BAB I
20
14
BAB I PENDAHULUAN
BAB IPENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANGPerkembangan Industri sebagai bagian dari
usaha ekonomi jangka panjang diarahkan untuk menciptakan struktur
ekonomi yang lebih baik dan seimbang yaitu struktur ekonomi dengan
dititikberatkan pada industri maju yang didukung oleh ekonomi yang
tangguh. Indonesia saat ini tengah memasuki era globalisasi dalam
segala bidang yang menuntut tangguhnya sektor industri dan
bidangbidang lain yang saling menunjang. Hal ini tentunya memacu
kita untuk lebih meningkatkan dalam melakukan terobosan-terobosan
baru sehingga produk yang dihasilkan mempunyai daya saing, efisien
dan efektif, disamping itu haruslah tetap akrab dan ramah terhadap
lingkungan.Menanggapi situasi tersebut dan dalam upaya untuk
mengurangi ketergantungan import produk petrokimia, pemerintah
menetapkan peraturan yang mendorong perkembangan industri tersebut.
Sejalan dengan itu industri petrokimia di Indonesia seperti
industri Styrene Monomer, juga turut berkembang. Hal ini terutama
disebabkan oleh makin meningkatnya permintaan produkproduk plastik
yang menggunakan bahan dasar Styrene Monomer. Kegunaan utamanya
adalah sebagai zat antara untuk pembuatan senyawa kimia lainnya dan
untuk memperkuat industri hilir seperti : 1. Polystyrene (PS),
industri ini merupakan konsumen terbesar Styrene Monomer karena
untuk menghasilkan 1 ton Polystyrene diperlukan 950 kg Styrene
Monomer. Kegunaannya untuk membuat general purpose polystyrene
(HIPS).2. Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), industri ini
mengkonsumsi 600 kg Styrene Monomer untuk menghasilkan 1 ton ABS.
Kegunaannya untuk pembuatan plastik keras bagi komponen mobil,
gagang telpon, pipa plastik, dll.3. Styrene Butadiena Latex (SBL),
industri ini mengkonsumsi 550 kg Styrene Monomer untuk menghasilkan
1 ton SBL .Kegunaannya untuk pembuatan pelapis kertas dan pelapis
karet. 4. Impact Polystyrene Rubber (IPR), industri auto mobil.5.
Styrene Butadiene Rubber (SBR), digunakan dalam industri ban,
radiator, heater, dan sebagainya.Styrene Monomer adalah anggota
dari kelompok aromatik monomer tak jenuh yang mempunyai rumus
molekul C6H5C2H5 dan mempunyai nama lain cinnomena. Teknologi
pembuatan Styrene Monomer pada mulanya kurang diminati sebab produk
polimer yang dihasilkan rapuh dan mudah patah, kemudian baru pada
tahun 1937 pabrik Badische Aniline Soda Fabrics (BASF)
memperkenalkan terobosan baru dalam bidang teknologi pembuatan
Styrene Monomer dengan proses Dehidrogenasi dari bahan baku
Ethylbenzene. Keduanya memproduksi Styrene Monomer dengan kemurnian
yang tinggi yang dapat menjadi polimer yang stabil dan tidak
berwarna. Sejak perang dunia II Styrene Monomer menjadi sangat
penting karena kebutuhan akan karet sintetis semakin meningkat,
sehingga dibuatlah produk Styrene Monomer secara komersial dalam
skala besar. Sejak itu produksi Styrene Monomer menunjukkan
peningkatan yang pesat dan karena kebutuhan akan Styrene Monomer
terus meningkat, maka dewasa ini semakin dikembangkan proses
pembuatannya yang lebih efisien dan modern. Oleh sebab itu akan
sangat menguntungkan apabila saat ini mendirikan pabrik Styrene
Monomer.Sampai akhir tahun 2012, di Indonesia baru terdapat satu
buah pabrik yang memproduksi Ethylbenzene sebagai bahan baku
pembuatan Styrene Monomer, yaitu PT. Styrindo Mono Indonesia (PT
SMI) yang juga memproduksi Styrene Monomer dengan kapasitas 300.000
ton/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan Ethylbenzene berasal dari PT
Styrindo Mono Indonesia (PT SMI). Berdasarkan diskripsi diatas
dilihat lebih jauh akan keuntungan pendirian pabrik Styrene Monomer
yaitu dari perbandingan harga bahan baku dan hasil produknya.
Menurut data diperoleh data harga bahan baku (Ethylbenzene) yaitu
US$ 386/ton sedangkan harga produk yang dihasilkan (Styrene
Monomer) yaitu US$ 990/ton.Berikut di bawah ini ditampilkan
perkembangan supply dan konsumsi Ethylbenzene di Indonesia tahun
1998-2002.Table 1.1. Perkembangan supply dan konsumsi Ethylbenzene
di Indonesia tahun 1998-2002 (ton).Penggunaan
19981999200020012002
Produksi107.296236.120307.084279.761286.755
Eksport-----
Import12340412775
Supply107.419236.160307.125279.788286.830
Industri pemakai : Styrene Monomer
lainnya106.3451.074233.7982.362304.0543.071276.9902.798283.9622.868
(Sumber : CIC Indochemical No. 374, tahun 2003)
1.2. Kapasitas Rancangan.Untuk menentukan kapasitas pabrik yang
akan didirikan harus memperhatikan kapasitas pabrik sejenis dalam
skala komersial yang sudah dibangun. Pabrik Styrene Monomer
kapasitas minimum yang pernah dibangun (menurut Ward DJ, et al, HP
vol 65 no 3, 1987) adalah Cos-Den Oil & Chemical Co., pabrik
yang mulai beroperasi di Texas, USA pada tahun 1956 yaitu dengan
kapasitas sebesar 36.000 ton/tahun dan pabrik Styrene Monomer
dengan kapasitas terbesar adalah Cos-Mar Co., juga di Amerika
Serikat dengan kapasitas 680.000 ton/tahun dan mulai beroperasi
pada tahun 1985.Selain itu masih ada beberapa pertimbangan yang
harus diperhatikan dalam menentukan kapasitas pabrik yang akan
didirikan, yaitu : 1. Perkiraan kebutuhan pasar dalam negeri.Untuk
mengetahui kebutuhan Styrene di Indonesia dapat diketahui dari
besarnya import dan kenaikan import tiap tahun. Dari tahun ke tahun
kebutuhan Styrene Monomer di Indonesia cenderung tidak tetap,
kadang mengalami kenaikan kadang juga mengalami penurunan.
Diperkirakan kebutuhan Styrene Monomer tersebut akan meningkat pada
tahun-tahun mendatang dengan makin berkembangnya industri
pengolahan Styrene Monomer. Berikut ini disajikan data import
Styrene Monomer dari tahun 1995-2002.
Tabel 1.2. Data import Styrene Monomer Indonesia tahun
19952002TahunJumlah Kebutuhan (ton)
199513.255,476
199620.088,831
199730.125,652
199819.328,127
199910.229,782
200025.179,082
200150.825,398
200236.123,457
( Sumber: Balai Pusat Statistik Semarang )Dari tabel 1.2 data
import Styrene Monomer untuk kurun waktu 19952002 diketahui bahwa
jumlah kebutuhan Styrene Monomer di Indonesia pada tahun 2002
mencapai jumlah sebesar 36.123,457 ton dan melihat perkembangan
jumlah import tersebut dari tahun 1995-2002 dapat diperkirakan pada
tahun 2008 akan mencapai 73.516,605 ton.2. Ketersediaan Bahan
Baku.Bahan baku merupakan faktor yang sangat penting untuk
kelangsungan produksi pada suatu pabrik. Bahan baku pembuatan
Styrene Monomer adalah Ethylbenzene dan diperoleh dari PT Styrindo
Mono Indonesia ( PT SMI ) yang berlokasi di Cilegon,
Banten.Berdasarkan pertimbangan di atas maka direncanakan pabrik
Styrene Monomer yang akan mulai produksi pada tahun 2008 dengan
kapasitas 80.000 ton/tahun. Pemilihan kapasitas tersebut dengan
pertimbangan :1. Dapat memenuhi kebutuhan Styrene dalam negeri yang
diperkirakan sebesar 73.516,605 ton pada tahun 2008 dan sisanya
dapat diproyeksikan untuk orientasi eksport.2. Dapat memberikan
keuntungan karena kapasitas rancangan yang ditetapkan sudah di atas
kapasitas minimal secara komersial dan masih lebih kecil dari
kapasitas pabrik sejenis dengan kapasitas terbesar yang pernah
dibangun. Hal ini akan memudahkan dalam perancangan alat maupun
dalam tahap konstruksi saat pabrik dibangun.3. Dapat merangsang
tumbuhnya industri-industri yang mempergunakan Styrene Monomer
sebagai bahan baku maupun bahan pembantu mengingat banyaknya
derivat-derivat dari Styrene.
1.3. Penentuan Lokasi Pabrik.Pemilihan lokasi pabrik merupakan
hal yang sangat penting dalam setiap perancangan suatu pabrik,
karena menyangkut kelangsungan dan keberhasilannya, baik dari segi
ekonomi, maupun teknisnya. Orientasi perusahaan dalam menentukan
lokasi pabrik pada prinsipnya ditentukan berdasarkan pertimbangan
pada letak geografis, teknis, ekonomis dan lingkungan. Dari
pertimbangan tersebut lokasi pabrik dari prarancangan pabrik
Styrene Monomer ini dipilih di daerah Cilegon, Banten dengan
pertimbangan sebagai berikut : 1. Bahan bakuBahan baku Ethylbenzene
dari dalam negeri tersedia di daerah Cilegon, sehingga jarak yang
dekat dengan sumber bahan baku akan menekan biaya transportasi dan
akan memudahkan dalam penyediaanya. 2. PasarPabrik-pabrik polimer
yang mempergunakan Styrene Monomer sebagai bahan baku atau bahan
pembantu banyak terdapat di daerah Cilegon, Jakarta, dan sekitarnya
atau masih di dalam Pulau Jawa sehingga akan lebih mudah memasarkan
produk Styrene Monomer tersebut.3. TransportasiDaerah Cilegon
mempunyai sarana transportasi darat dan laut yang cukup memadai,
yaitu jalan tol yang menghubungkan Merak-Jakarta-Cikampek dan
pelabuhan laut yang mampu untuk berlabuhnya kapalkapal besar
sehingga memudahkan pengiriman produk Styrene Monomer. 4. Kebutuhan
UtilitasCilegon merupakan kawasan industri yang cukup besar
sehingga sebagian besar kebutuhan utilitas seperti tenaga listrik
dari PLN, dan air mudah terpenuhi. Karena dekat dengan laut
kebutuhan air untuk proses produksi dimungkinkan menggunakan air
laut dengan proses treatment.5. Tenaga KerjaKarena banyak terdapat
pabrik-pabrik besar, di daerah Cilegon dan sekitarnya banyak
terdapat tenaga kerja yang sudah terlatih dan berpengalaman.6.
Sifat BahanProduk Styrene yang dihasilkan akan dipasarkan dalam
bentuk cair, sehingga dari Cilegon produk akan mudah diangkut
melalui jalan darat maupun melalui laut untuk dieksport. Selain
itu, Styrene Monomer mudah terpolimerisasi namun karena Cilegon
dekat dengan pasar maka akan mengurangi resiko kerusakan bahan.7.
Proses ProduksiDalam proses produksi Styrene Monomer terjadi
kehilangan berat bahan tetapi jumlahnya relatif kecil. Secara
ekonomi hal tersebut akan merugikan, tetapi karena dekat dengan
sumber bahan baku dan pasar maka pendirian pabrik di daerah Cilegon
masih menguntungkan.8. Pengolahan limbah dan pengembangan
PabrikLokasi pabrik yang tidak berada di kota besar akan memudahkan
dalam pengolahan limbahnya maupun dalam usaha perluasan pabrik
khususnya dalam penyediaan lahan baru untuk perluasan pabrik.9.
Pemerintah dan PolitikKebijaksanaan pemerintah untuk menjadikan
daerah Cilegon, Merak dan sekitarnya sebagai kawasan industri akan
memudahkan dalam hal perijinan dan pengembangan pabrik.
1.4. Tinjauan Pustaka 1.4.1. Pemilihan Proses.Styrene Monomer
pertama kali diperoleh dengan cara isolasi dari destilasi storaks
pada abad ke-19. Saat itu Styrene Monomer sudah dapat dijadikan
polimer tetapi polimer yang dihasilkan masih getas dan mudah patah,
sehingga belum ada yang tertarik untuk menjadikan Styrene Monomer
dalam skala industri, dan hanya skala laboratorium saja. Tahun
1925, Naugatuck Chemical Co. mencoba memproduksi Styrene Monomer
dalam skala besar untuk komersial, tetapi gagal. Baru pada saat
perang dunia II teknologi pembuatan Styrene Monomer berhasil
dikembangkan oleh Badische Anilin Soda Fabrics (BASF) dengan cara
Dehidrogenasi Ethylbenzene. Dalam produksi secara komersial pada
umumnya menggunakan proses Dehidrogenasi Katalitik (85%) dan
Oksidasi Ethylbenzene (15 %). (Kirk Othmer, vol 21, 1980)Macammacam
proses pembuatan Styrene Monomer1. Dehidrogenasi Katalitik
Dehidrogenasi katalitik adalah reaksi langsung dari ethylbenzene
menjadi Styrene, cara tersebut adalah proses pembuatan Styrene
Monomer yang banyak dikembangkan dalam produksi komersial. Reaksi
terjadi pada fase uap dimana steam melewati katalis padat. Katalis
yang digunakan adalah Shell 105, yang terdiri dari campuran Besi
sebagai Fe2O3, Kromium sebagai Cr2O3 dan Potasium sebagai K2CO3.
Reaksi bersifat endothermis dan merupakan reaksi kesetimbangan.
Sedangkan reaktornya dapat bekerja secara adiabatis dan isothermal.
Reaksi yang terjadi : C6H5CH2CH3 C6H5CH = CH2 + H2 Yield rendah
jika reaksi ini tanpa menggunakan katalis. Temperatur reaktor
6006500C pada tekanan atmosfer. Pada saat kesetimbangan konversi
Ethylbenzene berkisar antara 5070% dengan yield 8889 %. (Ullman,
vol A25, 1994)2. Oksidasi Ethylbenzene Proses ini ada 2 macam yaitu
dari Union Carbide dan Halogen Internasional. Proses dari Union
Carbide mempunyai 2 produk yaitu Styrene dan Acetophenon.
Menggunakan katalis Acetate diikuti dengan reaksi reduksi
menggunakan katalis Chrome-Besi-Tembaga kemudian dilanjutkan dengan
reaksi hidrasi alkohol menjadi Styrene dengan katalis Titania pada
suhu 250 0C.
Reaksi yang terjadi berturut turut adalah sebagai berikut :
C6H5CH2CH3 + O2 C6H5COCH3 + H2O C6H5COCH3 + H2O C6H5CH (OH )CH3
C6H5CH(OH)CH3 C6H5CH = CH2 + H2OKehilangan proses ini adalah
terjadinya korosi pada tahap oksidasi dan produk yang dihasilkan
10% lebih kecil dibandingkan reaksi dehidrogenasi.Proses Halogen
Internasional menghasilkan Styrene dan Propyleneoxide. Yaitu proses
mengoksidasi Ethylbenzene menjadi Ethylbenzene Hidroperoxide
kemudian direaksikan dengan propylene membentuk propyleneoxide dan
-phenil-ethylalkohol kemudian didehidrasi menjadi Styrene.Dari
beberapa uraian proses pembuatan Styrene tersebut diatas, maka akan
dirancang pabrik Styrene Monomer dengan proses Dehidrogenasi
Katalitik dengan menggunakan katalis Shell 105 dengan alasan
sebagai berikut : 1. Proses dehidrogenasi adalah proses yang paling
sederhana.2. Proses dehidrogenasi katalitik yang paling banyak
dipakai secara komersial.3. Tidak menimbulkan korosi.4. Hasil
samping berupa Toluen dan Benzene bisa dijual sehingga dapat
menambah keuntungan.
Tabel 1.3. Perbandingan antara proses Dehidrogenasi katalitik
dan oksidasi Ethylbenzene.ParameterProses Dehidrogenasi
katalitikProses oksidasi Ethylbenzene
Suhu reaksiTekananHasil konversiYieldSelektivitasKatalis yang
digunakan
Jenis reaktorKebutuhan bahan pembantu580 6500C0,7 1,5 atm35 45
%88 95 %95 %Fe2O3, Cr2O3, K2CO3
Reaktor tunggalSteam dan katalis135 1600C120 220 psi25 30 %80 85
%70 %Acetone, krom, besi, tembaga, dan titaniaReaktor seriPropilen,
oksigen, hidrogen, dan bermacam-macam katalis
1.4.2. Spesifikasi Bahan 1.4.2.1. Bahan Baku : EthylbenzeneRumus
molekulBerat molekulKenampakanWarnaKemurnianImpuritasDensity pada
25 0CViscosity pada 25 0CTitik beku pada 1
atm:::::::::C6H5C2H5106,168CairTidak berwarnaMinimum 99 %
beratMaximum 1% berat0,8626 0,8728 gr / ml0,6268 0,6365 cp- 94,975
0C
1.4.2.2. Spesifikasi Bahan Pembantu : Katalis Shell
105WujudBentukKomposisiBulk
densityDiameterPorositas::::::PadatPellet84,3 % Fe2O3, 2,4%Cr2O3,
13,3% K2CO32146,27 kg/cm34,7 mm0,35
1.4.2.3. Spesifikasi Produk : StyreneRumus molekulBerat
molekulWujudWarnaKomposisiBenzeneTolueneDensity pada 25 0CViscosity
pada 25 0CSpesifik gravityTitik
didih:::::::::::C6H5C2H5104,152CairTidak berwarnaStyrene : Minimum
99,7 %Benzene : Maksimum 0,1 % beratToluene : Maksimum 0,2 %
berat0,9015 0,9130 g / ml0,7221 0,7317 cp0,9038 - 0,9057145,2
0C
1.4.3. Kegunaan Produk Styrene Monomer dapat digunakan antara
lain dalam bentuk : Polystyrene.Digunakan dalam industri
pengemasan, alat-alat rumah tangga, mobil, elektronik.
Acrylonitrile Butadiena Styrene.Digunakan dalam industri pipa,
interior mobil dan refrigerator. Styrene Butadiena Rubber.Digunakan
dalam industri ban, radiator dan heater. Styrene Butadiena
Latex.Digunakan dalam industri pelapis kertas dan. pelapis
karet.
1.4.4. Sifat Fisis dan Kimia1. Bahan Baku : EthylbenzeneSifat
Fisis : Ujud Berat Molekul Density pada 25 C Titik beku Titik didih
Kelarutan
Kapasitas panas
Tekanan kritis Volume kritis Suhu kritis Indek reaksi
Faktor aksentrik Kompresibilitas kritis Flash point Panas latent
fusi Refraktif indeks Surface tension Viskositas pada 250C Panas
penguapan pada 250C Panas pembentukan pada 250C Entropy pembentukan
Specific heat pada 250C::::::
:
::::
:::::::::::Cair106,167 gr / mol 0,8671 gr / ml- 94,94 C136,185
Clarut dalam ethanol, 0,001% dalam airuntuk gas ideal = 1169 J/kg
Kuntuk cairan = 1752 J/kg K38,1 atm374,0 cm/mol346,4 Cpada 20 C =
1,4954 pada 25 C = 1,49320,30110,26415 C9,164 J/mol0K 1,495931,50
dyne/cm0,64 cp42,226 J/mol0K-12,456 J/mol0K255,2 J/mol0K185,06
J/mol0K
Tekanan Uap : Log P (Kpa) = Sifat Kimia1. Reaksi
DehidrogenasiProses ini dilakukan pada fase gas dengan katalis
Fe2O3. Reaksi berlangsung secara seimbang dan membutuhkan
panas.Reaksi yang terjadi : C6H5CH2CH3 C6H5 = CH2 + H2 H (600 C) =
124,9 kJ/mol Ethylbenzene Styrene Hidrogen (Ullman, vol A 10, 1994)
2. Reaksi OksidasiReaksi oksidasi menghasilkan Ethylbenzene
Hidroperokside Reaksi yang terjadi :C6H5CH2CH3 + O2
C6H5CH(OOH)CH3Reaksi fase cair dengan bubbling udara melalui cairan
terhadap katalis. Akan tetapi karena Hidroperokside merupakan
senyawa yang tidak stabil, maka kemungkinan kenaikan temperatur
harus dihindari karena akan terjadi dekomposisi.Polyethylbenzene
merupakan produk samping dari pembuatan Ethylbenzene.3. Reaksi
HidrogenasiDapat terjadi dengan bantuan katalis Ni, Pt, atau Pd
menghasilkan Ethylcyclohexane.Reaksi yang terjadi :C6H5CH2CH3 + 3H2
C6H11C2H5 Ethylbenzene Ethylcyclohexane4. Reaksi HalogenasiDapat
terjadi dengan adanya bantuan panas atau cahaya.Reaksi yang terjadi
: 2C6H5CH2CH3 + Cl2 C6H5CH-ClCH3 + C6H5CH2Cl Ethylbenzene
1-chloro-2phenilethan 2-chloro phenilethan2. Produk : Styrene
Monomer Sifat Fisis : Ujud Berat molekul Density
Density kritis Volume kritis Tekanan kritis Suhu kritis Flash
point Indek refraksi Kelarutan
Viscositas
Panas spesifik
Surface tension (200C) Panas pembentukan (250C) Factor
accentric::: :::::::
:
:::::Cair104,1036 gr / molpada 30 C = 0,8970 gr / mlpada 40 C =
0,888 gr / ml0,279 gr / ml3,55 cm3/mol37,6 atm346,4 C31 Cpada 20 C
= 1,546larut dalam ethanol dan ether, 0,032 % dalam airpada 20 C =
0,703 cppada 40 C = 0,586 cppada gas (25 C) = 0,2818 Kal / g Cpada
cairan (40 C) = 0,4178 Kal/g C30,86 dyne/cm-12,456
KJ/mol0K0,257
Tekanan Uap : Log P (Kpa) = Sifat Kimia1. Polimerisasi Styrene
menjadi PolyvinylbenzeneReaksi yang terjadi :n (C6H5CH = CH2) + O2
(CHCH2 )n -C6H52. Styrene ditambah Ozon menjadi Benzaldehyde
Reaksi yang terjadi :C6H5CH = CH2 + O3 C6H5CHO3. Alkilasi
Styrene dengan Methanol menjadi MethyletherReaksi yang terjadi
:C6H5CH = CH2 + CH3OH C6H5-CH(OCH3)CH33. Produk SampingA.
BenzeneSifat Fisik : Ujud pada 250C : cair Rumus Molekul: C6H6
Berat molekul : 78,11 Berat jenis : 0,879 gr/cm3 Titik didih pada
tekanan 1 atm : 80,10 0C Suhu peleburan : 5,260C Tekanan uap pada
250C : 873,700 kPa Viskositas pada 200C : 13,330 cp Tegangan
permukaan pada 250C : 28,180 dyne/cm Temperatur kritis : 289,0 0C
Tekanan kritis : 48,6 atm Flash point : -11,10 Flammisibility limit
di udara : 1,5 80 % volume Panas pembentukan : 48,66 kj/gmol Panas
peleburan : 9,874 kj/kmol Panas penguapan pada 80,10C : 33,847
kj/kmol Panas pembakaran pada 250C : -3267,6 kj/gmol Kelarutan
dalam air pada 250C : 0,180 gr/100 gr airB. Toluene Ujud pada 250C
: cair Rumus Molekul: C6H5.CH3 Berat molekul : 92,13 Berat jenis :
0,86694 gr/cm3 Titik didih pada tekanan 1 atm : 110,626 0C Suhu
peleburan : -94,9910C Temperatur kritis : -213,1 0C Tekanan kritis
: 40,3atm Flash point : 4,00C Explosion limit di udara : 1,4 6,7 %
volume Kalor pembentukan : 11,99 kj/gmol Panas peleburan : 6,619
kj/gmol Panas penguapan pada 80,10C : 3,5 kj/gmol Panas pembakaran
pada 250C : -3909,9 kj/gmol Kelarutan dalam air pada 250C : 0,050
gr/100 gr air
1.4.5. Tinjauan Proses Dehidrogenasi secara umumDehidrogenasi
adalah salah satu reaksi yang penting dalam industri kimia meskipun
penggunaannya relatif sedikit bila dibandingkan dengan proses
Hidrogenasi. Reaksi dehidrogenasi adalah reaksi yang menghasilkan
komponen yang berkurang kejenuhannya tetapi lebih reaktif. Pada
prinsipnya semua senyawa yang mengandung atom hidrogen dapat
dihidrogenasi, tetapi umumnya yang dibicarakan adalah senyawa yang
mengandung Carbon seperti Hidrocarbon dan Alkohol. Proses
dehidrogenasi kebanyakan berlangsung secara Endothermis yaitu
membutuhkan panas.Reaksi dapat didefinisikan sebagai berikut
:Reaksi pembentukan Aldehyde dari Alkohol primer.C2H5OH + O2 CH2CHO
+ H2OReaksi pembentukan Keton dari Alkohol Sekunder.CH2CHOH + O2
CH2COCH2 + H2ODehidrogenasi adalah reaksi yang bersifat endothermis
yaitu membutuhkan panas untuk terjadinya reaksi dan suhu yang
tinggi diperlukan untuk mencapai konversi yang tinggi pula. Reaksi
dehidrogenasi yang sering digunakan dalam skala besar adalah
dehidrogenasi Ethylbenzene menjadi Styrene. Reaksi dehidrogenasi
berperan pula dalam pirolitis, cracking, gasifikasi oleh pembakaran
sebagian karbonisasi dan reforming yang semuanya terjadi dalam
industri refining dan petrokimia.Diharapkan reaksi dehidrogenasi
sebagai berikut :CH2CH3 CH = CH2 + H2 .( 1 )
Reaksi bilangan tambahan untuk kepentingan identifikasi. Maksud
dan tujuan reaksi dan akibatnya harus dipertimbangkan untuk
pemilihan reaktor waktu dioperasikan. Didalam pembahasan ini
diasumsikan bahwa reaktor dioperasikan pada temperatur lebih 600C
dan tekanan atmosfer dan jika reaksi terjadi pada temperatur 650C
atau lebih dapat dipastikan konversi Ethylbenzene menjadi Styrene
berada pada kondisi kesetimbangan. Beberapa macam kemungkinan
percepatan atau reaksi paralel dan akibatnya. Reaksi pertama adalah
pembentukan Ethylbenzene dari dehidrogenasi Styrene. CH2CH3 CH CH2
+ H2 ( 2 )
Konstanta kesetimbangan reaksi untuk menghitung kesetimbangan
thermodinamika pembentukan yang tidak diinginkan dari produk, dan
dapat digambarkan bahwa pembentukan Ethylbenzene dapat dikontrol
secara efektif dari operasi reaktor pada temperatur di bawah 700C.
Dua reaksi tambahan untuk pembentukan Benzene dan Toluene dari
Ethylbenzene adalah sebagai berikut :CH2CH3 + C2H4 ..(3)dan CH2CH3
CH3 + H2+ CH4 ..(4)
Reaksi ketiga adalah kebalikan dari reaksi Alkilasi Benzene.Jadi
jika hanya mempertimbangkan faktor thermodinamika saja maka seperti
kasus sintesa Methanol, pemilihan katalis memberikan hasil yang
lebih tinggi dalam dehidrogenasi dan meningkatkan angka reaksi
seperti yang diinginkan untuk perbandingan reaksi. Tetapi
bagaimanapun juga perlu dipertimbangkan analisa Kinetik.Dari
tinjauan Thermodinamika, pembuatan Styrene dari bahan Ethylbenzene
dapat ditentukan berdasarkan prinsipprinsip yang penting : Jika
reaktor dioperasikan pada temperatur lebih dari 5000C maka
kelayakan konversi Ethylbenzene menjadi Styrene lebih terjamin.
Dari konsep konversi kesetimbangan, sebaiknya temperatur reaktor
dioperasikan pada temperatur lebih dari 6000C, tetapi hal-hal
seperti angka percepatan reaksi, terjadinya cracking dari
Ethylbenzene menjadi Benzene, pembentukan Toluene dari
Ethylbenzene, Hidrogen yang merupakan reaksi pemanasan dari
konversi pada semua temperatur harus menjadi pertimbangan.
Pemakaian katalis untuk pembentukan Styrene dengan Dehidrogenasi
adalah penting, pada temperatur lebih dari 6000C dapat menyebabkan
percepatan Dehidrogenasi Ethylbenzene menjadi Styrene. Temperatur
operasi reaktor diatur pada temperatur 6000C < T < 6500C
dengan katalis pada proses dehidrogenasi yang mungkin menghasilkan
gas inert.20
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi
KatalitikKapasitas ......................Ton/Tahun