1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dan liberalisasi ekonomi merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dihindari oleh negara manapun di dunia baik negara maju maupun negara berkembang. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi mempunyai dampak yang besar terhadap hukum bisnis internasional dan penanaman modal asing suatu negara termasuk Indonesia. 1 Kegiatan penanaman modal asing sebagian besar dilakukan perusahaan multinasional (multinational corporations) dengan menanamkan modalnya melalui pendirian cabang perusahaan, anak perusahaan, usaha patungan (mayoritas atau minoritas), dan mempunyai afiliasi terbesar di berbagai negara. 2 Perusahaan multinasional menguasai dan mengontrol suatu pasar global serta mengawasi bahan-bahan, akses pasar dan perkembangan teknologi baru serta perusahaan multinasional ini juga mempunyai kemampuan untuk menghasilkan keuntungan yang sangat besar bagi pengurangan kemiskinan di dunia. 3 1 UNCTAD, World Investment Report 1996, Investment, Trade and International Policy Arrangements, Transnational Corporation, Vol. 5 No. 3, Deember 1996, hlm. 112. Dalam An An Chandrawulan, 2011, Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman Modal, P.T. Alumni, Bandung, hlm. 2. 2 Yusuf Panglaykim, 1982, Multinational Corporation dan Segi Tiga/Segi Lima Kekuatan, Simposium Aspek-Aspek Hukum Perusahaan Multinasional, Binacipta, Bandung, hlm. 7. 3 Oxfam, 2002, Make Trade Fair, Riggeds Rules and Double Standards, Novid Oxfam Netherland, Den Haag, hlm. 175. Dalam An An Chandrawulan, 2011, Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman Modal, P.T. Alumni, Bandung, hlm. 2.
20
Embed
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · terhadap hukum bisnis internasional dan penanaman modal asing suatu negara termasuk Indonesia.1 Kegiatan penanaman
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Globalisasi dan liberalisasi ekonomi merupakan suatu fenomena yang tidak
dapat dihindari oleh negara manapun di dunia baik negara maju maupun negara
berkembang. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi mempunyai dampak yang besar
terhadap hukum bisnis internasional dan penanaman modal asing suatu negara
termasuk Indonesia. 1 Kegiatan penanaman modal asing sebagian besar dilakukan
perusahaan multinasional (multinational corporations) dengan menanamkan modalnya
melalui pendirian cabang perusahaan, anak perusahaan, usaha patungan (mayoritas
atau minoritas), dan mempunyai afiliasi terbesar di berbagai negara.2
Perusahaan multinasional menguasai dan mengontrol suatu pasar global serta
mengawasi bahan-bahan, akses pasar dan perkembangan teknologi baru serta
perusahaan multinasional ini juga mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
keuntungan yang sangat besar bagi pengurangan kemiskinan di dunia.3
1 UNCTAD, World Investment Report 1996, Investment, Trade and International Policy
Arrangements, Transnational Corporation, Vol. 5 No. 3, Deember 1996, hlm. 112. Dalam An An
Chandrawulan, 2011, Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum Perdagangan
Internasional dan Hukum Penanaman Modal, P.T. Alumni, Bandung, hlm. 2.
2 Yusuf Panglaykim, 1982, Multinational Corporation dan Segi Tiga/Segi Lima Kekuatan,
Simposium Aspek-Aspek Hukum Perusahaan Multinasional, Binacipta, Bandung, hlm. 7.
3 Oxfam, 2002, Make Trade Fair, Riggeds Rules and Double Standards, Novid Oxfam Netherland,
Den Haag, hlm. 175. Dalam An An Chandrawulan, 2011, Hukum Perusahaan Multinasional,
Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman Modal, P.T. Alumni,
Bandung, hlm. 2.
2
Setiap transaksi yang terkait dengan penanaman modal atau investasi biasanya
akan dituangkan dalam kontrak. Kontrak tersebut berisi tentang hal-hal yang telah
disepakati para pihak seperti siapa saja yang melakukan kerjasama, bentuk kerjasama
yang dilakukan, waktu kerjasama, jalur penyelesaian sengketa dan lain sebagainya.4
Dalam hal penyelesaian sengketa biasanya ada kesepakatan dari kedua belah pihak
untuk menentukan forum sengketa baik cara penyelesaian sengketa maupun tempat
untuk penyelesaian sengketa antara para pihak di dalam kontrak.5
Para pelaku usaha lebih sering memilih Alternatif Penyelesaian Sengketa
(ADR) karena proses penyelesaiannya yang lebih efektif dan adil. Penyelesaian
sengketa melalui ADR memiliki berbagai macam pilihan, salah satunya yaitu arbitrase
baik arbitrase nasional maupun international.6
Terkait dengan sengketa usaha yang melibatkan perusahaan asing atau
penanaman modal asing di Indonesia lebih banyak dibawa ke forum arbitrase
internasional seperti International Chamber of Commerce (ICC), International Centre
for Settlement of Investment Disputes (ICSID), United Nations Commission on
4 Pengertian istilah kontrak yang diatur dalam Buku III Bab Kedua KUH-Perdata (BW) Indonesia,
sama saja dengan pengertian perjanjian. Pasal 1313 KUH-Perdata Indonesia mengartikan “Perjanjian
atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana seseorang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih.”
5 Syahmin AK,2006, Hukum Kontrak Internasional, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 2.
6 Arbitrase adalah Suatu alternative penyelesaian sengketa melalui pihak ketiga (badan arbitrase)
yang ditunjuk dan disepakati para pihak (negara) secara sukarela memutus sengketa yang bukan bersifat
perdata dan putusannya bersifat final dan mengikat. Huala Adolf, 2012, Hukum Penyelesaian Sengketa
Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 39-40.
3
International Trade and Law (UNCITRAL), Asian African Legal Consultative
Committee (AALCC), dan Singapore International Arbitration Centre (SIAC).
Salah satu kasus yang menggunakan badan Arbitrase dalam upaya penyelesaian
sengketa adalah Astro All Asia Networks Plc beserta afiliasinya dengan Lippo Group
yang terdiri dari PT Ayunda Prima Mitra, PT First Media dan PT Direct Vision.
Sengketa tersebut diselesaikan oleh para pihak melalui Singapore International
Arbitration Centre (SIAC).
Pada tanggal 11 Maret 2005, Astro dan Lippo menandatangani kesepakatan
berlangganan dan kepemilikan saham atau Subscription and Shareholders
Agreement (SSA) untuk pendirian perusahaan patungan (Indonesian Venture) yang
akan mengoperasikan bisnis teve berlangganan di Indonesia melalui Direct Vision.
SSA berisi ketentuan kebutuhan atas modal untuk mengembangkan bisnis teve
berlangganan dan juga memuat pendanaan eksternal, pelaksanaan kesepakatan layanan
komersil untuk layanan penyiaran, layanan teknologi informatika, sewa peralatan
penerima satelit dan layanan pasokan kanal.7
Pemerintah Indonesia lalu mengeluarkan peraturan yang mengharuskan
seluruh lembaga penyiaran untuk mengajukan izin penyelenggaraan penyiaran sesuai
7 Artikel, Hukum Online.com, 9 September 2008, Konflik Astro-Lippo Kian Memanas, URL:
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20086/konflik-astrolippo-kian-memanas, diakses pada