
makanan, jika tidak diimbangi oleh kemampuan mengatasinya. Kemampuan sumber
daya alam sebagai penghasil pangan sangat terbatas, untuk itu perlu diupayakan
pengembangan sumber daya alam yang pada akhirnya ditujukan bagi pengembangan
produksi pangan.1 Krisis pangan yang terjadi pada era pasca Perang Dunia II dan
kemajuan pemikiran dalam hal mengolah tanaman dan menanam berbagai jenis
kebutuhan, membuat masyarakat khususnya para petani berbondong-bondong
mencari cara agar tanaman yang ditanam terus sehat dan dapat menghasilkan nilai
ekonomi yang tinggi, dalam upaya pencarian ini tidak jarang bahwa ada beberapa
jenis tanaman lokal yang mulai hilang atau tidak eksis lagi dan kemudian digantikan
dengan tanaman yang sedang naik daun.2
1 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24978/4/Chapter%20II.pdf , diunduh pada
tgl 09 Maret 2017, Pkl. 14.42WIB 2 J. Mardimin, dkk. Petani versus Globalisasi, (Salatiga: Sinode GKJTU, 2009), 22
2
Krisis pangan tidak saja berdampak di negara-negara maju tetapi juga di negara
berkembang, sebut saja Indonesia. Di Indonesia guna menjaga ketahanan pangan,
pemerintah berusaha keras dengan membuat program-program yang dapat membantu
mengatasi hal tersebut, program yang paling popular dan dianggap pemerintah
sebagai sebuah solusi atau jalan keluar adalah “Revolusi Hijau”. Tahun 1965,
Indonesia mengalami masa peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto. Keadaan
sosial, politik, serta ekonomi Indonesia pada saat itu sangat labil. Hal ini yang
menyebabkan Soeharto berusaha untuk mengkondusifkan kembali keadaan Indonesia
melalui perbaikan dalam bidang ekonomi. Pada awal pemerintahannya, Soeharto
mengarahkan program pemerintah kepada usaha penyelamatan ekonomi nasional
terutama penyelesaian masalah inflasi, penyelamatan keuangan negara, dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat.3 Sebuah proyek ambisius Orde Baru untuk
memacu hasil produksi pertanian dengan menggunakan teknologi modern, yang
dimulai sejak tahun 1970-an. Dalam bidang pertanian, masuknya Revolusi Hijau
telah menjawab satu tantangan yakni ketersediaan kebutuhan pangan dunia yang terus
meningkat.
Namun keberhasilan itu bukan tanpa dampak dan efek samping, jika tanpa
pengendalian, dalam jangka panjang justru mengancam kehidupan dunia pertanian.
Gebrakan revolusi hijau di Indonesia memang terlihat pada dekade 1980-an. Saat itu,
pemerintah mengkomando penanaman padi, pemaksaan pemakaian bibit impor,
pupuk kimia, pestisida, dan lain-lainnya. Hasilnya, Indonesia sempat menikmati
buruknya_552e08686ea8345b248b457b, diunduh pada tagl. 09 Maret 2016, pkl. 14.05WIB 5 https://herydotus.wordpress.com/2012/01/25/revolusi-hijau-revolusi-agraria/, diunduh pada
tanggal 22 Februari 2017, Pkl. 16.33WIB. 6 Soekartawi. (Beberapa Perubahan Mendasar Pasca Swasembada Beras. Prisma. No. 5 Tahun
Pengabdian Masyarakat Peternakan Vol. 1 No. 1 Tahun 2016 18 BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Kupang, 2014 19 Maksudnya adalah petani yang ada di Desa Kotabes cenderung mencari pestisida yang
cocok untuk menjaga kualitas tanaman agar ketika dijual harganya jauh lebih tinggi. Karena tidak
dapat dipungkiri bahwa harga panen biasanya tidak stabil, ketika pasokan panen (tomat dan tanaman
lainnya) di pasar sedikit maka harganya akan naik tetapi sebaliknya ketika pasokan panen sudah mulai
Berdasarkan latar belakang di atas, berikut ini merupakan identifikasi masalah
yang ditemukan antara lain:
1. Revolusi Hijau pada dasarnya adalah agenda utama yang dibawa oleh
globalisasi yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan. Awalnya revolusi
hijau dipandang sebagai solusi yang paling baik guna meningkatkan
ketahanan pangan dan kehidupan para petani (petani ladang maupun kebun),
tetapi semakin memasuki era yang maju ternyata sebaliknya menjadi onak dan
duri yang mematikan. Agenda Revolusi Hijau mengahasilkan penggunaan
pestisida yang tentunya berpengaruh bagi kesehatan makhluk hidup (manusia,
tumbuhan dan hewan) dan juga ekosistem lingkungan dalam hal ini tanah
yang menjadi media tanam. Pandangan masyarakat Desa Kotabes terhadap
pengaruh Revolusi Hijau dalam bertani akan menjadi fokus utama dalam
penelitian ini.
2. Ketika Revolusi Hijau membawa pengaruh yang negatif (buruk), ini tidak saja
menjadi tanggungjawab pemerintah tetapi di mana peran gereja sebagai
lembaga atau institusi perpanjangan tangan Allah. Tinjauan Ekoteologi akan
membantu bagaimana sikap gereja dan pemerintah menghadapi pengaruh
Revolusi Hijau dalam kehidupan para petani.
Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, permasalahan yang ada cukup luas,
maka penelitian dibatasi pada: Bagaimana pandangan masyarakat Desa Kotabes
Kecamatan Amarasi- NTT tentang pengaruh Revolusi Hijau dalam bertani.
16
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan
yakni, Bagaimana pandangan masyarakat Desa Kotabes Kecamatan Amarasi- NTT
tentang pengaruh Revolusi Hijau dalam kehidupan bertani? Maka rumusan masalah
penelitian ini terdiri dari dua bagian yakni: 1). Apa saja praktik-praktik bertani
masyarakat Desa Kotabes, Kec. Amarasi yang mulai hilang akibat masuknya
Revolusi Hijau, 2). Apa tinjauan Ekoteologi terhadap pandangan masyarakat Desa
Kotabes Kecamatan Amarasi- NTT tentang pengaruh Revolusi Hijau dalam bertani?
dan 3). Apa peran Gereja terhadap persoalan kerusakan lingkungan atau Revolusi
Hijau?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1). Mendeskripsikan praktik-praktik bertani
yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kotabes yang telah berubah akibat masuknya
revolusi hijau, 2). Mendeskripsikan dan menganalisa tinjauan Ekoteologi terhadap
pandangan masyarakat Desa Kotabes tentang pengaruh Revolusi Hijau dalam bertani,
dan 3). Mendeskripsikan peran gereja terhadap persoalan kerusakan lingkungan atau
Revolusi Hijau.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran baik secara
teori maupun praksis kepada masyarakat Desa Kotabes Kecamatan Amarasi- NTT
yang berprofesi sebagai petani, sehingga dapat mengambil sikap yang tepat berkaitan
dengan pengaruh yang ditimbulkan dari Revolusi Hijau, yang secara tidak sadar
17
sedang dipraktikkan dalam kehidupan bertani maupun berkebun. Dengan penelitian
ini diharapkan ada solusi ataupun metode lain yang dapat digunakan untuk menjaga
keberlangsungan alam dan kehidupan manusia. Karena, kita tidak sadar bahwa
Revolusi Hijau ternyata menawarkan solusi yang tidak bertanggungjawab, dalam
artian bahwa Revolusi Hijau memaksa para petani (yang hidup di desa) meninggalkan
cara bertani yang tradisional dan lebih memfokuskan diri kepada cara bertani yang
modern dengan banyak menggunakan agenda Revolusi Hijau (pestisida dan bibit
unggul). Saya yakin bahwa pengetahuan tradisional masyarakat masih eksis dan dapat
membantu menjaga lingkungan.
1.6. Urgensi Penelitian
Secara praksis, penelitian ini menurut saya penting dilakukan karena belakangan
ini perilaku kehidupan masyarakat tani yang ada di Desa Kotabes sudah berubah di
mana mereka menjadi masyarakat tani yang harap gampang, misalnya, ketika hendak
membersihkan rumput di kebun atau ladang mereka tidak lagi membersihkan secara
manual (menggunakan parang dan alat pertanian tradisional lainnya) mereka
cenderung membeli beberapa obat pembasmi rumput yang lebih gampang dan tidak
memakan waktu.25 Cara kerja yang instan atau gampang ini, membuat masyarakat
tani tidak sadar bahwa itu merusak lingkungan dan ekosistem makhluk hidup lainnya.
Selain itu akibat cara bertani yang mulai berubah, dari cara tradisional menjadi yang
lebih modern berpengaruh pada kehidupan bertani dengan bertani yang tidak ramah
25 Berdasarkan pengamatan penulis bahwa obat pembersih rumput ini biasanya dalam bentuk
bubuk yang dicampurkan dengan air kemudian dimasukkan ke dalam sebuah tanki atau alat semprot,
setelah itu penyemprotan dilakukan secara menyeluruh. Rumput-rumput akan berubah warna menjadi
coklat dan akan kering dengan sendirinya. Jadi, para petani tidak lagi menggunakan tangan untuk
mencabut ataupun alat lainnya.
18
lingkungan, mengapa? Revolusi hijau menawarkan berbagai kemudahan dalam
menjaga dan merawat tanaman salah satunya yang sedang eksis sekarang adalah
penggunaan pupuk anorganik dan pestisida, kegiatan bertani yang dulunya hanya
untuk kebutuhan hidup sehari-hari dalam keluarga berubah menjadi kegiatan bertani
yang tidak ramah lingkungan.
Tidak sampai di situ bahwa penduduk yang semakin bertambah ini
membutuhkan lahan atau tempat tinggal yang juga semakin besar, ketika semua lahan
digunakan sebagai kebun atau ladang, ini menjadi masalah yang harus ditangani.
Masuknya revolusi hijau ini membuat masyarakat tani maupun pemerintah harus
mencari alternatif atau solusi yang tepat sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Itu
sebabnya menurut saya perlu dilakukan studi terhadap pengaruh revolusi hijau ini
sehingga masyarakat tani memahami bahwa kegiatan bertani yang dilakukan saat ini
tidak ramah lingkungan tetapi sebaliknya merusak lingkungan. Secara teori urgensi
dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan teori ekoteologi yang selama ini
hanya membahas tentang isu-isu besar seperti global warning, kebakaran hutan,
polusi udara, banjir, pembabatan hutan dan lain sebagainya, menjadi teori ekoteologi
yang membahas persoalan seperti penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang
menjadi bagian dari revolusi hijau dalam kehidupan bertani. Dengan begitu teori
ekoteologi mengalami perkembangan secara terus menerus.
1.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang penulis rencanakan dalam penulisan ini adalah
jenis penelitian deskriptif-analitis yakni penelitian yang diarahkan untuk
19
mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
terjadi dalam kehidupan manusia, melakukan interpretasi dan menganalisis secara
mendalam dan memberikan rekomendasi bagi keperluan masa yang akan datang.26
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni suatu metode untuk
menangkap dan memberikan gambaran terhadap fenomena tertentu dalam kehidupan
manusia, mengeksplorasi dan memberikan penjelasan dari fenomena yang diteliti
tersebut.27
Teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi. Informan yang akan
diwawancarai untuk mendukung penelitian ini adalah para petani, masyarakat, aparat
desa dan juga pendeta. Observasi yang dilakukan ialah pengamatan terhadap kegiatan
sehari-hari kehidupan bertani masyarakat. Metode pengumpulan data yang digunakan
oleh penulis adalah observasi (pengamatan) dan tehnik wawancara baik secara
terstruktur maupun tidak. Di mana di dalam bukunya Basrowi “Memahami Penelitian
Kualitatif”28 mengatakan bahwa observasi adalah salah satu metode pengumpulan
data di mana peneliti melihat atau mengamati secara visual sehingga didapatkan data
yang valid. Metode ini memiliki ciri spesifik dibandingkan dengan teknik yang lain.
Cara atau metode ini umumnya ditandai dengan pengamatan tentang hal-hal yang
benar-benar dilakukan oleh individu dan juga membuat pencatatan yang sifatnya
objektif mengenai apa yang diamati. Melalui observasi juga, deskripsi objektif dari
26 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), 89. 27 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: