Pengawasan Penanaman Modal Asing di Kalimantan Timur 1967-1973 R.Intan S.R Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia E-mail: [email protected]Abstrak Penelitian skripsi ini membahas mengenai dinamika pengawasan pelaksanaan penanaman modal asing sektor kehutanan di Kalimantan Timur 1967-1973. Proses tahapan pelaksanaan Penanaman Modal Asing di sektor Kehutanan melibatkan berbagai unsur pemerintahan, baik pusat maupun daerah. Dibutuhkan kesepakatan di antara unsur pemerintah yang berkaitan agar tidak terjadi kesimpangsiuran. Kejelasan alur pelaksanaan penanaman modal asing memengaruhi penilaian calon penawar dan ketertiban secara umum. Oleh karena itu, perlu sinkronisasi di antara badan-badan pemerintahan dalam menyusun program dan kebijakan Penanaman Modal Asing yang terpadu. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan membentuk Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing yang dibantu oleh Team Teknis Penanaman Modal Asing, Sektor R (Team Khusus Pengawasan Modal Asing) dan Team Pengawasan Penanaman Modal Asing bidang Kehutanan. Keempat badan tersebut bertanggung jawab terhadap kelancaran penanaman modal asing secara administratif dan implementatif. Secara garis besar penelitian ini membahas mengenai proses koordinasi yang sinergis menuju satu sistem terpadu dalam memberikan pelayanan dan pemantauan terhadap pelaksaaan penanaman modal asing sektor Kehutanan khususnya di Kalimantan Timur. The Monitoring Of Foreign Investment In East Kalimantan Forestry Sector 1967-1973 Abstract This research discuss the dynamics of foreign investment monitoring implementation in East Kalimantan's forestry sector 1967-1973. Phase of foreign investment process in forestry sector involves various members of government, both central and local. It requires agreement between interrelated government elements to avoid confusion. Clarity of its implementation worklfow affect the assessment prospective bidders and order in general. Therefore, it is necessary to synchronize between government bodies in formulating integrated programs and policies. The efforts made by government is the established of Foreign Investment Advisory Board, assisted by the Foreign Investment Technical Team, Sector R (Special Team of Foreign Assets Control) and the Foreign Investment Monitoring Team in Forestry. The fourth body responsible for foreign investment order administratively and implementation. Broadly speaking, this study discusses the synergistic coordination process towards an integrated system in providing services and monitoring of foreign investment implementation in East Kalimantan's forestry sector 1967-1973. Keywords: Foreign Investment, Forestry, the Advisory Board of Investment, Foreign Investment Technical Team, Sector-R, The Foreign Investment Monitoring in Forestry. Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
25
Embed
Pengawasan Penanaman Modal Asing di Kalimantan Timur …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Pengawasan Penanaman Modal Asing di Kalimantan Timur 1967-1973
R.Intan S.R
Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia
Penelitian skripsi ini membahas mengenai dinamika pengawasan pelaksanaan penanaman modal asing sektor
kehutanan di Kalimantan Timur 1967-1973. Proses tahapan pelaksanaan Penanaman Modal Asing di sektor
Kehutanan melibatkan berbagai unsur pemerintahan, baik pusat maupun daerah. Dibutuhkan kesepakatan di antara
unsur pemerintah yang berkaitan agar tidak terjadi kesimpangsiuran. Kejelasan alur pelaksanaan penanaman modal
asing memengaruhi penilaian calon penawar dan ketertiban secara umum. Oleh karena itu, perlu sinkronisasi di
antara badan-badan pemerintahan dalam menyusun program dan kebijakan Penanaman Modal Asing yang terpadu.
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan membentuk Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing
yang dibantu oleh Team Teknis Penanaman Modal Asing, Sektor R (Team Khusus Pengawasan Modal Asing) dan
Team Pengawasan Penanaman Modal Asing bidang Kehutanan. Keempat badan tersebut bertanggung jawab
terhadap kelancaran penanaman modal asing secara administratif dan implementatif. Secara garis besar penelitian
ini membahas mengenai proses koordinasi yang sinergis menuju satu sistem terpadu dalam memberikan pelayanan
dan pemantauan terhadap pelaksaaan penanaman modal asing sektor Kehutanan khususnya di Kalimantan Timur.
The Monitoring Of Foreign Investment In East Kalimantan Forestry Sector 1967-1973
Abstract This research discuss the dynamics of foreign investment monitoring implementation in East Kalimantan's forestry
sector 1967-1973. Phase of foreign investment process in forestry sector involves various members of government,
both central and local. It requires agreement between interrelated government elements to avoid confusion. Clarity
of its implementation worklfow affect the assessment prospective bidders and order in general. Therefore, it is
necessary to synchronize between government bodies in formulating integrated programs and policies. The efforts
made by government is the established of Foreign Investment Advisory Board, assisted by the Foreign Investment
Technical Team, Sector R (Special Team of Foreign Assets Control) and the Foreign Investment Monitoring Team
in Forestry. The fourth body responsible for foreign investment order administratively and implementation. Broadly
speaking, this study discusses the synergistic coordination process towards an integrated system in providing
services and monitoring of foreign investment implementation in East Kalimantan's forestry sector 1967-1973.
Keywords: Foreign Investment, Forestry, the Advisory Board of Investment, Foreign Investment Technical Team, Sector-R, The Foreign Investment Monitoring in Forestry.
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
Pendahuluan
Laju pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama periode 1962-1966 adalah kurang dari
2 persen, yang berarti lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan jumlah penduduk sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan pendapatan perkapita.1 Berbagai pembangunan sarana seperti pengangkutan, komunikasi, irigasi dan listrik mengalami kesulitan. Masalah-masalah ini dipertajam dengan sering terjadinya campur tangan pemerintah dalam perekonomian, yang
dimaksudkan untuk membatasi ruang gerak sektor swasta.2 Dalam periode tersebut, investasi
sebagai presentasi dari Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami kemunduran.3
Terdapat beberapa pokok utama penyebab kemunduran ekonomi tersebut yaitu, tidak
tercapainya stabilitas politik, orientasi dan prioritas ekonomi yang terlalu mengejar sasaran-
sasaran politik dan idiil.4 Hal tersebut menyebabkan anggaran negara menjadi lebih terpusat
pada kepentingan politik daripada kepentingan pembangunan ekonomi sehingga
mengakibatkan timbulnya banyak kesulitan di bidang ekonomi. Akibat lain adalah hubungan
internasional yang tidak baik terutama dengan negara adidaya yang tidak baik. Serta campur
tangan pemerintah yang sangat luas terhadap kegiatan ekonomi, yang biasa dikenal dengan
ekonomi terpimpin.5
Tidak ada kesengajaan dari Pemerintahan Soekarno untuk merusak atau merugikan
negara, karena semuanya dilakukan atas keyakinan menempuh jalan ideologis yang benar.6
Keadaan politik Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno memicu pemerintahan Soeharto
untuk memulihkan citra Indonesia di dunia international. Citra yang baik di mata
internasional dapat menunjang pemerintahan untuk mewujudkan wilayah regional yang
kondusif bagi pembangunan ekonomi. Soeharto ingin mempurifikasikan kembali penerapan
politik bebas aktif. Oleh karena itu, pemerintahan Soeharto aktif dalam menciptakan kerja
1 Defisit anggaran belanja pemerintah yang sebagian besar dibiayai dengan kredit Bank Sentral telah meningkat dari hanya 63 persen dari penerimaan pemerintah dalam tahun 1962 menjadi 127 persen dalam tahun 1966. Hlm ini menimbulkan hiper-inflasi dan peningkatan defisit neraca pembayaran dan menipisnya cadangan devisa. Tingkat inflasi tersebut mencapai titik puncaknya pada tahun 1966, yaitu sebesar 635 persen. M. Siregar, Arifin. Perkembangan Kebijaksanaan Keuangan di Indonesia, 1966-1986 dalam Teori Ekonomi dan Kebijaksanaan Pembangunan: Kumpulan Esei untuk Menghormati Sumitro Djojohadikusumo. Jakarta: PT Gramedia. 1987. hlm 158 2. M. Siregar, Arifin. op.cit. 3. M. Siregar, Arifin. op.cit. 4 Sadli, Mohammad. Pembentukan Kebijaksanaan Ekonomi Di Masa Orde Baru: Berbagai Dilema dan Resolusinya dalam Teori Ekonomi Dan Kebijaksanaan Pembangunan: Kumpulan Esei untuk Menghormati Sumitro Djojohadikusumo. Jakarta: PT Gramedia. 1987. hlm 377 5 Sadli, Mohammad. op.cit., 6 Ideologi yang dominan adalah sosialisme yang populistik dengan pimpinan pemerintah yang kuat. Sadli, Mohammad.op.cit.,hlm 378
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
sama internasional untuk menciptakan pembangunan ekonomi domestik yang kondusif. Maka
strategi diplomasi low profile7 dilakukan untuk menciptakan tertib kawasan. Tertib kawasan
dibutuhkan untuk menjalin kerjasama internasional demi kepentingan pembangunan ekonomi
nasional. Pemerintahan Soeharto dalam akhir tahun 1966 menjalankan kebijaksanaan
ekonomi yang memberikan prioritas ke arah pencapaian stabilitas moneter, yaitu dengan
melaksanakan suatu program stabilisasi yang terdiri dari seperangkat kebijaksanaan fiskal,
moneter, dan lalu lintas devisa.8
Dalam penyusunan kebijakan ekonomi Indonesia, pemerintah banyak
mempertimbangkan berbagai hal dari berbagai pihak. Pihak yang berpengaruh dalam
mementukan kebijakan ekonomi nasional pada masa itu adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (KAMI FEUI). Mereka
menyelenggarakan Seminar “Soal-soal Ekonomi Keuangan dan Simposium Kebangkitan
Kebangkitan Semangat ’66: Menjelajah Tracee Baru” yang diselenggarakan oleh Universitas
Indonesia dan KASI (Kesatuan Kasi Sarjana Indonesia).9
Seminar dan simposium tersebut menghasilkan pasal-pasal Sumbangan Pikiran
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Seminar dan simposium diselenggarakan akibat
perubahan susunan pemerintahan di Indonesia dan perubahan pengangan berbagai masalah
ekonomi.10 Kegiatan ini menjadi substansial karena di motori oleh para tokoh yang memliki
peranan penting dalam menentukan wajah ekonomi Indonesia. Simposium tersebut menjadi
penting manakala ia mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam ketetapan MPRS no 23
Tahun 1966 tentang Pembaharuan Kebidjaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan
7 Melalui dewan stablitias yang ditunjuknya, dan peranan tokoh-tokoh penting seperti Sultan Hamengkkubuwono IX dan Adam Malik sebagai aktor penting dalam menyelamatkan citra Indonesia di mata international dengan memperbaiki kembali hubungan diplomatik dengan berbagai negara. Sultan Hamengkubuwono IX yang ditunjuk oleh preidensebagai Wakil Perdana Menteri Bidang Ekubang (Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan) bertugas merestrukturisasi hubungan ekonomi eksternal untuk memperoleh dana bagi reformasi ekonomi. Maka dari itu, ia dengan timnya mengadakan safari ekonomi atau sirkus HB IX dengan tujuan memulihkan citra Indonesia di mata dunia berlandaskan semangat baru mengintegrasikan diri dalam sistem perekonomian global. Negara yang dikunjungi yaitu, Belanda, Jerman, Italia, Perancis, Jepang, dan Amerika Serikat Pertemuan terpenting yaitu, Tokyo Club, merintis terbentuknya IGGI selanjutnya washington di mana Indonesia diterima kembali menjadi anggota IMF dan World Bank. Hasil dari safari ini yitu Paket 3 Oktober 1966 yaitu merupakan paket peraturan di bidang ekspor/impor, penyediaan dana devisa, pedoman penentuan harga dan subsidi, dan bidang perkreditan. Selengkanya dapat dilihat pada, Leifer Michael. Politik Luar Negeri Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. 1989. hlm 19 8M. Siregar, Arifin. op.cit., hlm159 9 Nitisastro Widjojo. Menyusun Kembali Sendi-sendi Ekonomi Indonesia Dengan Prinsip-prinsip Ekonomi dalam Pengalaman Pembangunan Indonesia: Kumpulan Tulisan dan Uraian Widjojo Nitisastro. Jakarta: Kompas. 2014. hlm 45 10 Nitisastro Widjojo. op.cit.,
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
Pembangunan. Hal tersebut dapat dilihat jika pasal-pasal dalam Sumbangan Pikiran Fakultas
Ekonomi UI dengan ketetapan MPRS tersebut terdapat unsur-unsur yang selaras.
Dalam ketetapan tersebut, pemerintah mencoba untuk mendefinisikan kembali
prioritas utama ada ekonomi. Dikatakan bahwa kepada masalah perbaikan ekonomi rakyat
harus diberikan prioritas utama di antara soal-soal nasional. Ketetapan ini adalah koreksi
terhadap penyelewengan di masa lampau yang senantiasa mengalahkan kepentingan ekonomi
dengan kepentingan politik. 11 Widjojo Nitisastro berpendapat bahwa pemerintah, dalam
masalah menentukan prioritas ada baiknya untuk menelaah hubungan antara politik dan
ekonomi. Adalah benar bahwa politik dan ekonomi tidak dapat dipisahkan.12 Bahkan akibat
dari jalin-menjalinnya politik dan ekonomi ini telah dirasakan sendiri oleh bangsa Indonesia.13
Oleh sebab itu, pemerintah berupaya memulihkan citra Indonesia di mata
internasional. Berupaya untuk mempurifikasikan politik bebas aktif dengan menjalin kerja
sama internasional. Stabilisasi politik merupakan langkah yang dipenuhi pemerintah sebagai
syarat wajib menuju stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Dengan tercapainya stabilisasi
politik, pemerintah dapat memberikan iklim yang baik bagi kerja sama internasional melalui
penawaran penanaman modal asing di Indonesia.
Dr. Emil Salim Deputi Bappenas pada acara Indonesian Investment Conference
menyatakan bahwa ekonomi Indonesia telah ketinggalan 7 tahun untuk mengembalikan pada
kondisi ekonomi nasional yang sehat/normal, disebabkan oleh kurangnya dana untuk
membiayai sektor-sektor penting dan hambatan-hambatan dalam prasarana di waktu-waktu
yang lalu. Untuk menanggulangi masalah tersebut dan selanjutnya untuk menggarap potensi
ekonomi yang ada yang belum dimanfaatkan secara rill diperlukan modal, pengalaman
teknologi dan ketrampilan manajemen. 14 Faktor-faktor tersebut dapat masuk melalui
penanaman modal asing.
Diharapkan, penanaman modal asing dapat membantu peningkatan pemanfaatan
potensi kekayaan sumberdaya alam ke dalam bentuk ril dan ketersediaan tenaga kerja yang
11 ibid,, hlm 128 12 Nitisastro Widjojo. op.cit., 13 Nitisastro Widjojo. op.cit., 14 Pemerintah menyadari bahwa kemampuan nasional untuk mengelola potensi ekonomi serta mengejar ketinggalan belum ada, oleh karena itu potensi modal asing dapat digunakan sepanjang diperuntukkan pada pembangunan dan tanpa menimbulkan ketergantungan pada luar negeri. Sumantoro. Bunga Rampai Permasalahan Penanaman Modal dan Pasar Modal. Yogyakarta: Binacipta. 1984. hlm 41
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
melimpah.15 Masuknya teknologi, perluasan pengetahuan, dan peningkatan keterampilan pada
ketenagakerjaan diharapkan dapat membantu perbaikan kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Secara keseluruhan modal asing diharapkan mampu mempercepat pembangunan
ekonomi nasional Indonesia. Pemerintah harus membuat kebijaksanaan yang mampu
memberikan rangsangan sekaligus jaminan. Perangsang dan jaminan itu berarti iklim negara
yang tentram dan politiknya yang stabil. 16 Pengaturan kebijaksanaan juga harus
mempertimbangan perimbangan antara kebutuhan perluasan modal dan perlindugan ekonomi
nasional. Penambangan modal asing yang dimaksudkan untuk pembangunan, berkesempatan
mengalami bentrokan dengan motif modal asing.17
Pemerintah kemudian merilis Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing. Bidang usaha yang menarik bagi penanaman modal asing, yaitu bidang-bidang
yang realtif lebih tinggi profitnya, seperti perkebunan, kehutanan, minyak, karet, dan
mutiara. 18 Salah satu dari bidang-bidang usaha tersebut Kehutanan menjadi bidang yang
diminati karena secara rill sumber dayanya telah tersedia dengan melimpah, tidak butuh
pengadaan bahan mentah tambahan selain perlatan dan perlengkapan penunjang penggarapan.
Selain itu menjadi komoditi ekspor yang dimintai di pasar internasional.
Indonesia memiliki hutan tropika terluas ketiga di dunia setelah Brasil dan Republik
Demokrasi Kongo dan hutan-hutan ini memiliki kekayaan hayati yang unik.
Hutan merupakan rumah bagi sebagian besar makhluk hidup di Indonesia. Tidak
hanya memberikan kehidupan bagi binatang dan tumbuh-tumbuhan namun juga menjadi
wilayah pemukiman dimana orang-orang yang bermukin bergantung terhadap
15 Faktor yang dapat mempengaruhi investasi yang dijadikan bahan pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya, antara lain : Pertama faktor Sumber Daya Alam, Kedua faktor Sumber Daya Manusia, Ketiga faktor stabilitas politik dan perekonomian, guna menjamin kepastian dalam berusaha, Keempat faktor kebijakan pemerintah, Kelima faktor kemudahan dalam peizinan. Masuknya perusahaan asing dalam kegiatan investasi di Indonesia dimaksudkan sebagai pelengkap untuk mengisi sektor-sektor usaha dan industri yang belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh pihak swasta nasional. Modal asing juga diharapkan secara langsung maupun tidak langsung dapat lebih merangsang dan menggairahkan iklim atau kehidupan dunia usaha, serta dapat dimanfaatkan sebagai upaya menembus jaringan pemasaran internasional melalui jaringan yang mereka miliki. Selanjutnya modal asing diharapkan secara langsung dapat mempercepat proses pembangunan ekonomi Indonesia. Selengkapnya dapat dilihat pada, Pasaribu, Rowland B.F. Investasi dan Penanaman Modal. hlm 235 16 Sumantoro. op.cit., hlm 35 17 Jika jumlah modal asing sedikit maka arti kuantitatifnya pada efek pembangunan tidak banyak. Kalau jumlah modal asing besar maka selain arti kuantitatifnya besar, kekuasaan ekonomi modal asing tersebut pun mejadi besar. Sebagai akibatnya timbul masalah bagaimana menjamin keamanan investasi modal asing tersebut. Hlm ini bersangkutan dan bergantung pada politik pemerintah dan Undang-undang Penanaman Modal Asing dari negara penyelenggara. ibid,, hlm 34 18 Yang tidak menarik ialah industri dalam negeri sebab hasilnya harus dijual di dalam negeri, daya beli rakyat dalam negeri kecil. Sumantoro. op.cit., hlm 35
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
keberlangsungan hutan. Masyarakat daerah secara tradisional memanfaatkan hutan sebagai
sumber penghidupannya.
Dengan ketersediaan hutan tropis yang melimpah dengan sendirinya menimbulkan
daya tarik yang besar pada proyek kehutanan di Indonesia bagi pihak asing. Terutama setelah
pemerintah mengeluarkan undang-undang yang mengatur penanaman modal asing telah
memberikan kesempatan yang lebih lebar lagi. Modal asing di bidang kehutanan didasarkan
kesadaran pemerintah terhadap potensi hutan untuk pembangunan ekonomi karena masih
kurangnya ketersediaan modal dan teknologi di dalam negeri. Jadilah hutan sebagai salah satu
bidang usaha yang terbuka bagi penanaman modal asing.
Secara konseptual, pengelolaan hutan di Indonesia, pemerintah dan negara merupakan
pelaku utama. Hal ini sesuai dengan Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan yang diatur
dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1967 pasar 5, yang menempatkan pemerintah sebagai
otoritas yang berwenang mengatur dan merencanakan pemanfaatan hutan. Oleh karena itu,
pengajuan konsesi kehutanan harus melalui serangkaian perizinan dari pemerintah.
Serangkaian perizinan tersebut diatur langsung oleh Departemen Pertanian merujuk pada
peraturan dalam Undang-undang Penanaman Modal Asing. Menurut pengertian negara,
peraturan tersebut sebagai bentuk preventif dari kemungkinan eksploitasi, penguasaan, dan
dominasi asing. Untuk dapat menjaga pelaksanaan penanaman modal asing sesuai dengan
pengertian negara maka pengawasan merupakan instrumen wajib yang harus dipenuhi
pemerintah. Agar jalannya kebijaksanaan modal asing selalu dalam koridor hukum yang sah
berdasarkan negara.
Pengusahaan Hutan adalah usaha pemungutan hasil hutan yang menjamin adanya;
kelestarian hutan, asas maksmial dimana dalam memungut hasil hutan tidak boleh melebihi
jumlah yang dihasilkan oleh hutan itu sendiri dan dari hasil hutan yang diambil sebisa
mungkin diusahakan nilai tertinggi, artinya harus ada processing hasil hutan/industrialisasi
hutan.19Permintaan untuk mendapatkan izin konsesi banyak diajukan kepada pemerintah baik
perusahaan nasional, campuran nasional asing, dan asing sendiri. Dengan demikian,
pengusahaan hutan oleh swasta nasional, asing, dan transnational, dikontrol dan
diintegrasikan langsung oleh pemerintah untuk dapat melaksanakan manajemen pengelolaan
hutan.
19 Laporan Kelompok Pengusahaan dan Penanaman sebagai hasil rapat tannggal 24-5-1967
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan penulis adalah metode penelitian sejarah yang
bersandar pada heuristik, verifikasi, kritik intern/ekstern, interpretasi, dan historiologi.
Sumber penelitian saya sebagian besar berada di Badan Koordinasi Penanaman Modal, Badan
Statistik Pusat, Arsip Nasional, Perpustakaan Nasional, Direktorat Jenderal Pertanian dan
Kehutanan, dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Pada BKPM dan BPS, Data statistik yang
tersedia pada umumnya telah dipublikasi, namun sayangnya tidak sesuai dengan periode yang
dibutuhkan penulis. Pada Perpustakaan penulis mendapatkan majalah kehutanan Indonesia
masa Pemerintahan Soekarno sampai dengan Soeharto dan majalah Rimba milik Perhutani.
Di Arsip Nasional, penulis mendapatkan banyak sumber dari Menteri Keungan dan Industri
mengenai pelaksanaan dan pengawasan Penanaman Modal Asing, adapun artikel sejaman
tentang lingkungan hutan. Pembahasan
Industri Kehutanan merupakan salah satu kegiatan perekonomian di Indonesia.
Industri Kehutanan melibatkan dua bidang usaha yaitu industri dan kehutanan.
Pengembangan potensi agraris hutan Indonesia menuju industrialisasi membutuhkan
‘perkawinan’ yang selaras antara kebijaksanaan pemanfaatan hutan dan pengelolaan industri.
Untuk dapat menilai pelaksanaan industri kehutanan pada masa Pemerintahan Soekarno,
terlebih dahulu harus dijelaskan mengenai keadaan umum kehutanan dan kebijakan industri
pada masa tersebut. Terutama industri hutan yang terbuka bagi pengusaha asing sesuai
dengan kebijakan Penanaman Modal Asing. Upaya mengkolaborasikan di antara kebijakan
kehutanan, industri dan Modal Asing dalam bidang tersebut berhadapan dengan berbagai
tantangan.
Perdefinisi, kehutanan menyangkut hajat hidup masyarakat banyak. Kedudukannya
mempengaruhi dan dipengaruhi aspek ekonomi, politik, sosial, dan keamanan. Maka
pemanfaatan kehutanan untuk kegiatan ekonomi harus mempertimbangan aspek-aspek
tersebut. kegiatan industri adalah penciptaan nilai tambah melalui suatu proses pengolahan.
Industrialisasi adalah perlausan kegiatan pengolahan yang sekaligus disertai peningkatan
produktivitas secara menyeluruh. 20 Secara historis peningkatan produktivitas merupakan
20 Boediono, Mohammad Ikikhsan. Strategi Industrialisasi Indonesia dalam buku Azis, Iwan J. dkk. Pembangunan Berkelanjutan Peran dan Kontribusi Emil Salim. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). 2010. hlm 86
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
sumber utama pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang suatu negara. 21 Peningkatan
produktivitas harus menjadi sasaran utama dan tolok ukur keberhasilan startegi
industrialisasi. 22 Dalam pelaksanaannya industri kehutanan harus berasaskan ekonomi
berkelanjutan, dalam arti bahwa kegiatannya tidak hanya ditujuan untuk eksploitasi ekonomi
melainkan untuk pengayaan sumber daya alam. Maka industri kehutanan adalah proses
pengolahan bahan baku kayu untuk meningkatkan nilai jual kayu dalam wujud yang lebih
fungsional.
Badan yang melakukan pengaturan kawasan hutan, pembuatan alur, merisalah hutan dan
membuat peta kehutanan Indonesia pada masa awal kemerdekaan adalah Jawatan Kehutanan.
Pengaturan dasar bidang kehutanan dilakukan untuk mecapai ketertiban dalam mengusahakan hutan. Kemudian disusun rencana perusahaan untuk mengusahakan hutan dalam waktu
tertentu yang pada umumnya berlaku selama 10 tahun.23 Sebagai langkah perbaikan, dibuat
suatu pedoman kerja yang mengedepankan perbaikan dan rehabilitasi pembangunan
kehutanan. 24 Dengan pedoman kerja yang disesuaikan dengan situasi ekonomi-politik
Indonesia saat itu dan pada kemajuan kehutanan sendiri, kegiatan-kegiatannya ditunjukkan
untuk memperkuat ketahanan negara sebagai upaya memenangkan revolusi terhadap
penjajahan. 25 Awal pembangunan kehutanan melalui Jawatan Kehutanan mengalami berbagai perubahan seiring dengan perubahan bentuk pemerintahan Indonesia.26
Melalui Jawatan Kehutanan pemerintah berupaya untuk meningkatkan industrialisasi
kehutanan. Dengan bantuan kerja sama FAO (Food And Agricultural Organization),
21 Boediono, Mohammad Ikikhsan. op.cit., 22 Boediono, Mohammad Ikikhsan. op.cit., 23 Nasendi, B.N. Mengungkap Manfaat Hutan Dan Peranan Ekonomi Kehutanan Dalam Konteks Ekonomi Indonesia Dari Masa Ke Masa Sebelum Pelita. Bogor: Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 1987. hlm 24 Tugas dan kewajiban pokok Jawatan dalam tahun-tahun pertama dapatlah disimpulkan sebagai berikut:
a) Mengintegrasikan diri dalam perjuangan mempertahankan kehutanan wilayah RI terhadap musuh. Hutan-hutan disekeliling kota-kota yang diduduki oleh Belanda merupakan garis pertahanan pasukan- pasukan kita dimana pegawai kehutanan turut mengambil peranan yang aktif dalam perang gerilya melawan dan mengusir musuh.
b) Menyuplai sepenuhnya jawatan kereta-api akan kebutuhan kayu bakar dan bantalan rilnya. c) Menyuplai kayu bangunan dan kayu bakar guna kepentingan antara kita maupun untuk instansi
pemerintah. d) Merehabilitasi jalan-jalan hutan yang rusak yang sangat mendesak untuk kelancaran transportasi hasil-
hasil hutan maupun untuk kepentingan lalu lintas tentara kita. Nasendi, B.N. 1987. Mengungkap Manfaat Hutan Dan Peranan Ekonomi Kehutanan Dalam Konteks Ekonomi Indonesia Dari Masa Ke Masa Sebelum Pelita. Bogor: Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Hal 228- 230.
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
membentuk suatu Panitia kertas yang berkembang menjadi Panitia Perancang Hutan
Indonesia (PPHI). 27 Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa hasil hutan merupakan bahan baku yang potensial bagi industri selain industri kertas, yaitu industri
perkayuan.28 Industri-industri yang mengolah hasil hutan untuk kepentingan pembangunan diusahakan pada industri pulp dan kertas, industri kayu lapis, industri korek-api, industri
penggergajian kayu, industri potlot, dan industri lainnya. 29 Dalam pembangunan hutan industri tersebut, perhatian terhadap hutan-hutan di luar Jawa dan Madura mendapat tempat
lebih pada Garis-garis Besar Rencana Pembangunan Lima Tahun, 1956-1960.30 Di bidang pengusahaan hutan, terdapat pertumbuhan produksi dan ekspor yang berarti menunjukkan
adanya perkembangan kehutanan yang dilaksanakan oleh Jawatan Kehutanan. 31
Pembangunan ekonomi nasional di bidang kehutanan tahun 1960 mengalami berbagai
perubahan. Departemen Kehutanan serta berubahnya status Jawatan Kehutanan menjadi
Perusahaan Hutan Negara (Perhutani).32
Bersamaan dengan jalannya industri kehutanan, pemerintah telah merancang rencana
pembangunan industri secara umum dalam kurun waktu antara 1950-1960 yaitu, Rencana
Urgnesi Perekonomian (1951-1953), Rencana Urgensi Perindustrian yang Diperbaharui
(1954-1955), Rencana Pembangunan Lima Tahun (1956-1960), dan Pola Pembangunan
Nasional Semesta Berencana (1961-1969). Sedangkan gagasan untuk memanfaatkan modal
27 Tim Penyusun. op.cit., 28 Atas pertimbangan itu maka dengan Surat Keputusan Kepala Jawatan Kehutanan tanggal 27-7-1953, No. 9653/KD/XII/3, dibentuklah sebuah panitia, disebut “Panitia Perancang Hutan Industri”, disingkat PPHI, Panitia ini diketuai oleh Wardi, Kepala Biro Planologi Kehutanan. Tim Penyusun, ibid,, hal 49 29 Tim Penyusun. op.cit., 30 Tim Penyusun. op.cit., 31 Pada masa tersebut dikenal suatu program dibidang pengusahaan hutan yang disebut Program Pembangunan Industri Hutan. Program ini memuat hal-hal yang perlu dilaksanakan dalam Pembangunan Lima Tahun ke-I (tahun 1956-1960) dan tahap ke-II (1960-1965)., yang disebutkan antara lain; Prioritas pembangunan industri, Prioritas pembangunan hutan, Program dan perkembangan ekspor, Integrasi industri hutan dan kehutanan dalam program semesta pembangunan nasional. Ibid,, hlm 252 32 Oleh karena itu, di bidang kehutanan juga dirasakan perlu ada udang-undang kehutanan nasional, yang akan merupakan alat untuk melaksanakan politik Pemerintah di bidang kehutanan. Dalam hubungan ini Musyawarah Kerja Departemen Kehutanan yang diadakan pada tanggal 5 sampai 12 Desember 1964, menyimpulkan hal-hal sebagai berikut;
a) Perlu disusun Undang-undang Pokok Pelrindugan dan Pembinaan Sumber-sumber Alam dan Undang- undang Kehutanan Nasional, untuk menggantikan perundang-undangan di bidang kehutanan yang berlaku kala itu.
b) Undnag-undang Kehutanan Nasional itu hendaknya menjamin prinsip-prinsip otonomi yang luas, sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945. Ia juga harus menjamin terpenuhnya tugas-tugas sektor kehutanan untuk dapat melaksanakan proyek-proyek B dan proyek-proyek A.
c) Untuk menyusun rencana Undang-undang tersebut, perlu dibentuk satu panitia khusus. Dalam panitia tersebut diikutsertakan unsur-unsur ahli, unsur daerah, unsur organisasi masa, dan Badan Perencanaan Departemen Kehutanan .
Selengkapnya dapat dilihat pada, Tim Penyusun. Sejarah Kehutanan Indonesia II-III Periode Tahun 1942-1983. Jakarta: Departemen Kehutanan. 1986. hlm 76
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
asing oleh Soekarno guna mempercepat pembangunan industri dicetuskan sejak tahun 1950.
Gagasan ini diikuti ketika Menteri Perdagangan dan Perindustrian Dr Sumitro
Djojohadikusumo membentuk Panytia Industri. Panytia Industri33 secara keseluruhan bekerja
untuk merancang kebijkasanaan perindustrian di Indonesia, salah satunya peran swasta dalam
perindustrian. Selanjutnya bertugas menetapkan berbagai bidang usaha yang terbuka untuk
penanaman modal asing.
Pemerintah kemudian berhasil merumuskannya lewat Undang-undang No. 78 tentang
Penanaman Modal Asing. Sayagnya, Undang-undang Penanaman Modal Asing secara samar-
samar mengandung kontradiksi.34 Di satu sisi Pemerintah berupaya memberikan fasilitas yang
diharapkan mampu merangsang masuknya modal asing, namun di sisi lain masih terlihat
adanya upaya proteksi yang lebih tertutup. Undang-undang PMA ini juga dirasa oleh
perusahaan asing masih terlalu sederhana, sehingga belum spenuhnya dapat menjamin hak
investor.
Secara keseluruhan industrialisasi yang dimotori investasi asing sejak Dekrit Presiden
sampai Tritura diwarnai berbagai gelombang politik.35 Menyebabkan adanya keengganan dari
calon investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Selama Rencana Pembangunan
Lima Tahun yang berlangsung antara tahun 1956-1960, dapat dikatakan tidak terdapat
penanaman modal asing yang baru dalam usaha industri pengolahan. 36 Begitupun pada
industri kehutanan, kegiatan pengolahan kehutanan oleh swasta pada masa ini sudah ada
sebelum dirilisnya Undang-undang Penanaman Modal Asing. Oleh karena itu pada masa
Pemerintahan Soeharto, Soeharto berupaya untuk menarik perhatian investor asing dengan
kebijaksanaan Penanaman Modal Asing yang diperbaharui.
33 Setelah bekerja selama lima bulan Panytia menyampaikan laporannya pada bulan agustus 1951, yang selanjutnya digunakan pemerintah sebagai bahan untuk menetapkan kebijaksanaan industri. inti utama kebijaksaan tersebut ialah: (1) Mengusahakan agar kegiatan ekonomi Indonesia sejauh mungkin berada di tangan pemerintah, tanpa mematikan usaha swasta. (2) Sasaran jangka panjang perindustrian ialah mengangkat pendapatan nasional dan sekaligus menciptakan struktur ekonomi yang seimbang. (3) Pembangun dan pembinaan industri dibatasi sampai industri kecil dan menengah. Sedang pembangunan industri yang berukuran besar hanya dilakukan secara efektif, dengan tujuan khusus menggerakkan perekonomian daerah yang masih terbelakang. (4) Semua usaha industri yang dianggap sebagai “industri kunci” harus berada di tangan pemerintah. ibid,, hlm 191 34 Di satu pihak Undang-undang ini mencoba mendorong masuknya modal asing dengan berbagai penawaran dan fasilitas. Namun di lain pihak, Undang-undang ini menimbulkan keengganan di kalangan investor asing untuk menanamankan modalnya di Indonesia dengan adanya pembatasan dan keterbatasan. Kontradiksi ini adalah sesuatu yang masuk akal menimbang bahwa negara-negara berkembang memandang potensi modal dan teknologi asing mampu mendorong pembangunan nasional, namun secara bersamaan enggan didominasi oleh asing atas perekonomiannya. Siahaan, Bisuk. op.cit., 35 Siahaan, Bisuk. op.cit., 36 Siahaan, Bisuk. op.cit.,
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
Belajar dari kekurangan dan kesalahan di masa yang lalu, pemerintah berupaya
menciptakan iklim yang kondusif bagi penanaman modal asing. Kebijaksanaan in haruslah
memuat pokok-pokok pikiran yang telah tersinkronisasi untuk kepentingan Nasional dalam
berbagai bidang (keamanan, politis sosial dan ekonomis) dan memberikan kondisi-kondisi
yang cukup menarik bagi penanam modal. Pada tanggal 10 Januari 1967 pemerintah
mengesahkan dan menetapkan berlakunya Undang-undang No. 1 tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing.37 Pengesahan Rencana Undang-undang Anggaran Pendataan dan
Belanja Negara menjadi Undang-undang No. 13 Tahun 1967 membulatkan usaha stabilitas
dan rehabilitasi ekonomi serta mempersiapkan landasan pembangunan.38
Untuk menjaga agar pelaksanaan modal asing sesuai dengan kebijaksanaan-
kebijaksanaan Pemerintah Pusat sesuai dengan Undang-undang Penanaman Modal Asing.
Maka untuk taraf pertama setelah rilis tahun 1967, Pemerintah Pusat telah menentukan hal-hal
yang diperlukan dalam memberikan perizinan terhadap proyek-proyek modal asing. Badan
yang mempertimbangkan usul-usul kebijakan pembangunan ekonomi nasional adalah adalah
Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional ditambah dengan ketua-ketua sub dewannya. Terdapat
tiga sub dewan yakni sub dewan produksi, sub dewan moneter dan sub dewan distribusi.39
Badan tersebut lebih besar daripada Presidium, sehingga dapat mencakup lebih banyak segi-
segi pertimbangan. 40 Oleh karena Dewan Stabilitas sudah mempunyai fungsi-fungsinya
sendiri yang sangat historikal, maka fungsi baru untuk membicarakan usul-usul penanaman modal asing dikerjakan dengan nama baru yaitu Badan Pertimbangan Penanaman Modal
Asing.41
37 Dibentuklah suatu badan dengan nama Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing, yang langsung dipimpin oleh Ketua Presedium Kabinet Jenderal Soeharto beserta beberapa mentri sebagai anggota. Tetapi badan ini tidak berlangsung lama karena pada tahun 1958 dibubarkan dan sebagai gantinya dibentuk Panitia Teknis Penanaman Modal. Tugasnya adalah mengadakan penelitian dan penilaian terhadap syarat-syarat permintaan ijin yang berhubungan dengan penanaman midal, baik asing maupun dalam negeri. Disamping itu guna meningkatkan pelaksanaan modal, panitia memberikan pertimbangan dan saran kepada pemerintah serta mekukan langkah-langkah teknis. Modal swasta nasional diperlukan di dalam membangun ekonomi, sehingga pemerintah pada tanggal 13 Juli 1968 mengesahkan Undang-undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanam Modal Dalam Negeri. ibid,, hlm 294 38 Langkah-langkah kebijaksanaan yang dimulai sejak bulan Oktober dan selama tahun 1967 sampai pertengahan 1968 merupakan kebijaksaan stabilisasi yang bersifat operasional penyelamatan. Tujuannya adalah menertibkan keuangan negara. Tindakan yang diutamakan adalah mengambil uang yang menjadi hak negara dan menertibkan prosedur-prosedur keuangan. Perhatian pemerintah dipusatkan pada “deffered payment” khusus dan kredit-kredit yang sebelumnya diperoleh dari Dana Revolusi, Cadangan Nasional, Pampasan Perang Jepang, PN-PN, dan PT- PT. Hasil-hasil positif yang dicapai adalah: (1) Berhasil dikembalikannya uang negara sebesar US 9.571.586,33 Yen 145.381.442,1 Rp. 494.947.761,37 (2) emas seberat 1.005.403 Kg (3) Perak seberat 100 Kg. ibid,, hlm 295 39 tentang Pembentukan Dewan Stabiliasi Ekonomi Nasional 40 tentang Pembentukan Dewan Stabiliasi Ekonomi Nasional 41 tentang Pembentukan Dewan Stabiliasi Ekonomi Nasional
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing bertugas memberikan pertimbangan
kepada Pemerintah melalui Dewan Stabilitas Ekonomi Nasional mengenai pelaksanaan
Undang-undang Penanaman Modal Asing dalam hal; merumuskan ketentuan-ketentuan
pelaksanaan Undang-undang Penanaman Modal Asing; menyarankan diijinkan atau tidaknya
penawaran penanaman modal asing di Indonesia; menyarankan hal-hal yang mengenai
perijinan dibidang pajak, transfer dan perubahan status perusahaan asing dan lain
sebagainya.42
Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing dalam melaksanakan tugasnya dibantu
oleh suatu Team Teknis Penanaman Modal Asing, yang terdiri dari para pegawai ahli.43 Team
Teknis Penanaman Modal Asing adalah panitia interdepartmental yang berfungsi untuk
mengkoordinasikan kebijaksanaan dari departemen-departemen. Team Teknis bertugas untuk
membantu mempersiapkan saran-saran Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing,
menampung dan mengadministrasikan penawaran-penawaran penanaman modal asing, serta
mengadakan hubungan dan koordinasi serta pengawasan administratif kepada Departemen-
departemen yang bersangkutan mengenai pelaksanaan Penanaman Modal Asing.44
Dalam prosedur penampungan penanaman modal asing, berdasarkan bahan-bahan
hasil rapat Team Teknis Penanaman Modal tahun 1967, yang pada dasarnya menggunakan
prinsip desentralisasi. Pihak yang ingin menyelidiki kemungkinan penanaman modal asing di
Indonesia dapat menghubungi Departemen yang bersangkutan. Sebagai contoh pada industri
kertas yang berada di bawah naungan Departemen Indsutri. Industri tersebut membutuhkan
bahan baku berupa kayu. Sedangkan bahan baku tersebut di bawah penguasaan Departemen
Pertanian. Tentu harus ada kesepakatan di antara kedua Departemen di atas. Kesepakatan
dijembatani oleh Team Teknis Penanaman Modal Asing. Peranan Team Teknis Penanaman
Modal Asing tersebut memperlancar prosesi proyek dalam taraf berikutnya. Dalam
kesepakatan itu pula, peminat mendapatkan keterangan umum berupa kebijakan umum
Pemerintah, masalah-masalah pajak, devisa, tenaga kerja dan sebagainya. Sedangkan
kebijakan di bidang Departemen bersangkutan diterangkan secara terpisah oleh perwakilan
dari Departemen.
Setelah usul penanaman modal asing disetujui ditingkat Departemen maka Menteri
membawanya ke Pemerintah. Apabila Pemerintah menyetujuinya maka Badan Pertimbangan
42 Keputusan Presidium Kabinet No. 17/EK/KEP/1/1967 Pasal 2 43 Keputusan Presidium Kabinet No. 17/EK/KEP/1/1967 Pasal 4 44 Keputusan Presidium Kabinet No. 17/EK/KEP/1/1967 Pasal 4
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
mengadakan sidang untuk membicarakannya. Dalam sidang ini Ketua Team Teknis
Penanaman Modal Asing melaporkan pendapatnya. Menteri yang berkepentingan diundang
pada sidang Badan Pertimbangan (jikalau belum menjadi anggota). Setelah suatu proyek
disetujui oleh Badan pertimbangan maka Ketua Badan pertimbangan juga sebagai Ketua
Presidium, menginstruksikan kepada Menteri yang bersangkutan untuk menandatangani
kontrak persetujuan. Sesudah persetujuan diberikan maka proyek menjadi tanggung jawab
Departemen untuk diawasi. Team Teknis Penanaman Modal Asing mempunyai fungsi staff
dan tidak mempunyai wewenang eksekutif. Team Teknis tersebut selalu dapat dihubungi
karena bertanggugjawab sebagai penghubung dengan Pemerintah Pusat (Presidium). Oleh
karena itu, Team Teknis mempunyai tugas untuk menjaga agar keseluruhan proyek
penanaman modal asing berjalan lancar.
Periode awal pelaksanaan Undang-undang Penanaman Modal Asing, yaitu 1967-1968
pada umumnya mempunyai sifat jangka panjang sehingga tidak mempunyai pengaruh
terhadap keadaan ekonomi periode tersebut. Pada dasarnya, proyek penanaman modal asing
harus memiliki hubungan dengan rencana pembangunan jangka panjang. Pemerintah melalui
instruski Presidium menunjuk Bappenas untuk menyusun rencana pembangunan 5 tahun yang
berlaku setelah masa kerja Kabinet Ampera. Dengan demikian proyek-proyek penanaman
modal asing dalam rangka pembangunan ekonomi Indonesia pada periode tersebut baru dapat
diperkirakan secara umum saja.
Badan Pertimbangan Penanaman Modal dan Team Teknis Penanaman Modal secara
administratif berupaya untuk mengawasi penawaran penanaman modal asing. Sedangkan
secara implementatif diawasi oleh Team Khusus Pengawasan Penanaman Modal Asing atau
yang biasa disebut dengan Sektor R. Tugasnya adalah mengatur hubungan rutin dengan
Panitia Penanaman Modal untuk mendapatkan informasi tentang pelaksaan penanaman
modal, informasi tentang kondisi-kondisi ditempat modal akan dilaksanakan, kesulitan-
kesulitan yang dialami penanam, dan bahan-bahan yang diperlukan untuk rapat. Kemudian
menghubungi Pemerintah Daerah atau Instansi di daerah yang berkempentingan dalam
pengaturan penanaman modal guna mendapatkan keterangan-keterangan, serta menyiapkan
dan menyelenggarakan peninjauan ke daerah-daerah. Sekretariat Sektor R mempunyai 5
bagian; Pertanian dan Kehutanan, Perindustrian dan Tambang, Kepariwisataan dan
Perumahan, Pengangkutan dan Perhubungan, serta umum. Tiap bagian mengerjakan tugas-
tugas menurut pembagian bidanganya mulai dari pengumpulan data sampai pada laporan
periodik. Selain kelima bagian ada satu sub bagian administrasi yang mengurusi surat-
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
menyurat, dokumentasi, keuangan dan jasa-jasa (services) bagi Sekretarian sebagai
keseluruhan. Pekerjaan Sekretariat Sektor R diselenggarakan oleh Biro Analisa EKUIN.
Kepala Biro Analisa bertindak sebagai Kepala Sekretariat tersebut.
Dalam pengamanan kebijaksanaan Pemerintah serta pengawasan atas pelaksanaan
penanaman modal perlu adanya tukar pikiran atau pembicaraan-pembicaraan antara pejabat-
pejabat yang bertugas langsung dalam memproses aplikasi dan implementasi dari
permohonan penanaman modal baik asing maupun dalam negeri. Untuk itu Sektor R juga
merupakan forum untuk memungkinkan dilaksanakannya hal tersebut. Maka telah ditetapkan
tingkatan-tingkatan rapat sebagai berikut; minggu pertama tiap bulan diadakan rapat tingkat
teknis dipimpin oleh Sekretarian Sektor. Minggu kedua, tiap bulan diadakan rapat tingkat
penentuan kebijaksanaan (tingkat menteri), untuk masalah-masalah yang tidak dapat
diselenggarakan tingkat teknis yang dipimpin Ketua Sektor. Minggu ketiga, tiap bulan
digunakan untuk mengajukan permasalahan untuk mendapat penyelesaian dalam tingkat
Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional dan untuk mengajukan laporan. Dalam rangka
penelaahan tiap makna dan tujuan dari lahirnya UU Penanaman Modal Asing, maka perlu
keserasian kebijaksanaan Pemerintah tiap departemen yang menyangkut penanaman modal
dibicarakan dalam Sektor R. Dimana setiap investor tunduk pada ketentuan undang-undang
dalam tingkat implementasinya.
Khusus pada Team Peneliti Pelaksanaan PMA di bidang kehutanan dalam lingkungan
Sektor R, kedudukannya ditegaskan kembali pada Keppres No 34/1971. Oleh Ketua Sektor R
ditegaskan bahwa Team ini sebagai alat Sektor R, mempunyai tugas-tugas pengawasan dan
penelitian pelaksanaan. Tindakan-tindakan yang menjurus pada bidang eksekutif adalah
wewenang dan tanggung jawab Menteri Pertanian. Dengan demikian tugas-tugas pengawasan
harus dipisahkan dari tugas-tugas pelaksanaan.
Pada akhir tahun 1971, team melihat adaya kesulitan pemasaran kayu dan merosotnya
harga kayu ekspor Indonesia di luar negeri. Di berbagai tempat di Kalimantan Timur masih
banyak menumpuk kayu log yang tidak dapat dijual kurang lebih 1,3 juta m3. Dalam rangka
penelitian di bidang kehutanan Team merencanakan untuk meninjau ke daerah dengan
membentuk 5 kelompok: Kelompok 1 (Kalimantan Timur), Kelompok II (Kalimantan
Selatan), Kelompok III (Kalimantan Barat), Kelompok IV (Aceh), dan Kelompok V (Riau,
Jambi, Sumatera Selatan). Dalam rangka kerjasama antara Team dengan Sekretariat Sektor R,
dapat dilakukan dengan setiap diselenggarakannya rapat Team mengundang wakil dari
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
Sekretariat Sektor R dan demikian sebaliknya, sepanjang masalahnya menyangkut kehutanan.
Team dalam menyampaikan laporan kepada Ketua Sektor R dapat melalui Sekretaris Sektor R
yang kemudian mengkompilasikannya guna menjadi laporan Sektor R.
Hasil laporan dan penelitian pada pengawasan penanaman modal asing sektor kehutanan
di kalimantam timur oleh Sektor R dan Team Peneliti menunjukkan munculnya berbagai
permasalahan dan perkembangan seperti, proyek PMA terbesar di Kaltim, Masalah pungutan,
masalah komunikasi, pencurian kayu oleh oknum-oknum asing di Kalimantan Timur,
lemahnya modal nasional, penyelundupan tenaga kerja asing, masalah komunikasi, masalah
pajak dan Masyarakat Lokal dan Tanah Adat.
Berdasarkan Laporan Pengawasan Penanaman Modal Asing di bidang Kehutanan oleh
Team Peneliti Sektor R, team memberikan laporan mengenai proyek PMA kehutanan terbesar
di Kalimantan. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa dalam bidang kehutanan terdapat
beberapa proyek penanaman modal asing yang jumlahnya lebih besar dari 50 juta dolar.
Proyek-proyek yang diusulkan oleh Bisliq Boy dan Boise Cascade meliputi penebangan hutan
untuk ekspor kayu, pembangunan industri processing seperti pabrik gergaji, venner, plywood
dan pabrik pulp dan paper dapat mengambil modal 150 juta dolar yang ditanam dalam jangka
waktu 13 tahun. Perusahaan-perusahaan besar ini pada umumnya meminta fasilitas-fasilitas
pajak dan devisa seperti yang berlaku pada bidang pertambangan. Mereka menghendaki tax
credit, artinya pengurangan tarif pajak untuk investasi-investasi yang besar dan mereka
meminta diperkenankan mengekspor diluar sistem B.E seperti terdapat pada minyak dan
pertambangan besar. Dengan alasan sifat proyek yang sama, yakni sama-sama meanfaatkan
kekayaan alam dengan modal yang besar, panjangnya periode dan resiko yang besar.
Berdasarkan berita yang dimuat pada Harian Merdeka edisi 4 Mei 1972- yang juga
menjadi bahan rapat pada Team Khusus Pengawasan Penanaman Modal Asing dalam arsip
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun 1967-1973
Jilid 2. Nomor 4969. Berkas Mengenai Laporan dan Pengawasan dalam Rangka
Pelaksanaan Rencana-rencana Penanaman Modal- melaporkan bahwa selama tahun 1971
terjadi pencurian kayu secara besar-besaran dipedalaman Kongkemui, Kalimantan Timur,
yang dilakukan oleh pengusaha-pengusaha gelap dari Malaysia dan Philippina yang pada
tahun 1972 semakin memuncak sehingga negara dirugikan tidak kurang dari
Rp.6.000.000.000. Pencurian kayu masuk dari Tawao ta pa izin imigrasi, kemudian menyebar
ke kota-kota Kabupaten Tg. Selor, Tg. Redep, Muara Lasan, Seguntur, Batu Putih dan oleh
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
beberapa pejabat setempat diakui adanya pencurian yang diperkirakan sekitar 800.000 m3
kayu kualitas tinggi setiap tahun.
Hambatan-hambatan pengawasan pengusahaan hutan oleh modal asing disebabkan
buruknya komunikasi Tarakan-Samarinda, berjarak 400 Km yang hanya dapat ditempuh
melalui laut. Disinyalir penduduk setempat membantu pencurian-pencurian tersebut dengan
mendapat imbalan seperti radio transistor, alat-alat penggergajian, dan sebagainya. Sementara
oknum aparatur setempat mudah disuap. Adapun di Samarinda berdasarkan pencatatan
pemerintah hanya ada sebuah perusahaan pembalokan kayu hutan yang mendapat izin yaitu
PT. Pasifik (USA) namun diketahui pula ada tiga perusahaan asing “dibelakangnya” yaitu PT.
Itchi (USA), Wyer House (Australia), dan BDI (Jepang) yang produksinya selama tahun
1971/1972 mencapai 700.000 m3 kayu diekspor melalui Jakarta. Berdasarkan hasil rapat ketua-ketua Team Peneliti Sektor-R ke daerah menemukan adanya
masalah yang serius tentang pelaksanaan penanaman dibidang kehutanan yaitu penyertaan
modal pihak Indonesia dalam joint venture sangat lemah, sehingga dalam management
pengusahaan hutan praktis seluruhnya dipegang oleh pihak partner asing. Kedudukan yang
sangat lemah dari pengusaha nasional dalam keikutsertaan modalnya menyebabkan kesulitan-
kesulitan. Pemerintah menjadi sulit mengarahkan produksi, karena seolah-olah produksi
diatur oleh pembeli. Selain itu lemahnya modal dan terutama kepercayaan Luar Negeri
mengakibatkan tumbuhnya kontraktor (dengan unit orang-orang dan equipment), hal ini
menyulitkan program Indonesianisasi Tenaga Kerja
Berdasarkan hasil penelitian dari Team-Team Peneliti Sektor R tahun 1971 pada
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun 1967-1973
menyatakan bahwa sejak dimulainya kegiatan kehutanan yang disusul dengan Pertambangan
di wilayah Kalimantan Timur selama tahun 1970 tercatat 1.536 Tenaga Asing Luar Negeri
dari berbagai kebangsaan (yang melaporkan pada Kantor Daerah Departemen Tenaga Kerja
Kalimantan Timur). Tenaga-tenaga asing yang bekerja di Indonesia tersebut harus
mempunyai surat izin bekerja, tetapi kadang ada yang bekerja di Kalimantan Timur tanpa
surat izin dengan alasan-alasan suratnya sedang diurus di Jakarta. Surat izin bekerja termasuk
penelitian-penelitiannya adalah wewenang Pusat di Kalimantan Timur sering terjadi adanya
tenaga asing yang langsung masuk ketempat kerja dengan visa saja tanpa surat izin.
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
Penyelesaian ijin-ijin tenaga kerja asing sering terlambat dan kedatangan mereka di
Indonesia lebih cepat daripada penyelesaian perijinan, bahkan beberapa tenaga kerja asing
sempat kembali ke negeri asalnya sedang ijin kerjanya belum selesai. Kesempatan ini dapat
dipergunakan oleh pengusaha mengganti dengan tenaga jerka lain, padahal surat izin tidak
boleh digunakan untuk lebih dari satu orang secara berganti-ganti. Kejadian ini terjadi di
daerah Nunukan perbatasan Kalimantan Timur bagian Utara. Di daerah ini berlaku lalu lintas
bebas kedua negara, oleh karena adanya kesempatan itu, pemerintah seharusnya menekankan
adanya pembentukan kantor Resort Depnaker di Tarakan.
Salah satu masalah yang masuk dalam Laporan Mengenai PMA Di Indonesia Tahun 1967
oleh Team Khusus Pengawasan Penanaman Modal Asing, menunjukkan adanya masalah
komunikasi terhadap pelaksanaan Penanaman Modal Asing. Banyak elemen yang terlibat
dalam perbedaan pendapat pada pelaksanaan penanaman modal asing sektor kehutanan. Baik
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, antar Departemen, perusahaan pengusahaan
hutan- masing-masing memiliki pandangan dan keinginan yang berbeda-beda, bahkan antara
masyarakat lokal-pengusaha-dan pemerintah. Banyak perusahaan-perusahaan yang
melakukan kesalahan-kesalahan dan mengabaikan prinsip yang ada pada perjanjian dan atau
peraturan-peraturan pelaksanaan.
Pemerintah Daerah merasa tidak aktif diikutsertakan dalam prosesi perjanjian
penanaman modal asing, sehingga seutuhnya pengawasan penanaman berada di pusat.
Seluruh proses penanaman modal asing dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah
Daerah hanya menerima investor asing tersebut Setelah mendapatkan keputusan-keputusan
dari Jakarta. Dalam hal ini Pemerintah Daerah sama sekali tidak mempunyai data-data
mengenai investor asingPadahal realisasi proyek lebih dekat dengan Pemerintah Daerah.
Pemerintah Daerah tidak diberikan salinan surat perjanjian penanaman modal asing yang akan
beroperasi di daerahnya. Sering kali Pemerintah Daerah harus menunggu persetujuan dan
keputusan Pusat dalam pengawasan penanaman. Hal ini menyulitkan Pemerintah Daerah
dalam memberikan penilaian sampai dimana realisasi investasi modal asing. Pemerintah
Daerah seperti yang dikatakan gubernur Provinsi Kalimantan Timur-Samarinda mengatakan
bahwa pihaknya tidak pernah menerima informasi-informasi dari Team Teknis Modal Asing
di Jakarta.
Terhadap masalah pajak, baik kepatuhan pengusaha dalam melaksanakannya maupun
secara tertib adminitasrasi berdasarkan Kumpulan Risalah Rapat Sub Panitia PMA dan
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
Laporan Proyek PMA Di Indonesia 1968-1972, menunjukkan adanya masalah pajak pada
pelaksanaan Penanaman Modal Asing. Pengusaha Hutan dengan modal asing yang sesuai
dengan fasilitas perpajakan mendapatkan kebebasan memasukan equipment tidak dengan
modal sendiri melainkan mempergunakan kontraktor/sub kontraktor. Peralatan modal dijual
secara cicilan dan pemakaian material seperti soalt/bensin langsung diperhitungkan oleh
kontraktor/sub kontraktor kepada operator. Investor asing yang mendapat fasilitas tersebut
hanya mendapat komisi dari hasil eksploitasi yang diekspor atas nama investor penerima
fasilitas. Masalahnya adalah bahwa kontraktor/sub kontraktor dengan demikian berlindung
dalam fasilitas pembebasan pajak yang diberikan kepada investor asing tersebut.
Selain itu penerima izin penanaman modal asing tidak mendatangkan alat pengolahan
hutan sendiri, akan tetapi cukup dengan membeli kayu yang dikerjakan rakyat di daerah
konsesinya. Dengan kata lain, mereka mempergunakan kegiatan penebangan oleh masyarakat
lokal dan membelinya. Dalam merealisir penanaman modal, investor mendapat kesempatan
untuk memperoleh kredit bank; demikian pula kontraktornya, sehingga terdapat pembiayaan
double untuk perencanaan yang sama.
Dalam kumpulan laporan penelitian dan bahan rapat baik yang digunakan oleh Team
Khusus Penanaman Modal Asing, maupun Sub Panitia Penanaman Modal Asing yang
tersedia pada Arsip Nasional tidak menunjukkan adanya perhatian pemerintah terhadap
masyarakat lokal. Hampir seluruh hasil laporan dan penelitian menunjukkan permasalahan
administrasi seperti pajak, tenaga kerja, infrastruktur dan penyertaan modal dalam negeri
dalam kemitraan. Menunjukkan bahwa belum ada perhatian khusus pemerintah dengan
kedudukan Masyarakat lokal yang mengelola hutan secara tradisional. Adapun laporan yang
menunjukkan keterlibatkan masyarakat lokal secara kultural. Meski demikian Sektor R
menyebutkan adanya permasalahan apresiasi dari masyarakat lokal. Dimana masyarakat lokal
memberikan tanggung jawab sosial terlalu besar kepada perusahaan serta beranggapan bahwa
perusahaan akan secara cepat mendatangkan keuntungan kepada mereka sehingga timbul
tuntutan-tuntutan di luar perjanjian awal. Sayangnya, dalam laporan tersebut tidak disebutkan
secara terperinci mengenai apa saja tuntutannya.
Menurut Effendi Saman dalam bukunya yang berjudul Politik Hukum Pengusahaan
Hutan di Indonesia, ia melihat bahwa sepertinya sewaktu diundangkannya undang-undang
tersebut, pemerintah tidak menggangap tanah dan sumber kekayaan alam dalam kawasan
hutan sebagai bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal asing. Ia berasumsi bahwa
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
pada saat itu kawasan hutan masih dianggap tidak bertuan atau belum dipandang sebagai
sumberdaya alam untuk menggantungkan hajat hidup rakyat banyak. Sehingga bidang
kehutanan bukan merupakan bidang yang tertutup terhadap penanaman modal asing. Padahal
hutan merupakan sumber daya alam yang mempengaruhi jawatan kehidupan rakyat. Meski
demikian pemerintah menetapkan kebijaksanaan tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kehutanan yang diatur dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1967. Dalam undang-undang ini
menempatkan pemerintah sebagai otoritas yang berwenang mengatur pemanfaatan hutan dan
kawasan hutan, maka dalam permintaan pengelolaan membutuhkan perizinan pemerintah.45
Kesimpulan
Pengawasan terhadap pelaksanaan Penanaman Modal Asing secara administratif dan
implementatif dilakukan oleh panitia yang berbeda, yaitu untuk Administratif dilakukan oleh
Team Teknis Penanaman Modal Asing, dan implementatif dilakukan oleh Team Khusus
Pengawasan Penanaman Modal Asing (Sektor R). Team Teknis bertanggung jawab kepada
Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing dalam rapat keputusan perizinan pennaman
modal di Indonesia melalui sidang umum yang dihadari juga oleh Presidium dan Departemen-
departemen yang bersangkutan. Keberadaan Team Khusus Pengawasan Penanaman Modal
Asing atau Sektor R dilihat dari hasil laporan dan penelitiannya menunjukkan hasil yang
sama dengan Team Teknis Penanaman Modal Asing (yang kemudian diubah menjadi sub
Panitia Penanaman Modal Asing pada tahun 1968), meskipun secara tertulis memiliki tuga
syang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya tugas pengawasan yang saling tumpang tindih.
Pengawasan Pemerintah terhadap proyek investasi sebagian besar berada di Pusat.
Upaya untuk mengkoordinasikan kebijaksanaan antara departemen yang bersangkutan
di tingkat forest agreement belum mampu menampung kepentingan pihak lain seperti
Pemerintah Daerah dan Masyarakat lokal. Pengaturan kelembagaan untuk melaksanakan
pengawasan terpadu terhadap pelaksanaan PMA secara efektif di lapangan belum
dikembangkan. Menurut hemat penulis, pengawasan daerah yang dilakukan oleh berbagai
pihak dari pusat menyebabkan banyaknya dana yang dikeluarkan. Proses rekonstruksi bahan
45 Namun langkah pemerintah tersebut mengundang berbagai kontroversi, terutama ketika kedua undang-undang tersebut dihadapkan dengan Undang-undang No. 5 tahun 1960, tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Agraria yang secara implisit mengatur juga pemanfaatan dan pengelolaan atas hutan (Lihat Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 7). Melalui undang-undang ini Pemerintahan Soeharto mengisyaratkan maksudnya untuk mengubah hutan luar Jawa ke dalam nilai penukaran asing (valuta asing) dan pendapatan pemerintah pada umumnya. Saman, Effendi dkk. 1993. Politik Hukum Pengusahaan Hutan Di Indonesia. WALHI Hal 23
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
sampai dengan proses hearing di rapat mingguan menghabiskan waktu yang cukup lambat
untuk sampai pada instasi Daerah. Sehingga seringkali daerah tidak mendapatkan informasi
tentang proyek penanaman modal asing. Hal ini mempersulit daerah untuk menilai jalannya
modal asing. Tidak ada benang merah yang teralin antara Pusat, Daerah dan masyarakat lokal.
Upaya penyederahaan prosedur melalui pola perizinan satu atap direalisasikan melalui
pembentukan lembaga nonkementrian, BKPM. BKPM menjadi lembaga yang bertugas
mengkoordinasikan kebijakan penanaman modal dengan Departemen, Bank Indonesia, dan
Pemerintah Daerah. BKPM tidak hanya menampung dan mengadministrasikan penawaran-
penawaran penanaman modal asing, mengadakan hubungan dan koordinasi serta pengawasan
administratif kepada Departemen-departemen yang bersangkutan mengenai pelaksanaan
Penanaman Modal Asing. Tetapi juga diamanatkan sebagai badan advokasi bagi investor,
dimana investor dapat memperoleh informasi and prosedur dasar, instansi-instansi dan kantor-
kantor apa yang harus ditemui untuk memperoleh instruksi-instruksi penanaman modal.
Berhasil atau tidaknya upaya penyederhanaan lewat kelembagaan ini tidak dapat dirasakan
dalam kurun waktu yang singkat. Bahkan sampai pertengahan tahun 90an, aspek birokrasi
masih belum mampu mencerminkan kepastian hukum.
Secara keseluruhan dari hasil laporan dan penelitian instrumen pengawasan yang
ditemukan penulis, memperlihatkan perhatian pemerintah yang lebih banyak kepada
penanganan dan pelayanan administrasi dari pada penanggulangan dan pengamanan dari
dampak negatif-positif Penanaman Modal Asing. Tidak ada upaya pengawasan dengan
menilai perbandingan antara pertumbuhan dengan kerusakan yang terjadi dari kegiatan
pelaksanaan modal asing sektor Kehutanan di Kalimantan Timur. Tidak ditemukannya
laporan pelanggaran hak asasi manusia ataupun kerusakan lingkungan dari team-team
pengawas tersebut.
Data penelitian yang diperoleh oleh team pengawasan melalui kuisioner juga
disinyalir belum mampu mencerminkan kepatuhan investor dalam melaksanakan proyek
modal asingnya. Hal ini disebabkan adanya ketakutan dan ketidakpercayaan dari pihak
investor kalau-kalau ditemukan penyelewengan terhadap perusahaannya. Dalam laporan-
laporan tersebut juga tidak ada yang memuat tentang degradasi lahan dan sejauh mana
perusahaan melaksanakan kewajiban dalam program rehabilitasi dan kegiatan kemanusiaan.
Pemerintah kurang mengikutsertakan pihak-pihak yang sekiranya mampu memberikan kritik
dan saran tanpa adanya keberpihakan seperti lembaga non-profit dan non-pemerintah.
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
Arsip Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 1. Laporan Kelompok Pengusahaan dan Penanaman Sebagai Hasil Rapat Tanggal 24-5-1967.
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 1. Nomor 2759. Laporan Rencana Pembangunan Ekonomi Lima Tahun di Bidang Kehutanan oleh Departemen Pertanian Direktur Jenderal Kehutanan.
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 2. Nomor 4961. Berkas Mengenai Penanaman Modal (Sektor R).
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun 1967-1973 Jilid 2. Nomor 4964. Surat-surat Mengenai Organisasi dan Policy PMDN dan PMA.
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun 1967-1973 Jilid 2. Nomor 4986. Surat-surat Mengenai fasilitas PMA dan PMDN, Kebijakan Perpajakan dan Bea masuk.
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 2. Nomor 4969. Berkas Mengenai Laporan dan Pengawasan dalam Rangka Pelaksanaan Rencana-rencana Penanaman Modal.
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 2. Nomor 4980. Risalah-risalah Rapat Sektor R tahun 1967 s/d 1972.
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun 1967-1973 Jilid 2. Nomor 4989. Laporan Pelaksanaan Penanaman Modal Sektor R
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 2. Nomor 4998. Berkas Mengenai Seminar Tentang Penanaman Modal Di Indonesia dari Sektor R.
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 2. Nomor 4999. Surat Dari Meneg EKUIN Kepada Ketua Tim Pelaksanaan PMA dalam Bidang Kehutanan mengenai petunjuk Ketua Sektor R terkait Tim Penelitian PMA bidang Kehutanan
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 2. Nomor 6726. Daftar Nama Proyek PMA Yang Telah Disetujui Oleh Pemerintah RI Tahun 1967-Februari 1973
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 2. 6740 Surat-Surat Mengenai Keanggotaan Tim Teknis PMA.
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun 1967-1973 Jilid 2. Nomor 6724. Laporan Mengenai PMA Di Indonesia Tahun 1967.
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 2. Nomor 6785. Surat Dari Menteri Pertanian Kepada Menteri Bidang EKUIN Mengenai Gagasan Sumbangan Pikiran Tentang Kebijaksanaan Modal Asing di Bidang Kehutanan.
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun 1967-1973 Jilid 2. Nomor 6797. Laporan Perkembangan Proyek PMA dalam Lingkungan Departemen Pertanian Tahun 1968.
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 2. Nomor 6867. Kumpulan Risalah Rapat Sub Panitia PMA dan Laporan Proyek PMA Di Indonesia 1968-1972.
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 2. Nomor 6993. Laporan Proyek Investasi Asing oleh Lembaga Managemen Fakultas Ekonomi UI.
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 2. Surat Dari Sekretaris Sub Panitia PMA Kepada Sekretaris Sektor R Kepada Menteri Negara EKUIN di Jakarta Mengenai Penyampaian Proyek-Proyek PMA Tahun 1967- Juni 1970 dan Laporan PMA Tahun 1969.
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 2. Nomor 7139. Laporan Bank Indonesia Mengenai Realisasi PMA di Indonesia.
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 2. Nomor 7154. Berkas Mengenai Pemberian Fasilitas Berupa Keringanan bea masuk, PPn Impor, dan MPO Impor atas pemasukan bahan/barang-barang dalam rangka PMA.
Inventaris Arsip Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Tahun
1967-1973 Jilid 2. Nomor 7217. Laporan Akhir Tahun 1972 Sub Panitia PMA. Buku
Azis, Iwan J. dkk . (2010). Pembangunan Berkelanjutan Peran dan Kontribusi Emil Salim. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).
Baramuli A.A. (1998).Pemikiran Tentang Pembangunan Ekonomi dan Politik Masa
Orde Baru.Jakarta: Percetakan Penebar Swadaya.
Booth, Anna, Peter McCawley. (1981). The Indonesian Economy During The Soeharto Era. Malaysia: Oxford University Press, Petaling Jaya, Selangor, Malaysia. Terjemahaan ke dalam Bahasa Indonesia oleh LP3ES. Ekonomi Orde Baru. Jakarta: PT Djaya Pirusa.
Cahyono, Eko. Ana Marina. Siti Maimunah. (2016). Konflik Agraria Masyarakat
hukum Adat Atas Wilayahnya Di Kawasan Hutan. Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
Hidayat, Herman. (2011). Politik Lingkungan: Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru
Dan Reformasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Leifer Michael. (1989). Politik Luar Negeri Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
LP3S. (1991). Hal Hill: Investasi Asing dan Industrialisasi di Indonesia. Jakarta: Penerbitan LP3S.
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
Nasendi, B.D. (1987). Mengkungkap Manfaat Hutan Dan Peranan Ekonomi Kehutanan Dalam Konteks Ekonomi Indonesia Dari Masa Ke Masa Sebelum PELITA. Bogor: Fakultas Pascasarjana Institute Pertanian Bogor.
Nitisastro, Widjojo. (2010). Pengalaman Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kompas.
Saman, Effendi dkk. (1993). Politik Hukum Pengusahaan Hutan Di Indonesia. WALHI.
Siahaan, Bisuk. (1996). Industrialisasi di Indonesia: Sejak hutang kehormatan sampai
banting stir. Jakarta: Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Sumantoro. (1984). Bunga Rampai Permasalahan Penanaman Modal dan Pasar Modal. Jakarta: Binacipta.
Suryadinata, Leo. (1998.) Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Soeharto. Jakara:
LP3S. Tim Penyusun. (1986). Sejarah Kehutanan Indonesia I Periode Pra Sejarah tahun-
1942. Jakarta: Departemen Kehutanan.
Tim Penyusun. (1986). Sejarah Kehutanan Indonesia II-III Periode Tahun 1942-1983. Jakarta: Departemen Kehutanan.
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016
Lampiran Lampiran 1
Peta Perkembangan HPH Provinsi Kalimantan Timur s/d Agustus 1973
1. Terdapat satu wilayah konsesi yang mencakup lebih dari satu daerah 2. Terdapat satu daerah yang mencakup lebih dari satu wilayah konsesi 3. Terdapat wilayah HPH yang tidak disertai keterangan daerah di Peta asal 4. Tidak ada keterangan Perusahaan penerima izin konsesi atas wilayah HPH yang tertera dalam Peta
Pengawasan Penanaman ..., Raden Intan Siti Rahmah, FIB UI, 2016