1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga atau rumah tangga adalah unit terkecil dari masyarakat. Dari kelompok-kelompok masyarakat terkecil inilah terbentuk sendi-sendi dasar kesehatan dan kekuatan bangsa dan negara. Hal ini tidak lain, terbentuknya masyarakat bangsa yang besar berasal dari masyarakat-masyarakat terkecil ini. Kata keluarga dapat diambil kepahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lainnya. (Ahmadi, 2003) Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekadar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi di dalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Fungsi rumah sehat itu sendiri adalah mencegah terjadinya penyakit, mencegah terjadinya kecelakaan, aman dan nyaman bagi penghuninya, penurunan ketegangan jiwa dan sosial. Ciri- ciri rumah sehat diantaranya sirkulasi udara yang baik, penerangan yang cukup, air bersih terpenuhi, pembuangan air limbah diatur dengan baik agar
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga atau rumah tangga adalah unit terkecil dari masyarakat. Dari
kelompok-kelompok masyarakat terkecil inilah terbentuk sendi-sendi dasar
kesehatan dan kekuatan bangsa dan negara. Hal ini tidak lain, terbentuknya
masyarakat bangsa yang besar berasal dari masyarakat-masyarakat terkecil
ini. Kata keluarga dapat diambil kepahaman sebagai unit sosial terkecil dalam
masyarakat, dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk
hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis
dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu
dengan yang lainnya. (Ahmadi, 2003)
Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting
bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekadar sebagai tempat untuk
melepas lelah setelah bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti
yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan
sejahtera. Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi di dalam rumah
dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat
memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Fungsi rumah sehat itu sendiri
adalah mencegah terjadinya penyakit, mencegah terjadinya kecelakaan, aman
dan nyaman bagi penghuninya, penurunan ketegangan jiwa dan sosial. Ciri-
ciri rumah sehat diantaranya sirkulasi udara yang baik, penerangan yang
cukup, air bersih terpenuhi, pembuangan air limbah diatur dengan baik agar
2
tidak menimbulkan pencemaran, bagian-bagian ruang seperti lantai dan
dinding tidak lembab serta tidak terpengaruh pencemaran seperti bau.
(Setyowati, 2008)
Jumlah permukiman kumuh saat ini merebak di puluhan titik lokasi.
Jika pada tahun 1963 terdapat 21 lokasi permukiman kumuh (slums and
squatters), data penelitian tahun 2002 menunjukkan jumlah itu meningkat
menjadi 42 lokasi. Hasil penelitian Universitas Islam Sultan Agung Semarang
(UNISSULA) tahun 2002 menunjukkan 13 titik lokasi permukiman kumuh
berada di kecamatan Semarang Utara. Titik-titik permukiman kumuh, kata
Ketua Pusat Studi Planologi UNISSULA M. Agung Ridlo, antara lain berada
di daerah Krakasan, Makam Kobong, Stasiun Tawang, Bandarharjo,
Kebonharjo, Kampung Melayu, Tanjung Mas, Dadapsari, Purwosari,
Plombokan, dan Panggung. Padahal daerah Semarang bagian utara menjadi
daya tarik tersendiri bagi para pendatang. Kawasan dekat pantai seperti
Bandarharjo dan Mangunharjo menjadi pusat perdagangan dan industri yang
menarik orang untuk datang dan bekerja. Kondisi permukiman kumuh itu
berbeda dengan standar permukiman yang ada di kota. Permukiman itu,
sangat tidak layak huni lantaran kotor, lusuh, tidak sehat, tidak tertib dan
tidak teratur. (Suara Merdeka, 7 Februari 2005)
Pelayanan keperawatan di rumah merupakan pelayanan keperawatan
yang diberikan di tempat tinggal klien dan keluarga sehingga klien tetap
memiliki otonomi untuk memutuskan hal-hal yang terkait dengan masalah
kesehatannya. Perawat yang melakukan keperawatan di rumah bertanggung
3
jawab untuk mencegah penyakit dan pemeliharaan kesehatan keluarga.
(Muwarni, 2008)
Berdasarkan tingginya angka kejadian, pemukiman yang tidak sehat
maka diperlukan tindakan keperawatan secara terpadu dan menyeluruh
melalui kerjasama antar anggota keluarga dan tim keperawatan keluarga agar
keluarga mampu menjaga kebersihan lingkungan secara mandiri. Atas dasar
pertimbangan diatas, maka penulis mengambil studi kasus dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga Tn. K dengan Masalah Utama
Hambatan Penatalaksanaan Pemeliharaan Rumah di Rt.09 Rw.08 Kelurahan
Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan, Semarang”.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah :
1. Tujuan umum
Penulis mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga pada Tn. K
dengan masalah utama hambatan penatalaksanaan pemeliharaan rumah di
RT. 09 RW. 08 Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan,
Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan proses keperawatan mulai pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi pada keluarga Tn. K dengan
masalah utama hambatan penatalaksanaan pemeliharaan rumah di
RT. 09 RW. 08 Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan
Pedurungan, Semarang.
4
b. Mampu membandingkan konsep teori dengan asuhan keperawatan
sesuai dengan asuhan keperawatan pada Tn. K dengan masalah
utama hambatan penatalaksanaan pemeliharaan rumah di RT. 09
RW. 08 Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan,
Semarang.
c. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat selama
proses asuhan keperawatan pada Tn. K dengan masalah utama
hambatan penatalaksanaan pemeliharaan rumah di RT. 09 RW. 08
Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan, Semarang.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengembangan ilmu
keperawatan sebagai wujud peran serta dalam mencetak perawat yang
profesional.
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang
berkualitas dan dapat menjadikan inspirasi bagi institusi pelayanan
kesehatan tentang penatalaksanaan pemeliharaan rumah di Muktiharjo
RT. 09 RW. 08 Semarang.
3. Bagi Masyarakat
Karya tulis ilmiah yang dibuat penulis dengan materi keluarga dengan
hambatan penatalaksanaan rumah diharapkan bermanfaat bagi
masyarakat Indonesia memahami dampak-dampak yang akan timbul
pada rumah yang tidak sehat.
5
4. Bagi Penulis
Meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan keluarga yang berkualitas.
6
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian
Menurut Depkes RI (1988) Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. (Setiadi, 2008)
Keluarga adalah suatu kelompok terdiri dari dua individu atau lebih
yang memiliki hubungan darah maupun tidak dan membentuk keluarga
yang memiliki fungsinya masing-masing. (Friedman, 2002)
Duvall dan Logan (1986) mengatakan bahwa definisi keluarga
adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari
tiap anggota keluarga. (Murwani, 2008)
WHO (1969) menjelaskan pengertian keluarga sebagai anggota
rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi
atau perkawinan. (Setiadi, 2008)
Penulis menyimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil yang
terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan
atau adopsi, anggota tersebut saling berinteraksi dan interdependen
(saling ketergantungan) untuk mencapai tujuan bersama.
7
2. Tipe Keluarga
Menurut Murwani (2008) Keluarga yang memerlukan pelayanan
kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan
perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya.
Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.
Berikut ini akan disampaikan berbagai tipe keluarga:
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak (kandung atau angkat).
2) Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga
lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya: kakek, nenek,
keponakan, paman, bibi.
3) Keluarga dyad yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami
dan istri tanpa anak.
4) Single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini
dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) Single adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian
tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) Commue family yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
8
2) Orang tua (suami istri) yang tidak ada ikatan perkawinan dan
anak hidup dalam satu rumah tangga.
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis (laki-laki) hidup
satu rumah tangga.
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) secara umum fungsi keluarga adalah :
a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi
dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
Menurut Efendy (1998) ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap
anggota keluarganya adalah:
9
a. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh, menuju kebutuhan pemeliharaan keperawatan anak agar
kesehatanya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan
mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
c. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.
Namun menurut Setiadi (2008) dengan berubahnya pola hidup
agraris menjadi industrialisasi, fungsi keluarga dikembangkan menjadi:
1) Fungsi Biologis
a) Untuk meneruskan keturunan.
b) Memelihara dan membebaskan anak.
c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
d) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2) Fungsi Psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
d) Memberi identitas keluarga.
3) Fungsi Sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada anak.
b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
10
4) Fungsi Ekonomi
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga
dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua dan sebagainya.
5) Fungsi Pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranya sebagai orang dewasa.
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembanganya.
4. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut duvall (1985) dalam buku (Setiadi, 2008) pembagian
keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu:
a. Tahap 1 Keluarga Baru (berganning family)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu (suami)
dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang
syah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Karena masih
banyak kita temui keluarga baru yang tinggal dengan orang tua,
11
maka yang dimaksud dengan meninggalkan keluarga disini bukanlah
secara fisik. Namun secara psikologis, keluarga tersebut sudah
memiliki keluarga baru.
Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan
kehidupan baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran
dan fungsi sehari-hari. Masing-masing belajar hidup bersama serta
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya
kebiasaan makan tidur, bangun pagi dan sebagainya.
Keluarga baru merupakan anggota dari tiga keluarga, yaitu
keluarga suami, istri dan keluarga sendiri. Masing-masing pasangan
menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai
membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial
pasangan masing-masing. Hal lain yang perlu diputuskan pada tahap
ini adalah kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan
jumlah anak yang diharapkan.
b. Tahap II Keluarga dengan Anak Pertama < 30 bulan (child bearing)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan. Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan
oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan
yang penting yaitu:
1) Persiapan menjadi orang tua.
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : peran, interaksi,
hubungan seksual dan kegiatan.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
12
Kelahiran bayi yang pertama memberikan perubahan besar
dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan
peranya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Sering terjadi dengan
kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan karena perhatian
pasangan tertuju pada bayi. Peran utama perawat keluarga adalah
mengkaji peran orang tua, bagaimana orang tua berinteraksi dan
merawat bayi serta bagaimana bayi berespon. Perawat perlu
menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat
sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat
tercapai.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah:
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual
dan kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang
tua terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak
5) Konseling KB post partum 6 minggu.
6) Menata ruang untuk anak.
7) Biaya atau dana child bearing.
8) Memfasilitasi role learing anggota keluarga.
9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
13
c. Tahap III Keluarga dengan Anak Prasekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5
tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Orang tua menjadi
arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan
keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng,
dengan cara menguatkan kerja sama antar suami istri. Orang tua
mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual
anak khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak
pada fase ini tercapai.
d. Tahap IV Keluarga dengan Usia Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah mulai dari usia 6
tahun dan biasanya berakhir sampai 13 tahun. Pada umumnya
keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing
anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua
yang mempunyai aktifitas yang berbeda dengan anaknya. Untuk itu
keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan.
Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak,
memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi baik aktifitas di
sekolah maupun di luar sekolah.
e. Tahap V Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai 20 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
14
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan
yang lebih besar untuk mempersiakan diri menjadi lebih dewasa.
Ini merupakan tahapan paling sulit, karena orang tua melepas
otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab
(mempunyai otoritas terhadap dirinya sendiri yang berkaitan dengan
peran dan fungsinya). Sering kali muncul konflik antara orang tua
dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan
aktivitasnya sementara orang tua mempunyai hak untuk mengontrol
aktifitas anak. Dalam hal ini orang tua perlu menciptakan
komunikasi yang terbuka, menghindari kecurigaan dan permusuhan
sehingga hubungan orang tua dan remaja tetap harmonis.
f. Tahap VI Keluarga dengan Anak Dewasa (anak pertama
meninggalkan rumah)
Tahap ini dimulai ketika anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau
jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi
kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anak untuk
hidup sendiri.
Pada tahap ini orang tua akan merasa kehilangan peran dalam
merawat anak dan merasa kosong karena anak-anak sudah tidak
15
tinggal serumah lagi. Untuk mengatasi keadaan ini, orang tua perlu
melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan dan
tetap memelihara hubungan dengan anak.
g. Tahap VII Keluarga Usia Pertengahan (midle age family)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal
pada beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit karena masalah
lanjut usia, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai
orang tua.
Setelah semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan
berfokus untuk mempertahankan kesehatan, dengan berbagai
aktifitas : pola hidup yang sehat, diet seimbang olah raga rutin,
menikmati hidup dan pekerjaan dan sebagianya. Pasangan juga
mempertahankan hubungan dengan teman sebaya dan keluarga
anaknya dengan cara mengadakan pertemuan keluarga antar generasi
(anak dan cucu) sehingga pasangan dapat merasakan kebahagiaan
sebagai kakek dan nenek.
h. Tahap VIII Keluarga dengan Lanjut Usia.
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat
salah satu pasangan pensiun berlanjut saat salah satu pasangan
meninggal sampai keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan
pensiun merupakan realita yang tidak dapat dihindari karena
berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga.
16
Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan
berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan
menurunya produktifitas dan kesehatan. Dengan memenuhi tugas-
tugas perkembangan pada fase ini diharapkan orang tua mampu
beradaptasi menghadapi stressor tersebut.
Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan
merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Lanjut usia
umumnya, lebih mudah beradaptasi tinggal di rumah sendiri dari
pada tinggal bersama anaknya. Orang tua juga perlu melakukan live
review dengan mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan masa
lalu. Hal ini berguna agar orang tua merasakan bahwa hidupnya
berkualitas dan berarti.
5. Prinsip Dasar Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip penatalaksanaan keluarga dengan hambatan
penatalaksanaan rumah diantaranya dengan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif.
a. Tindakan promotif
Memberi pengajaran kepada keluarga tentang rumah sehat,
sistem kesehatan, sakit, sistem kesehatan manusia, dinamika
keluarga, pengasuhan anak, perlakuan perawatan kesehatan, dan
bidang-bidang terkait lainnya. Sistem pengajaran kepada keluarga
dipraktikkan dengan pemberian pendidikan kesehatan atau
penyuluhan kesehatan kepada keluarga tentang pengertian rumah
17
sehat, ciri-ciri rumah sehat, fungsi rumah sehat dan dampak dari
rumah sehat. Caranya yaitu dengan penyuluhan kepada keluarga agar
semua anggota keluarga berpartisipasi secara efektif dalam
perawatan rumah.
Tujuan dari sistem pengajaran penyuluhan kesehatan yaitu:
1) Untuk memberikan informasi tentang rumah sehat dan dapat
menjelaskan kembali tentang rumah sehat.
2) Untuk membantu klien dan keluarga agar berpartisipasi secara
efektif dalam perawatan rumah.
3) Untuk membantu klien dan keluarga agar mempunyai gaya
hidup yang sehat.
b. Tindakan preventif
Tindakan preventif dilakukan untuk pencegahan agar keluarga
tidak mengalami dampak dari rumah yang tidak sehat dan mencegah
penyakit-penyakit yang akan timbul dari akibat rumah yang tidak
sehat seperti diare. Caranya yaitu menjaga kebersihan rumah dengan
membersihkan rumah setiap hari.
c. Tindakan kuratif
Yaitu dengan pengobatan, apabila ada tanda dan gejala
penyakit yang timbul akibat rumah yang tidak sehat sebaiknya
dibawa dan segera diobati ke tempat pelayanan berobat terdekat.
Caranya yaitu dengan berobat ke tempat pelayanan kesehatan.
18
d. Tindakan rehabilitatif
Tindakan rehabilitatif untuk proses pemulihan, yaitu dengan
menjaga kebersihan tempat tinggal agar tidak terjangkit penyakit.
Caranya membersihkan rumah tiap hari.
6. Tugas Keluarga Bidang Kesehatan
Menurut Setiadi (2008). Sesuai dengan fungsi pemeliharaan
kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu
dipahami dan di lakukan. Friedman (1981) membagi lima tugas keluarga
dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,
maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar
perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai
19
keterbatasan meminta bantuan orang lain di lingkungan sekitar
keluarga.
c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang sehat
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau
pergi ke tempat pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan
lanjut agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada).
B. Konsep Dasar Rumah Sehat
1. Pengertian
Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat
penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai
tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun didalamnya
terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun
kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah sehat adalah kondisi
fisik, kimia, biologi di dalam rumah dan perumahan sehingga
memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. (Setyowati, 2008)
20
2. Ciri-ciri Rumah Sehat
Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian
terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh antara lain:
a. Sirkulasi udara yang baik.
b. Penerangan yang cukup.
c. Air bersih terpenuhi.
d. Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan
pencemaran.
e. Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta
tidak terpengaruh pencemaran seperti bau.
3. Fungsi Rumah Sehat
Fungsi dari rumah sehat meliputi:
a. Mencegah terjadinya penyakit.
b. Mencegah terjadinya kecelakaan.
c. Aman dan nyaman bagi penghuninya.
d. Penurunan ketegangan jiwa dan sosial.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Rumah Sehat
a. Sirkulasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal
10% dari luas lantai. Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi
ketentuan sebagai berikut:
1) Suhu udara nyaman berkisar antara 18-30 derajat celcius.
2) Kelembaban udara berkisar antara 40-70%.
21
3) Penukaran udara.
4) Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam.
b. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat
menerangi seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan
tidak menyilaukan.
c. Air
1) Tersedia air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang.
2) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
dan air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
d. Limbah
1) Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air,
tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
2) Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak
menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air
tanah.
e. Bagian-bagian ruangan
1) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang
dapat membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut:
a) Debu
b) Asbes bebas
c) Timah hitam
22
2) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
f. Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis
sebagai berikut:
1) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.
2) Dinding
a) Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana
ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara.
b) Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan.
3) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan.
4) Dinding rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus
dilengkapi dengan penangkal petir.
5) Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang
tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur,
ruang mandi dan ruang bermain anak.
6) Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
7) Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman dan
higienis.
8) Sebaiknya makanan harus terjaga kehigienisannya agar tidak
dapat menyebabkan diare.
23
g. Binatang peliharaan dan binatang ternak.
Pemeliharaanya meliputi kandang. Sebaiknya kandang dibersihkan
setiap hari agar tidak dapat menimbulkan berbagai macam penyakit
seperti flu burung. Binatang ternak pun harus terjaga kebersihannya.
5. Dampak Rumah Tidak Sehat
Ada beberapa dampak rumah tidak sehat, diantaranya:
a. Dapat menimbulkan penyakit seperti diare, demam berdarah.
b. Dapat menjadikan sarang penyakit.
c. Tidak nyaman dan aman bagi penghuninya. (Setyowati, 2008)
6. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Ketidakhigienisan perabotan rumah berhubungan dengan resiko
tinggi penyebaran penyakit.
Ketidakhigienisan perabotan rumah adalah ketidakmampuan
menjaga dan mengelola kehigienisan perabotan rumah untuk
mempertahankan kehigienisan.
Batasan karakteristik diantaranya: perilaku menunjukkan kegagalan
dalam menjaga kehigienisan, ketidakhigienisan yang berulang,
infeksi ketidakhigienisan yang berulang.
b. Hambatan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan
dengan ketidaktersediaan sistem pendukung.
Hambatan penatalaksanaan pemeliharaan rumah adalah
ketidakmampuan mempertahankan secara mandiri lingkungan yang
meningkatkan pertumbuhan secara aman.
24
Batasan karakteristiknya diantaranya: anggota keluarga
mengekspresikan kesulitan dalam mempertahankan rumah agar tetap
nyaman, gangguan lingkungan, perilaku menunjukkan kegagalan
dalam penatalaksanaan rumah, tidak adanya sistem pendukung.
(NANDA, 2007)
c. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan
dengan hambatan kognitif.
Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah adalah suatu pola
yang salah untuk mempertahankan kesehatan.
Batasan karakteristiknya diantaranya: menunjukkan kurang perilaku
adaptif terhadap perubahan lingkungan, ketidakmampuan
bertanggungjawab untuk memenuhi praktik kesehatan dasar.
(NANDA, 2007)
d. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk membuat penilaian yang tepat.
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan adalah ketidakmampuan
mengidentifikasi, mengelola dan mencari bantuan untuk
mempertahankan kesehatan.
Batasan karakteristiknya diantaranya: menunjukkan kurang
pengetahuan tentang praktik kesehatan dasar, kurang minat pada
perbaikan perilaku sehat, riwayat kurang perilaku mencari bantuan
kesehatan. (NANDA, 2011)
25
e. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan pola
perawatan kesehatan keluarga.
Ketidakefektifan manajemen kesehatan adalah pola pengaturan dan
pengintegrasian kedalam kebiasaan terapeutik hidup sehari-hari
untuk pengobatan penyakit yang tidak memuaskan untuk memenuhi
tujuan kesehatan spesifik.
Batasan karakteristiknya diantaranya: kegagalan untuk mencakupkan
kebiasaan pengobatan ke dalam kehidupan sehari-hari, kegagalan
untuk melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko,
mengungkapkan keinginan untuk mengatasi penyakit. (NANDA,
2011)
26
BAB III
HASIL ASUHAN KEPERAWATAN
A. Data Umum
Pengkajian dilakukan pada hari Senin, tanggal 30 November 2010
pukul 17.00 di Kelurahan Muktiharjo Kidul RT. 09 RW. 08 Kecamatan
Pedurungan, Semarang pada keluarga Tn. K. yang beranggota Tn. K sebagai
kepala keluarga atau suami Ny. R, berumur 30 tahun, pendidikan terakhirnya
D3 ITK Yogyakarta dan bekerja sebagai Supervisor sample. Ny. R sebagai
istri Tn. K, berumur 23 tahun, Pendidikan terakhirnya SMK, dan sebagai ibu
rumah tangga. Tn. K dan Ny. R mempunyai anak yang pertama yang
bernama An. A umur 19 bulan. Tn. P sebagai kakek berusia 45 tahun,
pendidikan terakhirnya SD. Ny. S sebagai nenek berusia 45 tahun, pendidikan
terakhirnya SD. Nn. M anak dari Tn. P dan Ny. S yang berusia 14 tahun dan
pendidikan terakhirnya SMP.
Tipe keluarga Tn. K adalah keluarga besar (Extended Family). Tugas
dan perkembangan keluarga ini adalah tahap kedua (Keluarga Dengan Anak
Pertama <30 bulan / child bearing ). Ada beberapa tugas perkembangan yang
penting diantaranya persiapan menjadi orang tua, adaptasi dengan perubahan
anggota keluarga meliputi peran, interaksi, hubungan seksual dan kegiatan.
Tugas perkembangan yang terakhir adalah mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan pasangan.
27
B. Genogram
Tn. K sebagai kepala keluarga, mempunyai istri Ny. R dan mempunyai
seorang anak yaitu An. A. Keluarga ini juga mempunyai beberapa anggota
keluarga yaitu Tn. P adalah suami Ny. S, ayah Ny. R dan Nn. M, mertua dari
Tn. K. Ny. S adalah istri Tn. P atau ibu dari Ny. R dan Nn. M, mertua dari
Tn. K.
C. Data fokus
1. Pengkajian Lingkungan
Ny. R mengatakan bahwa tempat yang ditempatinya saat ini adalah
milik sendiri berukuran 6 x 12 m dengan luas 75 m2 yang berbentuk
permanen dan beralaskan keramik. Berisikan 3 kamar tidur, 1 kamar
mandi, ruang tengah, dapur dan ruang tamu. Jendela dan ventilasinya
cukup. Septic tank ada di belakang rumah. Sumber air minum didapatkan
dari sumur artitis, pembuangan sampah diambil oleh petugas dengan
Tn.P45 th
Ny.S45 th
Ny.R23 th
Nn.M14 th
An.A19 bln
Tn.K30 th
28
membayar Rp. 10.000,00/bulan. Tidak terdapat limbah rumah tangga.
Kesan rumah ini tidak rapi dalam penataan di dalam ruang tamu, ada
penumpukan barang di atas almari kecil, akan tetapi kebersihan
lingkungan bersih, tidak banjir ketika hujan tidak mengguyur dengan
deras.
2. Riwayat Kesehatan Inti
Keluarga mengatakan selama ini penyakit yang dialami keluarga
hanya penyakit bisa seperti masuk angin, pilek, batuk, diare. Akan tetapi,
Ny. S mengatakan bahwa waktu mengandung anak pertama (Ny.R)
memiliki kista tapi di luar kandungan. Tetapi, kandungan berusia 5 bulan
benjolan (kista) tersebut tidak ada, alhamdulillahnya anak pertama lahir
dg normal. Pada waktu lebaran kemarin An. A batuk sampai muntah.
Dalam keluarga tidak ada penyakit keturunan misalnya hipertensi,
diabetes militus.
3. Keadaan Gizi Keluarga
Keluarga mengatakan Alhamdulillah gizi keluarganya bisa
terpenuhi seperti makanan 4 sehat 5 sempurna untuk memenuhi gizi
kadang menambahi vitamin pada anaknya.
4. Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengetahuan keluarga terhadap penyakit / masalah kesehatan
keluarganya yaitu keluarga mengatakan apabila sakit pusing dikasih
neuralgin, kalau panas diberi paracetamol dan setiap keluarga sakit
keluarga langsung membawa ke dokter dan beli obat-obatan di apotek.
Kemampuan keluarga merawat keluarganya ketika ada yang panas
badannya langsung dikompres dan diberi paracetamol.
29
D. Analisa Data
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari Senin, tanggal 30
November 2010 pukul 17.00 pada keluarga Tn. K di Kelurahan Muktiharjo
Kidul RT. 09 RW.08 Kecamatan Pedurungan, Semarang.
Didapatkan data subjektif dari Ny R mengatakan bahwa setiap selesai
mencuci perabotan rumah, perabotan di letakkan disembarang tempat dan
tidak tertata rapi karena banyak aktivitas yang lain. Data objektif kegiatan Ny.
R memang sibuk pagi harus bekerja dan sorenya mengurus anaknya
Berdasarkan data diatas didapatkan diagnosa keperawatannya adalah
ketidakhigienisan perabotan rumah berhubungan dengan resiko tinggi
penyebaran penyakit.
Selanjutnya didapatkan data subjektif dari Ny. S mengatakan bahwa
tidak sempat untuk menata perabotan dalam rumah karena keterbatasan waktu
untuk menata perabotannya. Data objektifnya rumah kelihatan tidak rapi,
tidak tertata pada tempatnya. Diagnosa yang didapat yaitu hambatan
penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidak tersediaan
sistem pendukung.
E. Diagnosa Keperawatan
Kedua analisa data yang telah dilakukan terdapat dua diagnosa yang
diperoleh adalah :
1. Ketidakhigienisan perabotan rumah berhubungan dengan resiko tinggi
penyebaran penyakit.
2. Hambatan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
ketidak-tersediaan sistem pendukung.
30
F. Prioritas Masalah
1. Ketidakhigienisan perabotan rumah berhubungan dengan resiko tinggi
penyebaran penyakit.
Penilaian scoring pada diagnosa ini pada kriteria sifat masalah
aktual, dengan score 3/3 x 1 = 1, dengan pembenaran masalah sudah
terjadi, dan bisa berakibat terjadinya diare.
Kemungkinan masalah dapat diubah dengan mudah. Skornya 2/2
x 2= 2. Dengan pembenaran keinginan dan sumber daya manusia ada
tetapi keluarga telah sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Potensial masalah yang dicegah : cukup dengan skor 2/3 x 1 =
2/3. Keluarga melakukan pengobatan dengan obat yang beli di apotek.
Menonjolnya masalah yang masalah tersebut berat dan harus
segera ditangani dengan skor 2/2 x 1 = 1, dengan pembenaran
kehigienisan harus tetap terjaga, agar tidak menimbulkan berbagai
macam penyakit.
Total skor dari kriteria 1-4 adalah : 4.2/3=14/3=4,6
2. Hambatan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
ketidaktersediaan sistem pendukung.
Penilaian skoring pada diagnosa ini pada kriteria sifat masalah
aktual, nilai skor 3/3 x 1 = 1, dengan pembenaran masalah sudah terjadi,
dan bisa berakibat terjadinya sarang nyamuk, mengganggu pandangan
mata.
31
Kemungkinan masalah dapat diubah sebagian nilai skor 1/2 x 2 =
1, dengan pembenaran keinginan, dan sumber daya manusia ada tetapi
keluarga mengalami keterbataan waktu untuk pemeliharaan rumah dan
perabotan.
Potensi masalah untuk dicegah cukup, nilai skor 2/3 x 1 = 2/3,
dengan pembenaran masalah dapat dicegah dan dapat diatasi apabila
keluarga dapat meluangkan waktu untuk membersihkan dan menata
perabotan rumah.
Menonjolnya masalah ada masalah tapi tidak perlu ditangani
dengan nilai skor 1/2 x 2 = 1, pembenarannya keluarga mengerti
pentingnya pemeliharaan rumah akan tetapi tidak menjadikan prioritas
dalam kehidupan sehari-hari.
Total skor dari kriteria 1-4 adalah 3.2/3=11/3=3,7
Dari diagnosa pertama dan kedua dapat diambil kesimpulan
bahwa diagnosa yang diprioritaskan adalah diagnosa pertama:
ketidakhigienisan perabotan rumah berhubungan dengan resiko tinggi
penyebaran penyakit, dengan total skoringnya: 4.2/3= 14/3= 4,6, karena
total nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan diagnosa yang kedua,
dengan diagnosa: hambatan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
berhubungan dengan ketidaktersediaan sistem pendukung, dengan total
skoringnya: 3.2/3= 11/3= 3,7
32
G. Intervensi
Intervensi dilakukan pada hari jumat tanggal 10 Desember 2010.
Berdasarkan analisa diatas penulis dapat merencanakan asuhan keperawatan
pada keluarga Tn. K dengan diagnosa:
1. Ketidakhigienisan perabotan rumah berhubungan dengan resiko tinggi
penyebaran penyakit. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x
pertemuan dengan kriteria hasil:
a. Keluarga mengatakan mampu membersihkan rumahnya secara
mandiri.
b. Keluarga mengetahui dari dampak rumah yang tidak sehat.
Intervensinya meliputi:
a. Mengobservasi keluarga untuk kesanggupan membersihkan
perabotan rumah.
b. Jelaskan tentang dampak perawatan rumah.
c. Menjelaskan penyakit-penyakit yang dapat timbul akibat
ketidakhigienisan.
2. Hambatan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
ketidaktersediaan sistem pendukung. Setelah dilakukan kunjungan 3x
pertemuan dengan kriteria hasil: keluarga mampu menjaga dan
memelihara rumah.
Intervensinya meliputi:
a. Mengobservasi keluarga untuk kesanggupan membersihkan rumah.
b. Beri penjelasan tentang dampak perawatan rumah.
33
H. Implementasi
Pada hari minggu tanggal 12 Desember 2010 dilakukan implementasi
keperawatan yang dilakukan penulis. Implementasi yang dilakukan dengan
diagnosa:
1. Ketidakhigienisan perabotan rumah berhubungan dengan resiko tinggi
penyebaran penyakit. Dengan implementasi: melakukan penyuluhan
tentang rumah sehat, dengan respon subjektif Ny. R mengatakan
pengetahuannya tentang rumah sehat . Dan respon data objektifnya klien
kooperatif ketika diberi penyuluhan.
2. Hambatan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
ketidaktersediaan sistem pendukung. Dengan implementasi:
a. Mengobservasi keluarga untuk kesanggupan membersihkan rumah.
Dengan respon subjektifnya keluarga mengatakan bahwa setiap ada
waktu akan membersihkan rumah. Dan respon objektifnya keluarga
tampak atau mau membersihkan rumahnya.
b. Memberi penjelasan tentang dampak perawatan rumah. Dengan
respon subjektif keluarga mengatakan sudah paham tentang rumah
sehat dan pengaruhnya. Dan respon objektifnya perabotan rumah
masih belum tertata pada tempatnya.
c. Menjelaskan pentingnya kebersihan rumah dan pengaruh pada
kesehatan. Dengan respon subjektifnya keluarga mengatakan sudah
paham tentang rumah sehat dan pengaruhnya. Dan respon objeknya
baju kotor masih ada yang berserakan, ruang kamar tidak ada
ventilasinya.
34
d. Mengatur kunjungan ke rumah keluarga. Dengan respon subjektif
keluarga mengatakan senang dikunjungi praktikan. Dan respon
objektifnya mengunjungi 3x selama 1 minggu, mengobservasi
keluarga.
I. Evaluasi
Untuk melakukan evaluasi digunakan sistem SOAP secara
operasional. Format ini digunakan jika implementasi keperawatan dan
evaluasi didokumentasikan. SOAP itu sendiri adalah:
S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif
setelah dilakukan intervensi keperawatan.
O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan.
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada
tujuan keperawatan dan kriteria hasil terkait dengan diagnosa.
P : adalah perencanaan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisis
respon keluarga.
Untuk diagnosa pertama evaluasi pada hari 12 Desember 2010 jam
17.00, evaluasinya:
S : Ny. R mengatakan “ya” akan membersihkan dan merapikan perabotan
rumahnya.
O : Klien terlihat tenang dan kooperatif beserta dapat menjelaskan
kembali tentang informasi yang telah di berikan.
A : masalah teratasi sebagian.
35
P : lanjutkan intervensi kedua dan ketiga.
Selanjutnya untuk diagnosa kedua evaluasi pada hari 12 Desember
2010 jam 17.30, evaluasinya:
S : Ny. R mengatakan “Insyaallah” kalau ada waktu akan menata rumah
agar bersih.
O : keluarga tampak ada semangat untuk membersihkan rumahnya.
A : masalah teratasi sebagian.
P : lanjutkan intervensi keempat.
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini penulis membahas mengenai asuhan keperawatan keluarga Tn.K
dengan masalah utama hambatan penatalaksanaan pemeliharaan rumah, proses
asuhan ini menggunakan pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari
pengkajian sampai evaluasi. Asuhan keperawatan ini telah dilaksanakan oleh
penulis selama 2 minggu. Proses keperawatan dilakukan mulai tanggal 30
November sampai dengan 12 Desember 2010, di Kelurahan Muktiharjo Kidul
RT. 09 RW. 08 Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
A. Fokus Pengkajian
Pengkajian dilakukan secara menyeluruh yang meliputi dimulai dari
pengumpulan data baik dari klien maupun keluarga, dengan menggunakan
metode auto anamnesa, alloanamnesa dan observasi. Penulis melakukan
pengkajian meliputi analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi. Sebelum penulis membahas tentang diagnosa
keperawatan, penulis terlebih dahulu akan membahas beberapa hal yang
dalam pengkajian dan pendokumentasian asuhan keperawatan tidak lengkap
dan kurang jelas.
Fokus pengkajian rumah sehat meliputi: pertama sirkulasi, dari data
yang ada pada asuhan keperawatan dicantumkan rumah Ny. R terdapat
jendela dan ventilasi. Namun, penulis tidak mengkaji luas ventilasi atau
penghawaan yang masuk. Kedua pencahayaan, penulis tidak mengkaji
37
pencahayaan dikarenakan pencahayaan di rumah Ny. R sudah dikatakan baik
karena pencahayaannya sudah menerangi seluruh bagian ruangan. Ketiga air,
sumber air menggunakan air artitis. Air artitis tersebut digunakan untuk
semua kebutuhan sehari-hari. Airnya pun tidak berbau, berwarna dan berasa.
Keempat limbah, limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air
karena letaknya lebih dari 10 meter, tidak menimbulkan bau dan tidak
mencemari permukaan tanah. Limbah padat setiap bulannya ada petugas
kebersihan yang mengambilnya. Kelima komponen dan penataan ruangan,
dari data yang ada pada asuhan keperawatan dicantumkan rumah Ny. R tidak
rapi dalam penataan di dalam ruang tamu, ada penumpukan barang diatas
almari kecil. Keenam binatang peliharaan dan binatang ternak, pada fokus
pengkajian ini penulis tidak melakukan pengkajian, karena Ny. R tidak
mempunyai hewan ternak.
Penulis menyadari bahwa dipendokumentasian mengalami
kekeliruan. Dalam penulisan judul asuhan keperawatan, semestinya judul
yang dipakai adalah Tn. K sebagai kepala keluarga, tetapi penulis menulisnya
Ny. R, dikarenakan penulis menganggap nama yang dipakai dalam judul
adalah nama orang yang diwawancara saat pengkajian.
Penulis juga tidak mencantumkan komposisi keluarga pada kolom
hubungan keluarga dalam asuhan keperawatannya, karena penulis terburu-
buru saat menulis tabel komposisi keluarga. Pada saat itu, asuhan
keperawatan harus dikumpulkan.
38
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah pengkajian kemudian di lanjutkan dengan diagnosa
keperawatan
1. Ketidakhigienisan perabotan rumah berhubungan dengan resiko tinggi
penyebaran penyakit. Pada diagnosa ini tidak valid karena tidak
ditemukan diberbagai reverensi. Seharusnya diagnosa yang muncul
adalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk membuat penilaian yang tepat.