1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para penyedia layanan jasa transportasi berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dalam memberikan fasilitas. Selain memperbaiki kualitas, para penyedia juga menambah armadanya untuk memenuhi permintaan yang semakin banyak. Dampak negatif pertambahan kuantitas angkutan bus antar kota akan mengakibatkan peningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia (1). Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, cidera akibat kecelakaan lalu lintas membunuh setidaknya 1,24 juta tiap tahunnya di dunia,berarti terdapat sekitar 3.397 orang yang meninggal setiap hari di seluruh dunia diakibatkan kecelakaan lalu lintas. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan terdapat jumlah korban yang meningkat menjadi 1,9 juta orang pada tahun 2020 (1). Di Indonesia, berdasarkan laporan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) Tahun 2015, angka kematian karena kecelakaan lalulintas ini sebanyak 31.186 jiwa atau rata-rata 84 orang tewas setiap hari karena kecelakaan lalu lintas atau 3-4 orang setiap jamnya (2). Data dari Badan Pusat Statistik Indonesia menunjukkan, pada tahun 2014 terdapat 108.696 kecelakaan, meningkat hampir 70% dari tahun 2013 yang berjumlah 66.488 kejadian kecelakaan jalan raya. Selain itu, dari data Dirjen Perhubungan Darat, pada tahun 2015 terjadi 117.949 kejadian kecelakaan dimana
31
Embed
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/2324/2/BAB I-III.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para penyedia layanan jasa transportasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Para penyedia layanan jasa transportasi berlomba-lomba untuk menjadi
yang terbaik dalam memberikan fasilitas. Selain memperbaiki kualitas, para
penyedia juga menambah armadanya untuk memenuhi permintaan yang semakin
banyak. Dampak negatif pertambahan kuantitas angkutan bus antar kota akan
mengakibatkan peningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas
merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia (1).
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, cidera
akibat kecelakaan lalu lintas membunuh setidaknya 1,24 juta tiap tahunnya di
dunia,berarti terdapat sekitar 3.397 orang yang meninggal setiap hari di seluruh
dunia diakibatkan kecelakaan lalu lintas. World Health Organization (WHO)
memperkirakan akan terdapat jumlah korban yang meningkat menjadi 1,9 juta
orang pada tahun 2020 (1).
Di Indonesia, berdasarkan laporan Kepolisian Republik Indonesia
(POLRI) Tahun 2015, angka kematian karena kecelakaan lalulintas ini sebanyak
31.186 jiwa atau rata-rata 84 orang tewas setiap hari karena kecelakaan lalu lintas
atau 3-4 orang setiap jamnya (2).
Data dari Badan Pusat Statistik Indonesia menunjukkan, pada tahun 2014
terdapat 108.696 kecelakaan, meningkat hampir 70% dari tahun 2013 yang
berjumlah 66.488 kejadian kecelakaan jalan raya. Selain itu, dari data Dirjen
Perhubungan Darat, pada tahun 2015 terjadi 117.949 kejadian kecelakaan dimana
2
terdapat 29.544 korban jiwa melayang di jalan pada tahun tersebut, dengan total
kerugian sebesar 298 Milyar Rupiah (3).
Kasubbid Penerangan Masyarakat (Penmas) Polda Sumut, AKBP MP
Nainggolan mengatakan dalam laporan harian yang diterimanya dari seluruh
jajaran Polda Sumut, sedikitnya 14 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas.
Secara umum penyebab utama kecelakaan lalu lintas di sumut akibat Human
Error (faktor kelalaian manusia). Sebab, menurut catatan kepolisian, dari seluruh
rentetan kejadian kecelakaan disebabkan pengendara yang kurang memperhatikan
keselamatannya (4).
Hal ini juga di jelaskan dalam penelitian yang di lakukan Noviandi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel lama kerja (p = 0,106), masa kerja (p =
0,511), lama istirahat (p = 0,944), jam kerja (0,581), pendapatan (p = 0,973) dan
motivasi/dukungan keluarga (p =0,495) tidak berhubungan dengan perilaku
mengemudi tidak aman. Variabel yang berhubungan adalah waktu tempuh satu
kali keberangkatan (p = 0,021) dan tingkat pengetahuan (p = 0,027) (2).
Safety driving merupakan dasar pelatihan mengemudi lebih lanjut yang
lebih memperhatikan keselamatan bagi pengemudi dan penumpang. Safety driving
didesain untuk meningkatkan awareness (kesadaran) pengemudi terhadap segala
kemungkinan yang terjadi selama mengemudi. Safety driving dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain faktor manusia seperti (perilaku, umur, lama bekerja),
pengetahuan, faktor kendaraan seperti kapasitas muatan penumpang (5).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetya
menjelaskan bahwa pengalaman dan masa kerja yang lama banyak memberikan
3
pembelajaran. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa masa kerja, kondisi
kendaraan, pengetahuan dan peraturan berhubungan dengan safety driving (6).
Dari survei awal yang dilakukan peneliti untuk melihat bagaimana praktik
mengemudi pengemudi angkutan antar kota. Peneliti memulai pengamatan
dimulai dari awal datang ke Terminal Pinang Baris. Di dalam Terminal terdapat
Jumlah armada bus yang beroperasi di Terminal Pinang Baris. Jumlah armada bus
untuk jalur keberangkatan Medan- P Susu sebanyak 110 bus yang terdiri dari
beberapa Koperasi, semua bus tersebut dalam keadaan terparkir rapi. Pada saat itu
peneliti mengamati 2 bus yang sudah menyala mesinnya dan siap berangkat.
Namun pada saat tersebut supir bus maupun kernet bus tersebut tidak berada di
dalam bus tersebut, melainkan meninggalkan bus tersebut agar terisi
penumpang terlebih dahulu dengan keadaan mesin menyala. Setelah menunggu
beberapa menit di luar, peneliti mulai masuk ke dalam salah satu bus dan memilih
tempat duduk yang berada di dekat pengemudi bus. Selang beberapa saat
setelah peneliti masuk ke dalam bus, terdapat salah satu bus dengan trayek yang
sama berangkat dari terminal. Selang 5 menit bus tersebut berangkat, bus
yang dinaiki oleh peneliti juga mulai berangkat. Pengemudi bus langsung
menancap gas tanpa melakukan pengecekan rem, lampu, dan perlengkapan
lain. Selain itu juga pengemudi bus tidak menggunakan safety belt.
Keluar dari Terminal Pinang Baris pengemudi bus mulai memacu bus
dengan kecepatan cukup tinggi, pada saat itu peneliti tidak dapat melihat
kecepatan dikarenakan speedometer bus tersebut dalam keadaan mati. Melewati
jalur dengan keadaan jalan yang lurus menjadikan pengemudi bus tersebut mulai
4
memacu kendaraan dengan kecepatan semakin tinggi. Selain berkendara dengan
kecepatan tinggi di jalan yang lurus, pengemudi bus juga menggunakan
handphone (HP) untuk berkomunikasi dan tetap berjalan dengan kecepatan tinggi
walau keadaan jalan kurang baik. Selain itu juga tidak mematuhi peraturan/ rambu
lalu lintas, misalnya tetap mendahului kendaraan lain di tikungan ataupun ketika
marka jalan lurus.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permsalahan tersebut, dirumuskanlah masalah penelitian,
yaitu apa saja faktor yang berhubungan dengan perilaku aman berkendaraan
(safety driving) pada pengemudi bus KPUB Trayek Medan- P.Susu Tahun 2019.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor- faktor yang berhubungan
dengan safety driving pada pengemudi bus KPUB trayek Medan- P. Susu di
Terminal Pinang Baris Medan.
1.4. Manfaat Penlitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang safety
driving atau aman berkendaraan di jalan raya serta dapat menjadi pertimbangan
sebagai bahan masukan dalam pengembangan dan penerapan pendidikan
mengenai safety driving sebagai langkah awal dalam menurunkan angka
kecelakaan lalu-lintas di jalan raya.
5
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
a. Untuk menambah pengalaman di dalam konteks permasalahan yang
ada pada topik “aman berkendara” di jalan raya.
b. Untuk menerapkan atau mengaplikasikan ilmu-ilmu kesehatan
dan keselamatan kerja yang telah didapat oleh peneliti, khususnya dibi
dang safety, dalam hal ini safety driving.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan rekomendasi
untuk penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan keilmuan dibidang
kesehatan dan keselamatan kerja terutama mengenai hubungan faktor
internal dengan perilaku aman berkendaraan (safety driving) pada sopir
angkutan kota.
3. Bagi Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat
Sebagai bahan pertimbangan untuk dilakukan pembekalan/
pendidikan tentang pentingnya berperilaku aman berkendaraan
(safety driving) di jalan raya kepada sopir angkutan kota.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Adinugroho Tahun
2014 menunjukkan bahwa total jumlah pengemudi adalah 2014 orang dengan
demikian, total sampel 40 responden di pilih berdasarkan kriteria usia yang
berusia diantara 18 hingga 40 tahun. Uji Rank Spearman digunakan pada tingkat
signifikansi 5%. Pengetahuan secara signifikan terkait dengan keselamatan
berkendara dengan p-value=0,004 (7).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nastiti di kota
Semarang pada Tahun 2015 menunjukkan bahwa, hasil penelitian tersebut adalah
kebiasaan berkendara yang tidak aman terus berlanjut pada pengemudi angkutan
umum daerah tembalang semarang seperti tidak menggunakan sabuk pengaman
saat mengemudi, tidak mematuhi peraturan rambu lalu lintas dan berhenti dan rem
mendadak. kebiasaan mengemudi yang tidak aman dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu sikap dan profesionalisme pengemudi angkutan umum, motivasi,
kondisi dari kendaraan, pemilik minivan, organisasi, pelatihan keselamatan
berkendara, tidak adanya halte khusus untuk angkutan umum dan pengawasan
polisi (3).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Noviandi di kota
jember pada tahun 2017 menunjukkan bahwa variabel lama kerja (p = 0,106),
masa kerja (p = 0,511), lama istirahat (p = 0,944), jam kerja (0,581), kondisi
kendaraan (p = 0,909), kondisi cuaca (p = 0,628), pendapatan (p = 0,973) dan
6
7
motivasi/dukungan keluarga (p =0,495) tidak berhubungan dengan perilaku
mengemudi tidak aman. Variabel yang berhubungan adalah waktu tempuh satu
kali keberangkatan (p = 0,021) dan tingkat pengetahuan (p = 0,027). Kesimpulan
dari penelitian ini adalah faktor risiko yang berpengaruh terhadap perilaku
mengemudi tidak aman adalah waktu tempuh satu kali keberangkatan dan tingkat
pengetahuan (2).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tendellawa yang
menyebutkan Penyebab terjadinya kecelakaan yaitu faktor manusia (unsafe
action) dan faktor lingkungan (unsafe condition). Sangat diperlukan tindakan
yang aman saat mengemudi (Safety driving). Tujuan penelitian ini ialah untuk
mengetahui gambaran pengetahuan tentang tindakan safety driving pada supir bus
trayek Manado Bitung di Terminal Paal 2 Kota Manado. Penelitian ini
menggunakan metode observasional analitik, dengan pendekatan Cross
Sectionalstudy. Sampel berjumlah 66 responden yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan ekslusi dan data di analisis secara univariat. Hasilnya menujukan
bahwa responden banyak berusia ≥ 40 tahun (65,1%.), tingkat pendidikan, yang
terbanyak > Tamat SMA (72,8%), dan masa kerja bekerja ≥ 5 tahun (78,8%),
Pengetahuan terbanyak pada kategori baik (51,5%) dan pengetahuannya kurang
baik.(48,5%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa umur, tingkat pendidikan dan masa
kerja memiliki pengaruh dengan pengetahuan seseorang. Saran bagi para supir
bus untuk lebih disiplin lagi dalam tindakan aman saat berkendara karena akan
melindungi dari bahaya yang tidak diinginkan saat berkendara dan apa yang di
pandang baik saat berkendara, lakukanlah hal itu (8).
8
2.2. Telaah Teori
2.2.1. Gambaran Umum Terminal Pinang Baris
Terminal Bus Pinang Baris Medan adalah terminal bus terbesar di kota
Medan. Terminal ini terletak di Jl.Tahi Bonar Simatupang yang beroprasi +/- 12
jam dalam sehari.
Terminal Bus Pinang Baris Medan merupakan terminal utama di kota
medan. Terminal ini melayani angkutan umum terutama bus antar kota. Selain
melayani bus kota Terminal Bus Pinang Baris Medan juga melayani angkutan
penghubung terminal-terminal kecil di kota Medan. Terminal Bus Pinang Baris
Medan menyediakan delapan jalur keberangkatan, salah satunya jalur
keberangkatan Medan-P.Susu. Jumlah armada bus yang beroperasi di Terminal
Pinang Baris Medan adalah sebanyak 210 bus. Jumlah armada bus untuk jalur
keberangkatan Medan- P Susu sebanyak 110 bus yang terdiri dari beberapa
Koperasi bus yaitu KPUB, Murni, Timtax, Pemangunan Semesta. Jalur Medan-
P Susu tersebut merupakan jalur pendek. Jarak dari medan P.Susu berjarak 87 km
dengan waktu tempuh sekitar 2 jam 45 menit. Berdasarkan pernyataan dari salah
satu sopir kondisi jalan jalur medan- P susu sudah lumayan bagus tetapi di daerah
terdapat jalan yang rusak,penerangan jalan, sudah bagus menurut para sopir bus.
Jadwal keberangkatan bus trayek Medan-P.Susu dari pukul 05.00 WIB
sampai pukul 19.30 WIB. Setiap hari tiap bus melakukan perjalanan pulang pergi
dari Medan- P.Susu sebanyak dua sampaitiga kali dengan lama kerjasopir bus
adalah 15 jam dengan waktu istirahat yang tidak menentu, rata-rata sopir bus
istirahat lima belas menit sampai setengah jam setiap satu kali keberangkatan.