BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah suatu penyakit degeneratif yang ditandai peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg dengan gejala seperti pusing, kencang di tengkuk, dan sering berdebar-debar, dimana penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik usia muda maupun tua seiring bertambahnya usia terutama pada usia lansia. Hipertensi pada lansia disebabkan karena gaya hidup dan pola makan tidak baik yang banyak mengkonsumsi makanan dan mengandung garam (Kenia, 2013). Hipertensi dikenal sebagai sillent killer karena seseorang yang mengidap hipertensi yang sudah bertahun-tahun seringkali tidak menyadarinya sampai terjadi komplikasi seperti risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal hingga menyebabkan kematian. Umumnya ditandai dengan gejala seperti pusing, kencang di tengkuk, dan sering berdebar-debar (Adib, 2009; Pudiastuti, 2013; Triyanto, 2014). Menurut WHO (2015), lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup. Kemenkes RI (2013) menyatakan 1 Dukungan Keluarga Pada..., RIYAN SEPTIAN PRANDANU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
12
Embed
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9639/2/Riyan Septian Prandanu BAB I.pdf · 383 orang dan perempuan sebesar 459 orang, usia > 65 tahun pada laki-laki sebesar
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah suatu penyakit degeneratif yang ditandai
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg dengan gejala seperti pusing, kencang di
tengkuk, dan sering berdebar-debar, dimana penyakit ini dapat menyerang
siapa saja, baik usia muda maupun tua seiring bertambahnya usia terutama
pada usia lansia. Hipertensi pada lansia disebabkan karena gaya hidup dan
pola makan tidak baik yang banyak mengkonsumsi makanan dan
mengandung garam (Kenia, 2013). Hipertensi dikenal sebagai sillent killer
karena seseorang yang mengidap hipertensi yang sudah bertahun-tahun
seringkali tidak menyadarinya sampai terjadi komplikasi seperti risiko
serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal hingga menyebabkan
kematian. Umumnya ditandai dengan gejala seperti pusing, kencang di
tengkuk, dan sering berdebar-debar (Adib, 2009; Pudiastuti, 2013; Triyanto,
2014).
Menurut WHO (2015), lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk
yang berumur 60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi
dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total
populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring
dengan peningkatan usia harapan hidup. Kemenkes RI (2013) menyatakan
1
Dukungan Keluarga Pada..., RIYAN SEPTIAN PRANDANU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
bahwa penyakit terbanyak pada lansia adalah penyakit hipertensi dengan
prevalensi menurut kelompok usia, yaitu usia 55-64 tahun (45,9%), usia 65-
74 tahun (57,6%), usia >75 tahun (63,8%).
Di Indonesia, tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah,
jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan
tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar. Penyakit tekanan
darah tinggi atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap
tahunnya. World Health Organization (2011) menyatakan bahwa ada satu
miliar orang yang terkena hipertensi, dan akan terus meningkat seiring jumlah
penduduk yang membesar. Presentase penderita hipertensi saat ini paling
banyak terdapat di negara berkembang (Kompas, 2013).
Prevelensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran
menurut usia >18 tahun sebesar 25,8%. Prevelensi hipertensi di Indonesia
yang diperoleh melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan adalah 9,4%
yang di diagnosis tenaga kesehatan sebesar atau sedang minum obat sebesar
9,5%. Jadi, terdapat 0,1% yang minum obat sendiri. Responden yang
mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi
sebesar 0,7%. Jadi, prevelensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%
(Kemenkes RI, 2013).
Para lanjut usia (Lansia) tidak mengetahui penyebab tekanan darahnya
meningkat, sering sekali menerapkan pola makan yang tidak teratur,
mengkonsumsi makanan rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula, dan
mengandung banyak garam yang dapat menyebabkan hipertensi (Megha,
Dukungan Keluarga Pada..., RIYAN SEPTIAN PRANDANU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2012). Ketika tubuh mendapatkan asupan garam yang terus meningkat, maka
volume darah akan meningkat dan dapat meningkatkan beban kerja pada
jantung. Arteriosclerosis, kerusakan pada ginjal, masalah pembuluh darah,
serangan jantung, dan stroke adalah beberapa kondisi dari risiko hipertensi
(Yuli, 2014). Oleh karena itu, untuk menurunkan tekanan darah pada lansia
hipertensi.
Diet menjadi salah satu metode pengendalian hipertensi secara alami.
Pelaksanaan diet secara teratur dapat membantu mengontrol hipertensi,
dengan mengurangi makanan tinggi garam dan makanan yang berlemak;
mengonsumsi makanan yang tinggi serat; melakukan aktivitas olahraga.
Tujuan dilakukannya diet hipertensi untuk membantu menurunkan tekanan
darah, risiko obesitas, kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah
(Sustrani, 2005). Untuk mengontrol program diit yang sedang dilaksanakan
diperlukan adanya dukungan dari keluarga.
Dukungan keluarga merupakan support system utama bagi lansia
dalam mempertahankan kesehatannya (Maryam, 2008). Adanya dukungan
keluarga akan memberikan kekuatan dan menciptakan suasana saling
memiliki satu sama lain pada anggota keluarga tersebut. Terdapat dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan
emosional pada keluarga dalam mendukung dan mendampingi lansia saat
menjalankan diet hipertensi (Friedman, Bowden, dan Jones, 2010).
Dukungan Keluarga Pada..., RIYAN SEPTIAN PRANDANU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng (2009) menyatakan bahwa
prevalensi hipertensi di Indonesia yang berdasarkan pengukuran dan riwayat
penyakit adalah 32,2%. Faktor risiko yang berhubungan bermakna dengan
hipertensi adalah usia tua (OR 11,5), laki-laki (OR=1,3), pendidikan rendah
(OR=1,6), obesitas (OR=2,8), dan obesitas abdominal (OR=1,4). Penelitian
oleh Nisfiani (2014) menyatakan bahwa 70,4% responden tidak patuh dalam
diit hipertensi, karena responden masih sulit dalam membatasi rasa asin
disebabkan makanan yang tersedia di rumah tidak sesuai dengan diit
hipertensi. Didukung pula oleh penelitian Agrina (2011) menunjukkanbahwa
43,3% lansia hipertensi yang patuh dalam diet hipertensi dan 56,7% lansia
hipertensi yang tidak patuh dalam diet hipertensi.
Data Laporan Puskesmas Salem Kabupaten Brebes pada periode
Januari-Desember 2017 didapatkan bahwa mayoritas masyarakat yang
memiliki usia 45-60 tahun pada laki-laki sebesar 115 orang dan perempuan
sebesar 586 orang, serta usia > 60 tahun pada laki-laki sebesar 160 orang dan
perempuan sebesar 494 orang; mayoritas pendidikan lulusan SD pada laki-
laki sebesar 195 orang dan perempuan sebesar 1.110 orang; mayoritas
pekerjaan menjadi petani pada laki-laki sebesar 198 orang dan perempuan
sebesar 487 orang; penyakit hipertensi di rawat jalan pada usia 45-60 tahun
pada laki-laki sebesar 736 orang dan perempuan sebesar 834 orang, usia > 65
tahun pada laki-laki sebesar 807 orang dan perempuan sebesar 967 orang;
penyakit hipertensi di rawat inap pada usia 45-60 tahun pada laki-laki sebesar
Dukungan Keluarga Pada..., RIYAN SEPTIAN PRANDANU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
383 orang dan perempuan sebesar 459 orang, usia > 65 tahun pada laki-laki
sebesar 464 orang dan perempuan sebesar 478 orang.
Data Laporan Penyakit Tidak Menular Puskesmas Salem Kabupaten
Brebes pada periode Januari-Desember 2017 didapatkan bahwa dari 6.109
pasien rawat jalan memiliki penyakit hipertensi sebesar 3.822 orang, asam
bronkiale sebesar 1.266 orang, diabetes miletus tidak tergantung insulin
sebesar 717 orang, dan kecelakaan lalu lintas sebesar 304 orang. Sedangkan
dari 3.384 pasien rawat inap memiliki penyakit hipertensi sebesar 2.114
orang, asam bronkiale sebesar 680 orang, diabetes miletus tidak tergantung
insulin sebesar 405 orang, kecelakaan lalu lintas sebesar 183 orang, dan
stroke sebesar 2 orang.
Hasil wawancara pendahuluan peneliti pada 5 lansia ditemukan bahwa
(1) Ny. R bahwa terkadang merasakan sakit apabila TD lebih dari 180,
menjaga pola makan dan diet hipertensi seperti minus jus timun seminggu
sekali, kurangi garam, penyakit dari riwayat keluarga, dan terdapat dukungan
keluarga (anak) seperti mengingatkan pola makan; (2) Tn. P bahwa mengeluh
rematik dan pegal pada sendi, kurangi rokok, terdapat dukungan keluarga
seperti selalu kontrol setiap posyandu ditemani keluarga secara rutin dan anak
selalu memasakkan sup bening tanpa garam dan bumbu penyedap; (3) Tn. G
bahwa kebiasaan minum kopi dan rokok, kurang mengerti makanan yang
dapat meningkatkan tekanan darah, dan terdapat dukungan keluarga seperti
selalu kontrol setiap posyandu ditemani keluarga secara rutin; (4) Ny. W
bahwa kadang-kadang ikut kontrol setiap posyandu ditemani keluarga secara
Dukungan Keluarga Pada..., RIYAN SEPTIAN PRANDANU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
rutin, kurang mengerti makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah jadi
makan tanpa memperhatikan kandungan apa yang ada di dalamnya; (5) Ny. D
bahwa keluarga kurang mendukung dalam program diet hipertensi karena
kesibukan keluarganya.
Puskesmas Salem dengan jumlah penduduk lansia tertinggi,
posyandu lansia sebagai tolak ukur kesehatan lansia dalam mengontrol
tekanan darah melalui diet hipertensi. Berdasarkan uraian tersebut, maka
peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai Dukungan Keluarga Pada Perilaku
Diet Penderita Hipertensi Melalui Food Recall 24 Jam di Puskesmas Salem
Kabupaten Brebes, meskipun sudah banyak. Namun masing-masing ibu
memiliki perilaku diet pada lansia penderita hipertensi dengan dukungan
keluarganya, peneliti juga ingin mengetahui perilaku diet dalam konsumsi
pasien lansia hipertensi melalui food recall 24 jam. Inilah kebaruan yang ada
pada penelitian ini daripada penelitian-penelitian sebelumnya atau terdahulu
yang sejenis topiknya.
B. Perumusan Masalah
Lansia memiliki risiko tinggi terjadinya penyakit degeneratif, seperti
penyakit jantung koroner (PJK), diabetes melitus, gout (reumatik), kanker dan
hipertensi. Oleh karena itu, perlu upaya pengendalian melalui diit hipertensi
dengan mengurangi makanan tinggi garam, makanan berlemak,
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan aktivitas olahraga. Faktanya,
pelaksanaan diit masih rendahnya motivasi lansia disebabkan kurangnya
Dukungan Keluarga Pada..., RIYAN SEPTIAN PRANDANU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
dukungan kelurga untuk mengontrol program diit pada lansia dalam
menurunkan dan mengendalikan hipertensi. Berdasarkan latar belakang
tersebut, dapat dirumuskan rumusan masalah adalah bagaimana dukungan
keluarga pada perilaku diet penderita hipertensi melalui food recall 24 jam di
Puskesmas Salem Kabupaten Brebes.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku diet penderita
hipertensi melalui food recall 24 jam di Puskesmas Salem Kabupaten
Brebes.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik lansia hipertensi (usia,
jenis kelamin, pendidikan), food recall 24 jam di Puskesmas Salem
Kabupaten Brebes.
b. Untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga dan perilaku diet
penderita hipertensi melalui food recall 24 jam di Puskesmas Salem
Kabupaten Brebes.
c. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku
diet hipertensi di Puskesmas Salem Kabupaten Brebes.
d. Untuk mengetahui hubungan dukungan kaluarga dengan kecukupan
energi melalui food recall 24 jam pada penderita hipertensi di
Puskesmas Salem Kabupaten Brebes.
Dukungan Keluarga Pada..., RIYAN SEPTIAN PRANDANU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Untuk memberikan tambahan data dan gambaran tentang perilaku diet
hipertensi terhadap lansia hipertensi yang didukung oleh keluarga, dan
upaya untuk menormalkan hipertensi melalui food recall 24 jam.
2. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan bagi penulis dan berpikir kritis dan melatih
untuk mencegah masalah dalam bidang asuhan keperawatan keluarga
tentang pentingnya dalam mengatasi hipertensi melalui food recall 24
jam, serta melengkapi salah satu tugas akademik tingkat Sarjana Program
Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden penderita hipertensi dan
wawasan pada keluarga tentang pentingnya dukungan keluarga pada
perilaku diet hipertensi melalui food recall 24 jam.
4. Bagi Peneliti Lain
Dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lain yang tertarik untuk
meneliti tentang dukungan keluarga pada perilaku diet hipertensi melalui
food recall 24 jam.
Dukungan Keluarga Pada..., RIYAN SEPTIAN PRANDANU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
E. Penelitian Terkait
Tabel 1.1 Penelitian Terkait
No Pengarang Tahun Judul Hasil
1. Maghfirah Utari
2017 Dukungan
Keluarga tentang
Kepatuhan Diet
Hipertensi pada
Lansia di
Puskesmas
Pembantu
Kelurahan
Persiakan Tebing
Tinggi.
Responden sudah
memberikan
dukungan pada lansia
tentang kepatuhan
diet hipertensi dalam
kategori baik
sebanyak 37 orang
(61,7%)
a. Persamaan : sama-sama meneliti dengan jenis penelitian kuantitatif,