Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu di Indonesia merupakan salah satu tolak ukur kualitas pelayanan kebidanan dan salah satu indikator penting derajat kesehatan masyarakat. WHO melaporkan 16% penyebab kematian ibu di dunia disebabkan oleh hipertensi. Di Amerika Serikat sejak 1998 sampai 2005, 12,3% dari 4693 ibu hamil meninggal karena preeklamsia dan eklamsia (Cunningham, F, G, 2014). Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25% (Profil Kesehatan Indonesia, 2016). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 (Profil Kesehatan Indonesia, 2016). Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9609/2/Puji Wijayanti BAB I.pdfmola hioperplasentosis hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar). Preeklampsia adalah gangguan

Aug 11, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9609/2/Puji Wijayanti BAB I.pdfmola hioperplasentosis hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar). Preeklampsia adalah gangguan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu di Indonesia merupakan salah satu tolak ukur kualitas

pelayanan kebidanan dan salah satu indikator penting derajat kesehatan

masyarakat. WHO melaporkan 16% penyebab kematian ibu di dunia disebabkan

oleh hipertensi. Di Amerika Serikat sejak 1998 sampai 2005, 12,3% dari 4693 ibu

hamil meninggal karena preeklamsia dan eklamsia (Cunningham, F, G, 2014).

Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding

Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka

kematian ibu dan neonatal sebesar 25% (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).

AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan

nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya

tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap

100.000 kelahiran hidup. SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang

signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI

kembali menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran

hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 (Profil

Kesehatan Indonesia, 2016).

Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9609/2/Puji Wijayanti BAB I.pdfmola hioperplasentosis hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar). Preeklampsia adalah gangguan

Penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisi ibu hamil itu

sendiri yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat

melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak

kelahiran/paritas (<2 tahun). Angka kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah tahun

2016 sebesar 109,65 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami penurunan bila

dibandingkan dengan AKI pada tahun 2015 sebesar 111,16 per 100.000 kelahiran

hidup (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2016).

Kematian ibu juga dipengaruhi baik oleh penyebab langsung maupun tidak

langsung. Penyebab langsung kematian ibu terbesar adalah komplikasi obstetric

(90%) yang dikenal dengan Trias Klasik seperti perdarahan, infeksi, dan

preeklamsi, atau komplikasi pada saat kehamilan, kelahiran dan selama nifas yang

tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. Angka Kematian Ibu (AKI) di

Kabupaten Banyumas tahun 2017 sebesar 54 per 100.000 kelahiran hidup,

menurun dibanding tahun 2016 sebesar 78 per 100.000 kelahiran hidup (Profil

Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2017).

Beberapa tahun yang lalu, penyebab utama kasus kematian ibu adalah

disebabkan oleh perdarahan. Namun beberapa tahun terakhir ini Pre-eklamsia dan

eklamsia telah menggeser perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu. Oleh

karena itu, diagnosis dini pre-eklamsia yang merupakan tingkat pendahuluan

eklamsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan

Angka Kematian Ibu (AKI) dan bayi (AKB). Preeklamsia ialah penyakit dengan

tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan,

penyebabnya belum diketahui. Gejala hipertensi dan proteinuria tersebut

Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9609/2/Puji Wijayanti BAB I.pdfmola hioperplasentosis hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar). Preeklampsia adalah gangguan

merupakan gejala yang paling penting dalam menegakkan diagnosis preeklamsia.

Kriteria minimum diagnosis preeklamsia ialah hipertensi dengan tekanan darah

lebih dari sama dengan 140/90 mmHg setelah gestasi 20 minggu dan proteinuria

minimal yaitu terdapatnya lebih dari sama dengan 300 mg protein dalam urin per

24 jam (William Obstetric, 2010).

Preeklamsi merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan

janin, menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 angka

kematian ibu di dunia 287.000, WHO memperkirakan ada 500.000 kematian ibu

melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya, penyumbang terbesar dari angka

tersebut merupakan negara berkembang yaitu sebesar 99% dari total kematian

yang terjadi.

Menurut Joyce (2014, hlm.223), preeklamsi dikelompokkan dalam 2 tipe,

yaitu preeklamsi ringan dan preeklamsi berat: Preeklamsi ringan adalah serangan

hipertensi kehamilan (GH) bersama dengan proteinuria 1+ hingga 2+ dengan

pertambahan berat badan 2 kg per minggu setidaknya selama dua trimester

terakhir, sedangkan preeklamsi berat terjadi ketika tekanan darah sistol (BP)

mencapai atau melebihi 160/110 mmHg atau lebih tinggi, dengan proteinuria 3+

hingga 4+, defisiensi volume urin (oliguria), gangguan otak atau penglihatan

seperti pusing atau penglihatan kabur, serum kreatinin di atas 1,2 mg/dL,

hiperrefleksi (kontraksi pergelangan kaki kemungkinan dialami), masalah paru

atau jantung, thrombocytopenia, edema peripheral akut, disfungsi hati serta nyeri

di bagian tengah atas perut dan kuadran atas kanan.

Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9609/2/Puji Wijayanti BAB I.pdfmola hioperplasentosis hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar). Preeklampsia adalah gangguan

Preeklamsi dapat menimbulkan komplikasi pada ibu berupa eklamsia,

solusio plasenta, pendarahan subkapsula hepar, kelainan pembekuan darah (DIC),

sindrom HELPP (hemolisis, elevated liver enzymes dan low platelet count),

ablasio retina, gagal jantung, hingga syok dan kematian (Padila, 2015, hlm.150).

Preeklamsi atau yang biasa disebut kehamilan dengan hipertensi, tidak seperti

hipertensi pada umumnya, tetapi mempunyai kaitan erat dengan angka kesakitan

dan kematian yang tinggi baik pada janin maupun ibu.

Preeklamsia adalah gangguan hipertensi kehamilan khusus yang secara

signifikan mempengaruhi morbiditas dan kematian ibu di seluruh dunia. Hal ini

terjadi dalam 5-7% dari seluruh kehamilan, dan merupakan penyebab utama

kematian ibu di negara berkembang. Preeklampsia juga merupakan faktor penting

morbiditas dan mortalitas perinatal, karena berhubungan dengan kelahiran

prematur dan pembatasan pertumbuhan dalam rahim (Fang, 2009).

Penyakit hipertensi dalam kehamilan (Preeklampsia dan Eklampsia)

adalah salah satu dari tiga penyebab utama kematian ibu disamping perdarahan

dan infeksi (Cunningham FG, 2005). Ada sekitar 85% preeclampsia terjadi pada

kehamilan pertama. Preeklamsia terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan dengan

janin lebih dari satu dan 30% pasien mengalami anomali rahim yang berat. Pada

ibu yang mengalami hipertensi kronis, penyakit ginjal, insiden mencapai 25%

(Bobak, 2005). Menurut WHO terdapat sekitar 585.000 ibu meninggal per tahun

saat hamil atau bersalin dan 58,1% diantaranya dikarenakan oleh preeklampsia

dan eklampsia. Di Indonesia, preeklampsi dan eklampsi merupakan penyebab

kematian ibu yang berkisar 15% - 25%. Ada beberapa penyakit ibu yang dapat

Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9609/2/Puji Wijayanti BAB I.pdfmola hioperplasentosis hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar). Preeklampsia adalah gangguan

meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia, yaitu riwayat hipertensi kronis,

preeklampsia, diabetes mellitus, ginjal kronis dan hioperplasentosis (mola

hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar).

Preeklampsia adalah gangguan yang dapat terjadi setelah dua puluh

minggu kehamilan, selama persalinan dan hingga 48 jam postpartum. Ini

mempengaruhi sekitar 5-8% dari semua kehamilan dan merupakan kondisi yang

cepat berkembang, ditandai oleh peningkatan ketegangan tekanan darah (BP) dan

adanya proteinuria. Beberapa tanda mungkin bersifat indikatif kondisi ini, seperti

edema - terutama pada wajah, di sekitar mata dan tangan; peningkatan berat badan

berakselerasi; mual dan/atau muntah; rasa sakit di daerah epigastrium itu

memancar ke ekstremitas atas; sakit kepala dan gangguan visual (penglihatan

kabur dan/atau mendung); hyperreflexia, tachypnea dan kecemasan. Namun,

penyakit ini sering berkembang diam-diam, yaitu, tanpa sinyal indikatif

(Organização Mundial da Saúde (OMS), 2013).

Faktor resiko penyebab preeklampsia antara lain adalah pekerjaan, interval

pernikahan dengan kehamilan, penambahan berat badan selama hamil, usia

kehamilan, usia ibu, pendidikan ibu, paritas, penyakit keturunan, stress, aktivitas

fisik, riwayat preeklampsia dan eklampsia dikehamilan sebelumnya, kehamilan

dengan DM, Mola hidatidosa, penyakit ginjal dan kehamilan ganda (Cunningham,

2010; Prawirohardjo, 2010; Yusrawati, 2014; Wulandari, 2012; Julianti.N, 2014;

Elsanti. et al, 2016; Khayati 2018).

Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9609/2/Puji Wijayanti BAB I.pdfmola hioperplasentosis hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar). Preeklampsia adalah gangguan

Salah satu faktor risiko terjadinya preeklamsia adalah kebiasaan

hidup/gaya hidup salah satunya yaitu merokok, pola makan, olahraga/aktivitas,

dan istirahat (Manuaba, 2012). Aktivitas fisik selama kehamilan tentunya akan

terbatas, karena kondisi tubuh yang harus memapah makhluk hidup lain didalam

tubuh. Akan tetapi, ibu hamil masih perlu melakukan aktifitas fisik selama

kehamilan. Berdasarkan pertimbangan fisiologis kehamilan menekan tubuh lebih

banyak dibandingkan dengan kejadian fisiologis lain pada kehidupan wanita sehat

dan membutuhkan pertimbangan adaptasi kardiovaskular, metabolik, hormonal,

respirasi dan musculoskeletal. Hal ini dikarenakan adaptasi yang terjadi selama

kehamilan berfungsi untuk memberi makanan dan melindungi janin, dan hal ini

terjadi selama dilakukannya latihan untuk menjaga homeostatis maternal, maka

aktivitas fisik selama kehamilan akan menciptakan konflik kebutuhan antara

maternal dan janin serta risiko untuk hasil kehamilan seperti preeklamsia

(Almatsier, 2010).

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor risiko terjadinya preeklampsia.

Ibu hamil yang tidak pernah melakukan aktivitas fisik berisiko mengalami

peningkatan tekanan darah. Aktivitas fisik pada ibu hamil merupakan salah satu

cara pencegahan terjadinya peningkatan tekanan darah yang merupakan salah satu

gejala preeklampsia (Chobanian, 2004). Di beberapa negara, rekomendasi untuk

wanita hamil telah berubah ke arah merekomendasikan lebih banyak aktivitas

fisik dalam kehamilan. Misalnya, di Amerika Serikat, Denmark dan Norwegia,

rekomendasi saran ibu hamil untuk menjadi aktif secara fisik setidaknya 30 menit

per hari. Padahal tidak spesifik jumlah latihan dianjurkan di Britania Raya, dan itu

Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9609/2/Puji Wijayanti BAB I.pdfmola hioperplasentosis hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar). Preeklampsia adalah gangguan

ditekankan bahwa harus ada informasi tentang potensi bahaya kegiatan tertentu,

hal tersebut dikemukakan oleh National Collaborating Centre for Women’s and

Children’s Health (2008). Diantara efek menguntungkan itu adalah aktivitas fisik

dilaporkan dalam kehamilan adalah perlindungan terhadap preeklamsia.

Pertentangan ini terutama didasarkan pada analogi dengan keadaan tidak hamil

dan pertimbangan fisiologis. Jadi, bersama dengan proteinuria, tekanan darah

meningkat adalah salah satu dari dua gejala utama preeklampsia, dan itu relatif

baik didokumentasikan dari studi di hamil subyek yang meningkatkan tingkat

latihan mengarah pada penurunan risiko hipertensi. Karena faktor-faktor ini

diketahui meningkat pada wanita preeklampsia, tampaknya masuk akal bahwa

peningkatan aktivitas fisik selama kehamilan dapat menyebabkan pengurangan

risiko preeklamsia (Osterdal, 2008).

Menurut Kurniati (2009), stres merupakan faktor resiko terhadap

terjadinya preeklampsia. Stres memicu kejadian preeklampsia melalui beberapa

mekanisme yaitu, Stres akan mengaktifkan hipotalamus, kemudian melepaskan

rantai peristiwa biokimia yang mengakibatkan desakan adrenalin dan non

adrenalin ke dalam sistem, dan setelah itu diikuti oleh hormon kortisol. Apabila

stress dibiarkan berkepanjangan, tubuh tetap dalam keadaan aktif secara

psikologis dengan hormon stress adrenalin dan kortisol yang berlebihan, Naiknya

kortisol akan melumpuhkan sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh ibu hamil

menjadi rentan terhadap berbagai penyakit dan gangguan seperti, preeklampsia.

Sehingga pada ibu hamil dengan stress dapat cenderung meningkatkan risiko

terjadinya preeklampsia.

Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9609/2/Puji Wijayanti BAB I.pdfmola hioperplasentosis hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar). Preeklampsia adalah gangguan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Ibu dengan tingkat pengetahuan

tinggi, lebih mudah memperoleh informasi tentang kesehatan sehingga

pengetahuan ibu tentang kesehatan dirinya meningkat. Ibu yang memiliki

pengetahuan tentang preeklamsia yang tinggi akan segera mengetahui dan

mengatasi masalah kesehatan yang menyertai kehamilannya, sehingga ibu tidak

cemas dalam menghadapi kehamilannya dan segera datang ke petugas kesehatan.

Sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam mengidentifikasi penyulit dalam

kehamilannya. Penyulit tersebut dapat segera ditangani dengan tepat oleh tenaga

kesehatan. Sehingga diharapkan tidak terjadi kematian ibu yang disebabkan

karena preeklamsia (Situmorang dkk, 2016).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Purwokerto

Selatan, angka kematian ibu (AKI) di Kecamatan Purwokerto Selatan dalam

kurun waktu 2014 - 2018 telah terjadi 30 kasus kematian ibu yang disebabkan

oleh preeklamsi. Kasus kematian ibu terbanyak yang disebabkan oleh preeklamsi

yaitu pada tahun 2014 terjadi 10 kasus dan 2018 terjadi 10 kasus. Preeklamsi

merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu dan bayi yang diantaranya

disebabkan faktor aktivitas fisik dan tingkat stess.

Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9609/2/Puji Wijayanti BAB I.pdfmola hioperplasentosis hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar). Preeklampsia adalah gangguan

Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut, maka penulis tertarik

mengambil judul “Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Tingkat Stress Dengan

Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto

Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian

ini adalah “Adakah hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat stress dengan

kejadian preeklamsi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto

Selatan?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat stress

dengan kejadian preeklamsi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Purwokerto Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dengan kejadian preeklamsi di

Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan (berdasarkan usia, paritas,

pendidikan, dan pekerjaan)

b. Untuk mengetahui aktivitas fisik pada ibu hamil dengan kejadian

preeklamsi

Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9609/2/Puji Wijayanti BAB I.pdfmola hioperplasentosis hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar). Preeklampsia adalah gangguan

c. Untuk mengetahui tingkat stress pada ibu hamil dengan kejadian

preeklamsi

d. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian preeklamsi

pada ibu hamil

e. Untuk mengetahui hubungan tingkat stress dengan kejadian preeklamsi

pada ibu hamil

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam

memperbanyak referensi tentang hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat

stress dengan kejadian preeklamsi pada ibu hamil.

2. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan

pengetahuan dan menambah pengalaman dalam menganalisa hasil penelitian.

3. Bagi Responden

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi, menambah

wawasan dan manfaat bagi ibu hamil terutama yang beresiko preeklamsia

tentang aktivitas fisik dan tingkat stress dalam pencegahan terjadinya

komplikasi.

4. Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan penelitian ini menambah informasi dari hasil penelitian

tentang hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat stress dengan kejadian

Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9609/2/Puji Wijayanti BAB I.pdfmola hioperplasentosis hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar). Preeklampsia adalah gangguan

preeklamsi pada ibu hamil, sehingga dapat dijadikan dasar dalam pengambilan

penanggulangan kasus preeklamsia.

E. Penelitian Terkait

1. Osterdal (2008). Penelitian yang berjudul “Does leisure time physical activity

in early pregnancy protect against pre-eclamsia? Prospective cohort in Danish

women”. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian Cohort. 85

orang dari 139 wanita hamil di Danish diambil. Data dikumpulkan dari tahun

1996 sampai 2002. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang

melakukan olahraga sebanyak 270 menit / minggu dan wanita dengan tingkat

aktivitas fisik sebanyak 420 menit / minggu memiliki OR = 1,78 memiliki

peningkatan resiko preeklamsia.

Perbedaan : metode penelitian, tahun penelitian, tempat penelitian

Persamaan : subjek yaitu ibu hamil dan tentang preeklamsi

2. Khayati (2018). Penelitian yang berjudul “hubungan stress dan pekerjaan

dengan preeklamsia di wilayah kabupaten semarang”. Penelitian ini

menggunakan pendekatan case control. Sampel penelitian 110 responden. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa ibu dengan stress sedang dan ringan

memiliki hubungan terhadap kejadian preeklamsia saat hamil.

Perbedaan : metode penelitian, waktu dan tempat penelitian

Persamaan : sama-sama meneliti tentang kejadian preeklamsi

Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9609/2/Puji Wijayanti BAB I.pdfmola hioperplasentosis hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar). Preeklampsia adalah gangguan

3. Rachma (2017). Penelitian yang berjudul “hubungan aktivitas fisik selama

kehamilan dengan kejadian pre-eklamsia pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas 1 Cilongok Kabupaten Banyumas”. Penelitian ini menggunakan

pendekatan cross sectional. Sampel penelitian 64 responden. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa ibu dengan aktivitas fisik ringan dan sedang memiliki

hubungan terhadap kejadian preeklamsi saat hamil.

Perbedaan : waktu dan tempat penelitian

Persamaan : sama-sama meneliti tentang kejadian preeklamsi

Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019